• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal

AGAMA BUDDHA DAN

ILMU PENGETAHUAN

Nomor 1

September 2014

Volume 1

Hesti Sadtyadi Sujiono Suhartoyo, dkk Mujiyanto, dkk Mujiyanto Hariyanto Sukodoyo Tri Yatno, dkk

Untung Suhardi Eksistensi Perempuan Hindu Kajian Nilai Pendidikan Etika Hindu Tentang Kedudukan Perempuan dalam Kitab Sarasamuccaya

Pengembangan Instrumen Motivasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru Pendidikan Agama Buddha.

Penerapan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Komptensi Membaca Kritis

Korelasi Antara Upacara Pelimpahan Jasa (Pattidana) dengan Bhakti Anak Kepada Leluhur Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Buddha Tersertifikasi Terhadap Pembinaan Umat Di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

Pengaruh Disiplin Belajar Dan Keaktifan Kegiatan ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci (PKS) Agama Buddha Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012

Pengaruh Media Gambar dan Lagu Buddhis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha

Motivasi Bekerja di Vihâra Pada Wanita Dewasa Awal (Studi Kasus Di Vihâra Tanah Putih Semarang)

Pengembangan Model Asesmen Otentik Pada Pendidikan Agama Buddha di Sekolah Dasar dalam Rangka Peningkatan Kinerja Guru

(2)

Penanggung Jawab :

1. Ketua STAB N Raden Wijaya

2. Hesti Sadtyadi

Ketua UP2M:

Sukodoyo

Ketua Unit:

Tri Yatno

Sekretaris:

Prihadi Dwi Hatmono

Penyunting Pelaksana:

Hesti Sadtyadi

Hariyanto

Novianti

Situ Asih

Mitra Bestari:

Eni Lestari

Penyunting Bahasa:

Sujiono

Urip Widodo

DAFTAR SUSUNAN PENGURUS

Penerbit

Yayasan Cipta Sarana Budhi

Bekerjasama dengan

Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah

Jurnal

AGAMA BUDDHA DAN

(3)

Jurnal

AGAMA BUDDHA DAN

ILMU PENGETAHUAN

Volume I Nomor 1

September 2014

(4)
(5)

ii

Buddha dan Ilmu Pengetahuan edisi perdana ini dapat terbit. Seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta sumberdaya manusia maka hasil-hasil penelitian maupun sanggahan ilmiah dibidang Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan perlu dipublikasikan dan dapat diakses dengan mudah, gratis oleh pembaca.

Selain itu, publikasi ilmiah di bidang Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan yang diterbitkan di jurnal-jurnal masih terbatas sehingga penyebaran hasil-hasil penelitian juga sangat terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut Yayasan Cipta Sarana Budhi bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah berinisiatif untuk menerbitkan jurnal bidang Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan.

Tulisan ilmiah hasil penelitian maupun sanggahan ilmiah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi: Pendidikan Agama Buddha, Pendidikan, Keagamaan Buddha, dan Ilmu Pengetahuan, dan bidang lain yang berkaitan dengan Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan merupakan pilihan utama masa kini dan masa mendatang untuk digunakan sebagai media diseminasi hasil-hasil penelitian maupun sanggahan ilmiah karena melalui media ini: (1) pembaca akan dapat dengan cepat mengakses informasi (isi) dalam jurnal tersebut, (2) penulis akan lebih cepat melakukan komunikasi dengan penerbit, (3) potensi jumlah pembaca jurnal ini menjadi lebih besar. Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan ini diharapkan dapat terbit secara berkala sekali dalam setahun. Dalam edisi perdana ini, menyajikan sebanyak sembilan jurnal yang terdiri dari bidang pendidikan Agama Buddha, Keagamaan Buddha, Pendidikan, dan Ilmu Pengetahuan.

Semoga Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan ini dapat menambah dan melengkapi diseminasi hasil-hasil penelitian di bidang Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan serta sebagai ajang komunikasi sesama ilmuwan untuk pengembangan Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan.

(6)
(7)

iii

DAFTAR ISI

Nama Penulis Judul Halaman

Hesti Sadtyadi PENGEMBANGAN INSTRUMEN MOTIVASIONAL,

KEPUASAN KERJA DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

1

Sujiono PENERAPAN METODE SQ3R PADA PEMBELAJARAN

KOMPETENSI MEMBACA KRITIS

17

Suhartoyo, dkk KORELASI ANTARA UPACARA PELIMPAHAN JASA

(PATTIDANA) DENGAN BHAKTI ANAK KEPADA LELUHUR DI KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH

31

Mujianto, dkk PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN

AGAMA BUDDHA TERSERTIFIKASI TERHADAP PEMBINAAN UMAT DI KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

45

Mujiyanto. PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN KEAKTIFAN

KEGIATANEKSTRAKURIKULER PENDALAMAN KITAB SUCI (PKS) AGAMA BUDDHA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

59

Hariyanto PENGARUH MEDIA GAMBAR DAN LAGU BUDDHIS

TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

73

Sukodoyo MOTIVASI BEKERJA DI VIHĀRA PADA WANITA DEWASA

AWAL (Studi Kasus di Vihāra Tanah Putih Semarang)

90

Tri Yatno, dkk PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN OTENTIK PADA

PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH DASAR DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA GURU

106

Untung Suhardi EKSISTENSI PEREMPUAN HINDU KAJIAN NILAI

PENDIDIKAN ETIKA HINDU TENTANG KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KITAB SARASAMUCCAYA

(8)
(9)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN MOTIVASIONAL, KEPUASAN KERJA DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

AN INSTRUMENT DEVELOPMENT OF MOTIVASIONAL, TASTE AND PERFORMANCE RELIGION BUDDHIS’T SCHOOL TEACHERS

Hesti Sadtyadi 15hestisadtyadi@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen dengan menemukan dan mengetahui komponen yang berpengaruh terhadap motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha, serta indikator komponen dari motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Penelitian ini dikembangkan dengan metode research and development, berdasarkan model pengembangan pembelajaran Borg and Gall, yang disesuaikan. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, instrumen tersebut valid dan reliabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen motivasi dapat disusun berdasarkan indikator sub komponen ektrinsik yang meliputi 1) kebijakan dan administrasi, 2) pengawasan, dan 3) kondisi kerja, serta dari faktor instrinsik yang terdiri dari 1) pengembangan, 2) pekerjaan dan 3) tanggung jawab. Komponen kepuasan kerja dapat disusun dari indikator 1) penggunaan jam kerja, 2) keadilan, 3) kedisiplinan, 4) penghargaan dan 5) stres kerja. Komponen kinerja dapat disusun dari indikator yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih.

Kata Kunci : instrumen motivasional, kepuasan kerja, kinerja, guru agama Buddha

ABSTRACT

The purposes of this research are to develop an instrument with find and know the components that affect the motivational, satisfaction, and performance of Buddhism religious teacher and components indicators of the motivation, job satisfaction and performance of Buddhism religious teachers. This research developed with research and development methods based on the Borg and Gall’s learning development model, which is adjusted. Based on validity and reliability test, these instruments are valid and reliabel, so that it can be concluded that the motivation instrument can be composed based on the indicator of extrinsic factor which includes of 1) policy and administration, 2) supervision, and 3) working conditions, as well as from intrinsic factors of which consists of 1) development, 2) job and 3) responsibilities. The job satisfaction components can be composed from the indicator of 1) use of working hours, 2) justice, 3) discipline, 4) reward, and 5) work stress. The performance components can be composed from indicators of teachers’ duties in teaching, teachers’ duties in educational, and teachers’ duties in guiding and coaching.

(10)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014 Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan tidak akan terlepas dari keadaan guru. Memahami guru dengan upaya mamahami karakter yang ada, dalam kaitannya dengan motivasionalnya dapat menyebabkan proses pendidikan akan berjalan sangat baik. Terlebih jika berbagai faktor penunjang bekerja seiring mengerakkan kearah positip kemajuan pendidikan.

Kita pahami bahwa motivasional dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni motivasional ekstrinsik dan instrinsik. Jika pemahaman kita pada bagaimana mengembangkan faktor ektrinsik dan instrinsik, tentunya adalah bagaimana dapat dipetakan motivasional guru tersebut.

