• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Perempuan Warga Binaan Perempuan a.Penyebab Perempuan Menjadi Warga Binaan a.Penyebab Perempuan Menjadi Warga Binaan

METODE PENELITIAN

B. HASIL PENELITIAN

1. Pemberdayaan Perempuan Warga Binaan Perempuan a.Penyebab Perempuan Menjadi Warga Binaan a.Penyebab Perempuan Menjadi Warga Binaan

Adanya pembinaan yang dilakukan terhadap warga binaan perempuan dilatarbelakangi oleh masalah terjerumusnya para kaum perempuan dalam tindakan kriminal dan sebagian besar alasan mereka melakukan tindakan kriminal tersebut adalah atas dasar kesulitan ekonomi, lapangan pekerjaan yang terbatas, sumber daya manusia yang masih rendah serta ketidaktahuan mereka atas pelanggaran hukum. Adapun alasan yang melatarbelakangi para warga binaan perempuan menjadi narapidana di Lapas Wirogunanyakni

77

dilatarbelakangi oleh terjerumusnya sebagian kaum perempuan ke dalam tindakan kriminalitas yang sebagian besar dilakukan atas dasar sumber daya manusia yang masih rendah, kesulitan ekonomi, lapangan pekerjaan yang terbatas dan kurangnya pengetahuan tentang pelanggaran hukum. Hal tersebut diungkapkan oleh ibu “KD” selaku Petugas Lembaga Pemasyarakatan, yaitu :

“disini kasusnya macam-macam mbak ada yang masuk karena penipuan, penggelapan uang, nakoba ada juga yang pembunuhan. Kebanyakan mereka masuk Lapas dikarenakan faktor ekoomi, mau keja tetapi kemampuan mereka terbatas padahal kebutuhan terus meningkat, tanpa berfikir panjang mereka terpaksa melakukan tindakan kriminal seperti yang saya sebutkan tadi. Selain itu juga mereka kurang paham tentang hukum”

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak “AM”, selaku staff kepegawaian Lembaga Pemasyarakatan bahwa :

“banyak alasan mereka itu masuk sini. Ada yang nipu biar bisa dapet uang, ada yang judi, narkoba tapi kebanyakan jadi pengedar kalo sini. Ya intinya banyak, tapi memang disini kasusnya mayoritas penipuan sama narkoba itu kalau kasus yang warga binaan perempuan. Ya alasan mereka melakukan itu ada yang karena kepepet nggak punya uang akhirnya nipu, menggelapkan uang dan tindakan criminal lainnya, karna ya memang apa-apa mahal sedangkan kebutuhan hidup mereka juga meningkat dan pada akhirnya mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum seperti itu”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa para perempuan yang menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan mayoritas disebabkan karena faktor ekonomi keluarga sehingga mereka melakukan tindakan seperti penipuan, penggelapan, pencurian, dan pengedar narkoba untuk mencukupi kebutuhan hidup dan tidak memikirkan akibat dari

78

melakukan tindakan pelanggaran hukum tersebut dikarenakan masih sedikitnya pemahaman mereka tentang hukum yang berlaku.

b. Kontribusi Pembinaan Keterampilan untuk Warga Binaan Perempuan

Pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kasus kriminalitas perempuan dan memberdayakan perempuan yang sudah menjadi warga binaan pemasyarakatan. Salah satu pembinaan yang diakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta yakni pembinaan keterampilan. Dengan adanya pembinaan keterampilan mempunyai kontribusi dalam memberdayakan para warga binaan khususnya untuk warga binaan perempuan. Hal tersebut seperti yang diungkapakan oleh ibu “KD” yaitu :

“pastinya sangat berkontribusi sekali,apa lagi untuk mereka yang masuk disini karena faktor ekonomi, jadi sedikit banyak membekali mereka keterampilan yang nantinya bermanfaat ketika mereka keluar dari sini agar tidak melakukan tindakan melanggar hukum karena alasan ekonomi itu tadi. Pada dasarnya pembinaan yang dilakukan disini kan untuk membangun diri mereka kembali, dari segi mentalnya dibina, agamanya dibina, pendidikannya dibina, keteampilan pun juga diberikan, harapannya agar mereka tidak mengulangi kesalahan itu tadi”.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu “KS” selaku Petugas Lembaga pemasyarakatan bahwa :

