PENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI KECEME 1 TERHADAP MATA PELAJARAN
IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Eka Budi Hertanto 101134111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulisan skripsi ini dengan tulus peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi limpahan berkat dan karuniaNYA
sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang dan
nasihat-nasihat yang sangat berarti.
3. Sr. Alexia dan Fendi Nurdiyanto yang selalu memberikan kritik dan saran
ketika penyusunan skripsi.
4. Semua teman-teman PGSD angkatan 2010 yang telah memberikan banyak
cerita tentang pengalaman suka-duka ketika kuliah.
5. Teman-teman kos yang selalu memberikan motivasi bagi saya.
v
MOTTO
“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya” (Matius 21:22)
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Lukas 11:9)
“Someday you’ll be brighter than the star, just be strong, just be brave, and be
sure…..karena kamu bisa dan mau berusaha” (Fendi)
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI KECEME 1 TERHADAP MATA PELAJARAN IPS
MENGGUNAKAN METODE MIND MAP
Oleh: Eka Budi Hertanto
NIM: 101134111
Hasil observasi dan lembar kuesioner siswa di kelas IVA SD Negeri Keceme 1 menunjukkan minat belajar siswa saat pelajaran IPS termasuk kategori rendah. Peneliti berasumsi bahwa rendahnya minat saat pelajaran IPS mempengaruhi rendahnya pemahaman belajar siswa pada pelajaran tersebut. Hal tersebut diperkuat dari hasil ulangan siswa yang menunjukan 13 dari 30 siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 67,00. Rendahnya pemahaman belajar tersebut mendorong peneliti mengadakan penelitian yang bertujuan meningkatkan minat dan pemahaman belajar siswa menggunakan metode mind map.
Jenis penelitian merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah 27 siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian adalah peningkatan minat dan pemahaman belajar siswa menggunakan metode mind map pada pelajaran IPS materi jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Peneliti menggunakan instrumen penelitian kuesioner, lembar observasi, post-test dan didukung data wawancara dengan guru. Penelitian dilaksanakan 1 (satu) siklus dan data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.
Hasil observasi penelitian menunjukkan peningkatan minat ditandai dengan antusiasme siswa saat belajar, banyaknya siswa merespon pertanyaan guru, dan kesiapan siswa sebelum pelajaran. Hasil kuesioner minat menunjukkan rata-rata ekspresi perasaan senang 80,13%, keaktifan dalam pelajaran sebesar 77,19%, partisipasi dalam pelajaran sebesar 79,83%, ketertarikan pada materi pelajaran menjadi 84,48%, dan keinginan mengikuti pelajaran sebesar 83, 87%. Pemusatan perhatian juga mengalami peningkatan menjadi 83,43%. Sedangkan, hasil penelitian terhadap pemahaman belajar menunjukkan peningkatan dari semula 13 (dari 30) siswa tidak lulus KKM sebesar 67, menjadi 2 (dari 26) siswa.
ix
ABSTRACK
THE ENHANCEMENT OF STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING UNDERSTANDING TOWARDS SOCIAL STUDY OF THE IVA IN SD
NEGERI KECEME 1 USING BY MIND MAP METHODS
By:
Eka Budi Hertanto Student Number: 101134111
The results of observations and questionnaires in social study of the IVA grades in SD Negeri Keceme 1 indicated that the studies interest in school study is relatively low. The researchers assumed that the students lack of interest in social studies resulted in the students minimum understanding on the related lesson. This condition encouraged the researcher to conduct a classroom action research to increase the studies interest and understanding in studying social science using mind mapping method.
This classroom action research. The subject was 27 students of Class IVA SD Negeri 1 Keceme the school year 2013/2014. The object of the research is to increase interest and understanding in studying social science using mind maps. To collecting data, the researchers use questionnaires, observation sheets, post-test data and interviews with teachers as research instrument. The classroom action research was conducted 1 (one) cycle and the data were analyzed by descriptive research descriptively.
The results of the study revealed that the students increased marked by the enthusiasm while studying. Many students responded to the teachers' questions, and the readiness of students before class. Results of the questionnaire shows average interest in expression of feelings of pleasure 80,13%, activity when subjects become of 77,19%, participation in become of 79,83%, interest in the subject matter being 84,48%, and the willingness to follow the become of 83, 87%. Concentration also increased to 83,43%. Meanwhile, the results of research on understanding learning shows an improvement from the original 13 (from 30) students do not pass the KKM amounted to 67, becoming the 2nd (out of 26) students.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan segala berkat dan penyertaan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN
BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI KECEME 1 TERHADAP MATA
PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP” ini dengan baik.
Penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini, tidak akan terwujud
tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. Ignatia Esti S., M.Hum., dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, dorongan, semangat serta sumbangan pemikiran yang
peneliti butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang
sangat berguna selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Walidi,S.Pd., selaku kepala SD Negeri Keceme 1 yang telah memberi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
1.6 Batasan Masalah ... 8
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 10
2.1.2 Metode Pembelajaran ... 13
2.1.3 Metode Pembelajaran Mind Map ... 15
2.1.4 Pemahaman ... 18
2.1.5 Minat ... 21
2.1.6 Indikator Minat ... 22
2.1.7 Hakikat Pembelajaran IPS SD ... 24
2.2 Penelitian yang Relevan ... 27
2.2.1 Penelitian Tentang Minat ... 27
2.2.2 Penelitian Tentang Penggunaan Metode Mind Map ... 28
2.2.3 Literatur Map ... 31
3.3.1 Rencana Tindakan Penelitian ... 39