Dipahami bahwa kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian tunjangan yang cukup mengiurkan seperti tunjangan sertifikasi merupakan faktor yang mampu memberikan dorongan guru untuk berpacu dan termotivasi seperti tujuan dalam sertifikasi yakni profesional. Namun pemahaman dalam pemetaan motivasi disini diharapkan akan mampu memberikan pandangan bahwa dengan pencapaian tunjangan dimaksud, guru akan tetap termotivasi untuk tetap terdorong menjadi lebih profesional, atau dalam makna evaluasi bagaimana kinerja yang akan dicapai atas dorongan tunjangan sertifikasi atau faktor eksternal tersebut.

Meningkatkan kinerja melalui motivasi diri guru tentunya yang terpenting adalah melalui pemetaan motivasional intrinsik guru. Faktor apa yang akan meningkatkan kinerjanya, dan melalui keadaan bagaimana dapat dicapai? Mengembangkan faktor instrinsik, dengan penekanan pada lebih profesional, merupakan motivasional yang tidak akan pernah berhenti, dan tentunya dengan pemahaman demikian akan mampu meningkatkan secara terus menerus profesional guru.

Teori Maslow yang disederhanakan oleh Herzberg dari lima tingkatan kebutuhan menjadi dua faktor ektrinsik dan instrinsik, jika kita sesuaikan dengan bidang pekerjaan guru, tentunya merupakan upaya untuk memberikan dorongan dari dalam pribadi guru untuk mencapai apa yang diinginkan melalui proses pembelajaran. Dengan proses pemotivasian guru tentunya akan memberikan dorongan dalam capaian proses pembelajaran yang semakin baik dan berkualitas serta akan

selalu bersesuaian dengan target atau hasil yang akan dicapai.

Meningkatkan motivasi, berarti meningkatkan dorongan, jika hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja, maka berarti kinerja yang diharapkan akan berubah, seperti yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan proses pembagian waktu dalam kerja, yang masih dipengaruhi oleh pekerjaan yang bersifat administratif diantaranya; penyelesaian administrasi guru, administrasi terkait dengan sekolah, tugas yang diberikan kepala sekolah, komite sekolah, maupun dari dinas atau departemen terkait, selain adanya fungsi dan peran kontrol pengawas pendidikan, yang kadang juga menuntut akan kriteria pekerjaan guru.

Pembagian waktu kerja akan memiliki dampak pada pekerjaan itu sendiri, dan penempatan sekala prioritas dalam pekerjaan yang menunjukkan atau menggambarkan adanya motivasi instrinsik.

Motivasional pada bagian intrinsik guru, yang berdampak pada kinerja. Motivasional juga akan mengarah pada proses pembelajaran yang baik, tentunya akan berdampak pada peningkatan kinerja atau motivasional siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran yang baik, tentunya akan berdampak pada motivasional siswa yang baik pula, dengan gambaran bahwa siswa akan terbangun motivasinya dalam proses pembelajaran.

Dampak motivasi siswa dalam berbagai hasil proses pembelajaran akan tampak pada kemampuan yang tergambar dalam struktur taksonomi Bloom, baik dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Terpenting disini adalah bagaimana mengupayakan dorongan tersebut untuk menjadi motivasional yang tidak pernah padam, sehingga akan berpengaruh positip pada lingkungan sekolah khususnya siswa.

Guru sebagai tulang punggung keberhasilan pendidikan dengan kondisi penting terkait dengan bagaimana motivasional dapat dikedepankan, merupakan hal yang utama, nilai penting ini dapat dilihat dengan berbagai permasalahan mendasar guru, sebagai contoh dalam Tabel 1. yang terlihat bahwa 45 % guru yang dimiliki untuk guru SD berstandar DII, SLTP sebanyak 21 % dengan standar DIII dan 29 % pada SLTA dengan kualifikasi Sarjana (S1).

(11)

Motivasi guru, yang merupakan kajian penting, yang sudah seharusnya dipahami dari awal, yang dimulai dari penilaian formal, sudah seharusnya dapat dilihat dan dipahami sejak dini. Namun keadaan penilaian tersebut khususnya terkait dengan kinerja, secara umum masih dalam bentuk penilaian formalitas saja, dan belum berkembang kearah pengkajian atas hasil dari penilaian tersebut. Sudah sepantasnya penilaian tersebut menjadi penilaian yang memiliki nilai guna yang dapat digunakan untuk mengkaji kedudukan dan posisi motivasional guru.

Tabel 1. Daftar Kebutuhan Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kategori Tingkatan Pendidikan Prosentase SD DII 45% SMP DIII 21% SMA S1 29%

Sumber Data : Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Th2004.

Pentingnya pemahaman motivasional, akan meningkatkan kinerja, pada satu sisi, yang merupakan keharusan seoarang guru, sehingga tugas dan peran utamanya dapat dicapai. Meningkatkan kinerja bukan berarti hanya terkait bagaimana mengeksploitasi guru sebagai tenaga pendidik, tetapi sekaligus memahami guru dengan motivasinya, sehingga dapat dicapai kepuasan kerja. Bentuk pemahaman ini akan membawa bentuk keseimbangan, pada satu sisi tujuan atas pekerjaan dan sisi yang lain, apa yang menjadi tujuan guru dapat terpenuhi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan penelitian dengan upaya memahami motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha dengan mengembangkan instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja yang disesuaikan dengan karakteristik guru yang ada, sehingga dapat disajikan struktur motivasional guru, kinerja maupun kepuasan kerjanya. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah 1). Faktor apa sajakah yang mempengaruhi motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha? 2). Indikator apa sajakah yang mempengaruhi

motivasi, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mengetahui: 1). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. 2). Indikator komponen dari motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha.

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi bagi pihak – pihak terkait dalam membuat kebijakan mengenai motivasi kinerja guru dalam usaha penentuan kebijakan terkait dengan motivasional dan memberikan kepuasan kerja serta meningkatkan kinerja. Diharapkan pula, penelitian ini menjadi masukan dan bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan motivasi guru , kepuasan kerja, dan kinerja guru.

Dalam studi pendahuluan beberapa teori terkait dengan variabel dilakukan pembahasan seperti teori Motivasi Herzberg, yang membagi faktor kebutuhan menjadi dua faktor penting dalam lingkungan kerja, salah satu diantaranya adalah faktor ekstrinsik, yang terdiri dari upah, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu penyeliaan, dan mutu hubungan interpersonal antara sesama rekan kerja, atasan dan bawahan. Keberadaanya terhadap kepuasan tenaga kerja tidak selalu memotivasi mereka, tetapi ketidak beradaanya menyebabkan ketidak puasan bagi tenaga kerja. (Gibson, et al.,1996,p. 197).

Kepuasan kerja juga diartikan sebagai suatu derajat dimana individu merasakan positip atau negatip tentang pekerjaanya, kondisi tersebut sebagai seperangkat pernyataan emosional terhadap tugasnya yang disebabkan oleh kondisi fisik dan sosial di lingkungan pekerjaan. (Osborn et al., 1991, p.55). Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu respon efektif emosional yang mengarah kepada berbagai tampilan dari suatu pekerjaan (Kreitner, 1995, p. 159).

Dalam pengembangan instrumen kepuasan kerja juga mempertimbangkan dari

Minnesofa Satisfaction Questionare (MSQ).

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja individu terhadap aspek pekerjaannya (Baron, & Greenberg,1990 ; Osborn et al., 1991). Menurut Dunham et al.(1977) seperti dikutip Praptini (2000) MSQ versi pendek dengan dua puluh (20) item

(12)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

pernyataan, memiliki instrumen yang sudah lengkap dan telah teruji validitasnya.

Motif diartikan sebagai dorongan atau tenaga yang menggerakkan jiwa dan jasmani untuk berbuat sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa motif adalah yang melatar belakangi individu dalam berbuat untuk mencapai tujuan tertentu atau dapat dikatakan bahwa motif merupakan pendorong dalam mencapai suatu tujuan tertentu dan motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan motif. Jadi motivasi kerja adalah sesuatu yang memberikan semangat atau dorongan seseorang untuk bekerja. Kuat lemahnya motivasi kerja seseorang akan ikut menentukan besar kecil prestasi kerjanya. (As’ad, 1995, p. 44).