“ya sangat berkontribusi sekali mbak, apalagi melalui kegiatan keterampilan seperti ini, mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka miliki, nanti hasilnya dijual kan bisa untuk nambah pendapatanselama disini. Apalagi untuk mereka yang latar belakang masuk sini karena masalah ekonomi, nanti kalau sudah bebas kan bisa dipraktekkan dirumah biar nggak melakukan kesalahan lagi”.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan yang dilakukan di

79

Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan sangat berkontribusi dalam pemberdayaan perempuan karena selain mental, kerohanian dan pendidikan mereka dibina, mereka juga diberikan keterampilan agar dapat mengembangkan minat, bakat dan potensi yang dimliki sehingga ketika mereka bebas nanti dapat menjadi bekal untuk berbaur kembali dengan masyarakat dan tidak melakukan kesalahan lagi karena alasan ekonomi.

c. Tahap Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan

Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan bertujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan diri dan meningkatkan potensi yang ada dalam Warga Binaan itu sendiri sehingga kelak dapat menjadikan mereka menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pembinaan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dibagi menjadi ke dalam 3 tahap, yaitu :

1. Maximal Security (0-1/3 masa tahanan)

Tahap dimana Warga Binaan Pemasyarakatan sejakmasuk ke Lembaga Pemasyarakatan sampai dengan 1/3 masa tahanandilakukan pembinaan namun masih dalam tahap pengenalan lingkungan. Dalam tahap ini kegiatan pengenalanyang dilakukan yaitu:

a) Registrasi

Kegiatan ini mencatat informasi yang berhubungan dengan identitas diri misalnya nama, alamat, agama, perkara pidana dan sebagainya. Kegiatan ini penting untuk dilakukan karena dengan

80

registrasi ini data diri dari setiap Warga Binaan Pemasyarakatan menjadi jelas sehingga apabila terjadi sesuatu terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan akan dapat diinformasikan kepada keluarga.

b) Orientasi (Mapenaling)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengenalan Lembaga Pemasyarakatan, Warga Binaan Pemasyarakatan dikenalkan dengan program – program dan hak serta kewajiban mereka sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan. Selain itu pada masa ini mereka diperkenalkan kepada wali mereka yang tidak lain adalah Petugas Pemasyarakatan itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan orientasi bagi setiap Warga Binaan Pemasyarakatan penting untuk dilakukan karena dengan kegiatan orientasi ini Warga Binaan Pemasyarakatan akan lebih mengenal berbagai macam program yang akan diberikan kepada mereka dan mereka mengetahui apa yang menjadi hak mereka sehingga apabila hak mereka di dalam Lembaga Pemasyarakatan tidak terpenuhi mereka bisa menuntut hak mereka serta dengan mengetahui kewajiban mereka berarti mereka akan mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan dan taati peraturan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan sehingga mereka tidak melakukan kesalahan kembali dan membuat semakin berat hukuman yang akan mereka jalani.

81

Selain itu dalam tahap orientasi ini dengan dikenalkannya Warga Binaan Pemasyarakatan kepada wali mereka sehingga setiap Warga Binaan Pemasyarakatan akan diperhatikan oleh masing – masing wali mereka dan mereka dapat berkonsultasi tentang apa saja yang ingin mereka ceritakan, sehingga wali mereka akan memberikan pencerahan dan solusi untuk masalah yang mereka alami.

c) Identifikasi

Kegiatan ini bertujuan untuk mencari informasi tentang potensi yang ada di dalam diri Warga Binaan Pemasyarakatan yang kemudian akan disesuaikan dengan program – program yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan. Dalam akhir kegiatan ini akan mendapatkan gambaran potensi – potensi yang ada pada Warga Binaan Pemasyarakatan . Mereka akan diberi kegiatan yang sama dalam program – program pembinaan yang dilakukan yang kemudian akan dievaluasi masing – masing Warga Binaan yang mana yang paling menonjol.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengidentifikasi potensi bagi setiap Warga Binaan Pemasyarakatan sangatlah penting dilakukan agar program yang dilakukan terarah dan hasil yang kemudian yang diinginkan akan lebih maksimal karena potensi yang ada dalam diri Warga Binaan Pemasyarakatan

82

diharapkan dapatberkembang dan kelak dapat menjadikan Warga Binaan Pemasyrakatan menjadi manusia yang berkualitas.