3.3.2 Perencanaan ... 40
3.3.3 Tindakan Pelaksanaan ... 40
3.3.4 Observasi ... 42
3.3.5 Refleksi ... 43
xiv
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.5.1 Variabel Penelitian ... 45
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 49
3.6.1 Lembar Observasi ... 49
3.6.2 Lembar Kuesioner ... 51
3.6.3 Wawancara ... 53
3.6.4 Instrumen Test ... 54
3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 56
3.7.1 Validitas Penelitian ... 56
3.7.2 Reliabilitas Penelitian ... 68
3.8 Teknik Analisis Data ... 70
3.8.1 Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 71
3.8.2 Peningkatan Pemahaman Belajar Siswa ... 73
3.9 Jadwal Penelitian ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 77
4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 77
4.2 Hasil Minat Siswa Dari Kondisi Awal dan Siklus ... 88
4.2.1 Hasil Pemahaman Belajar Siswa dari Kondisi Awal dan Siklus ... 93
4.3. Pembahasan ... 99
4.3.1 Minat Siswa ... 99
4.3.2 Pemahaman Belajar ... 120
xiii
5.2 Keterbatasan ... 134
5.3 Saran ... 134
DAFTAR REFERENSI ... 136
LAMPIRAN ... 139
CURICULUM VITAE ... 275
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 3
3.1 Kondisi awal minat dan pemahaman belajar siswa ... 43
3.2 Variabel penelitian ... 45
3.3 Kisi-kisi rubrik pengamatan minat ... 49
3.4 Lembar observasi minat ... 51
3.5 Lembar kuesioner minat siswa ... 52
3.6 Lembar wawancara ... 53
3.7 Kisi-kisi soal post-test 1 ... 54
3.8 Kisi-kisi soal post-test 2 ... 55
3.9 Hasil validitas instrumen pembelajaran ... 60
3.10 Kriteria validitas instrumen pembelajaran ... 60
3.11 Hasil validasi instrumen minat ... 61
3.12 Kriteria validasi instrumen minat ... 61
3.13 Kisi-kisi butir angket uji coba ... 62
3.14 Item setelah Uji Faktor Analysis ... 63
3.15 Lembar kuesioner siap digunakan ... 65
3.16 Hasil uji validitas soal post-test 1 ... 66
3.17 Hasil uji validitas soal post-test 2 ... 67
3.18 Koefisien reliabilitas ... 69
3.19 Reliabilitas soal post-test pertama ... 69
3.20 Reliabilitas soal post-test kedua ... 69
3.21 Hasil uji reliabilitas kuesioner minat belajar siswa ... 70
xv
3.23 Jadwal Penelitian ... 76
TABEL IV 4.1 Kuesioner minat awal siswa ... 89
4.2 Kuesioner minat akhir siswa ... 90
4.3 Perbandingan minat minat awal dan akhir siswa ... 91
4.4 Perbandingan hasil nilai post-test 1 dan 2 ... 94
4.5 Peningkatan minat belajar siswa (kuesioner) ... 100
4.6 Pencapaian minat belajar siswa ... 101
4.7 Peningkatan minat belajar siswa (kuesioner) ... 102
4.8 Kriteria minat belajar siswa ... 103
4.9 Peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa ... 122
xvi 3.1 Skema model penelitian Hopkins ... 36
3.2 Komponen Analisis Data Wawancara dan Dokumentasi ... 75
GAMBAR 4 4.1 Peningkatan minat belajar siswa ... 92
4.2 Peningkatan persentase siswa dengan skor di atas rata-rata ... 93
4.3 Peningkatan rata-rata pemahaman belajar siswa ... 95
4.4 Persentase pencapaian KKM kondisi awal... 96
4.5 Persentase pencapaian KKM post-test 1 ... 97
4.6 Persentase pencapaian KKM post-test 2 ... 98
4.7 Antusiasme siswa saat kegiatan pembelajaran ... 106
4.8 Siswa membaca buku referensi ... 107
4.9 Kosentrasi siswa saat membuat mind map ... 109
4.10 Siswa tertarik saat membuat mind map ... 110
4.11 Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok ... 111
4.12 Siswa berdiskusi mengerjakan LKS ... 112
4.13 Suasana saat siswa mengerjakan soal post test 1... 114
4.14 Siswa antusias mengerjakan LKS ... 115
4.15 Siswa kosentrasi membuat mind map ... 116
xvii
4.17 Kuesioner minat awal dan akhir ... 119
4.18 Kerjasama saat pembuatan mind map ... 124
4.19 Gambar mind map 1 yang dibuat kelompok... 126
4.20 Gambar mind map 2 yang dibuat kelompok... 127
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
1.1 Surat Izin Penelitian ... 141
1.2 Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ... 142
LAMPIRAN 2 2.1 Daftar Nilai Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2012/2013 ... 144
2.2 Data Kuesioner Minat Awal Siswa Kelas IV ... 145
2.3 Kuesioner Minat Awal Siswa ... 146
2.4 Data Kuesioner Minat Akhir Siswa Kelas IV TA 2013/2014 ... 149
2.5 Kuesioner Minat Akhir Siswa ... 150
LAMPIRAN 3 3.1 Silabus Pembelajaran ... 153
3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 ... 156
3.3 LKS 1 ... 165
3.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ... 174
3.5 LKS 2 ... 183 5.1 Validasi Kuesioner Guru Kelas ... 201
ivxx
5.3 Validasi Dosen Ahli ... 207
LAMPIRAN 6 6.1 Validitas dan Reliabilitas Soal Post-test 1(Uji Coba) ... 210
6.2 Uji Validitas Soal Post-test 1 ... 218
6.3 Hasil Uji Validitas Soal Post-test 1 ... 219
6.4 Validitas dan Reliabilitas Soal Post-test 2(Uji Coba) ... 223
6.5 Uji Validitas Soal Post-test 2 ... 233
6.6 Hasil Uji Validitas Soal Post-test 1 ... 234
6.7 Hasil Analisis Faktor (Uji- F Analysis) Kuesioner ... 242
LAMPIRAN 7 7.1 Kisi-kisi Soal Post-test 1 ... 245
7.2 Kisi-kisi Soal Post-test 1 ... 246
LAMPIRAN 8 8.1 Observasi Minat Awal ... 248
8.1 Observasi Minat Siswa Pertemuan Ke-1 ... 249
8.2 Observasi Minat Siswa Pertemuan Ke-3 ... 250
LAMPIRAN 9 9.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan ke-1 ... 252
9.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan ke-2 ... 262
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi oprasional. Latar belakang masalah memuat
alasan-alasan perlunya dilakukan penelitian, rumusan masalah memuat inti
permasalahan yang akan dipecahkan, sedangkan tujuan penelitian memuat
harapan yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat peelitian memuat kegunaan
yang akan diambil dari permasalahan yang diteliti, dan definisi oprasional
memuat istilah terkait penelitian ini.
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
pokok di jenjang pendidikan (BSNP, 2006: 167). Siswa sekolah dasar sudah
mulai dikenalkan pada ilmu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan budaya
yang menjadi satu kesatuan dalam satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS
digunakan sebagai salah satu mata pelajaran untuk Ujian Akhir Sekolah (UAS).
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan aspek dalam diri siswa
yang berkaitan dengan kehidupan sosial, nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
(BSNP, 2006: 175).
