• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN Disiplin Belajar

Dalam dokumen AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN (Halaman 69-81)

Publikasi Elektronik:

PEMBAHASAN Disiplin Belajar

Pengertian belajar menurut Sugihartono (2007: p. 74) merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Ngalim (2006: 102) belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Pendapat lain tentang belajar diungkapkan oleh Wina (2009: p. 112) bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

Masykur Arif Rahman (2011: p. 64-66) mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral,

memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajar-mengajar. Sedangkan disiplin menurut A.S Moenir (2010: p. 94) adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis mauppun tidak tertulis yang telah ditetapkan.

David Johnson (1979) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Educational

Psycology, sebagai berikut: Being a good disciplinarian does not mean, however, that students sit quietly reading or listening. Many instructional activities call for active student involvement and require students to discuss problem with one another or to carry out experiments and operations. Teachers also want students to be enthusiastic about what they are learning.

selanjutnya Johnson mengemukakan bahwa, menjadi siswa yang disiplin itu berarti siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran, penuh perhatian, mengikuti prosedur yang ditentukan, mematuhi norma-norma kelas dan memperhatikan perilakunya.

Disiplin ada dua jenis, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Hal ini seperti diungkapkan oleh A.S Moenir (2010: p. 95-96) sebagai berikut: Mengenai disiplin ada dua jenis yang sangat dominan dalam usaha menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan apa yang dikehendaki organisasi. Kedua disiplin itu adalah disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja atau perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Dapat saja seseorang hadir tepat waktunya, tetapi tidak segera melakukan perbuatan sesuai ketentuan organisasi pada hakekatnya merugikan organisasi.

Disiplin mendorong siswa belajar secara konkrit dalam praktik hidup di sekolah maupun dirumah. Seperti dikemukakan A.S Moenir (2010: p. 95) bahwa melalui disiplin yang tinggi pelaksanaan suatu ukuran dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Sedangkan menurut Slameto (2010: p. 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Slameto (2010: p. 67) juga mengemukakan bahwa jika siswa mau belajar lebih maju maka siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Dari pendapat tersebut, dapat diartikan disiplin dapat membuat siswa belajar lebi maju dan dengan kemajuan yang diperoleh tersebut maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan menurut A.S Moenir (2010: p. 96), untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan.

Disiplin Waktu meliputi (1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu, (2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran, (3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. Sedangkan disiplin perbuatan meliputi patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku, tidak malas belajar, tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya, tidak suka berbohong, tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak mengganggu orang lian yang sedang belajar.

Dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin belajar ada empat macam, yaitu: (1) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah, (2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, (3) Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, (4) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah. Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan setiap macam pengaruh yang ditunjukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.

Untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa di SMP Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung diperlukan indikator-indikator mengenai disiplin belajar. Indikator-indikator ini peneliti menggunkan pendapat A.S Moenir (2010: p. 96), yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan.

Pentingnya Disiplin

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan di manapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar di rumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulam. Disilin merupakan hal yang penting, Menurut Tulus Tu’u (2004: p. 37) dikarenakan (1) melalui disiplin akan muncul kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya, (2) melalui disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan kelas kurang kondusif. (3) menjadikan anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin dalam menaati norma dan nilai kehidupan, (4) disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004: p.35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, (3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya, (4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya, (5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, (6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, (7)Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya, (8) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar

Fungsi disiplin

Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat

sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.

Disiplin juga mampu membangun kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

Melatih kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama.

Pemaksaan Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.

Hukuman dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan

peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan.

Menciptakan lingkungan yang kondusif. Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur. (Tulus Tu’u, 2004, p.38-44)

Dasar Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan mempunyai dasar yang dijadikan sebagai pedoman atau pijakan dan landasan dalam berbuat. Disiplin adalah kunci sukses, karena dengan disiplin orang bisa berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan dan akan membawa hasil sesuai yang diinginkan. Dalam pendidikan, disiplin sangat diperlukan dan disiplin ini menjadi alat pengikat dalam pendidikan, karena dengan adanya disiplin, anak dapat diarahkan, dibimbing dan dididik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.

Kedisiplinan dalam belajar penting diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut Charles Schaefer ada dua macam tujuan kedisiplinan belajar yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian diri sendiri dan mengarahkan diri sendiri (Self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan belajar adalah untuk membuat anak didik terlatih dan terkontrol dalam belajar, sehingga ia memiliki kecakapan cara belajar yang baik. Selain itu merupakan proses pembentukan perilaku yang baik sehingga mencapai pribadi yang luhur yang tercermin dalam persesuaian perilaku dengan aturan-aturan belajar yang ditetapkan

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

serta kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. (Charles, 1994: p. 3)

Faktor intern kedisiplinan belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (yang bersifat rohaniah). Faktor fisiologis meliputi kondisi dan kesehatan jasmani dari individu sejak lahir, keadaan panca indera siswa terutama mata dan telinga. Sedangkan faktor psikologis meliputi inteligensi/tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi. (Muhibbin, 2000: p. 132-133)

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial adalah keluarga, guru, staf administrasi, teman-teman sekelas dan masyarakat. Sedangkan faktor-faktor lingkungan non sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. (Muhibbin, 2000: p. 138)

