• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kefarmasian dan Obat 1. Pelayanan Kefarmasian

PONED I SOP Rawat Jalan, terdiri dari

B. Indeks Kepuasan Masyarakat

2.2. STANDAR SUMBER DAYA

2.2.4. Pelayanan Kefarmasian dan Obat 1. Pelayanan Kefarmasian

1. Deskripsi

Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang berorientasi kepada penyediaan obat yang bermutu sesuai pedoman/standar, termasuk pelayanan farmasi yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.Suatu pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

2. Kegiatan Kefarmasian

Obat dan bahan habis pakai harus terjamin ketersediaannya dan distribusinya untuk mendukung pelayanan di Puskesmas

a. Kegiatan di dalam gedung

1) Pelayanan farmasi yang sesuai standar baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia

a) Pengkajian dan pelayanan resep (pelayanan farmasi klinis) b) Pelayanan informasi obat

c) Konseling penggunaan obat

d) Visite petugas farmasi terkait dengan penggunaan obat (terutama di Puskesmas rawat inap)

2) Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penyerahan perbekalan farmasi

3) Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang meliputi penyiapan, pencampuran, penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi efek samping, perhitungan kadar dan harga

4) Penyediaan informasi dan edukasi terkait dengan kefarmasian bagi tenaga kesehatan dan pasien

5) Penyediaan bahan/alat steril untuk keperluan kegiatan medis dan perawatan tertentu,dalam Puskesmas perawatan (jika diperlukan)

b. Kegiatan di luar gedung

1) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan bakti sosial/pengobatan massal 2) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan Puskesmas keliling

3) Pelayanan kefarmasian yang bersifat insidentil (pada kegiatan penanggulangan bencana)

2.2.4.2. Obat-obatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada manajemen/pengelolaan obat a. Mempunyai alur pelayanan obat

Ada tulisan kamar obat pada ruang pelayanan kefarmasian Resep:

1. Setiap penerimaan resep harus diteliti terlebih dahulu dan setelah diterima diberi nomor urut.

2. Resep harus lengkap, terdiri dari: a) Nomor urut resep.

b) Kop Puskesmas: nama, alamat dan no telp Puskesmas. c) Dokter penulis resep: Nama dokter, Nomor NIP/SIP d) Tanggal penulisan resep.

e) Nama pasien. f) Umur.

g) Alamat pasien.

h) Nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah obat dan umur serta cara pemakaiannya.

3. Resep narkotik dan psikotropik dipisah, diberi garis dan direkap untuk dilaporkan.

4. Resep racikan dikerjakan dalam mortir dan stamfer yang selalu dibersihkan/dicuci dan dikeringkan sehabis dipakai.

b.Penyerahan obat:

1. Sebelum obat diserahkan maka harus dilakukan pengecekan terakhir tentang nama pasien, jenis obat serta kemasannya

2. Penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat (seperti bila obat tersisa dan lupa minum obat) demi meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat. Pemberian obat

3. Informasi obat yang diberikan kepada pasien (Buku Pedoman Pemberian Informasi Obat), meliputi:

a) Dosis obat.

b) Frekuensi pemakaian obat c) Lama pengobatan.

d) Cara pemakaian. e) Efek samping. f) Kontra indikasi.

g) Cara penyimpanan obat sesuai aturan. 4. Etiket obat:

a) Etiket berisi informasi sesuai dengan resep dokter. b) Tulisan pada etiket jelas dan mudah terbaca.

c) Etiket warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar. d) Etiket harus mencantumkan nama pasien, tanggal dan cara pemakaian

c. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan.

d. Pengelolaan meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan serta distribusi obat ke unit pelayanan.

e. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat.

f. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat. g. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat.

h. Obat kadaluarsa dan rusak disimpan secara terpisah/diserahkan ke Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) dengan Berita Acara Penyerahan.

i. Penataan obat:

1. Ruang dalam kondisi bersih, tidak lembab, cukup ventilasi dan penerangan. 2. Mempunyai meja untuk peracikan, plastik obat yang ada tulisannya, kertas

puyer, etiket dan tempat sampah tertutup.

3. Etiket/label pada tempat penyimpanan obat harus lengkap dan tertib, untuk mempermudah pengambilan obat dan mencegah kesalahan pengambilan obat. 4. Penyimpanan obat:

a) Obat disimpan di dalam wadah asli atau wadah yang sesuai

b) Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari obat yang ter kunci c) Obat disusun teratur rapi dalam rak/lemari obat dengan sistimatika

penyimpanan obat sesuai dengan abjad (alfabetis) dengan sistim FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Hal ini berguna untuk mengetahui dengan cepat obat yang rusak dan kadaluarsa

d) Gudang obat memiliki palet dan rak untuk mencegah agar obat tidak lembab dan rusak

e) Puskesmas rawat jalan dan rawat inap harus memiliki lemari narkotika berkunci dan terkunci sebagai tempat penyimpanan obat-obatan narkotika dan psikotropika

f) Terdapat lemari pendingin yang berfungsi dengan baik untuk penyimpanan obatsuppositoria, vaksin atau sera

g) Tidak dijumpai binatang pengerat, rayap dan kecoa Jenis obat-obatan yang harus tersedia di Puskesmas:

I. Jenis obat yang terdapat di Puskesmas sesuai DOEN untuk Puskesmas 2011, terdiri dari :

1. Analgesik, antipiretik, anti inflamasi non steroid dan anti pirai 1.1. Analgesik narkotik

1.2. Analgesik non narkotik 1.3. Antipirai

2. Anestetik

2.1. Anestetik lokal

2.2. Anestetik umum dan oksigen Puskesmas……… Jl………. Kab/Kota………..Telp……….. Tanggal ……..…… Nama:……….. Aturan pakai: ……x……..tab/caps/sendok takar Sebelum/sesudah makan Puskesmas……… Jl………. Kab/Kota………..Telp………. Tanggal ……..…… Nama:……….. Aturan pakai: Obat luar

2.3. Obat untuk prosedur pre operatif 3. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis

4. Anti dotum dan obat lain untuk keracunan umum dan khusus 5. Antiepilepsi-antikonvulsi

6. Antiinfeksi : 2.1. Antelmintik 2.2. Antibakteri

1) Beta laktam

2) Antibakteri lain (Tetrasiklin, Kloramfenikol, Sulfa Trimetoprim, Makrolid)

3) Anti infeksi khusus (Anti lepra, anti tuberculosis, antiseptik saluran kemih)

4) Antifungi (sistemik dan topikal)

5) Antiprotozoa (antiamoeba, antimalaria). 7. Anti Migren (profilaksis dan serangan akut) 8. Anti Parkinson

9. Obat yang mempengaruhi darah (antianemia, obat yang mempengaruhi koagulasi).

10. Diagnostik (test fungsi dan test kulit) 11. Desinfektan dan antiseptik

12. Obat dan bahan untuk gigi dan mulut 13. Diuretik.

14. Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral dan parenteral, kontraseptik, hormon tiroid dan antitiroid, kortikosteroid )

15. Kardiovaskuler (anti angina, anti aritmia, anti hipertensi, anti agregasi platelet, gagal jantung, obat untuk syok, anti hiperlipidemia)

16. Obat topikal untuk kulit (anti bakteri, anti fungi, anti inflamasi dan anti pruritik, anti scabies dan anti pedikulosis, kaustik, keratolitik dan keratoplastik)

17. Larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain (oral, parenteral dll )

18. Obat untuk mata (anestetik lokal, anti mikroba, midriatik, miotik dan anti glaukoma)

19. Oksitosik dan relaksan uterus

20. Psikofarmaka (anti ansietas dan anti insomnia, anti depresi dan anti mania, anti obsesi kompulsi, anti psikosis)

21. Obat untuk saluran cerna (antasida dan anti ulkus, anti emetik, anti hemoroid, anti spasmodik, obat untuk diare, katartik)

22. Obat untuk saluran nafas (anti asma, antitusif, ekspektoran)

23. Obat yang mempengaruhi sistem imun (serum dan immunoglobulin, vaksin) 24. Obat untuk Telinga, Hidung dan Tenggorokan

II. Obat emergensi dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada ruang Unit Gawat Darurat adalah:

1. Adrenalin 1:1000 2. Noradrenalin 3. Norepinefrin 4. Ephedrine 5. Sulfas atropine 6. Antihistamin 7. Hidrokortison vial 8. Aminophilin 240mg/10 ml 9. Transamin 10. Dopamin 11. Diphenhidramin 12. Diazepam ampul 13. Antipiretika 14. Koagulantia 15. Anti kejang 16. Papaverin

17. Cairan infus Ringer Lactat, Na Cl 0,9 %, Glucose 5%, 40% 18. Infus set

19. Uterotonika 20. MgSo4

III. Obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 25 Juli 2002, adalah:

1. Roborantia 2. Vaksin 3. Syok anafilaktik a) Adrenalin 1:1000 b) Antihistamin Hidrokortison c) Aminophilin 240 mg/10 ml 4. Sedativa 5. Antibiotika 6. Cairan infus 7. Uterotonika 8. Antipiretika 9. Koagulantia 10. Anti kejang 11. Glycerin 12. Obat luka 13. Dopamin 14. Obat penanganan asfiksia pada bayi baru lahir 15. Cairan desinfektan (termasuk Chorine)

2.2.4.3 Alat Habis Pakai Laboratorium A. Persyaratan Reagen

Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap pemeriksaan di laboratorium Puskesmas. Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain:

a. Perhatikan tanggal kadaluarsa dan suhu penyimpanan.

b. Pemakaian reagen dengan metode First Expired First out sesuai urutan penerimaan. c. Sisa pemakaian reagens tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan

reagen.

e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan. f. Lindungi label dari kerusakan.

g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak terkena cahaya matahari secara langsung.

h. Reagen harus terdaftar di Kementrian Kesehatan.

i. Reagen ditentukan berdasarkan jens peralatan dan jenis pemerikasaan serta metodenya (lihat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat).

2.2.5. Pembiayaan dan Manajemen Keuangan