Untuk mewujudkan aspek yang terkait dengan kehidupan sosial, nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan, siswa perlu memiliki minat agar dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru. Minat menjadi penentu keberhasilan
mendapatkan yang terbaik dalam pelajaran tersebut namun ketika siswa tidak
mempunyai minat yang baik maka dia tidak akan berusaha maksimal dalam
mendapatkan prestasi belajarnya (Muslich, 2010:118). Minat tidak dapat muncul
begitu saja tanpa ada dorongan dari lingkungan sekitar, guru sebagai pendidik
bertugas memfasilitasi proses kegiatan pembelajaran bagi siswa (Djiwandono, 2006:365-366). Dengan demikian, penciptaan situasi belajar yang dapat
menumbuhkembangkan minat belajar siswa menjadi amat penting pengaruhnya
terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil observasi awal peneliti pada tanggal 8 Januari 2014 menunjukan
bahwa minat belajar siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 tergolong rendah.
Hasil observasi menunjukan tiga dari jumlah siswa sebanyak 27 terlambat masuk
kelas saat pelajaran IPS berlangsung. Sedangkan saat guru menyampaikan materi
pembelajaran terdapat 3 orang siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja,
siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru hanya 7 orang siswa,
8 siswa tidak membawa buku paket IPS, sedangkan 14 siswa sibuk mengobrol
dengan teman sebangku, melamun, dan menganggu teman lain saat pelajaran
berlangsung. Hal tersebut juga didukung dengan kuesioner yang dibagikan
kepada siswa pada tanggal 21 Februari 2014.
Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, diketahui bahwa perasaan senang
terhadap pelajaran IPS siswa sebesar 69,33%, keaktifan siswa dalam pelajaran
sebesar 67,77%, partisipasi terhadap pelajaran IPS sebesar 66,83%, ketertarikan
terhadap pelajaran IPS sebesar 67,28%, keinginan mengikuti pelajaran 64,73%,
observasi dan kuesioner, diketahui bahwa minat belajar siswa saat pelajaran IPS
relatif rendahkarena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
variatif. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang digunakan guru
berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman belajar siswa.
Pemahaman belajar siswa yang rendah terhadap mata pelajaran IPS
terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IVA SD Negeri
Keceme 1. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas
IVA SD Negeri Keceme1 tahun ajaran 2012/2013 belum bisa dikatakan
memenuhi target. Sebagian nilai IPS siswa masih di bawah kriteria ketuntasan
belajar minimal (KKM) 67. Rata-rata nilai ulangan siswa pada mata pelajaran IPS
tahun ajaran 2012/2013 sebesar 67,3. Sementara hasil ulangan IPS pada materi
perkembangan teknologi tahun ajaran 2012/2013 menunjukan bahwa 13 dari 30
siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS.
Perlu diketahui pemahaman belajar merupakan bagian dari domain proses
kognitif, sehingga dapat diukur melalui tes prestasi (Azwar, 2011:28). Menurut
taksonomi Bloom (dalam Krathwohl dan Anderson, 2010: 105), pemahaman
merupakan dimensi proses kognitif kategori dua. Proses kognitif dalam
pemahaman meliputi kemampuan siswa dalam menjelaskan kembali materi,
kemampuan menyimpulkan inti dari materi dan kemampuan dalam merangkum
materi. Selain itu, siswa dikatakan memahami materi bila siswa juga mampu
memberikan contoh-contoh nyata dari materi yang baru saja dipelajari.
Berdasarkan dari pemahaman bahwa minat mempengaruhi prestasi belajar
upaya untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
IPS. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode
pembelajaran inovatif, yaitu cara yang ditempuh oleh seorang guru untuk
menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung
bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
membanggakan (Sumantri, 2001:115). Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti
mengujicobakan sebuah metode yang dapat mengaktifkan minat belajar, serta
membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan imajinasinya.
Peneliti menerapkan sebuah metode pembelajaran dengan menggunakan
mind map. Mind map merupakan salah satu metode yang mampu membantu
siswa dalam menajamkan ingatan (Buzan 2005:12). Mind map dapat digunakan
sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran, karena mind map mampu
menggunakan kedua pemain utama dalam ingatan, yaitu imajinasi dan asosiasi
Buzan (2005:12). Imajinasi dapat membantu seseorang untuk mengingat karena
imajinasi membuat segala sesuatu tampak lebih menarik. Sedangkan, asosiatif
merupakan cara seseorang menghubung-hubungkan apa yang diketahui dengan
pengetahuan terdahulu. Selain itu, mind map juga disajikan dengan garis
lengkung, warna, kata kunci, dan gambar yang sesuai dengan rangkaian
sederhana, mendasar dan alami sesuai dengan cara kerja otak.
Siswa SD Negeri Keceme 1 kelas IVA berada pada rentang usia 9-11
tahun. Pada rentang usia tersebut menurut tahapan perkembangan kognitif Piaget
(Trianto, 2007:33) siswa memasuki tahap oprasional konkrit. Pada tahap tersebut
membangun pemikiran tersebut berupa alat bantu nyata/ konkrit. Mind map
berfungsi sebagai alat bantu benda nyata, karena mind map menampilkan materi
dengan perpaduan garis lengkung, warna, simbol, gambar dan kata kunci.
Hasil penelitian Afindra (2011), tentang mind map membuktikan bahwa
teknik mind map dapat meningkatkan prestasi belajar PKn, terlihat dari kondisi
awal nilai rata-rata siswa adalah 58,97. Namun setelah dilaksanakan siklus I nilai
rata-rata siswa mencapai 65,22 dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata
siswa mencapai 71,02. Sedangkan penelitian Darmayoga (2013) menunjukan
bahwa teknik mind map berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
dengan, rata-rata skor hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode Mind Mapping adalah 73,05 sementara rata-rata
skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode konvensional
adalah sebesar 60,63.
Berdasarkan latar belakang di atas tentang keberhasilan penerapan mind
map, peneliti mencoba untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Peningkatan Minat dan Pemahaman Siswa Kelas IVA SD Negeri Keceme 1Terhadap Mata Pelajaran IPS Menggunakan Metode Mind Map”. Melalui penelitian ini, diharapkan diperoleh hasil bahwa metode mind map
benar-benar mampu meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran IPS yang dibatasi pada standar kompetensi 2 “Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada di kelas IVA SD Negeri Keceme 1 adalah
sebagai berikut:
1) Pembelajaran IPS di kelas IVA SD Negeri Keceme 1 belum mampu
mendorong minat belajar siswa.
2) Metode untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
IPS materi “perkembangan teknologi di Indonesia” belum banyak ditemukan.
3) Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS sebesar 67 belum
mampu diperoleh siswa kelas IVA tahun ajaran 2012/2013.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian tindakan
kelas ini dirumuskan menjadi :
1) Bagaimana proses menggunakan metode mind map dalam upaya
meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1
terhadap mata pelajaran IPS?