d) Seleksi

Kegiatan ini bertujuan untuk menyeleksi dan mengelompokkan Warga Binaan Pemasyarakatan yang sama menjadi satu.Kegiatan ini menjadi penting untuk dilakukan sehingga kegiatan pembinaan yang kelak dilakukan dapat teratur dan terarah.

e) Penelitian Pemasyarakatan

Kegiatan ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai pelengkap kegiatan awal pengenalan sebelumnya dan dapat dijadikan dasar untuk pembinaan berikutnya. Kegiatan ini penting untuk dilakukan karena dengan adanya penelitian pemasyarakatan ini Petugas Pemasyarakatan akan lebih mengenal masing – masing Warga Binaan Pemasyarakatan dan dari sini karakteristik tiap orang dapat terlihat karena di Lembaga Pemasyarakatan Warga Binaan Pemasyarakatan mempunyai karakter diri yang berbeda – beda jadi penanganan yang dilakukan dapat disesuaikan.

2. Medium Security (1/3- ½ masa tahanan)

Lanjutan tahap pertama adalah tahapMedium Security (1/3 s/d 1/2 masa tahanan), dimana Warga Binaan Pemasyarakatan melaksanakan 1/3 masa pidana sampai dengan masa 1/2 pidana.Pada tahap ini mereka meneruskan bimbingan yang telah diberikan pada

83

tahap pertama. Pada tahap ini Warga Binaan Pemasyarakatan yang memperoleh penilaian apabila baik sudah dapat diasimilasikan di luar Lembaga Pemasyarakatan sebagai persiapan menjelang ia kembali kemasyarakat luas setelah bebas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap lanjutan ini sangat berguna bagi perkembangan diri setiap Warga Binaan Pemasyarakatan karena Warga Binaan yang telah mendapatkan kepercayaan untuk mendapatkan asimilasi di luar Lembaga Pemasyarakatan akan membantu mereka dalam melatih mental dan menumbuhkan kepercayaan diri kembali karena dalam tahap ini mereka dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat pada umumnya meskipun dengan waktu yang telah ditentukan mereka harus sudah kembali ke Lembaga Pemasyarakatan lagi. Dalam tahap ini mereka belajar untuk mengenal dan bergabung kembali dengan dunia luar sehingga kelak ketika mereka telah kembali ke masyarakat, mereka memiliki rasa percaya diri dan kembali ikut dalam pembangunan bangsa kembali.

3. Tahap akhir / Integrasi (2/3 - akhir masa tahanan)

Apabila Warga Binaan Pemasyarakatan telah menjalani 2/3 dari masa pidana serta berkelakuan baik maka dapat diusulkan cuti menjelang bebas, menerima pelepasan bersyarat, kemudian mereka mendapatkan pembinaan integrasi, dan hal ini dilakukan di luar Lembaga Pemasyarakatan.

84

Kegiatan yang dilakukan tahap akhir ini adalah kegiatan yang paling dinanti – nanti oleh para Warga Binaan Pemasyarakatan karena dengan dilakukannya kegiatan tahap akhir ini berarti mereka dalam waktu dekat akan kembali ke masyarakat lagi setelah mereka melewati tahap – tahap sebelumnya.

d. Perencanaan Program Pembinaan Keterampilan

Kegiatan perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Melakukan perencanaan terlebih dahulu dalam melakukan pembinaan keterampilan sangat perlu untuk dilakukan agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan tujuan serta tepat sasaran. Dalam hal ini kegiatan perencanaan dilakukan oleh para Petugas Pemasyarakatan yang kemudian dilakukan koordinasi dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Dalam kegiatan ini akan dilakukan identifikasi terlebih dahulu mengenai minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh warga binaan pemasyarakatan khususnya warga binaan perempuan. Selanjutnya Petugas Pemasyarakatan akan melakukan koordinasi untuk menentukan kegiatan pembinaan keterampilan yang akan dilaksanakan, kemudian dimintakan persetujuan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. Setelah itu, Petugas Pemasyarakatan menentukan Pembina Teknis yang sesuai dengan kegiatan pembinaan keterampilan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “KD” selaku Petugas Pemasyarakatan yang menyatakan bahwa:

85

“Untuk perencanaannya kami lakukan identifikasi terlebih dahulu.Jadi warga binaan yang baru masuk langsung diberikan wali.Nah wali tadi bertanggungjawab atas warga binaannya itu tadi, jadi wali harus mengetahui bakat, potensi dan minat yang warga binaan miliki. Nah setelah tau apa bakat dan minatnya tadi, kita salurkan melalui pembinaan yang ada, dengan syarat warga binaan tadi sudah berstatus sebagai narapidana. Kalau sudah tau apa bakat minatnya, setelah itu ditentukan apa kegiatan yang sesuai dengan potensi yang dimilki.”