Arah dan tujuan dari pemberian motivasi adalah memberikan dorongan agar apa yang menjadi tujuan suatu organisasi tersebut dapat tercapai. Dalam hal ini menunjukkan bahwa motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri guru atau dapat pula berasal dari lingkungan luar mereka. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya motivasi dapat dikategorikan menjadi dua yaitu motivasi internal dan eksternal. The Liang Gie, (Martoyo, 1996, p. 155) dengan rumusannya sebagai berikut :

“Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini tenaga kerjanya, untuk menggambil tindakan – tindakan. Pemberian dorongan itu bertujuan untuk mengiatkan orang – orang atau tenaga kerja agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang – orang tersebut.“ (Martoyo, 1996, p. 155)

Herzberg, (Dessler, 1997, p. 332) membagi faktor kebutuhan menjadi dua faktor penting dalam lingkungan kerja, yaitu

dissatisfiers atau hygiene factors dan satisfiers

atau motivators.

1. Dissatisfiers atau hygiene factors, merupakan kebutuhan tingkat rendah, seperti : kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial,.yaitu suatu kondisi pekerjaan dimana apabila suatu faktor tidak dipenuhi akan dapat menimbulkan ketidakpuasan para pegawai, tetapi bila kondisi tersebut ada tidak akan memotivasi pegawai.

2. Satisfiers atau motivators, merupakan kebutuhan tingkat tinggi, seperti : kebutuhan ego dan perwujudan diri, yaitu

suatu kondisi yang apabila dipenuhi akan menimbulkan kepuasan kerja dan akan menggerakkan motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik, tetapi bila faktor – faktor tersebut tidak ada tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan.

Dalam hal penilaian kinerja dilakukan terhadap hasil kerja, yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, yang meliputi tugas mendidik, mengajar (menilai, dan mengevaluasi), membimbing, mengarahkan dan atau melatih, peserta didik yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan atau kemampuan, pengalaman, kesanggupan serta waktu. Hasil kerja guru pendidikan agama Buddha adalah berupa output yang berwujud hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru pendidikan agama Buddha, yang dilaksanakan berdasarkan kemampuannya.

Penilaian kinerja didasarkan atas instrument kinerja guru dapat dibandingkan dengan sejumlah pertanyaan pengetahuan yang berdiri sendiri tanpa menguji aplikasi atas pengetahuan guru pada saat mengajar. Penilaian kinerja didasarkan pada pertanyaan yang diinginkan dalam penggunaan untuk menentukan profesionalitas kualitas kinerja, sebab tidak ada satu jawaban yang benar seperti dalam test objektive. Metode pertanyaan kinerja dinilai oleh ahlinya dan disusun oleh penilai yang mempergunakan rubrik menulis skala yang berarti tingkatan atas kualitas kinerja yang berstandar dapat digunakan untuk membuat keputusan terhadap kualitas kinerja (Coggshall, 2008, p. 1).

Tugas guru yang pertama adalah tugas profesional, kedua adalah tugas kemanusiaan, yang menunjukkan bahwa guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Dengan tugas memberikan pengawasan dan pendidikan kepada para siswa (Suharjo, 2006, p. 61-62).

Tugas ketiga adalah kemasyarakatan, yang berarti guru mempunyai tugas menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang baik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah pola relasi dalam keluarga, relasi antar manusia dan pandangan tentang hidup dan kehidupan. Jadi guru pendidikan agama Buddha memiliki tugas kemasyarakatan untuk memberikan pendidikan dan menyiapkan peserta didik dan warga masyarakat menjadi warga negara yang baik

(13)

berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (Suharjo, 2006: 61-62).

Bentukan hasil belajar yang merupakan proses yang terjadi secara terus menerus, menghasilkan perubahan tingkah laku yang merupakan interaksi keseluruhan proses, sebagai hasil atas proses belajar dalam hal tingkah laku dapat berupa a. Tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial, b. Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relative lama c. kemampuan diperolah melalui usaha (Sudjana, 1990; p. 5).

Melihat tugas guru pendidikan agama Buddha dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, pada pendidikan agama Buddha.

Kinerja guru pendidikan agama Buddha adalah hasil pelaksanaan tugas guru dalam mendidik, mengajar, melatih dan mengarahkan, membimbing serta mengevaluasi peserta didiknya. Dengan wujud berupa indikator kinerja yang berkaitan dengan tugas pokok guru pendidikan agama Buddha, yang dapat berupa kedisiplinan, kuantitas, kualitas kerja guru, pengetahuan, kemandirian, kerja sama, loyalitas, kebiasaan dan sikap serta manajerial.

Untuk melakukan penilaian motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha, maka dilakukan pengembangan instrumen, yang dapat digunakan sebagai asesmen terhadap komponen tersebut. Menurut TGAT dalam Djemari Mardapi (2007,p.1), asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Pengertian asesmen atau penilaian berbeda dengan evaluasi. Penilaian menunjuk pada proses memperoleh informasi, sedangkan evaluasi menunjuk pada proses menentukan kualitas kerja. Asesmen bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan evaluasi (Lutan, 2000, p. 9).

Worthen and Sanders (1984, p.19) mendefinisikan evaluasi sebagai ...the

determination of worth of a thing. It includes obtaining information for use in judging the worth of a program, product, procedure, or objective, or potential utility alternative approach desiged to attain sepcified objective.

Hal ini berarti bahwa evaluasi adalah pengumpulan dan pengunaan informasi untuk

membuat keputusan mengenai program pendidikan (Worthen dan Sanders, 1984,p. 19). Berarti evaluasi mencakup semua proses kegiatan belajar yang terjadi didalamnya.

Evaluasi menurut Guba dan Lincoln (1991,p.35-36) adalah “a process for

describing an evaluation and judging its merit and wort” Evaluasi dalam hal ini diartikan

sebagai usaha untuk menguraikan karakteristik-karektesitik yang akan dievaluasi.

Pendapat Gay (1981, p.61) menyebutkan bahwa : (1) Evaluation is systematic proses of

collecting and analyzing data in order to determine whether, and to what degree, objective have been or are being achieved ; (2) evaluation is systematic process of collecting and analyzing data in order to make decision.

Asesmen dan evaluasi memiliki perbedaan dan persamaan, perbedaan terletak pada fokus kegiatannya yakni asesmen memfokuskan pada proses pengumpulan data sedangkan evaluasi memfokuskan pada pengambilan keputusan. Hubungan asesmen dan evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Jadi asesmen merupakan bagian dari evaluasi, jika membicarakan evaluasi maka asesmen sudah termasuk di dalamnya.

Demikian halnya menurut Griffin dan Nix dalam Djemari Mardapi (2008, p. 1) menyatakan bahwa pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki. Membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria disebut sebagai pengukuran, sedangkan asesmen adalah penjelasan dan penafsiran atas hasil pengukuran, sedangkan penetapan nilai atau implikasinya terhadap suatu perilaku baik individu atau lembaga disebut sebagai evaluasi. Demikian juga menurut Allen Yen (1979, p. 2), yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka dengan cara yang sistematis untuk menyatakan keadaan yang dimiliki individu. Sedangkan Penilaian (assessment) merupakan proses menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran dan penilaian merupakan suatu rangkaian proses. Dalam proses penilaian selalu didahului oleh pengukuran.

Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley & Pierce (1996) antara lain 1. Asesmen kinerja (performance asessment), 2. Observasi dan pertanyaan (observation and

question), 3. Presentasi dan diskusi

(14)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

pameran (Project/Exhibition), 5. Exsperimen/ demontrasi (experimen/demontration), 6. bercerita (story or text reteling) 7.Evaluasi diri (self assesment) 8. Portofolio dan jurnal.

Asesmen kinerja guru adalah merupakan

performance assessment., yang menekankan

pada apa yang dapat dikerjakan oleh guru sekolah dalam bentuk kinerja. Asesmen kinerja merupakan penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Jadi asesmen kinerja merupakan cara untuk menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang seperti tingkatan, nilai guna dan keunggulannya (Badarudin, 2010).

Asesmen kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja guru pendidikan agama Buddha secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan diri, menjadi reward, perencanaan, kompensasi dan motivasi.

Berdasarkan rumusan tentang motivasional, yang disusun berdasarkan indikator dari komponen motivasional dari Herzberg, yang dapat dipilah menjadi komponen intrinsik dan ekstrinsik.

Pengembangan ini akan mengembangkan instrumen dari kedua komponen tersebut.

