STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP
4. Upaya Rawat Inap
3.2. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP DENGAN PONED
Dalam rangka mendekatkan akses penanganan gawat darurat obstetri dan neonatal Puskesmas perawatan perlu dilengkapi dengan program pengembangan PONED.
Puskesmas Rawat Inap dengan PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas siap memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader masyarakat, bidan di desa, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
Kriteria pengembangan Puskesmas rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap dengan PONED :
1. Puskesmas rawat inap dengan sarana pertolongan persalinan yang sudah berfungsi baik.
2. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan.
a. Melayani sekitar 50.000-100.000 penduduk yang tercakup oleh Puskesmas (termasuk penduduk diluar wilayah Puskesmas rawat inap dengan PONED), kecuali Puskesmas di kepulauan.
b. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas biasa ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 (satu) jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
c. Berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 (dua) jam ke rumah sakit d. Dapat dilalui oleh sarana transportasi umum
Persyaratan Puskesmas PONED:
1. Ada telaahan kebutuhan Puskesmas Perawatan mampu PONED dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Mempunyai tanah yang tidak bermasalah
3. Ada kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan , biaya operasional dan pemenuhan sarana rumah dinas bagi petugas PONED Puskesmas (Tim PONED harus berada dalam satu lokasi)
Kriteria Puskesmas PONED : 1. Puskesmas PONED Aktif
a. Puskesmas rawat inap mempunyai Tim PONED yang lengkap (dokter, bidan dan atau perawat),
b. Minimal 1 orang dokter dan 1 orang bidan terlatih PONED yang bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas PONED.
c. Mempunyai PONED kit siap pakai, suasana aseptik dan tersedia air bersih mengalir.
d. Mampu menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. e. Mempunyai obat dan bahan habis pakai cukup
f. Mempunyai biaya operasional
g. Ada SK tentang penunjukan menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan PONED dari Bupati/Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Puskesmas PONED Tidak Aktif
Tidak memenuhi kriteria Puskesmas PONED Aktif.
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap dengan PONED dengan penambahan.
3.2.1 Standar Manajemen dan Administrasi 1. Kelembagaan
Menjadi keharusan bahwa Puskesmas mempunyai surat berupa pengesahan tentang status Puskesmas rawat inap dengan PONED sebagai institusi/sarana kesehatan yang ditanda tangani oleh Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Tujuan, sama dengan tujuan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
a. Menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan memberikan pertolongan pertama, stabilisasi serta mempersiapkan rujukan ke Rumah Sakit PONEK
b. Mencegah kematian ibu dan bayi.
3. Uraian tugas, sama dengan uraian tugas Puskesmas rawat inap, dengan penambahan Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya. Tabel 3.1.Pembagian tugas Petugas Kesehatan/Tim PONED
No Tenaga Medis Jumlah Tugas Umum Tugas Khusus 1. Dokter 1 orang Penyelenggaraan
pelayanan medis
-Menegakkan diagnosa dan menentukan terapi serta tindakan pada kasus kegawat daruratan maternal dan neonatal
-Operator pada tindakan obstetri dan neonatal sesuai kewenangannya
-Melakukan rujukan jika diperlukan
2. Bidan Pelaksana 1 orang Pelayanan asuhan
kebidanan Melaksanakan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir.
3. Bidan/Perawat 1 orang Asuhan
Kebidanan/Keperawatan Membantu pelaksanaan tindakan obstetri persiapan dan dan neonatal/keperawatan
4. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat inap dengan penambahan: Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal, dengan ruang lingkup meliputi :
a. Pemantauan kemajuan persalinan b. Pengendalian infeksi
c. Tatalaksana kegawatdaruratan medik Maternal Neonatal d. Tatalaksana perdarahan pada kehamilan muda
e. Tatalaksana perdarahan post partum
f. Tatalaksana hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi/eklampsi g. Tatalaksana persalinan macet
h. Tatalaksana ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis i. Tatalaksana infeksi nifas
j. Tatalaksana asfiksia pada bayi baru lahir
k. Tatalaksana gangguan nafas pada bayi baru lahir l. Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) m. Tatalaksana hipotermi
n. Tatalaksana hipoglikemi pada bayi baru lahir o. Tatalaksana ikterus/hiperbilirubinemia neonatus p. Tatalaksana kejang pada neonatus
q. Tatalaksana infeksi neonatus
r. Tatalaksana stabilisasi, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
s. Tatalaksana persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan obstetri neonatal
5. Rujukan
Puskesmas PONED wajib melakukan rujukan dengan prosedur rujukan yang aman ke rumah sakit PONEK untuk kasus emergensi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas. Pada kasus PONED yang tidak mampu ditangani, penderita mendapat penanganan awal dan kondisi penderita distabilkan, selanjutnya akan dirujuk ke Rumah Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif) Kabupaten/ Kota dan setelah sembuh dikembalikan ke Puskesmas dengan surat rujukan balik.