Demikian beberapa faktor yang dipandang turut menentukan tingkat kedisiplinan dan keberhasilan belajar siswa. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Orang tua yang bijak akan selalu menampakan suatu disiplin dalam semua hal terhadap kegiatan anak-anaknya, baik mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan formal yaitu disiplin dalam belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas yang berkaitan dengan sekolah maupun disiplin dalam pendidikan non formal yaitu yang berkaitan dengan kegiatan rumah/tempat tinggal anak. Adapun bentuk-bentuk kedisiplinan belajar antara lain:

a. Masuk kelas tepat waktu

Masuk kelas tepat waktu artinya anak didik masuk ruangan guna mengikuti kegiatan belajar mengajar tepat pada waktunya. Masuk kelas tepat waktu merupakan kewajiban yang mutlak yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua anak didik. Melanggarnya dikenakan sanksi dengan jelas dan bentuk yang disesuaikan berat ringannya kesalahan. Maka, bagi anak yang menghargai disiplin, dia akan memperhitungkan jarak antara rumah/tempat tinggal dengan sekolah

sehingga tidak terlambat ketika masuk sekolah.

b. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah

Seorang siswa apabila ia berangkat ke sekolah dituntut untuk berpakaian dan dalam hal ini berpakaian rapi bukan berarti harus baru, tetapi harus memakai seragam sesuai dengan peraturan yang ditentukan sekolah seperti memakai tanda lokasi sekolah, baju dimasukkan dan sebagainya. c. Memperhatikan pelajaran

Pentingnya memperhatikan pelajaran,karena apa yang guru jelaskan

terkadang tidak ada keterangan dalam buku paket atau sudah ada di dalam buku paket, tetapi keterangannya belum jelas, inilah keuntungan dari memperhatikan pelajaran. Bagi seorang yang berdisiplin tentunya ia akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada penjelasan guru sehingga mampu menangkap materi yang disampaikan. Namun sebaliknya, bagi siswa yang mengabaikan disiplin, ia akan membuat gaduh di dalam kelas sehingga mengganggu konsentrasi kawan sekelasnya. Untuk itu, tugas guru adalah memberikan nasehat kepada siswa mengenai betapa pentingnya memperhatikan pelajaran.

d. Mengikuti pelajaran tanpa bolos

Seorang siswa yang terbiasa berdisiplin akan berusaha untuk aktif berangkat ke sekolah dan senantiasa mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir. Ia akan merasa sangat menyesal apabila ia tidak dapat masuk sekolah karena sakit/karena alasan lain yang karenanya ia ketinggalan pelajaran tersebut. Dan apabila hal itu terjadi, maka ia akan berusaha untuk mengejar ketertinggalan pelajaran tersebut, misalnya dengan meminjam catatan temannya yang masuk, serta ia akan memberi keterangan kepada guru kenapa ia tidak masuk sekolah.

e. Memiliki rencana belajar yang teratur

Rencana yang dimaksud adalah perhitungan jangka pendek yang menyangkut tentang pembagian waktu, tenaga dan bahan yang akan dipelajari. Dalam rangka mendapatkan efektifitas dan efisien dalam

belajar, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

seseorang adalah kedisiplinan dalam pelaksanaannya, bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan teratur dan rutin dalam belajar.

f. Mengerjakan tugas

Dalam prinsip belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut untuk mendengarkan apa yang disampaikan guru saja atau bersikap pasif, tetapi yang dituntut untuk aktif di dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Semua tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru harus dikerjakan, karena kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas sangatlah mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Seorang siswa yang terbiasa berdisiplin akan berusaha untuk aktif berangkat ke sekolah dan senantiasa mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir. Ia akan merasa sangat menyesal apabila ia tidak dapat masuk sekolah karena sakit/karena alasan lain yang karenanya ia ketinggalan pelajaran tersebut. Dan apabila hal itu terjadi, maka ia akan berusaha untuk mengejar ketertinggalan pelajaran tersebut, misalnya dengan meminjam catatan temannya yang masuk, serta ia akan memberi keterangan kepada guru kenapa ia tidak masuk sekolah.

Aspek-Aspek Disiplin

Belajar Menurut Arikunto (1990: p. 137) dalam penelitiannya mengenai kedisiplinan membagi tiga indikator kedisiplinan yaitu: 1) perilaku kedisiplinan dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas, di lingkungan sekolah, 3) perilaku kedisiplinan di rumah.Tlus Tu’u (2004: p. 9) dalam penelitiannya mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah meliputi: dapat mengatur belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafruddin dalam jurnal Edukasi (2005: p. 80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam yaitu: 1) ketaatan terhadapwaktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi lima macam yaitu (1) disiplin dalam masuk sekolah, (2) disiplin dalam mengikuti pelajaran di sekolah, (3) disiplin dalam mengerjakan tugas, (4) Disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, (5) disiplin belajar di rumah.

Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Keaktifan Siswa

Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of

exercise” yang menyatakan bahwa belajar

memerlukan adanya latihan-latihan. Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: p. 19) berarti giat (bekerja, berusaha). Sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Munurut Nana Sudjana (2004: p. 61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah, (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya.

Jadi keaktifan siswa adalah kegiatan berusaha atau bekerja, baik secara fisik maupun psikis yang ditandai dengan aktivitas yang giat dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang meliputi: melaksanakan tugas belajarnya dengan sungguh-sungguh, ikut berlatih memecahkan masalah, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan, introspeksi diri.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: p. 4), kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.

Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: p. 291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Sedangkan menurut Depdiknas (2003: p. 16), “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan palajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan. ”Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu. Kegiatan-kegiatan lain yang dapat diselenggarakan di sekolah untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian yaitu kepramukaan, koperasi, usaha kesehatan sekolah, olahraga, dan palang merah. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan juga untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan kurikuler secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah. Ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki.

Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakulikuler yang diikuti. Di dalam memberikan pengertian tentang kegiatan ekstrakurikuler terdapat perbedaan yang satu dengan yang lainnya, diantaranya yaitu:

Dalam dokumen AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN (Halaman 69-81)