Berdasarkan teori tentang kepuasan kerja, maka akan dikembangkan intrumen, dari intrumen yang sebelumnya ada, yaitu dari

minesofa satisfaction questionary, instrumen

akan disesuaikan dengan kondisi guru pendidikan agama Buddha.

Berdasarkan rumusan tentang asesmen kinerja guru adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis data tentang kualitas pekerjaan sebagai guru kelas pendidikan agama Buddha dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Tugas pokok guru pendidikan agama Buddha adalah mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing.

Penilaian kinerja guru pendidikan agama Buddha bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab sebagai guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing di tempat tugasnya.

Pengembangan asesmen yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu dari petunjuk Borg and Gall sebagai berikut, bahwa model penelitian dan pengembangan selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan menemukan

pengetahuan-pengetahuan baru melalui “ basic research” atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui applied research yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Pengembangan dimaksud adalah merupakan pengembangan instrumen dengan menggabungkan beberapa instrumen yang ada, baik intrumen kinerja yang digunakan oleh pengawas sekolah, yang dipadukan dengan teori terkait dengan kinerja guru, serta peraturan perundangan yang berlaku. Perbedaan instrumen yang dihasilkan adalah, instrumen kinerja guru yang dihasilkan berdasarkan atas hasil kerja guru dalam wujud hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru, meliputi tugas guru dalam mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang bersifat lebih melengkapi asesmen yang dipergunakan dalam operasional penilaian kinerja, sedangkan komponen motivasi di kembangkan dari teori Herzberg, serta kepuasan kerja dari Minesofa Satisfaction

Questionary.

Pengembangan intrumen yang dibentuk, dengan mengembangkan intrumen yang ada, sehingga menghasilkan intrumen yang dapat mendukung dan membantu intrumen sebelumnya, serta lebih mudah dalam penerapannya, selain lebih praktis. Rencana mekanisme penilaian juga lebih sederhana, yaitu dari guru itu sendiri, siswa, serta pihak pengguna yang terdiri dari masyarakat Buddha, ataupun pengguna pendidikan agama Buddha lainnya. Penilaian dilakukan setiap bulan atau tengah semester, sehingga penilaian tersebut dapat menjadi masukan dan perubahan positip pada guru tersebut, tahap berikutnya.

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan. Menurut Borg and Gall yang dimaksud model penelitian dan pengembangan adalah “a

process used to develop and validate educational product” atau disebut juga sebagai research based development. Selain untuk

mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru untuk menjawab pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui applied research yang

(15)

digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini mempergunakan sepuluh langkah dari model Borg & Gall (1983, p.772), yang disesuaikan.

Sampel penelitian adalah guru pendidikan agama Buddha di wilayah Temanggung, Semarang, Boyolali dan Wonogiri, siswa dan masyarakat Budhis dari lingkungan sekitar guru tersebut berdomisili. Teknik pengambilan sampel adalah Quota proportional random sampling, dengan masing-masing kabupaten kota diambil berdasarkan proporsi sesuai dengan jumlah guru pendidikan agama Buddha yang dimiliki.

Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dikelompokan sebagai berikut :

Penelitian ini terdiri dari 3 (Tiga) variabel utama, yaitu : Pertama. Kinerja Kedua Variabel kepuasan kerja sebagai variabel antara. Dan ketiga. Variable motivasi.

Variabel motivasi sebagai variabel X, adalah merupakan motivasi guru pendidikan agama Buddha, Variabel ini merupakan kondisi intrinsik atau motivator dari Herzberg, yang meliputi indikator prestasi, pengakuan lingkungan terhadap keberhasilan dan penghargaanya atas pekerjaanya, pekerjaan yang menantang, pemberian tanggung jawab yang diberikan dari sekolah, dan kemungkinan untuk mewujudkan potensi diri atau mengembangkan diri dalam lingkungan pekerjaan dalam usaha untuk ikut mengembangkan sekolah, yang dinyatakan dengan angka. Variabel ini sebelumnya akan dilakukan pengkajian atas faktor-faktor manakah yang berlaku pada guru pendidikan agama Buddha, dengan isntrumen dari faktor-faktor tersebut manakah yang dapat digunakan sebagai komponen penilaian motivasi kinerja guru.

Variabel kedua kepuasan kerja (X), merupakan variabel antara, pengukuran dilakukan dengan mempergunakan Minnesofa

Satisfaction Questionare (MSQ), versi pendek,

dengan 15 item pernyataan, yang telah dilakukan perubahan dan disesuaikan dengan keperluan dalam penelitian ini.

Variabel ketiga yaitu kinerja guru, yang merupakan variable independent.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan data

Dalam penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan, dengan maksud untuk mengetahui hal – hal yang lebih mendalam

mengenai responden yang akan diteliti, yang dilakukan dengan metode inventory. Tahap selanjutnya seperti dalam tujuan penelitian, dilakukan penelitian terhadap Guru pendidikan agama Buddha, sebagai sumber data dalam penelitian ini, yang akan memberikan jawaban atas instrumen melalui kuesioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut mengenai variabel motivasi, kepuasan kerja dan kinerja yang selanjutnya jawaban tersebut merupakan data primer yang akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan. Selain data Primer, penelitian ini didukung pula dengan data sekunder yang diperoleh dari literatur sebagai penunjang data primer.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini adalah:

a. Instrumen yang dihasilkan dari kajian teoritis sebagai panduan pelaksanaan

Focus Group Discussion.

b. Instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja, guru yang dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

Validitas dan Reliabilitas

Mehrens & Lehmann (1973, p. 124) mengatakan bahwa ada beberapa jenis validitas diantaranya validitas kontruk dan validitas isi. Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan ketepatan suatu tes mengukur sebuah konstruk. Validitas konstruk menunjuk pada sejauh mana muatan instrumenn dapat mewakili faktor sebagaimana yang diidentifikasikan berdasarkan konstruk teorinya (Sugiyono, 2003, p.270). Kriteria yang dijadikan dasar pengujian validitas kontruk mengunakan analisis faktor dengan tujuan untuk menemukan komposisi butir terbaik. Kim & Muller (1978, p. 70), dan Coakes & Steed, (1996, p. 124), demikian halnya Syamsul Bachri Thalib (2010, p. 315) serta Eko Putro Widoyoko (2012, p. 180), bahwa kriteria yang dijadikan dasar untuk menentukan valid tidaknya intstrumen dengan melihat muatan factor setiap indicator, bahwa setiap intrumen harus memiliki muatan factor lebih besar dari 0,3.

Validitas isi menunjuk pada seberapa jauh muatan intrumen/tes sesuai jika dibanding dengan materi yang ada. Dalam menetapkan validitas isi seorang harus melihat topik atau pokok bahasan yang dicakup oleh tes. Validitas isi diperoleh dari keputusan para

(16)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

ahli tentang hubungan antara bagian-bagaian tes konstruk yang diukur (Sukardi, 2007,p. 123).

Reliabilitas intrumen menunjuk tingkat keandalan instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila ia digunakan berkali-klai, maka data yang diperoleh sama. Dengan kata lain intrumen reliabel adalah instrumen yang dapat dipercaya (konsisten). Kriteria digunakan dengan cronbach alpha, reliabilitas 0,65 atau lebih maka intrumen tersebut handal (Mehrens & Lehmann, 1973,p. 122: Nunally, 1981,p. 230). Keandalam tes model evaluasi kinerja guru diperoleh melalui uji reliabilitas inter-rater. Untuk menghitung koefisien reliabilitas inter-rater, penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS.

Teknik Analisis Data

Hasil pengumpulan data survai dan dari

FGD dianalisis dengan metode kualitatif.

Sedangkan data hasil pengembangan asesmen dianalisis secara kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan inventory dan rating scale. Instrumen pengumpulan data dianalisis dengan

EFA (Exploratory Faktor Analysis), (Eisengart,

2006), model akan dilakukan analisis diskriptif berdasarkan penilaian guru sekolah dasar, siswa, dan masyarakat Buddhis. Pengujian atas kecocokan model teoritis dengan data empiris, model pengukuran dan asesmen didasarkan atas indikator yaitu 1). KMO. 2.Uji Bartlet, dan secara butir dari loading faktornya..

