• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Pembinaan Keterampilan a. Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan a.Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori

4. Tinjauan tentang Pembinaan Keterampilan a. Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan a.Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

Sistem pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang dikenal dengan nama Pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembaga pada tanggal 27 April 1964. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999, dijelaskan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, sikap dan perilaku professional serta kesehatan dan rohani narapidana.

Arti dari kata pembinaan itu sendiri diambil dari kata dasar bina yaitu mengusahakan agar lebih baik, sehingga pengertian pembinaan adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (KBBI, 2005 : 152). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang diwujudkan dalam kegiatan dengan maksud untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam sistem pemasyarakatan, warga binaan pemasyarakatan tidak lagi dianggap sebagai objek dan pribadi yang harus dikucilkan dengan tindak pidana yang dilakukannya. Warga binaan pemasyarakatan dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, itikad dan potensi yang positif yang dapat digali dan dikembangkan dalam rangka

37

pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan ikut berperan dalam pembangunan bangsa. Maka dari itu dilakukan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan selama berada di dalam Lapas sebagai bentuk pemenuhan hak sebagai warga binaan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam pasal 6 Undang-undang No. 12 Tahun 1995, bahwa “pembinaan warga binaan pemasyarakatan dilakukan di LAPAS dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan dilakukan oleh BAPAS”.

Sistem pembinaan pemasyarakatan menurut Undang-undang No.12 Tahun 1995 Pasal 5 dilaksanakan berdasarkan asas :

a) Pengayoman;

b) Persamaan perlakuan dan pelayanan; c) Pendidikan;

d) Pembimbingan;

e) Penghormatan harkat dan martabat manusia;

f) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan

g) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.

b. Tujuan Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

Perkembangan pembinaan untuk warga binaan pemasyarakatan berkaitan erat dengan tujuan pemidanaan. Tujuan perlakuan terhadap warga binaan di Indonesia mulai tampak sejak tahun 1964 saat diadakan konferensi kepenjaraan di Lembaga, bahwa tujuan pemidanaan adalah

38

pemasyarakatan, jadi mereka yang menjadi warga binaan masyarakat bukan lagi dibuat jera akan tetap dibina untuk kemudian dimasyarakatkan.

Secara umum pembinaan yang dilakukan kepada warga binaan pemasyarakatan bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan :

1) Memantapkan iman (ketahanan mental) mereka.

2) Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam lembaga pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani pidananya.

Secara khusus pembinaan yang dilakukan kepada warga binaan pemasyarakatan ditujukan agar selama masa pembinaaan dan setelah seleai menjalankan masa pidananya :

1) Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

2) Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

3) Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin, serta mampu menggalang rasa kesetiakawanan social.

4) Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara (Departemen Kehakiman dan HAM RI, 2004 : 56-57)

39

Walaupun demikian, dalam rangka memudahkan warga binaan pemasyarakatan untuk berinteraksi kembali dan menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat, maka tetap perlu adanya interaksi antara warga binaan pemasyarakatan dengan pembinaan yang bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan dapat merasakan bahwa sebagai pribadi dan warga Negara Indonesia, mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dan Negara. Selain itu, warga binaan pemasyarakatan dapat menjadi unsur pemasyarakatan yang mampu menciptakan opini dan citra pemasyarakatan yang baik.

c. Metode Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

Dalam pelaksanaan pembinaan warga binaan pemasyarakatan, instruktur atau Pembina menggunakan metode tertentu agar tujuan dari pembinaan dapat tercapai. Metode tersebut antara lain :

1) Pembinaan berupa interaksi langsung yang sifatnyakekeluargaan antara instruktur atau Pembina dengan yang dibina (warga binaan). 2) Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah

tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil di antara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji, menempatkan warga binaan pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajibannya dengan manusia lainnya.

40

4) Pemeliharaan dan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan dengan tingkat keadaan yang dihadapi.

5) Pendekatan individual dan kelompok, (Departemen Kehakiman dan HAM RI, 2004 : 65)

d. Konsep Keterampilan

Unsur yang terpenting dalam rangkaian usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan dan latihan.Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah formal dan berlangsung seumur hidup.Sedangkan latihan (training) adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Latihan diartikan juga sebagai suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

Keterampilan diartikan sebagai suatu kecekatan, kecakapan, dan kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan dengan baik dan cermat. Menurut Legge keterampilan berarti kemampuan mengkoordinasikan dan tenaga yang bertingkat-tingkat, yaitu : 1) keterampilan yang hanya menggunakan otot atau tenaga dan hanya sedikit menggunakan pikiran. 2) keterampilan yang banyak menggunakan pikiran atau otak dan sedikit menggunakan otot, dan 3) keterampilan yang banyak menggunakan tenaga sedikit pikiran dan sedikit otot. Dengan demikian, keterampilan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam

41

memberikan kemampuan dan keterampilan yang produktif sesuai dengan minat dan bakat sebagai bekal dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup.

Keterampilan adalah suatu performasi yang ekonomis dan efektif dalam pencapaian suatu maksud dan fungsi keterampilan sebagai suatu bekal atau modal dasar tenaga kerja/seseorang untuk dapat bekerja atau melakukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasinya (keahliannya). Keterampilan atau keahlian (skill)merupakan kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam menghadapi tugas-tugas yang bersifat teknis atau non teknis.Kecakapan keterampilan (skill)

merupakan suatu kecakapan atau keterampilan yang dapat diperoleh melalui latihan atau pengalaman.Pembinaan keterampilan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam memberikan pengalaman, kemampuan dan keterampilan yang produktif sesuai dengan minat dan bakat warga binaan khususnya warga binaan perempuan. kegiatan tersebut ditujukan agar dapat digunakan sebagai bekal dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup dan sebagai bekal reintegrasi dengan masyarakat kembali.

5. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan Keterampilan di