2) Bagaimana proses menggunakan metode mind map dalam upaya
meningkatkan pemahaman belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut;
1) Peneliti dapat mengetahui metode mind map meningkatkan minat belajar
IPS siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 terhadap mata pelajaran IPS.
2) Peneliti dapat mengetahui metode mind map meningkatkan pemahaman
belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 terhadap mata pelajaran
IPS.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai
berikut;
1) Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi guru
dalam menerapkan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPS
untuk meningkatkan minat dan pemahaman belajar siswa.
2) Bagi siswa
Metode Mind map ini diharapkan membantu dalam meningkatkan minat
dan pemahaman belajar pada mata pelajaran IPS.
3) Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan metode mind map untuk meningkatkan minat
dan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran IPS serta memperluas
wawasan tentang penggunaan metode mind map dalam pembelajaran di
1.6 Batasan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan
pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan metode Mind Map pada siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1
semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Standar kompetensi yang dipilih adalah
standar kompetensi 2 “Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi”. Pada
kompetensi dasar 2.3 “Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya“.
1.7 Definisi Operasional
Berikut ini beberapa definisi operasional yang berguna untuk mengurangi
tingkat keambiguan suatu istilah dalam penelitian ini;
1) Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal..
2) Mind Map adalah suatu teknik mencatat secara kreatif dan efektif.
Pencatatan ini dilakukan dengan cara memetakan gagasan sentral di bagian
tengah, topik utama di cabang utama, dan sub-topik di
cabang-cabang kedua.
3) Minat belajar merupakan kecenderungan atau keinginan dan rasa senang
dalam diri seseorang terhadap suatu objek tertentu yang melahirkan
perubahan yang relatif menetap berupa tingkah laku, pengetahuan, sikap
4) Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam membangun makna
dari kegiatan pembelajaran yang terlihat melalui kemampuan menjelaskan,
menyimpulkan, merangkum, dan memberikan contoh dari materi yang
telah dipelajari.
5) IPS merupakan mata pelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan
membentuk pribadi siswa untuk memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
6) Siswa SD adalah siswa kelas IVA semester 2 tahun ajaran 2013/2014 di
SD Negri Keceme 1, Sleman Yogyakarta.
7) Ruang lingkup materi mata pelajaran IPS yang digunakan untuk penelitian
dibatasi pada materi perkembangan teknologi di Indonesia Kurikulum
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian
pustaka membahas teori-teori yang relevan dan beberapa hasil penelitian
terdahulu. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir berisi tentang landasan atau
rumusan pemikiran dari umum ke khusus dan hipotesis yang berisi dugaan
sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka memaparkan tentang teori perkembangan anak, beberapa
metode pembelajaran secara umum, metode pembelajaran mind map, proses
kognitif pemahaman, dan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Seluruhnya
dibahas secara runtut sebagai berikut.
2.1.1 Teori Perkembangan Anak
Piaget merupakan seorang psikolog berkebangsaan Swiss yang telah
banyak mempengaruhi dunia pendidikan dengan teori konstruktivisme dan teori
perkembangan kognitifnya. Teori perkembangan kognitif Piaget mampu
mempengaruhi dunia pendidikan, terutama dalam bidang pendidikan kognitif
yang hingga saat ini masih bisa diterima. Teori perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock, 2011:28) membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahap: (1) tahap sensorimotor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap
operasional konkret, dan (4) tahap operasional formal. Teori konstruktivisme
Piaget (dalam Suparno, 2001:5) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang itu
guru melainkan individu itu sendirilah yang harus memproses dan mengolah
pengetahuan tersebut. Pengetahuan seorang anak sangat berkaitan dengan
kemampuannya dalam bidang kognitif. Seorang anak harus berperan aktif dalam
membangun pengetahuannya. Berikut ini merupakan tahap perkembangan
koknitif menurut Piaget (dalam Santrock, 2011: 28)
Pada tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun) seorang anak memperoleh
pengetahuan melalui interaksi fisik dari orang lain maupun benda yang berada di
sekitar. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:27) cara perkembangan
sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan
akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya rangsangan, atau kontak
dengan pengalaman atau situasi yang baru. Proses asimilasi dan akomodasi ini
menunjukkan bahwa seorang anak berperan aktif membentuk pengetahuannya.
Selanjutnya tahap kedua praoperasional (usia 2-6 tahun) merupakan tahap
dimana seorang anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata dan gambar.
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan semiotik, yaitu kemampuan untuk
menyatakan atau menjelaskan suatu objek dengan menggunakan simbol atau
tanda. Piaget (dalam Suparno, 2001: 50) membedakan antara simbol dan tanda.
Simbol adalah sesuatu hal yang lebih menyamai dengan yang disimbolkan, seperti
gambaran atau bayangan sedangkan tanda lebih merupakan sesuatu yang
diungkapkan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan. Bahasa tulis, bahasa
Tahap ketiga operasional konkret (usia 6-11 tahun) merupakan tahap
dimana anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan
yang mereka miliki. Anak sudah mampu menambah, mengurangi serta mengubah
operasi yang mereka ketahui. Operasi ini memungkinkan untuk dapat
memecahkan masalah secara logis. Tahap terakhir Operasional Formal (usia 11
tahun-dewasa) merupakan operasi mental tingkat tinggi. Pada tahap ini anak
sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak
hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan
memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada. Dari pendapat
Piaget di atas dapat dimengerti bahwa semakin tinggi tahap perkembangan anak,
akan semakin kompleks pula tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
anak.
Penggolongan perkembangan kognitif menurut Piaget di atas dapat
diketahui bahwa anak kelas IV SD berada pada tahap operasional konkret diusia 6
sampai 11 tahun, dimana peserta didik masih membutuhkan hal-hal yang konkret
untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan menggunakan mind map, pemikiran
konkret dari peserta didik dapat diwakilkan dengan gambar-gambar yang
diberikan kata kunci. Peserta didik dapat membangun pengetahuannya mengenai
hal-hal yang ingin mereka pelajari dengan menggunakan mind map sesuai dengan
2.1.2 Metode Pembelajaran
Upaya untuk meningkatkan minat dan pemahaman belajar siswa terhadap
mata pelajaran IPS merupakan hal utama yang harus diwujudkan dalam
pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan minat dan pemahaman adalah dengan menerapkan metode-metode
pembelajaran. Sanjaya (2006:145) mendefinisikan metode sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut
Sanjaya (2006:145) metode pembelajaran dibedakan menjadi (1) metode ceramah,
(2) metode demonstrasi, (3) metode simulasi, (4) metode diskusi.
