• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal Post Test kedua

4.3 Pembahasan .1 Minat Siswa .1Minat Siswa

4.3.2 Pemahaman Belajar Siswa

Berdasarkan observasi dokumen hasil belajar siswa kelas IVA tahun ajaran 2012/2013 mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa rata-rata nilai ulangan pada materi perkembangan teknologi di Indonesia sebesar 68.5. Sedangkan persentase jumlah siswa yang tidak lulus KKM sebesar 53.83%. Sesuai dengan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 Februari 2014 di kelas IV, rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan kurangnya upaya guru dalam menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Ceramah merupakan metode yang sering digunakan dan merupakan salah satu pilihan utama guru untuk menyampaikan materi.

Padahal, kegiatan pembelajaran yang didominasi metode ceramah tidak akan menjamin keefektifan pembelajaran. Seperti siswa akan merasa mudah bosan, kebosanan saat guru menyampaikan materi dengan metode ceramah sering kali terjadi, sehingga siswa akan lebih sering menguap atau meletakan kepalanya diatas meja. Beliau menyadari bahwa dalam kegiatan pembelajaran tersebut, minat belajar yang dimiliki siswa kurang tampak. Menurut guru kelas IVA, kurang tampaknya minat belajar siswa dikarenakan materi pada mata pelajaran IPS sangat banyak dan bersifat hafalan, termasuk pada materi perkembangan teknologi di Indonesia. Mengakibatkan guru kelas IVA sering merasa kesulitan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran IPS.

Djamarah dan Zain (2010;9) mengatakan belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Oleh karena itu pemanfaatan mind map dalam kegiatan pembelajaran dirasa sangat bermanfaat bagi peneliti. Siswa ikut dilibatkan dalam proses pemecahan masalah saat kegiatan membuat mind map. Selanjutnya siswa digiring untuk melihat hubungan yang terjadi antara cabang dengan beberapa rangkaian masalah yang terdapat pada mind map (Buzan, 2005: 38). Selain itu siswa juga dibimbing untuk memahami hubungan tiap cabang yang menunjukan inti dari permasalahan yang sedang dipelajari siswa

Peneliti mencoba merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dalam setiap aktivitas pembelajaran. Peneliti merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menekankan pada kegiatan eksplorasi, elaboradi dan konfirmasi di dalam kegiatanya. Eksplorasi merupakan kegiatan yang melibatkan siswa secara menyeluruh untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi merupakan hasil pengalaman dari kegiatan eksplorasi, dimana siswa didorong untuk menyampaikan hasil pengalamanya bersama teman-temanya. Sedangkan konfirmasi merupakan kegiatan umpan balik terhadap apa yang dihasilkan siswa melalui pengalaman belajar di dalam kegiatan konfirmasi juga terdapat pembenaran, penegasan dan pengesahan untuk menguatkan pengetahuan yang siswa peroleh.

Pada penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memanfaatkan metode mind map untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa. Berdasarkan hasil post-test pertama, diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

rata-rata dari 68,45 pada tahun ajaran 2012/2013 menjadi 75,19. Persentase jumlah siswa yang lulus KKM pada post-test pertama juga mengalami peningkatan dari 56,42% menjadi 77,78%. Berikut tabel yang menunjukkan kenaikan pemahaman belajar siswa.

No. Nama Siswa Nilai post tes 1 Tuntas/tidak tuntas Nilai post tes 2 Tuntas/tidak tuntas