Analisis data yang terkumpul akan juga dipergunakan teknik statistik deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Teknik statistik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berapa responden yang hadir dan memberi masukan, berapa responden yang hadir tetapi tidak memberi masukan, serta berapa responden yang tidak hadir. Sementara itu, teknik statistik deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kata, kalimat, dan atau substansi apa saja yang harus dihilangkan atau ditambahkan pada draf asesmen, selain proses mengkonversikan nilai dari kuantitatif menjadi kualitatif, sehingga didapatkan makna yang berarti bagi pengembangan asesmen kinerja guru sekolah dasar.

Penentuan batasan kriteria guru dengan motivasional, kepuasan kerja dan kinerjanya mempergunakan pembagian berdasarkan kurve normal, dengan didasarkan standar kualifikasi guru dengan kinerja yang tinggi, dengan

pelaksanaan tugasnya. Penentuan cut off score atas kinerja salah satunya dilakukan dengan mempergunakan kajian teori, pendapat ahli maupun nilai aktual, sehingga didapatkan nilai

cut off score yang sesuai, dengan batasan ini

akan dapat diklasifikasikan kedalam bentuk nilai : Sangat tinggi, tinggi, kurang, rendah dan sangat rendah. Dari batasan dapat dirunut guru yang bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja sangat tinggi, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja tinggi, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja cukup, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja rendah, maupun sangat rendah. Teknik ini sekaligus untuk memahami dan mendapatkan bagaimana sesungguhnya guru yang berkinerja tinggi, yang sesuai bagi guru sekolah dasar, dengan tidak meninggalkan tujuan, metode pembelajaran, kemampuan yang seharusnya bagi siswa sekolah dasar, dan kesesuaiannya dalam proses pembelajaran bagi siswa sekolah dasar.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian diawali dengan penyusunan indikator melalui telaah teoritis dan telaah empirik. Telaah empirik dilakukan dengan menggunakan Foccus Group Discussion (FGD) yang dilakukan sebanyak dua kali. FGD I dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2013 di Dharmasala Vihara Cipta Sarana Budhi diikuti oleh sejumlah nara sumber yang memiliki pengalaman dalam bidangnya. Selain itu dilakukan telaah oleh sejumlah sejumlah mahasiswa STAB N Raden Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2013, dengan maksud untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan instrumen yang telah disusun dan direvisi. FGD II yang dilaksanakan pada tanggal 26 September 2013 di Lab Bahasa STAB N Raden Wijaya. Dalam FGD ini dilakukan oleh sejumlah Dosen STAB N Raden Wijaya serta mahasiswa, dan tidak terlepas peneliti, selaku penanggung jawab.

Uji coba instrumen kinerja guru dilaksanakan dua kali, yaitu uji coba I pada bulan Agustus sampai dengan September 2013, yang dilaksanakan dalam wilayah Wonogiri dan Boyolali jumlah sampel 55 orang responden. Uji coba II dilaksanakan pada bulan September-Nopember 2013 jumlah sampel 110 orang responden. Instrumen yang diujicobakan adalah instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru dengan model

(17)

inventori dengan skala summated ratings atau skala Likert. Instrumen yang dikembangkan adalah tentang motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru yang meliputi tugas guru dalam mengajar, dalam mendidik,dalam melatih dan mengarahkan, dalam membimbing serta dalam evaluasi. Dimensi yang diukur disesuaikan dengan teori-teori tentang motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Permendiknas No. 35 Tahun 2010, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta hasil FGD.

Instrumen yang disusun dianalisis dengan analisis faktor yang ada pada program SPSS versi 15,0. Analisi faktor untuk mengukur validitas konstrak, yaitu menemukan butir soal yang cocok atau mempunyai bobot faktor evaluatif tertinggi berdasarkan korelasi antar faktor dengan skor butir soal, kemudian menemukan faktor dan butir soal yang mewakili dalam faktor yang ditentukan secara empiris (berdasarkan uji coba instrumen) sesuai dengan indikator dalam kinerja guru yang tersusun dalam tugas pokok dan fungsi guru.

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen konsisten dan stabil untuk mengukur suatu konstrak pengujian reliabilitas untuk instrumen dengan formula koefisien Alpha dari Cronbach. Indeks

reliabilitas ditentukan 0,70, artinya jika berdasarkan uji statistik koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70, maka

instrumen tersebut memliki konsistensi/kepercayaan yang tinggi

Focus Group Discussion dianalisis

dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis dilakukan dengan mencermati setiap tanggapan peserta FGD melalui rekaman diskusi yang dituangkan ke dalam tulisan. Hasil analisis FGD I dan FGD II kemudian dibandingkan dengan kajian teoritis dan selanjutnya dilakukan analisis akhir untuk menentukan indikator-indikator motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru yang berasal dari tugas pokok dan fungsi guru, sesuai dengan

Permendiknas No. 35 Tahun 2010, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Hasil Uji Coba Tahap I Komponen Motivasional

Instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru terdiri dari 3 intrumen meliputi : instrumen motivasional, instrumen kepuasan kerja dan instrumen kinerja guru. Dalam uji coba I berjumlah 50 butir dengan 5 alternatif jawaban. Tiap alternatif jawaban merupakan sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru. Pernyataan yang sesuai adalah pernyataan yang mampu memisahkan antara mereka yang masih dalam kelompok responden yang bermotivasi, memiliki kepuasan, serta berkinerja tinggi dan mereka yang termasuk dalam kelompok responden yang berkinerja rendah. Dengan wujud intrumen tersebut memiliki kehandalan.

Dalam uji tahap I untuk instrumen motivasional memiliki KMO > 0,5 yaitu 0,743, yang menunjukkan bahwa indikator dapat dianalisis, didukung dengan nilai Bartlett’s test, yang menunjukkan signifikan.

Jika dilihat berdasarkan loading faktor tampak dalam tabel nilai loading faktor > 0,5, yang menunjukkan bahwa tiap intrumen tersebut valid. Hal ini didukung dengan nilai koefisien korelasinya, yang memiliki nilai > 0,5. Besaran nilai loading faktor yang lebih dari 0,5 menunjukkan bahwa tiap butir instrumen sudah sangat baik. Hal ini menunjukkan jika instrumen yang disusun merupakan instrumen yang sesuai digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru pendidikan agama Buddha.

Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor kebijakan dan administrasi memiliki varian sebesar 17,21%, artinya faktor kebijakan dan administrasi mengukur konstrak teori motivasi guru yang berada pada komponen ektrinsik guru, pada bagian kebijakan dan administrasi sebesar 17,21% yang diwakili oleh instrumen (item) nomor 1 sampai dengan 4. Faktor-faktor yang lain dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan faktor pertama dengan melihat nama faktor, varian, dan nomor butir pernyataan yang mewakili faktor yang bersangkutan.

(18)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Motivasi

Indikator Loading Indikator Loading Motiva1 0,9488806 BMOTIVA1 0,9101488 Motiva2 0,9644376 BMOTIVA2 0,9195299 Motiva3 0,9717431 BMOTIVA3 0,9036597 Motiva4 0,9532978 BMOTIVA4 0,9384499 Motiva5 0,959631 BMOTIVA5 0,9100835 Motiva6 0,9141513 BMOTIVA6 0,8705096 Motiva7 0,9707199 BMOTIVA7 0,921603 Motiva8 0,9693874 BMOTIVA8 0,8866176 Motiva9 0,9411134 BMOTIVA9 0,9313376 Motiva10 0,9090804 BMOTIVA10 0,9103091 Motiva11 0,9171071 BMOTIVA11 0,9036291 Motiva12 0,9317767

Sumber : Hasil olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 2 dan 3 tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat intrumen untuk komponen ekstrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: 1. Kebijakan dan administrasi, 2.Pengawasan, dan 3. Kondisi kerja. Indikator komponen motivasional instrinsik yang dapat digunakan untuk menyusun instrumen motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: 1. Pengembangan, 2. Pekerjaan, dan 3. Tanggung jawab.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Motivasi dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p onent Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 26,608592 26,608592 3,9586195 17,211389 2 19,655188 46,26378 3,7739585 16,408515 3 13,774717 60,038497 3,6730774 15,969902 4 12,453397 72,491894 3,4909985 15,178254 5 9,6317638 82,123658 3,3448954 14,543024 6 8,5805268 90,704185 2,6204132 11,393101

Komponen Kepuasan Kerja

Berdasarkan uji tahap I terhadap komponen kepuasan kerja, dihasilkan nilai KMO sebesar 0,717, berarti analisis dapat dilanjutkan, karena sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan, untuk nilai KMO > 0,5.