Metode yang pertama adalah ceramah. Metode ceramah merupakan
metode paling sering digunakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran.
Metode ini menyajikan materi pembelajaran dengan cara menyampaikannya
secara langsung. Keefektifan metode ceramah terletak pada kompetensi guru
dalam bermain kata-kata atau kalimat. Namun kelemahan metode ceramah yaitu
materi yang didapatkan oleh siswa menjadi terbatas. Materi yang didapatkan
peserta didik sebatas apa yang disampaikan guru, peserta didik menjadi pasif dan
mudah kehilangan fokus saat pembelajaran
Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode yang digunakan
untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran. Metode ini membuat guru lebih aktif daripada siswa,
karena gurulah yang memperlihatkan cara kerja benda yang berkenaan dengan
Metode yang ketiga yaitu simulasi, merupakan metode pembelajaran yang
menyajikan situasi tiruan dari situasi yang sebenarnya. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan oleh siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Kegiatan ini membuat siswa lebih meresapi
pengetahuannya serta mendapat pengalaman langsung dari proses kegiatan
pembelajaran.
Metode pembelajaran selanjutnya adalah diskusi. Diskusi merupakan
metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dan
permasalahan itu diselesaikan oleh siswa itu sendiri dengan cara berdiskusi dan
saling bertukar pendapat dengan siswa lain. Metode diskusi ini berfungsi untuk
mengembangkan siswa. Melalui kegiatan diskusi, pemikiran siswa akan menjadi
lebih beragam, karena siswa akan mendapat pengetahuan tambahan dari
kelompok diskusinya. Metode diskusi akan mendorong siswa lebih aktif dan
kreatif bila dihadapkan pada situasi yang problematis untuk memecahkan suatu
masalah.
Sanjaya (2006:145) telah mengemukakan beberapa metode yang sering
diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Namun, belum ada penjelasan yang
membahas mengenai metode mind map. Padahal mind map termasuk salah satu
metode yang dapat digunakan pada proses pembelajaran. Maka dari itu peneliti
akan membahas metode mind map agar metode mind map dapatdimengerti lebih
2.1.3 Metode Pembelajaran Mind Map
Buzan (2008:4) menjelaskan mind map merupakan peta rute bagi ingatan
yang mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran dan mewakili ide
penting yang dapat membantu mempermudah dalam mengingat suatu
pengetahuan. Mind map akan membuat pembelajaran tetap fokus pada ide utama
dan semua ide tambahan lainnya. Mind map juga membantu dalam menggunakan
otak kanan maupun otak kiri sehingga berkembang dengan baik. Senada dengan
hal tersebut, Windura (2008:16) mengatakan bahwa mind map adalah suatu cara
untuk mencatat informasi dengan cara menggunakan teknik grafis yang
memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita dalam
berpikir dan belajar. Dari pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan
bahwa mind map adalah suatu cara untuk memasukkan informasi ke dalam otak
dengan cara yang kreatif dan efektif sehingga memungkinkan kita untuk
mengeluarkan kembali informasi tersebut dengan cara yang efektif. Mind map
juga memungkinkan otak untuk bereksplorasi dalam berpikir dan belajar.
Mind map memiliki beberapa keunggulan (Buzan 2008:6): (1) mind map
membantu mengaktifkan seluruh otak, (2) mind map dapat membuat orang
berfokus pada pokok bahasan, (3) membantu mengelompokkan konsep yang ada,
(4) Mind map membantu untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang
membantu mengalihkan informasinya dari ingatan jangka pendek ke ingatan
jangka panjang, (5) mampu memunculkan ide-ide baru yang kreatif, dan (6)
Mind Map merupakan kumpulan informasi yang dibuat berdasarkan
kreatifitas dan logika. Kreatifitas diwakili dengan gambar dan simbol-simbol pada
mind map, sedangkan pemikiran logika diwakili dengan kata kunci yang terdapat
dalam setiap cabang. Ketika menggunakan mind map, kita dapat melihat seluruh
kesatuan dan keterkaitan antara informasi yang telah kita buat. Kita dapat
mengetahui alur pengetahuan yang akan kita pelajari dengan melihat setiap
cabang-cabang yang terdapat dalam mind map. Informasi/ pengetahuan yang
dipelajari akan terlihat lebih menyenangkan dibandingkan dengan informasi yang
hanya berupa tulisan yang rapi.
Terdapat tujuh langkah dalam membuat mind map (Buzan, 2008:15).
Langkah pertama yaitu dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar. Memulai langkah dari tengah dapat memberikan
kebebasan kepada otak dalam mengungkapkan diri dengan lebih bebas dan alami.
Kedua gunakan gambar atau foto sentral yang sesuai dengan topik. Gambar
sentral akan lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu berkonsentrasi dan
mengaktifkan otak. Siswa akan lebih mudah mengingat tema atau topik materi
yang telah dipelajari melalui gambar. Ketiga gunakan berbagai macam warna
untuk membuat gambar dan garis lengkung. Warna akan membuat mind map
tampak lebih hidup dan dapat menambah energi kepada pemikiran kreatif dan
menyenangkan. Keempat menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat
dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga, ke tingkat satu dan dua,
hingga seterusnya. Hal tersebut bertujuan untuk membimbing otak dalam
Langkah kelima yaitu membuat garis hubung yang melengkung, bukan
garis lurus karena garis lurus akan membosankan otak. Garis lengkung akan
memudahkan untuk mengarahkan cabang yang dibuat keberbagai arah. Keenam
gunakan satu kata kunci utuk setiap garis karena kata kunci tunggal memberi lebih
banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map. Misalnya sifat, cabang yang
dibuat selanjutnya adalah sifat dari isu sentral yang ditulis; fungsi, cabang yang
dibuat selanjutnya adalah tentang fungsi dari isu sentral yang telah dibuat, dan
langkah ketujuh, gunakan gambar. Seperti pada gambar sentral, setiap gambar
bermakna seribu kata. Dengan demikian menggunakan tujuh langkah tersebut
proses mencatat akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan dengan tingkat
recall (mengingat) yang sangat baik (Sujanto, 2011:65).