1 DKI 60 Tidak tuntas 76 Tuntas 2 IG.L 73 Tuntas 84 Tuntas 3 DV 73 Tuntas 84 Tuntas 4 ADM 100 Tuntas 92 Tuntas 5 FRD 66 Tidak tuntas 84 Tuntas 6 FRN 80 Tuntas 84 Tuntas 7 ANR 80 Tuntas 84 Tuntas 8 SNA 80 Tuntas 80 Tuntas 9 WDY 60 Tidak tuntas 80 Tuntas 10 AZ 80 Tuntas 96 Tuntas 11 KV 60 Tidak tuntas 64 Tidak Tuntas 12 ADL 73 Tuntas 84 Tuntas 13 FDL 73 Tuntas 88 Tuntas 14 IML 73 Tuntas 84 Tuntas 15 ARY 73 Tuntas 84 Tuntas 16 FN 80 Tuntas 88 Tuntas 17 RTS 80 Tuntas 84 Tuntas 18 LTG 80 Tuntas 88 Tuntas 19 BY 66 Tidak tuntas 80 Tuntas 20 DNA 93 Tuntas 92 Tuntas 21 HBL 80 Tuntas 88 Tuntas 22 GIQ 86 Tuntas 84 Tuntas 23 ILM 80 Tuntas 84 Tuntas 24 SN 73 Tuntas 72 Tuntas 25 ES 73 Tuntas 80 Tuntas 26 DTO 60 Tidak tuntas 64 Tidak Tuntas 27 RM

Rata-rata nilai 75.19 82.76

Jumlah siswa tuntas KKM

21 24

Prosentase 77.78% 88.88%

Tabel 4.9. Peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa

Tabel di atas menunjukan adanya peningkatan dari rata-rata pada post-test pertama sebesar 75.19 menjadi 82.76 pada post-test kedua. Prosentase siswa yang

lulus KKM sebesar 67 juga mengalami peningkatan dari semula sebesar 77.78% menjadi 88,88%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode mind map pada mata pelajaran IPS di kelas IVA SDN Keceme1, mampu meningkatkan pemahaman belajar siswa. Berikut tabel tentang pencapaian hasil belajar siswa.

Variable Indikator Kondisi awal Target capaian Siklus 1 Instrumen Keterangan Post test 1 Post test 2 Prestasi/ pemaha man belajar Rerata nilai siswa 67,3 72 75,19 82,76 Post test Jumlah nilai seluruh siswa dibagi jumlah siswa Prosentase jumlah siswa lulus kkm 56,66% 75% 77,78% 88,88% post test Jumlah siswa yang lulus KKM dikali 100% dibagi jumlah keseluruhan siswa

Tabel 4.10. Pencapaian hasil belajar siswa

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa indikator rerata nilai siswa melebihi target capaian penelitian. Peneliti hanya menargetkan rerata nilai 72, akan tetapi pada post-test pertama dan post-test kedua mengalami peningkatan masing-masing dari 75,19 menjadi 88.69. Pada indikator presentase jumlah siswa lulus KKM juga melebihi target yang telah ditetapkan oleh peneliti. Semula peneliti hanya menargetkan peningkatan sebesar 75%, akan tetapi target yang dicapai melebihi target capaian awal sebesar 77.78% pada post-test pertama menjadi 88.88% pada post-test kedua. Sehingga dari hasil rerata nilai siswa dan prosentase jumlah siswa lulus KKM tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode mind map dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas IVA SDN Keceme1 pada mata pelajaran IPS.

Metode mind map mampu meningkatkan pemahaman belajar siswa karena mind map disusun berdasarkan karakteristik tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa kelas IVA SDN Keceme1 berada di usia rata-rata 9-11 tahun. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001), pada usia 9-11 tahun anak memasuki tahapan belajar operasional konkret. Merupakan tahap dimana anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Namun dalam proses membangun pengetahuan tersebut seorang anak membutuhkan benda nyata atau kongkrit, sehingga memudahkan anak untuk mengembangkan pengetahuannya. Pada tahap ini pula seorang anak sudah mampu menggunakan operasi yang mereka ketahui serta sikap individual anak sudah mulai berkurang. Sikap tersebut tampak saat siswa bekerjasama mengerjakan LKS maupun membuat mind map. Setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Sehingga siswa mengurangi sikap individualnya dengan sikap saling bekerjasama dan memberikan kesempatan kepada temannya untuk mencoba melakukan.