6. SOP, sama dengan SOP Puskesmas rawat Jalan, dengan penambahan SOP Puskesmas rawat inap dan SOP Rawat Inap PONED
3.2.2. Standar Sumber Daya 1. Bangunan dan ruang
Bangunan dan ruangan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan Puskesmas rawat inap dengan penambahan ( lihat hal 63):
a. Ruang Bersalin
b. Ruang Perawatan Pasca Persalinan/Rawat Gabung
2. Sumber daya manusia, sama dengan Puskesmas rawat inap dengan perubahan sumber daya manusia
a. Mempunyai tim PONED yang terdiri dari minimal seorang dokter umum dan seorang bidan yang sudah mengikuti pelatihan PONED dan magang di Rumah Sakit dengan bimbingan dokter spesialis
b. Tim mau bekerja minimal 2 (dua) tahun setelah mengikuti pelatihan dan harus siap memberi pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal selama 24 jam
c. Tim PONED bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas, dengan waktu tempuh maksimal 15 menit ke Puskesmas.
3. Obat-obatan
Obat-obatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
a. Untuk perdarahan post partum : Oksitosin parenteral/injeksi(disimpan di pada suhu 3-5 derajat C),ergometrin injeksi, misoprostol tablet
b. Untuk pre eklampsia berat / eklampsia : MgSO4 injeksi (20%-40%), nifedipin, atenolol/labetalol
c. Antibiotika: Ampicilin ( kaplet 500 mg, kaplet 1000 mg, injeksi), Gentamycin 80 mg injeksi, Metronidazole injeksi
d. Calsium glukonas injeksi
e. Cairan infus : Ringer Lactat/ NaCl 0.9%/ Dextrose 5%/ Dextran 40%/ D1/2 Salin, HES
f. Infus set dan transfusi set
g. Kateter urin dan kantong urin, kondom h. Alat suntik 1, 2 ½ , 3, 5, 10, 20cc i. Tabung Oksigen minimal 2 j. Sodium bikarbonat 8,4%
k. Neonatal: Vitamin K1, Salep mata Tetrasiklin, Dexametason injeksi l. Lidocain
m. Adrenalin/Nor‐epinephrine injeksi b. Ketamine HCl
c. Diazepam injeksi d. Dopamin/Dobutamin
e. Naloxone dan Sulfas Atropin f. Furosemide injeksi, Nifedipin tablet 3.2.3 Standar Upaya Pelayanan Kesehatan
Standar upaya pelayanan kesehatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan Puskesmas rawat inap, ditambah dengan:
1. Upaya Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi a. Deskriptif
Puskesmas yang memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang meliputi segi :
1) Pelayanan obstetri yang meliputi pemberian oksitosin parenteral, antibiotika parenteral dan sedativa, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forceps ekstraksi.
2) Pelayanan neonatal yang meliputi resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan paranteral, pemberian Bic-nat intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi. b. Kegiatan Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi.
Tabel 3.2. Kegiatan Upaya Penanganan Kegawatdaruratan di dalam dan di luar Puskesmas
Upaya Kegiatan di dalam Gedung Kegiatan di luar Gedung
Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi
1) Penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda (abortus)
2) Persalinan
3) Penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk plasenta manual
1) Rujukan kasus. Puskesmas PONED wajib melakukan rujukan ke RS PONEK untuk kasus-kasus emergensi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas dengan
4) Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi 5) Pertolongan persalinan dengan
faktor penyulit (ekstraksi vacum) 6) Penatalaksanaan ketuban pecah
sebelum waktunya
7) Penatalaksanaan infeksi nifas 8) Penatalaksanaan asfiksia pada 9) Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
10) Penatalaksanaan hipotermi
11) Penatalaksanaan hipoglikemi pada bayi baru lahir
12) Penatalaksanaan ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
13) Penatalaksanaan kejang pada neonatus
14) Penatalaksanaan infeksi neonatus 15) Melakukan stabilisasi dan rujukan
kasus gawat darurat maternal neonatal bayi baru lahir ke Rumah Sakit
prosedur rujukan yang aman
2) Kunjungan rumah bila pasien sudah kembali dari Puskesmas rawat inap dengan PONED atau Rumah Sakit.
Sumber: Buku Acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
3.2.4. Pencatatan, Pelaporan dan Visualisasi Data, sama dengan Puskesmas rawat inap ditambah dengan tabel hal 48.
BAB 4 PENUTUP
Standar Puskesmas ini merupakan revisi terhadap buku Standar Puskesmas Rawat Inap, diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Puskesmas rawat jalan dan rawat inap agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal melalui pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Standar Puskesmas merupakan acuan Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kebijakan operasional setempat sesuai dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing. Diharapkan standar ini bermanfaat dan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan secara rutin terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas rawat jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap PONED. Pada akhirnya, diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas meningkat.
Penyusunan buku Standar Puskesmas ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya dengan melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan buku ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan Standar Puskesmas ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan dan pendidikan kesehatan demi kesempurnaan buku ini.