Gambar 2.1 contoh mind map
2.1.4 Pemahaman
Dimensi proses kognitif dibagi menjadi beberapa kategori dengan
pengklasifikasian proses-proses kognitif yang dimiliki oleh siswa secara
komprehensif yang terdapat dalam tujuan di bidang pendidikan berdasarkan 6
tahapan taksonomi Bloom (Krathwohl dan Andersoon, 2010:43). Proses kognitif
Bloom (Krathwohl dan Anderson, 2010:99) menyatakan bahwa 6 tahapan dalam
proses kognitif tersebut diawali dengan mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Krathwohl dan Anderson (2010:105) mengatakan proses memahami
merupakan mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, dituliskan, dan disampaikan oleh pengajar atau guru, buku atau layar
komputer. Tujuan pembelajaran di sini adalah untuk transfer pengetahuan.
Pembelajar sudah mengerti sesuatu kalau dapat menghubungkan pengetahuan
baru yang dipelajari dengan pengetahuan lama yang sudah didapat, sehingga
dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru itu dalam skema kognitif yang
sudah dimiliki sebelumnya. Proses tersebut meliputi: menafsirkan, mencontoh
atau meniru, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan. Namun peneliti hanya mengambil 5 kata kerja operasional yang
paling sederhana dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IVA SDN Keceme 1
berada direntang usia 9-11 tahun dan berada pada tahapan operasional konkret
(dalam Suparno, 2001). Kata kerja operasional tersebut diantaranya: memberikan
contoh atau mencontohkan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
Hamalik (2003:48) mengatakan pemahaman merupakan kemampuan siswa
dalam melihat hubungan dari berbagai situasi yang penuh dengan permasalahan
yang timbul di sekitar lingkungannya. Hal senada juga disampaikan Suharsimi
(2009:118), pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau siswa
dalam mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memberikan
contoh, menuliskan kembali dan menyimpulkan suatu materi yang disampaikan
dalam pengajaran. Berdasarkan pengertian tentang pemahaman di atas dapat
disimpulkan bahwa pemahaman belajar siswa merupakan kemampuan siswa
dalam membangun makna dari mata pelajaran, melihat hubungan antar berbagai
situasi serta mampu menuliskan kembali dan menyimpulkan suatu materi yang
disampaikan selama proses pengajaran dalam sebuah situasi yang membutuhkan
pemecahan masalah.
2.1.4.1 Proses kognitif Taksonomi Bloom tahap pemahaman
Memahami menurut Krathwohl dan Anderson (2010:105) merupakan
suatu proses kognitif yang berkaitan dengan kemampuan mentransfer suatu
pengetahuan. Siswa dikatakan memahami suatu materi pelajaran jika siswa
mampu mengkonstruksi atau membangun makna dari pesan pembelajaran baik
secara lisan maupun tertulis. Tahap memahami dikategorikan menjadi tujuh
kegiatan antara lain menafsirkan, memberi contoh, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Namun karena
subyek penelitian merupakan siswa SD dengan rentang usia 9-11 tahun, maka
peneliti mengambil 5 kata kerja operasional yang paling sederhana, diantaranya;
menjelaskan. Pemilihan lima kata kerja tersebut didasarkan pada tahapan
perkembangan kognitif Piaget yaitu operasional konkret.
Kata kerja memberikan contoh dideskripsikan dengan memberikan contoh
tertentu untuk menjelaskan suatu konsep atau prinsip (Krathwohl dan Anderson,
2010: 109). Misalnya siswa dapat memilih dengan benar dari jawaban-jawaban
yang tersedia dari contoh konkret tentang alat-alat transportasi tradisional atau
siswa di dalam kelas dituntut untuk mampu memberikan contoh alat transportasi
tradisional yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Kata kerja merangkum yaitu membuat abstraksi tentang suatu tema umum
(Krathwohl dan Anderson, 2010: 111). Misalkan, setelah membaca buku materi,
siswa diminta menulis ringkasan dari apa yang telah dibaca dalam buku.
Selanjutnya kata kerja menyimpulkan diartikan sebagai membuat kesimpulan,
menginterpolasi, dan menyarikan informasi yang baru diterima secara logis.
Contohnya, setelah siswa belajar mengenai perkembangan teknologi di Indonesia,
siswa selanjutnya diminta untuk membuat kesimpulan tentang materi tersebut.
Kata kerja membandingkan merupakan hubungan atau persamaan dan
perbedaan antara dua gagasan dan objek. Misalnya adalah membandingkan
jenis-jenis alat transportasi yang digunakan pada jaman dulu dan saat ini. Sedangkan
kata kerja menjelaskan merupakan hubungan sebab-akibat dari sesuatu. Misalnya
menjelaskan sebab dan akibat dari munculnya perbukitan. Beberapa model
pertanyaan bisa dilontarkan kepada pembelajar, misalnya; (1) menjelaskan alasan
terjadinya perkembangan teknologi di Indonesia, (2) menyelidiki permasalahan,
misalnya siswa diminta menjelaskan sebab-sebab terjadinya perkembangan
teknologi di Indonesia.
2.1.5 Minat
Menurut Surya (2004: 67) siswa yang mempunyai minat dapat dilihat
melalui rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Dalam hal
ini prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila
yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya,
sehingga motivasi dan minat akan menjadi dua hal yang saling berhubungan
bahwa motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan
minat siswa dalam melakukan kegaitan belajarnya.
Slameto (2010:55) mengemukakan minat merupakan salah satu faktor
psikologis yang mempengaruhi proses belajar. Beliau juga mengatakan bahwa
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat seorang siswa terhadap
materi yang dipelajari. Gie (2002:28-29) berpendapat minat bearti terpusat,
tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan. Beliau juga
mengartikan minat sebagai kemauan siswa dengan segenap kegiatan pikiran
secara penuh untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman dalam
kegiatan pembelajaran.
Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2010:57) “interest is persisting tendeucy
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang dan akan memperoleh kepuasan. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu rasa suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya paksaan. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat serta minat erat hubungannya dengan perasaan, individu, obyek, aktivitas,
dan situasi.
2.1.6 Indikator Minat
Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan
melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. “Keinginan atau
minat dan kehendak atau kemauan sangat mempengaruhi corak perbuatan yang
akan diperlihatkan oleh seseorang” (Sobur, 2003:246). Berdasarkan pendapat
tersebut maka dalam menentukan indikator minat dilakukan dengan menganalisa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu.
Slameto (2010:180) berpendapat bahwa minat dapat diekspresikan melalui
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus disertai rasa
senang, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas.
Djamarah (2002:132) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa minat
diekspresikan siswa melalui pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada lainnya,
partisipasi dalam suatu kegiatan, dan memberikan perhatian yang lebih besar
dikemukakan Marpadi (2008: 112), siswa yang mempunyai minat belajar dapat
dilihat melalui beberapa indikator diantaranya, berusaha menyiapkan buku sesuai
dengan materi pelajaran, antusias mengikuti pelajaran, mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru, memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru saat
merasa kurang paham, mengerjakan tugas yang diberikan guru, membaca buku
pelajaran dan, mencari sumber belajar yang lain.