Selain itu Ibu “KS” selaku Pembina teknis kegiatan keterampilan juga menyatakan bahwa :

“Ya kalau untuk perencanaan harus kita sesuaikan dengan bakat dan minat warga binaannya mbak, kita lakukan identifikasi dulu apa bakatnya, apa minatnya, baru setelah itu didiskusikan sama Petugas Lembaga Pemasyarakatan lalu Bapak Kalapas juga, untuk menentukan keterampilan apa yang akan diberikan. Kadang ada juga kegiatan pelatihan keterampilan dari luar mbak, dari mahasiswa yang praktek, apa lembaga-lembaga yang ingin bekerjasama dengan Lapas. Kayak batik ini, dulu awalnya dari mahasiswa Atmajaya yang praktek disini, kebetulan saya juga lagi belajar batik tulis juga, yang minat juga ada, makanya saya lanjutkan mbak batik tulisnya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan perencanaan pembinaan keterampilan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan adalah pertama-tama dilakukan perwalian untuk setiap warga binaan, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bakat, minat dan potensi yang dimiliki oleh para warga binaan perempuan. Kegiatan identifikasi ini sangatlah penting dilakukan sehingga program yang dilakukan dapat terarah dan hasil yang diinginkan akan tercapai. Setelah mengetahui hasilnya, lalu dikoordinasikan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan untuk kemudian ditentukan pembinaan

86

keterampilan apa yang sesuai untuk warga binaan. Selain itu, pembinaan keterampilan kadang diisi kegiatan keterampilan dari luar misalnya dari mahasiswa yang sedang melakukan praktek dan lembaga-lembaga yang ingin bekerjasama dengan Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan.

1) Materi dan Metode Pembinaan Keterampilan

Dalam penentuan materi dan metode harus disesuaikan dengan kondisi warga binaan perempuan yang mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan. Hal tersebut harus diperhatikan mengingat kondisi warga belajar yang ada di Lembaga Pemasyarakatan berbeda dengan kondisi warga belajar pada umumnya. Sehingga materi yang digunakan harus mudah dipahami oleh warga binaan perempuan. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan juga sangat berbeda dan dengan menggunakan pendekatan tertentu terlebih dahulu.

Materi yang telah disusun dan akan disampaikan pada saaat pelaksanaan pembinaan keterampilan dibuat berbeda-beda karena materi disesuaikan dengan keterampilan yang diajarkan. Materi yang disampaikan dimulai dari materi dasar mengenai keterampilan yang diajarkan yang digunakan sebagai pengantar sebelum kemudian praktek langsung mengenai keterampilan yang diajarkan. Oleh karena materi yang diajarkan hanya materi dasar saja, maka disediakan buku untuk warga binaan yang ingin memperdalam ilmu tentang keterampilan yang diikuti. Materi yang disampaikan dilakukan secara

87

santai dan yang lebih penting materi tersebut mudah dipahami oleh warga binaan, hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh ibu “AS” selaku Pembina teknis kegiatan keterampilan bahwa :

“Ya kalau saya pribadi menyampaikan materi ya santai mbak yang penting bisa dipahami sama warga binaan, disesuaikan juga dengan kegiatan keterampilannya. Kalau menjahit ya diberikan materi dasar dulu awalnya, nanti langsung praktek.Kalau batik kan dulu materinya dari pembina yang disedikan mahasiswa Atmajaya, kalau sekarang praktek terus, cuma disediakan buku kalau mau mempelajari tentang batik lebih dalam lagi”.