Faktor loding untuk tiap indikator lebih besar dari 0,5, hal ini menunjukkan bahwa tiap indikator valid untuk mengukur komponen kepuasan kerja. Artinya masing-masing indikator tersebut telah mengukur sesuai dengan komponen yang seharusnya diukur. Berdasarkan Tabel 4, tersebut tampak bahwa tidak terdapat nilai loding faktor yang kurang dari 0,5.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan

bahwa penggunaan jam kerja memiliki

varian sebesar 18,124%, artinya faktor

penggunaan jam kerja mengukur konstrak

teori kepuasan kerja, pada bagian

kepuasan kerja sebesar 17,21% yang

diwakili oleh instrumen (item) nomor 1

sampai dengan 3. Faktor-faktor yang lain

dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan

faktor pertama dengan melihat nama faktor,

varian, dan nomor butir pernyataan yang

mewakili faktor yang bersangkutan.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kepuasan Kerja Co mpon en t Rotated Component Matrix(a) 3 PUAS1 .864 PUAS2 .918 PUAS3 .928 1 PUAS4 .935 PUAS5 .958 PUAS6 .858 4 PUAS7 .871 PUAS8 .918 PUAS9 .882 2 PUAS10 .933 PUAS11 .919 PUAS12 .955 5 PUAS13 .903 PUAS14 .874 PUAS15 .864

(19)

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kepuasan Kerja dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p on en t Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 33,02068 33,0207 2,718539 18,1236 2 17,2017 50,2224 2,691764 17,9451 3 15,57536 65,7977 2,640158 17,6011 4 11,72435 77,5221 2,538725 16,9248 5 9,958876 87,481 2,532959 16,8864

Komponen Kinerja Guru

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kinerja Guru Co mponent Rotated Component Matrix(a) 3 AJAR1 0,8513 AJAR2 0,9041 AJAR3 0,7924 1 DIDIK1 0,8589 DIDIK2 0,8834 DIDIK3 0,8361 2 BIMBING1 0,7594 BIMBING2 0,7927 BIMBING3 0,6694 BIMBING4 0,6784 4 LATIH1 0,8992 LATIH2 0,9402

Berdasarkan uji tahap I komponen kinerja guru, menunjukkan bahwa komponen kinerja guru memiliki KMO sebesar 0,643, yang lebih besar dari 0,5, berarti tiap indikator dalam intrumen tersebut dapat dianalisis. Hal ini ditunjang pula dengan Bartlet’s test yang dignifikan.

Loding faktor tiap indiator yang menyusun kinerja guru pendidikan agama Buddha memiliki nilai yang cukup valid, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai masing-masing loding faktor dalam indikator komponen tugas guru yang lebih besar dari 0,5.

Berdasarkan uji tahap I, menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran memiliki varian sebesar 19,214%, artinya faktor perencanaan pembelajaran mengukur konstrak tugas guru dalam mengajar, pada bagian perencanaan pembelajaran sebesar 17,21% yang diwakili oleh instrumen (item) nomor 1 sampai dengan 3. Faktor-faktor yang lain dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan faktor pertama dengan melihat nama faktor, varian, dan nomor butir pernyataan yang mewakili faktor yang bersangkutan.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kinerja Guru dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p on en t Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 25,10974 25,1097 2,305651 19,2138 2 19,15759 44,2673 2,290231 19,0853 3 18,31462 62,582 2,287913 19,0659 4 11,6045 74,1865 2,018579 16,8215

Kumulatif muatan faktor berdasarkan

rotation sums of sequared loading sebesar

74,186% untuk instrumen kinerja guru, artinya instrumen kinerja guru yang terdiri dari komponen tugas guru dalam mengajar, mendidik, melatih dan mengarahkan, dan membimbing dapat dijelaskan oleh 4 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 74,186%.

Validitas dan Reliabilitas instrumen uji tahap I. Berdasarkan analisis terhadap validitas dan reliabilitas intrumen dapat menunjukkan bahwa indikator yang menyusun tiap komponen memiliki nilai yang valid. Nilai validitas tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan nilai loading faktor yang lebih besar dari 0,5. Artinya indikator dalam tiap instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Nilai reliabilitas dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha. Kriteria yang digunakan dalam mengukur validitas tersebut adalah sebesar 0,7, dapat dijelaskan hasilnya

(20)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

sebagai berikut : Nilai Cronbach Alpha untuk intrumen motivasi sebesar 0,807, artinya bahwa intrumen tersebut reliabel, berarti intrumen memiliki reliabilitas yang baik.

Nilai reliabilitas untuk instrumen kepuasan kerja sebesar 0,848, yang dapat menunjukkan bahwa intrumen tersebut reliabel, artinya intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha. Nilai reliabilitas untuk intrumen kinerja guru pendidikan agama Buddha sebesar 0,702. Nilai koefisien ini masih lebih besar dari 0,7, yang menunjukkan bahwa intrumen kinerja guru reliabel.

Berdasarkan analisis uji tahap I memberikan gambaran bahwa intrumen telah memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang cukup baik, tetapi tahapan dalam penelitian tetap akan melakukan uji sampai dengan dua kali uji. Uji tahap ke dua sekaligus merupakan uji implementasi.

Berdasarkan uji tahap I dapat memberikan pendapat bahwa komponen motivasi dapat diukur berdasarkan indikator motivasi yang terdiri dari 3 indikator komponen ektrinsik dan 3 indikator komponen intrinsik. Komponen kepuasan kerja dapat diukur dengan mempergunakan lima indikator kepuasan kerja dan komponen kinerja guru dapat diukur dengan empat indikator yang terdiri dari mengajar, mendidik, membimbing dan melatih.

Hasil Uji Tahap II Komponen Motivasi

Berdasarkan perbaikan yang dilakukan berdasarkan saran dalam uji tahap I, serta FGD tahap II, serta diskusi dengan guru dan mahasiswa juga masyarakat pengguna, maka dalam Instrumen motivasi kerja guru, uji coba II berjumlah 23 butir dengan 5 alternatif jawaban yang dapat dibagi dalam rentang nilai Termotivasi Sangat Tinggi, Memiliki motivasi Tinggi, Sedang, Kurang, dan Sangat Kurang. Hasil dari uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction method: maximum likelihood. Berdasarkan hasil analisis untuk

kedua kalinya menunjukkan bahwa instrumen motivasi guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,857, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen values dan akar

laten pada uji Scree terdapat 6 indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan loading faktor, tampak bahwa ke 23 pernyataan atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir.

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Motivasi Com p on ent Rotated Component Matrix(a) Com p on ent Rotated Component Matrix(a) 3 Motiv1 0,868 2 BMotiv1 0,911 Motiv2 0,849 BMotiv2 0,871 Motiv3 0,883 BMotiv3 0,907 Motiv4 0,882 BMotiv4 0,897 5 Motiv5 0,840 1 BMotiv5 0,918 Motiv6 0,790 BMotiv6 0,923 Motiv7 0,838 BMotiv7 0,934 Motiv8 0,875 BMotiv8 0,938 4 Motiv9 0,877 6 BMotiv9 0,941 Motiv10 0,820 BMotiv10 0,896 Motiv11 0,810 BMotiv11 0,946 Motiv12 0,855

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Motivasi Guru dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p o n en t Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 34,735 34,735 3,645 15,848 2 18,343 53,078 3,568 15,514 3 11,675 64,753 3,429 14,908 4 8,404 73,157 3,314 14,407 5 7,524 80,680 3,233 14,057 6 6,161 86,842 2,785 12,108

Kumulatif muatan faktor berdasarkan

rotation sums of sequared loading sebesar

86,842% untuk instrumen motivasi guru, artinya instrumen motivasi guru yang terdiri

(21)

dari 23 butir komponen dapat dijelaskan oleh 6 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 86,842%.

Komponen Kepuasan Kerja

Hasil uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction method: maximum

likelihood. Untuk kedua kalinya menunjukkan

bahwa instrumen kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,815, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen values dan akar laten pada uji Scree terdapat 5 indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan

loading faktor, tampak bahwa ke 15 pernyataan

atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir.