Berdasarkan uraian tentang indikator minat menurut Marpadi (2008: 113)
dan beberapa pengertian minat belajar siswa yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka peneliti melakukan klasifikasi indikator-indikator minat terkait
dengan peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebagai berikut:
Perasaan senang, meliputi: Siswa antusias mengikuti pelajaran IPS, siswa
tidak mengeluh ketika diberi tugas oleh guru, siswa mempersiapkan buku IPS,
siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan
tenang siap untuk belajar. Sedangkan, indikator keaktifan siswa dalam pelajaran,
meliputi: Siswa aktif bertanya saat pelajaran IPS berlangsung, siswa aktif
menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa
tidak melamun saat pelajaran IPS berlangsung, dan siswa tidak mengerjakan
aktivitas lain saat pelajaran IPS.
Sementara, indikator partisipasi siswa dalam pelajaran, meliputi: Siswa
bertanya kepada guru saat pelajaran IPS, siswa aktif menyampaikan pendapat
dalam diskusi, siswa bekerjasama dalam kelompok, siswa menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru, dan siswa mampu mengerjakan tugas dalam kelompok.
meliputi: Siswa membaca buku pelajaran sesuai dengan materi yang diberikan
guru, siswa mencari sumber belajar lain yang berkaitan dengan materi, siswa
mengerjakan tugas dari guru terkait dengan materi IPS, siswa membawa buku
atau sumber lain untuk belajar, dan siswa mencatat bagian penting materi yang
diajarkan oleh guru.
2.1.7 Hakikat Pembelajarn IPS SD
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena
sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum dan budaya (Kurikulum, 2006: 5).
Soemantri (dalam Sapriya, 2009:11) menjelaskan bahwa IPS merupakan
seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia
yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan
menurut Banks (dalam Sapriya, 2009:10) definisi IPS sebagai berikut:
“The social studies is that part of the elementary and high school
curriculum which has the primary responsibility for helping students to
develop the knowledge, skills, attitudes, and values needed to participate
in the civic life of their local communities, the nation, and the world”.
Berdasarkan kutipan di atas diartikan bahwa, IPS merupakan bagian dari
kurikulum sekolah dan perguruan tinggi dengan tujuan utama untuk membantu
dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan dimasyarakat sekitarnya, di
negara dan di dunia.
Berdasarkan tiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah
studi tentang fenomena-fenomena sosial masyarakat yang merupakan dampak dari
hubungan dan interaksi antar sesama manusia yang meninjau dari berbagai aspek
kehidupan. Maksud dari berbagai aspek mencakup sosiologi (mempelajari
masyarakat dan hubungan antar manusia ), sejarah (mempelajari peristiwa penting
masa lampau), geografi (mempelajari berbagai fenomena fisik muka bumi),
politik (mempelajari ilmu tanegaraan), hukum (mempelajari sistem aturan yang
diberlakukan dalam suatu negara), budaya/antropologi (mempelajari manusia dari
segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan masing-masing daerah).
2.1.7.1 Ruang lingkup
Trianto (2010: 172) mengungkapkan bahwa IPS merupakan integrasi dari
berbagai ilmu sosial yang meliputi sosiologi, sejarah, antropologi, geografi,
hukum, politik dan ekonomi. Sama halnya dengan, BSNP (2006: 176) yang
mengatakan bahwa mata pelajaran IPS memuat materi sosiologi, geografi,
ekonomi dan sejarah. Materi sosiologi mempelajari hubungan antar individu
dengan individu atau kelompok lain dalam suatu komunitas. Sosiologi merupakan
ilmu yang berasumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Berbeda dengan materi sosiologi, materi ekonomi mempunyai ruang
lingkup sebagai segala aktivitas manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau yang mempunyai pengaruh besar
terhadap kehidupan dimasa mendatang.
Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah berhubungan dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu-ilmu pengetahuan alam yang
dikemas sedemikian rupa untuk kepentingan pembelajaran di sekolah (Pusat
Kurikulum 2006:6). Tujuan pendidikan IPS sendiri, yaitu untuk mempersiapkan
peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan
sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta
kemampuan mengambil keputusan (Pusat Kurikulum 2006:6).
2.1.7.2 Tujuan
Tujuan pembelajaran IPS tercantum dalam Pusat Kurikulum (2006:7) yang
menyatakan IPS merupakan pembelajaran yang mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sedangkan pembelajaran IPS
di SD diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut BSNP (2006: 175): (1)
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, (3) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan tujuan IPS adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi serta diharapkan mampu berpikir kritis dan terampil mengatasi masalah
yang terjadi di lingkungan masyarakat.
2.1.7.3 Kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas IV semester 2
Kompetensi IPS kelas IV yang digunakan penelitian ini adalah standar
kompetensi 2 “Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi” pada kompetensi dasar 2.3
“Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya” (Depdikbud, 2007).
2.2 Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian Tentang Minat
Penelitian oleh Febriana, dkk (2013) yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran ARIAS Berbantuan Mind Mapping Terhadap Minat Dan Motivasi
Belajar IPS Siswa Kelas V SD di Gugus Semeru. Penelitian ini menggunakan
penelitian eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data minat belajar
IPS sebesar 7,274. Sedangkan t tabel dengan dk = (n1 + n2) – k adalah 2,0003 yang
berada pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti, t hitung data minat belajar IPS
lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel), sehingga H01 ditolak dan H11 diterima.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
dalam penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan mind mapping dalam
siswa kelas V SD di Gugus Semeru, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana,
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Wahyudin dan Sutikno (2010) meneliti tentang penggunaan metode inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa pada pembelajaran
berbantuan multimedia siswa SMA Negeri 14 Semarang kelas X. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup
signifikan karena secara individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar
meningkat dari 13 siswa menjadi 38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari
60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang
dinyatakan tidak paham pada siklus II, hasil analisis tanggapan siswa terhadap
pengajaran diperoleh rata-rata tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%.
Setelah tindakan, nilai rata-rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%.
2.2.2 Penelitian Tentang Penggunaan Metode Mind Map
Darmayoga, dkk (2013) meneliti pengaruh metode mind map terhadap
prestasi belajar yang ditinjau dari minat pada mata pelajaran IPS. Populasi dan
sampel dari penelitian adalah siswa kelas Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar.