Gambar 4.18. Kerjasama yang terbentuk saat mengerjakan LKS Melalui aktivitas pembuatan mind map, siswa diarahkan untuk menggunakan dua hal dalam proses berpikir yaitu berpikir imajinatif dan derfikir

asosiatif (Buzan, 2005:12). Berpikir secara imajinatif memungkinkan seorang siswa untuk mengingat materi pelajaran, karena berpikir imajinatif memungkinkan segala sesuatu tampak lebih menarik. Ringkasan materi atau sumber buku IPS yang mempelajari tampak lebih mudah dipahami bila kalimat yang terdapat pada ringkasan atau sumber buku IPS dibayangkan sebagai benda konkret. Sebagai contoh siswa menemukan istilah kata transportasi, kemudian siswa tersebut dapat mengimajinasikan kata transportasi menjadi sebuah gambar mobil, pesawat, perahu, jalan raya atau atau terminal. Sedangkan berpikir asosiatif merupakan proses berpikir dimana pengetahuan lama yang dimiliki merangsang timbulnya pengetahuan-pengetahuan baru. Berpikir asosiatif juga tidak ditentukan atau diarahkan, sehingga pengetahuan itu akan timbul dengan pengetahuan sebelumnya.

Pembuatan mind map dirancang melalui dua proses berpikir, yaitu imajinatif dan asosiatif (Buzan,2005:12). Dalam pembuatan mind map siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan imajinasi serta menggabungkan pengetahuan yang baru didapat dengan pengetahuan sebelumya sehingga dapat dituangkan kedalam bentuk visual. Bentuk visual tersebut merupakan mind map yang didalamnya terdapat unsur garis lengkung, warna, gambar dan kata kunci.

Gambar 4.19. Mind map yang dibuat oleh siswa

Pada gambar di atas, mind map yang dibuat siswa dengan memadukan unsur garis lengkung, warna, simbol atau gambar dan kata kunci. Hasil karya mind map yang dibuat siswa sudah terlihat bagus, tetapi pada mind map tersebut salah satu unsur yang menjadi ciri khas dalam mind map belum tampak, yaitu gambar atau simbol untuk mewakili kata kunci. Namun secara keseluruhan kegiatan membuat mind map pada pertemuan pertama ini dirasa berhasil, karena sudah mewakili 5 kata kerja pada tahap memahami Taksonomi Bloom. Beberapa kelompok terlihat sudah mampu memberikan contoh teknologi produksi dan merangkum kalimat-kalimat panjang dari ringkasan materi atau dari referensi lain sehingga dapat ditarik kesimpulan menjadi sebuah kata kunci.

Kelompok lain juga terlihat sudah mampu membuat kesimpulan dari beragam peristiwa seperti cara berkomunikasi pada zaman dahulu dengan cara berkomunikasi masa kini serta menuliskan perbandingannya pada LKS. Saat kegiatan persentasi berlangsung, setiap siswa belajar menjelaskan mind map yang telah mereka buat secara berkelompok maupun secara individu. Semakin baik

siswa menguasai materi, maka semakin baik pula kemampuan siswa dalam menjelaskan materi. Hal tersebut membuktikan bahwa 5 kata kerja dalam tahap pemahaman Taksonomi Bloom yaitu memberikan contoh, menjelaskan, merangkum, menyimpulkan dan membandingkan sudah terlihat selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

Gambar 4.20. Mind map yang dibuat siswa pada pertemuan pertama Sedangkan saat kegiatan membuat mind map yang dilakukan secara mandiri, siswa tampak lebih antusias. Hal tersebut terjadi karena siswa diberikan kesempatan untuk berkreativitas dan berimajinasi membuat pola, menggunakan perpaduan warna, pemilihan kata kunci serta menghias mind map dapat disesuaikan dengan keinginan siswa, tanpa mempertimbangkan pendapat siswa lain. Mind map yang dibuat siswa tampak lebih berbobot terlihat dari isi (kata kunci) cukup lengkap dan unsur pendukung lainnya (garis, warna, gambar) juga termuat di dalamnya.

Melalui aktivitas membuat mind map, pemahaman siswa IVA SDN Keceme 1 menjadi lebih berkembang sehingga siswa mampu memberikan contoh

atau mencontoh, merangkum, menjelaskan, menyimpulkan serta membandingkan. Gambar 4.20 merupakan hasil kerja siswa secara berkelompok. Topik yang menjadi pusat pembelajaran digambarkan dengan bendera merah putih. Bendera merah putih melambangkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan pertama. Materi tersebut adalah perkembangan teknologi produksi dan komunikasi di Indonesia. Selanjutnya siswa membagi garis lengkung menjadi 2 cabang, yaitu perkembangan teknologi produksi dan komunikasi.