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kepuasan Kerja Compo n en t Rotated Component Matrix(a) 2 Puas1 0,902 Puas2 0,835 Puas3 0,936 1 Puas4 0,949 Puas5 0,872 Puas6 0,924 3 Puas7 0,892 Puas8 0,840 Puas9 0,917 5 Puas10 0,923 Puas11 0,821 Puas12 0,875 4 Puas13 0,904 Puas14 0,857 Puas15 0,896

Berdasarkan data uji tahap II komponen kepuasan kerja memiliki loding faktor diatas 0,7, yang menunjukkan bahwa tiap butir intrumen tersebut valid. Artinya tiap butir

instrumen mengukur apa yang sehusnya diukur. Hal ini menunjukkan bahwa tiap butir instrumen memiliki nilai validitas yang sangat baik. Berarti instrumen sesuai untuk mengukur kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha.

Berdasarkan kumulatif muatan faktor

rotation sums of sequared loading sebesar

88,265% untuk instrumen kepuasan kerja guru, artinya instrumen kepuasan kerja guru yang terdiri dari15 butir komponen dapat dijelaskan oleh 5 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 88,265%. Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji II Komponen

Kepuasan Kerja dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p o n en t Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 34,207 2,797 18,649 18,649 2 58,668 2,683 17,888 36,536 3 71,396 2,664 17,763 54,299 4 80,582 2,575 17,169 71,468 5 88,265 2,52 16,797 88,265 Komponen Kinerja

Hasil dari uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction

method: maximum likelihood, di hasilkan

analisis yang menunjukkan untuk kedua kalinya instrumen kinerja kerja guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,850, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen

values dan akar laten pada uji Scree terdapat 3

indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan loading faktor, tampak bahwa ke 12 pernyataan atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir.

Tampak dalam Tabel 12, yang menunjukkan bahwa loading faktor tiap butir instrumen lebih besar dari 0,5, berarti tiap butir intrumen tersebut valid. Perbedaan berdasarkan uji I dan II menunjukkan bahwa terdapat saran yang diberikan melalui analisis ini, bahwa indikator ke 3 dan ke 4 bergabung menjadi satu

(22)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

dan diberi nama membimbing dan melatih. Artinya komponen tersebut menjadi satu indikator membimbing dan melatih. Butir dalam komponen tetap valid karena faktor loding yang lebih besar dari 0,5.

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kinerja Guru Compo n en t Rotated Component Matrix(a) 3 Ajar1 0,934 Ajar2 0,801 Ajar3 0,875 2 Didi1 0,902 Didik2 0,819 Didik3 0,905 1 Bimb1 0,787 Bimb2 0,798 Bimb3 0,907 Bimb4 0,901 Latih1 0,717 Latih2 0,660

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kinerja Guru dalam Besaran Varian

Total Variance Explained

Com p o n en t Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total % of Variance 1 45,500 4,111 34,259 34,259 2 62,271 2,580 21,499 55,758 3 75,766 2,401 20,009 75,766

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rotation sums of sequared loading sebesar 75,66% untuk instrumen kinerja guru, artinya instrumen kinerja guru yang terdiri dari12 butir komponen dapat dijelaskan oleh 3 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 75,66%.

Reliabilitas dan Validitas Indikator yang digunakan dalam menyusun tiap komponen, pada Uji tahap II.

Uji tahap II, menghasilkan nilai reliabilitas untuk intrumen motivasi sebesar 0,912, dan reliabilitas instrumen komponen motivasi sebesar 0,863, serta reliabilitas instrumen komponen kinerja sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga instrumen memiliki nilai reliabilitas instrumen diatas 0,7. Artinya instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik.

Pembahasan Hasil Penelitian

Instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru sekolah dasar dikembangkan berdasarkan model skala likert. Diawali dalam pengajuan instrumen yang berjumlah 50, yang terbagi dalam instrumen motivasi sebanyak 23 butir, intrumen kepuasan kerja sebanyak 15 butir dan intrumen kinerja sebanyak 12 butir, yang terbagi dalam komponen tugas pokok dan fungsi guru dalam mengajar, mendidik, membimbing, serta melatih dan mengarahkan. Langkah yang ditempuh sebelum dilakukan uji tahap 1, adalah dilakukan FGD serta diskusi dalam kelompok terbatas, dihasilkan sejumlah saran dan masukan, sehingga menghasilkan perubahan intrumen, baik dalam model atau bentuk, serta jumlah intrumennya.

Jumlah Instrumen/pernyataan pada uji coba I adalah 50 butir dan pada uji coba II adalah tetap berjumlah 50 butir, masing-masing dengan 5 alternatif jawaban. Instrumen ini dianalisis dengan analisis program SPSS dengan mempergunakan analisis faktor. Berdasarkan analisis dengan program SPSS dengan mempergunakan analisis faktor dihasilkan bahwa ke 50 intrumen tersebut layak untuk digunakan, sedangkan ke 50 intrumen tersebut membentuk 6 sub komponen atau indikator motivasi, 4 sub komponen atau indikator kepuasan kerja dan 3 sub komponen atau indikator kinerja.

Analisis dilanjutkan dengan membuat skala hasil penilaian dari uji 2, kedalam tiap komponen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Untuk melihat apakah tiap komponen tersebut sesuai dalam membentuk dimensi-dimensinya, digunakan analisis faktor. Berdasarkan rotated faktor

(23)

dalam komponen motivasi 6 indikator, komponen kepuasan kerja 5 indikator, dan komponen kinerja 4 indikator, yang memenuhi kriteria nilai communality dan factor loading yaitu lebih dari 0,5 dan setiap butir-butir instrumen tersebut memuat satu faktor.

Berdasarkan Uji ke 1 dan Uji ke 2, dapat disimpulkan bahwa ke 50 butir intrumen tersebut layak untuk digunakan, yang membentuk 15 faktor dalam uji 1 dan 14 faktor dalam uji 2, yang terangkum dalam 3 komponen. Selanjutnya hasil penilaian tersebut dibawa ke dalam 3 komponen dalam wujud motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru. Berdasarkan analisis faktor tampak bahwa 14 faktor tersebut memiliki kecenderungan dalam membentuk 3 komponen tugas guru sekolah dasar, dalam komponen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru.

Hasil akhir instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru sekolah dasar dilengkapi dengan norma yang dijadikan patokan untuk memaknai hasil pengukuran.

Berdasarkan analisis faktor dengan mempertimbangkan nilai validitas dan reliabilitas intrumen dapat memberikan gambaran bahwa komponen motivasi terdiri dari 6 sub indikator yang meliputi : 1. Kebijakan dan administrasi, 2. Pengawasan, 3. Kondisi kerja. Faktor instrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari, 1. Pengembangan, 2.Pekerjaan, dan 3.Tanggung jawab.

Berdasarkan analisis faktor untuk komponen kepuasan kerja memiliki 5 indikator kepuasan kerja yang meliputi : 1. Penggunaan jam kerja, 2. Keadilan, 3. Kedisiplinan, 4. Penghargaan dan 5. Stres kerja. Kesemua indikator komponen tersebut valid, dan intrumen reliabel.

Berdasarkan analisis faktor komponen kinerja guru, dihasilkan bahwa indikator kinerja guru yang dilaksanakan melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru terdiri dari tiga indikator, yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih. Hasil ini dapat dilihat dari nilai validitasa tiap butir instrumen serta nilai reliabilitas intrumen, yang menunjukkan bahwa instrumen reliabel.

Simpulan dan Saran

Memperhatikan nilai validitas dan reliabilitas intrumen, dan kriteria dihasilkan simpulan sebagai berikut:

Komponen motivasi dapat disusun dari instrumen sub komponen ektrinsik yang memiliki indikator : Kebijakan dan administrasi, Pengawasan, dan Kondisi kerja, serta dari faktor instrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: pengembangan, pekerjaan dan tanggung jawab.

Komponen kepuasan kerja dapat disusun dari indikator, penggunaan jam kerja, keadilan, kedisiplinan, penghargaan dan stres kerja.

Komponen kinerja dapat disusun dari indikator yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih.

Berdasarkan penelitian dan pengembangan terhadap instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha dapat disarankan untuk pemanfaatan produk sebagai berikut.