Hasil menunjukan bahwa kontribusi minat terhadap hasil belajar IPS pada siswa
yang mengikuti metode pembelajaran Mind Mapping sebesar 21,44%. Sedangkan
kontribusi minat terhadap hasil belajar IPS pada siswa yang mengikuti metode
pembelajaran konvensional sebesar 20,65%. Kecilnya kontribusi minat terhadap
hasil belajar IPS karena selama ini pelajaran IPS hanya disajikan dengan metode
yang kurang inovatif kepada siswa. Namun demikian, hasil pengujian ini
belajar IPS baik pada siswa yang mengikuti metode mind mapping ataupun pada
siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvesional.
Penelitian Afindra (2011) yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar
Dengan Teknik Pembelajaran Mind Map Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa Kelas IVA SDN Glagahombo 1 Sleman Semester Genap
Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan prestasi
belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa adalah 58,97 dengan jumlah
siswa yang tuntas KKM hanya 34,38%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan
teknik mind map nilai rata-rata siswa mencapai 65,22 dengan jumlah siswa yang
tuntas KKM 47.83%. Pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa mencapai 71.02
dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM 78,26%. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa teknik mind map mampu meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IVA SDN Glagahombo 1
Sleman Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011.
Maryudani (2010) melakukan penelitian dengan judul “peningkatan
prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS dengan teknik mind mapping siswa
kelas V SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010”. Populasi
dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDK Kintelan I Yogyakarta.
Hasil dari 21 siswa 18 diantaranya mendapatkan hasil yang kurang dari KKM dan
nilai rata-rata yang diperoleh 21 siswa adalah 50,42.
Berdasarkan pada penelitian minat dan mind map di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa menciptakan situasi belajar yang mengundang minat
model yang ditawarkan di atas merupakan bagian dari upaya meningkatkan minat
belajar siswa di kelas. Mind map merupakan salah satu metode yang dapat
dijadikan alternatif dalam menciptakan minat belajar siswa. Hal tersebut terlihat
dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa mind map dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Mind map merupakan sebuah metode yang
memadukan garis lengkung, gambar, warna, dan kata kunci. Karena tersusun dari
perpaduan unsur, siswa diharapkan akan tertarik dengan kegiatan pembelajaran
2.2.3 Literature Map
Berikut ini literatur map dari penelitian-penelitian terdahulu
Gambar 2.2. Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu
2.3 Kerangka Berpikir
Minat seorang anak dalam mengikuti pelajaran sangatlah berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman pada mata pelajaran. Minat adalah suatu dorongan
atau rasa tertarik yang muncul secara sadar dari dalam diri individu terhadap suatu
Penelitian tentang Minat
Penelitian tentang metode Mind Map
Darmayoga (2013)
Implementasi mind map terhadap hasil belajar ditinjau dari minat
Pembelajaran dengan teknik mind map untuk meningkatkan prestasi belajar.
Maryudani (2010)
Teknik mind map untuk meningkatkan prestasi belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
obyek, dan individu tersebut tidak ada yang menyuruh. Beberapa siswa memiliki
masalah dengan prestasi belajarnya karena minat mereka terhadap mata pelajaran
tersebut rendah. Salah satu penyebab rendahnya minat seorang anak dalam
mengikuti pembelajaran yaitu disebabkan oleh metode yang digunakan guru saat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan anak akan menimbulkan minat dalam diri anak tersebut
terhadap suatu mata pelajaran.
Metode pembelajaran mind map dipilih sebagai salah satu metode yang
efektif meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Penggunaan unsur-unsur
mind map yang meliputi gambar, warna, simbol, kata dan garis dapat menarik
perhatian siswa. Perhatian siswa yang terbentuk mencegah siswa terpengaruh
gangguan dari luar. Perhatian dalam pembelajaran juga akan menumbuhkan
keinginan siswa untuk mengembangkan diri. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dibangun dengan aktifitas pembuatan mind map. Aktivitas
pembuatan mind map memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan dirinya
dan menumbuhkan kreasi siswa. Siswa mempergunakan gambar, warna, simbol,
kata kunci dan garis dalam pembuatan kreasi mind mapnya. Kegiatan yang
dilakukan dengan mind map serta unsur-unsurnya menumbuhkan perasaan senang
siswa dalam pembelajaran IPS.
Berdasarkan pemaparan tersebut, diharapkan penggunaan teknik mind map
dalam pembelajaran akan menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran.
Penerapan mind map dalam pembelajaran IPS yang dirancang secara menarik
belajar siswa. Hal tersebut dikarnakan mind map dirancang untuk membantu
siswa dalam mengartikan materi pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi
materi yang lebih kongkrit dengan perpaduan dalam mind map.
Pemahaman belajar terbentuk dari aspek kognitif, sikap dan keterampilan
sehingga pembelajaran dengan metode mind map juga melibatkan 3 aspek
tersebut. Siswa menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memahami materi
kemudian menuliskanya dalam mind map. Aspek sikap terlihat saat siswa
bekerjasama dalam kelompok untuk membuat mind map. Melalui kerjasama
dalam kelompok akan melatih siswa untuk bertanggung jawab. Sedangkan aspek
keterampilan dilakukan dengan kegiatan membuat mind map dan presentasi hasil
mind map.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
1. Proses penggunaan metode mind map yang mengandung unsur garis
lengkung, simbol, gambar dan kata kunci mampu meningkatkan minat
belajar siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 terhadap mata pelajaran IPS
Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Proses penggunaan metode mind map yang mengandung unsur garis
lengkung, simbol, gambar dan kata kunci mampu meningkatkan
pemahaman belajar siswa kelas IVA SD Negeri Keceme 1 terhadap mata
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, setting penelitian, rencana
penelitian, teknik dan alat pengumpul data, analisis data, indikator keberhasilan
serta jadwal penelitian. Jenis penelitian memuat dengan cara apa masalah
dipecahkan, sedangkan setting penelitian memuat subjek, objek, waktu dan tempat
penelitian. Rencana penelitian memuat gambaran kegiatan penelitian yang
dilakukan, teknik dan alat pengumpul data memuat cara peneliti untuk
memperoleh data penelitian. Analisis data memuat cara peneliti dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data dari lapangan, indikator keberhasilan
memuat batas keberhasilan dalam penelitian dan jadwal penelitian memuat
tahapan pelaksanaan kegiatan.
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK) untuk meningkatkan sikap dan minat belajar siswa. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
(1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah dan Dwitagama, 2009:9).
Penelitain Tindakan Kelas (PTK) merupakan cara yang strategis bagi guru
untuk memperbaiki layanan kependidikan dalam lingkup pembelajaran di kelas
dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan (Aqib, 2006: 18).