• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran PBL dengan menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar. Pembelajaran Bakteriologi pada materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air dengan menggunakan teknik semi terintegrasi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi pada semua aspek dibandingkan dengan teknik terintegrasi.

PBL merupakan model pembelajaran yang memiliki karakteristik penyelidikan terhadap masalah yang disajikan. Pada proses penyelidikan termasuk ke dalam belajar penemuan. Menurut Bruner (dalam Dahar, 2006) pengetahuan yang didapat melalui penemuan dapat bertahan lama, lebih mudah untuk diingat, meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, memberikan latihan ketrampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan memberikan motivasi mahasiswa untuk belajar.

Kegiatan penemuan melalui model PBL tersebut menuntut adanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

kemudian menyusun kembali menjadi konsep kompleks, untuk dapat mewujudkan proses konstruksi tersebut diperlukan adanya scaffolding, yaitu pemberian bantuan kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa menguasai konsep dalam proses pembelajaran, bantuan ini dapat berupa dosen, orangtua maupun teman yang lebih mampu. Bantuan diberikan selama tahap awal pembelajaran kemudian mahasiswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Menurut Vygotsky (dalam Dahar, 2006) mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan orang lain yaitu melalui scaffolding. Pada PBL scaffolding banyak diberikan oleh teman sebaya saat diskusi kelompok, untuk itulah kelompok dibentuk secara heterogen. Dosen memfasilitasi terjadinya interaksi dalam diskusi kelompok, sehingga mahasiswa dapat menguasai konsep dengan bantuan dari teman dalam kelompoknya.

Teknik terintegrasi adalah teknik team teaching yang dilakukan oleh 2 dosen secara bersama menyajikan materi dalam kelas dan waktu yang sama, sedangkan teknik semi terintegrasi adalah gabungan dari colaborative team teaching dengan parallel instruction. Team teaching teknik semi terintegrasi memberikan bimbingan lebih efektif dan terarah, kolaborasi dari 2 dosen saat proses apersepsi, motivasi, eksplorasi dan konfirmasi memperkaya pengetahuan mahasiswa, sedangkan pembimbingan selama praktikum oleh 1 dosen membuat proses penyelidikan lebih terarah dan menghindari kelemahan Team teaching yaitu adanya kebingungan pada diri mahasiswa. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syh-Jong-Jang (2006).

Pada penelitian ini kebingungan terbukti terjadi pada team teaching teknik terintegrasi yang terlihat dari hasil wawancara dan angket yang dibagikan kepada mahasiswa diakhir penelitian. Minimalisasi kebingungan dapat meningkatkan penguasaan konsep. Model PBL merupakan model yang menuntut HOTS, kekurangan bantuan fasilitator dari dosen dapat menyebabkan proses interaksi antar mahasiswa terhambat sehingga menghambat penguasaan konsep.

Prestasi psikomotor dalam pembelajaran ini diukur melalui kompetensi mahasiswa saat melakukan praktikum dan penguasaan KPS baik KPS dasar maupun KPS terintegrasi. Perencanaan team teaching untuk memberikan bantuan pada mahasiswa dilakukan secara matang dan tersusun baik sehingga ada persamaan persepsi dari 2 dosen dalam membimbing. Team teaching teknik semi terintegrasi memberikan bimbingan lebih efektif karena pada saat praktikum 1 dosen hanya membimbing setengah dari jumlah kelas sehingga membantu mahasiswa berlatih dan menguasai KPS.

Sintaks model PBL memberikan latihan KPS kepada mahasiswa, pelatihan KPS melibatkan pelatihan sikap ilmiah seperti jujur, teliti dan kerjasama. Sikap ilmiah tersebut dapat terlihat mulai dari merumuskan masalah sampai kepada menyajikan hasil karya. Teknik semi terintegrasi memiliki keunggulan dari parallel instruction yaitu meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam belajar. Respon dan partisipasi ini dapat berupa keaktifan dalam praktikum dan bekerjasama dalam kelompok, sehingga prestasi belajar afektif kelompok teknik semi terintegrasi lebih tinggi dibandingkan dengan teknik terintegrasi.