1. Instrumen motivasi kerja guru pendidikan agama Buddha seharusnya mempergunakan instrumen yang mempertimbangkan faktor intrinsik dan ekstrinsik guru tersebut.

2. Untuk mendalami kondisi kerja guru pendidikan agama Buddha yang sesungguhnya, perlu mempertimbangkan kepuasan kerja guru tersebut.

3. Seharusnya kinerja guru pendidikan agama Buddha mempertimbangkan kinerja guru berdasarkan tugas pokok dan fungsi guru sebagai upaya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kinerjanya.

Daftar Pustaka

Allen, M.J., & Yen, W.M., (1979),

Instroduction to measurement theory.:

Wardsworth, Inc. Monterey.

Badarudin, (2010), Penilaian Kinerja,Diambil 2 April 2010, http://badarudinalbana, worldpress.com/2010/02/14

Baron, R.A., & Greenberg, J., 1990, Behaviour

in Organizations: Understanding and Managing the Human Side of Work,

(24)

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014

Third Edition, Allyn and Bacon, Massacgusetts.

Borg,W.R.,& Gall,M.D. (1983). Education

research: an introduction: Longman

inc. New York

Coakes, S.J. & Steed. D. (1996). SPSS for

Window: analysis without anguish.:

Jacaranda Wiley LTD. Cambera. Coggshall, J. and Jeffrey, M. (2008). Key Issue

: Using Performance-Based Assessment to Identify and Suport High-Quality Teachers, The National Comprehensive

Center for Teacher Quality is a collaborative effort of Education Commissioan of the states, ETS, Learning Point Associates, and Vanderbit University.

Dessler, Garry.,1997, Manajemen Personalia, Edisi Ke tiga.,Erlangga, Jakarta.

---, 1997. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Penerbit Prenhalindo, Jakarta.

Gibson, James L., et al., 1996. Organisasi :

Perilaku, Struktur, dan Proses. Edisi

Kedelapan, Binarupa Aksara, Jakarta. Gay, L, R. (1981) Education Research,

Competencies for Analysis & Application. Charles E. Merril

Publication. London.

Guba,E.G., & Lincolln, Y.S., (1991), Effective

Evaluation, Improving the Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches.Jossey-Bass Publisher-San

Francisco.

Kim, J.O., & Muller, C.M. (1986). Factor

analysis, statistical methods & practical issues. Sage Publications.Inc.

London.

Luthans, 1995,Organisasi Behaviour, McGraw-Hill, Inc., Singapore

Mardapi. D., (2008). Teknik Penyusunan

Instrumen Tes dan Nontes.Mitra

Cendekia Press, Yogjakarta.

Mehrens,W.A, & Lehmann, I, J. (1973),

Measurement and Evaluation in education and psycology.Holt, Rinehart

and Winston, Inc. New York.

Nunnally, J. C. (1981). Psychometric Theory (2nd Ed). McGraw-Hill. New York. O’Malkey & Pierce (1996). Pengertian

Asesmen bentuk asesmen dan langkah penerapan asesmen. Diambil dari

http://mectabied. worldpress. com/2011/01/14 tanggal 29 Desember

2011.

Osborn, R. N., et al., 1991, Managing

Organizational Behavior, Fourth

Edition, John Wiley & Sons Inc., Canada.

Praptini, Y., 2000, Pengaruh Sumber – Sumber

Stres Kerja Terhadap kepuasan Kerja Tenaga Edukatif tetap Fakultas Ilmu Sosial Universitas Airlangga Di Surabaya, Tesis Pada Program Pasca

Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Suharjo, M.S., (2006). Mengenal Pendidikan

Sekolah Dasar, Teori dan Praktek.

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sudjana,N., (1990). Teori-Teori Belajar Untuk

Pengajaran. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi UI.Jakarta.

Sugiyono. (2003). Statistika Untuk Penelitian: Alfabeta. Bandung.

Syamsul Bahri, (2009).Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Dasar di Dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, TESIS, Program Studi

Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Worthen, B. R., & Sanders, J. R., (1984). Educational evaluation: Theory and practice. OH: Charles A Jones Publishing Company. Worthington.

(25)

PENERAPAN METODE SQ3R PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI MEMBACA KRITIS

THE IMPLEMENTATION OF SQ3R METHOD IN THE CRITICAL READING

COMPETENCE LEARNING

Sujiono

sujionoradenwijaya@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian memberikan kajian penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran kompetensi membaca kritis dan memaparkan manfaat keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan teknik dokumenter. Teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis dan teknik analisis kritis. Hasil penelitian ini bahwa penerapan metode SQ3R dilakukan melalui lima langkah secara bertahap, yaitu; (1) survei adalah proses aktif melakukan pengenalan awal bahan bacaan; (2) question adalah proses menggali pertanyaan menyangkut hal-hal penting; (3) read yaitu proses membaca secara kritis; (4) recite berarti melakukan refeksi terhadap bahan bacaan; dan (5) review mengulang kembali sesuatu yang telah dibaca tanpa melihat bahan bacaan. Manfaat keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa, yaitu; (1) memperlancarkan mengembangkan keterampilan menulis, baik menulis makalah dan skripsi; (2) meningkatkan keterampilan berbicara presentasi ilmiah; (3) kemudahan menghadapi ujian tengah semester dan ujian akhir semester; dan (4) ketepatan waktu penyelesaian perkuliahan, sehingga tercapai kesuksesan dalam studi.

Kata kunci : Metode SQ3R, membaca kritis.

ABSTRACT

The study purposes are provides a review on the implementation of SQ3R method in the critical reading competency learning and explain the benefits of critical reading skills for students. This research type is the literature study. Data collection techniques are interviews and documentary techniques. The data analysis technique used the technique of content and critical analysis. The results of this study that the application of SQ3R method is done through the five steps in stages, namely; (1) survey is an active process of doing the early introduction of reading materials; (2) question is to explore the question concerning important matters; (3) read is the process of critical reading; (4) Recite is doing reflection to the reading material; and (5) reviews is repeating something that has been read without looking at reading material. The benefits of critical reading skills for students, namely; (1) smooth the developing of writing skills, both papers and thesis writing; (2) improve the speaking skills of scientific presentations; (3) ease facing midterm and final exams; and (4) the timeliness of the course completion, in order to achieve success in the study.

Keywords: SQ3R method, critical reading.

PENDAHULUAN

Dijenjang perguruan tinggi keterampilan berbahasa diperlukan. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang harus dikuasi oleh mahasiswa. Sebagaimana diamanatkan di Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian diperguruan tinggi wajib dimasukkan kedalam kurikulum inti setiap program studi, yaitu matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan matakuliah Bahasa (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi: 2006).

Gambar

Tabel 1. Daftar Kebutuhan Guru Berdasarkan  Tingkat Pendidikan  Kategori  Tingkatan  Pendidikan  Prosentase  SD  DII  45%  SMP  DIII  21%  SMA  S1  29%
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji I Komponen  Motivasi dalam Besaran Varian
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji I Komponen  Kepuasan Kerja dalam Besaran  Varian
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji II Komponen  Motivasi Guru dalam Besaran Varian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pemerintah setempat belum melakukan kegiatan sosialisasi kebijakan pengelolaan sampah kepada masyarakat secara massif, sehingga

panjang dan bobot tubuh benih lele sangkuriang pada kedua media budidaya (aplikasi probiotik dan tanpa probiotik) tinggi, hal itu memberikan gambaran bahwa benih

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan

Satu perisian modul ABM yang bertajuk Pengangkutan Oksigen Di Dalam Badan Manusia dalam Bahasa Inggeris telah berjaya dibangunkan dengan menggunakan Microsoft PowerPoint 2003

Berdasarkan Matriks 117, terlihat bahwa mengurangi kesenjangan kapasitas orang tua dalam menuntut hak-haknya kepada pengemban tugas terkait dengan Hak Kesehatan bagi perempuan

Metode yang digunakan untuk mengembangkan Kupu-kupu yaitu: 1) mencari sumber ide dengan cara mengkaji alur cerita Beauty and The Beast. 2) mempelajari karakter Kupu-kupu

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika Saussure untuk memaknai tanda baik itu verbal dan visual, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari setiap tanda dan

JABATAN PERUBATAN DAN PEMBEDAHAN HAIWAN LADANG DAN