Diperkuat dengan pendapat “BN” selaku Warga Binaan Pemasyarakatan perempuan, yaitu :

“Kalau materi yang diberikan ya jelas mbak, gampang dimengerti. Saya kan ikut menjahit, jadi dulu dikasih materi tentang membuat pola dasar dulu, caranya ngukur gimana, alat-alatnya apa aja, gimana cara njaitnya, ya sampai sekarang jadi bisa ini mbak, pokoknya banyak mbak, lengkap”

Hal serupa juga diungkapkan oleh “SL” selaku Warga Binaan Pemasyarakatan perempuan, yakni :

“Materi ya mbak, ya jelas mbak cara menyampaikan pada kita juga enak, enggak sepaneng, ya gampang aja mbak ngikutinnya. Dulu dijelasin tentang cara membatik dulu, terus langsung praktek nggambar motif batik, terus di gambar pake malam kayak gini mbak, habis ini kan dikasih warna, terus dilorot, terus udah jadi batiknya”

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa materi yang disampaikan oleh pembina teknis saat pelaksanaan pembinaan keterampilan adalah disesuaikan dengan keterampilan yang diajarkan kepada warga binaan perempuan. Dimulai dari diberikan materi dasar hingga mempraktekkan langsung keterampilan yang diajarkan.Warga binaan perempuan juga disediakan buku jika ingin

88

memperdalam pengetahuan sesuai dengan keterampilan yang mereka minati. Penyampaian materi yang dilakukan santai dan mudah dipahami oleh warga binaan perempuan Sehingga materi yang disampaikan akan mudah diterima oleh Warga Binaan Pemasyarakatan apabila diberikan secara ringan dan sederhana. Dalam pelaksanaan pembinaan untuk warga binaan pemasyarakatan, pembina teknis harus menggunakan metode tertentu agar tujuan dari pembinaa tersebut dapat tercapai, tidak terkecuali dalam pembinaan keterampilan.

Kemudian untuk metode pendekatan yang digunakan oleh Petugas Pemasyarakatan maupun Pembina Teknis yang dipakai dalam proses pelaksanaan pembinaan keterampilan sangat berpengaruh dalam penerimaan materi yang diberikan kepada warga binaan perempuan. Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan keterampilan yang dilaksanakan di Lembaaga Pemasyarakatan Wirogunan yaitu melalui metode ceramah, praktek dan pemberian motivasi serta pendekatan secara personal dan kelompok. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh ibu “AS” selaku pembina teknis pembinaan keterampilan, yaitu :

“Metode yang saya pakai selama pembelajaran ya macem-macem mbak, kadang ceramah, kadang saya beri motivasi, tetapi kebanyakan memang praktek langsung kayak gini. Biasanya saya kalau materi cuma 15% aja, nanti selebihnya praktek soalnya kalau keterampilan kan memang banyak prakteknya dari pada materi, nanti sambil jalan saya sisipkan motivas-motivasi untuk mereka, biar mereka tetep semangat ikut kegiatan seperti ini. Kalau metode pembinaan untuk warga binaan tahanan gini kan beda mbak, harus lebih ke personal

89

pendekatnnya biar kalo ada apa-apa kita bisa selesaikan bersama-sama”.

Hal serupa juga disampaikan oleh “SL” selaku Warga Binaan yang mengikuti keterampilan membatik, yaitu :

“Kalau metodenya ya kebanyakan kita praktek e mbak, paling materi itu cuma pas awal aja, kalau udah pada ngerti ya pada langsung praktek sendiri-sendiri kayak gini. Ya kadang diberikan motivasi juga pas praktek, maklum to mbak kadang-kadang jenuh apalagi mbatik kayak gini, harus tlaten dan memang lama kan prosesnya. Kalau nanti ada kesulitan ya tanya sama pembina teknisnya kalau enggak ya tanya temen yang udah bisa”.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode sangat berpengaruh dalam kegiatan pembinaan keterampilan agar tujuan dari pembinaan dapat tercapai. Pembinaan keterampilan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan menggunakan beberapa metode yakni ceramah, praktek dan pemberian motivasi serta pendekatan secara personal dan kelompok. Karena pembinaan yang diajarkan bersifat keterampilan, maka lebih banyak dilakukan praktek secara langsung, tetapi diawal kegiatan tetap diberikan materi dasar dengan metode ceramah dan pada saat kegiatan praktek berlangsung juga diberikan materi motivasi, hal tersebut dilakukan agar warga binaan perempuan tetap mempunyai semangat mengikuti kegiatan keterampilan.Selain itu, dilakukan pendekatan secara personal agar pembina teknis dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman warga binaan terhadap pembinaan keterampilan yang diikuti.

90