2. Hipotesis Kedua

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada aspek kognitif dan psikomotor, sedangkan aspek afektif memiliki p-value > 0,05, hal ini berarti ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotor. Setelah dilakukan uji compare means didapatkan perbedaan pengaruh prestasi belajar yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

Kemampuan berpikir dibedakan menjadi Low Order Thinking Skill (LOTS) dan High Order Thinking Skill (HOTS). Pada HOTS terkandung 3 aspek yaitu 1) inquiry skills, 2) data processing skills, 3) additional critical thinking. Seseorang dikategorikan kemampuan berpikir tinggi jika ketrampilan penemuan, pemrosesan data dan kemampuan berpikir kritisnya tinggi. Kemampuan berpikir kritis adalah aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan (Sandia, 2008). Prestasi kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Mahasiswa yang memiliki HOTS tinggi akan mendapatkan prestasi kognitif tinggi pula. Model PBL memiliki keunggulan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. PBL membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang digunakan pada setiap kegiatannya yaitu merumuskan masalah dari wacana yang disediakan, menentukan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menyimpulkan dan membuat hasil karya. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan lebih mudah belajar dengan menggunakan model PBL daripada mahasiswa dengan

kemampuan berpikir kritis rendah. Pengembangan berpikir kritis berpengaruh pada peningkatan prestasi kognitif. Menurut Kuswana (2012) peningkatan berpikir kritis sebanding dengan peningkatan IQ seseorang.

Kemampuan berpikir kritis tinggi memberikan pengaruh pada prestasi psikomotor. Prestasi psikomotor berkaitan erat dengan KPS, menurut Gagne dalam Dahar (2006) ketrampilan psikomotor tidak hanya terkait dengan ketrampilan fisik tetapi juga membutuhkan ketrampilan intelektual. Pada pembelajaran sains prestasi psikomotor spesifik mengarah pengukuran KPS.

Model PBL memiliki sintak-sintak yang mampu melatihkan KPS dasar maupun terintegrasi. KPS yang baik memberikan bekal kepada mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dengan menggunakan teknik ilmiah. KPS membutuhkan kemampuan intelektual salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah, menganalisa argumen, mencari sumber yang dapat dipercaya, membaca tabel atau grafik, mengobservasi, menyimpulkan (Starkey, 2004 dan Ennis, 1987), sehingga kemampuan berpikir kritis tinggi akan memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi psikomotor.

Kemampuan berpikir memiliki pengaruh terhadap afektif. Menurut Paul (dalam Kuswana , 2012) berpikir kritis berkaitan dengan afektif yaitu kerendahan hati intelektual, keberanian intelektual, empati intelektual, integritas intelektual, ketekunan intelektual, alasan iman dan ingat keadilan, sedangkan prestasi afektif yang diukur pada penelitian ini adalah sikap ilmiah meliputi teliti, jujur dan kerjasama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. Setelah dilakukan uji compare means didapatkan perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah, yaitu prestasi belajar pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah.

Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, sehingga dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain (Winkel, 1991). Kemampuan verbal mempengaruhi kemampuan untuk memahami suatu konsep, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Dahar, 2006).

Teori pemrosesan informasi Gagne menyatakan kemampuan verbal merupakan modal yang dimiliki siswa untuk menguasai konsep melalui beberapa tahapan yaitu 1) diskriminasi; 2) konsep konkret; 3) aturan-aturan dan konsep terdefinisi;

4) aturan tingkat tinggi dan 5) pemecahan masalah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi akan mendapatkan prestasi belajar lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Hal ini dikuatkan oleh pandangan kognitif Sternherg (dalam Suharman, 2005) bahwa kemampuan kognitif meliputi kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, kemampuan belajar transfer konsep, kemampuan penalaran induktif-deduktif-silogisme, kemampuan

ruang. Hal ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Vernon (dalam Slameto, 2003) kemampuan verbal merupakan salah satu komponen dalam kemampuan intelektual umum, sehingga kemampuan kognitif sebanding dengan kemampuan verbal.

Prestasi psikomotor tinggi didapatkan pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi. Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS, kemampuan verbal menunjukkan penguasaan bahasa yang tinggi sehingga terbukti memudahkan kemampuan belajar, mengingat, memecahkan masalah dan menyimpulkan (Rakhmat, 1996). Model PBL menuntut adanya kemampuan memecahkan masalah melalui teknik ilmiah seperti merumuskan masalah, mengembangkan hipotesa, melakukan penyelidikan dan menyimpulkan.

Kemampuan verbal merupakan modal bagi mahasiswa untuk dapat memecahkan masalah melalui teknik ilmiah.

Penilaian afektif berkaitan erat dengan sikap ilmiah mahasiswa. Menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) perubahan perilaku hasil belajar diperoleh dari hasil latihan dan pengalaman. Kemampuan verbal tinggi berdampak pada kemampuan memecahkan masalah yang baik melalui teknik ilmiah. Penerapan teknik ilmiah pada pembelajaran sains akan berdampak pada peningkatan KPS. Peningkatan KPS akan diikuti dengan sikap ilmiah yang baik.