Teknologi produksi diwakilkan melalui simbol pakaian, kue, dan kayu. Siswa mengartikan pakaian sebagai teknologi produksi sandang, kue diartikan sebagai teknologi produksi pangan, dan teknologi produksi papan yang disimbolkan melalui kayu. Begitu halnya dengan simbol yang dituangkan pada perkembangan teknologi komunikasi, siswa telah mampu membandingkan dan memberikan contoh perkembangan teknologi komunikasi modern dan tradisional di Indonesia. Teknologi komunikasi modern digambarkan dengan simbol handphone dan komputer, sedangkan simbol bedug, burung merpati, dan surat mewakili perkembangan teknologi komunikasi tradisional. Contoh yang dituliskan pada cabang mind map merupakan rangkuman dari berbagai sumber buku referensi yang dituangkan menjadi sebuah kata kunci sederhana yang mewakili permasalahan yang dibahas. Penentuan kata kunci tersebut menuntut kemampuan menyimpulkan. Karena bila referensi yang digunakan siswa banyak, sementara kemampuan menyimpulkan kata kunci rendah, maka dipastikan kata kunci yang dipilih akan keluar dari permasalahan yang dibahas.

Gambar 4.21. Garis, gambar dan warna tampak pada mind map yang dibuat

Gambar 4.21 merupakan hasil pekerjaan siswa secara individu. Kata kunci yang dituliskan ditengah merupakan materi yang akan dipelajari secara keseluruhan. Pemberian garis lengkung pada mind map dilakukan untuk memisahkan sub-sub materi yang dipelajari. Sub-sub materi tersebut diantaranya perkembangan teknologi produksi, perkembangan teknologi komunikasi, perkembangan teknologi transportasi, dan dampak perkembangan teknologi di Indonesia. Tiap sub materi sudah diwakilkan dengan simbol yang sesuai dengan materi, contohnya siswa sudah mampu membandingkan teknologi transportasi modern dan tradisional yang disimbolkan dengan sepeda motor dan mobil. Simbol gerobak menggambarkan teknologi transportasi tradisional. Unsur yang digunakan siswa dalam membuat mind map sudah membuktikan bahwa 5 kata kerja dalam tahap pemahaman Taksonomi Bloom yaitu memberikan contoh, menjelaskan, merangkum, menyimpulkan dan membandingkan sudah terlihat selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

Kamampuan memahami siswa sangat terbantu dengan adanya kegiatan membuat mind map dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa bernama T***a ‘kalo

belajarnya pake mind map jadi lebih cepat ngerti mas, soalnya ada gambar sama

kata kuncinya’. Melalui wawancara tersebut menunjukan bahwa melalui kegiatan membuat mind map siswa akan lebih terbantu dalam memahami ataupun mengingat materi. Siswa lebih mudah memahami karena mind map merupakan visualisasi dari berbagai bentuk seperti, gambar, simbol, garis, maupun perpaduan warna warna. Selain hal tersebut, mind map juga mampu merubah konsep-konsep abstrak kebentuk konkrit. Siswa tidak hanya mengingat suatu masalah dalam pemikiran mereka. Melainkan, siswa juga mampu melihatnya secara langsung bentuk gambar atau simbol-simbol yang mewakili materi pada mind map.

Mind map tidak hanya menyenangkan, tetapi mind map memiliki unsur yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa tahap operasional konkret (Piaget dalam Suparno, 2001), di mana seorang anak mengalami proses belajar dengan cara melihat benda konkret atau nyata. Gambar, garis lengkung, dan warna merupakan bentuk nyata. Melalui aktivitas pembuatan mind map pemahaman belajar siswa kelas IVA SDN Keceme 1 pada mata pelajaran IPS semakin meningkat.

131 BAB V

Dokumen terkait