4. Hipotesis Keempat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar.

Perbedaan pengaruh interaksi team teaching (teknik terintegrasi dan semi terintegrasi) dan kemampuan berpikir kritis tinggi dengan interaksi teknik dan kemampuan berpikir kritis rendah terlihat jelas pada prestasi kognitif.

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu faktor internal dari mahasiswa yang harus diperhatikan karena memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar.

Menurut Winkel (2007) interaksi antara keadaan awal mahasiswa dengan keadaan dosen dapat memberikan efek positif atau negatif. Efek positif dibagi menjadi 2 yaitu cukup dan tinggi.

Pada penelitian ini keadaan dosen adalah kemampuan pedagogi dan latar belakang keilmuwannya, sedangkan keadaan awal mahasiswa adalah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. Interaksi team teaching teknik terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis memberikan efek positif cukup pada prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang diberikan pembelajaran dengan teknik terintegrasi (kognitif = 79, afektif = 81 dan psikomotor = 78) (Tabel 4.32 dan 4.34). Hal ini dikarenakan teknik tersebut menggunakan 2 dosen dari disiplin ilmu yang berbeda secara bersamaan.

Penggunaan 2 dosen ini menyebabkan mahasiswa harus beradaptasi dengan keduanya sehingga menimbulkan kebingungan dan akhirnya mempengaruhi prestasi belajar. Kebingungan ini terlihat dari hasil angket maupun wawancara

yang dilakukan di akhir penelitian. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Yanamandram, Noble (2006).

Sedangkan interaksi antara teknik semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis memberikan efek positif tinggi pada prestasi belajar. Kolaborasi dosen saat pembelajaran teori dan pengawasan secara mandiri oleh dosen pada saat praktikum memberikan efek positif tinggi pada prestasi kognitif baik mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah maupun tinggi.

Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS. Perbedaan pengaruh interaksi teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar terjadi karena efek yang berbeda dari kedua interaksi tersebut. Teknik terintegrasi memberikan efek positif cukup sedangkan teknik semi terintegrasi memberikan efek positif tinggi. Efek positif cukup pada teknik terintegrasi disebabkan karakteristik dan kemampuan pedagogi dosen berbeda, perbedaan ini mengakibatkan mahasiswa mengalami kebingungan sehingga pemahaman konsep terhalang dan berdampak kurangnya penguasaan KPS.

Sikap ilmiah terbentuk melalui serangkai kegiatan yang melibatkan KPS.

Sikap teliti, jujur dan kerjasama terbentuk pada saat proses pembelajaran model PBL. Penyelidikan autentik membentuk sikap jujur, teliti dan kerjasama pada diri mahasiswa. Peran dosen sebagai fasilitator dalam penyelidikan autentik sangat diperlukan. Teknik semi terintegrasi memungkinkan pengawasan dan pembimbingan lebih intensif daripada teknik terintegrasi. Melalui pembimbingan intensif maka peran aktif mahasiswa dapat ditingkatkan sehingga menghasilkan KPS yang tinggi. KPS tinggi akan diikuti dengan sikap ilmiah yang tinggi pula.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

5. Hipotesis Kelima

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. Hasil uji compare means menunjukkan bahwa prestasi kognitif mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi berbeda signifikan dengan mahasiswa yang diberi pembelajaran teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal rendah dan teknik terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi. Hal ini disebabkan karena efek interaksi yang berbeda.

Kemampuan verbal merupakan salah satu komponen dalam intelektual umum (Vernon dalam Slameto, 2003). Kemampuan verbal tinggi akan menghasilkan prestasi kognitif yang tinggi pula. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah latihan dan pengalaman belajar yang diberikan oleh dosen (Hamalik, 2007). PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar melalui masalah-masalah sosial pada kehidupan nyata.

Sintaks dan kegiatan dalam PBL memungkinkan mahasiswa untuk menggunakan kemampuan verbal untuk bekerjasama dalam memahami masalah, mengembangkan hipotesa, mengadakan penyelidikan, menyimpulkan hasil, membuat dan memamerkan hasil karya (Nur, 2011). Pada model PBL mahasiswa diberikan kesempatan bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya sehingga

mahasiswa berada pada zona of proximal development. Zona tersebut dapat tercapai melalui percakapan kerjasama antar individu (Vygotsky dalam Arends, 2005). Dosen memiliki peran yang tinggi pada PBL, yaitu memberikan bantuan berupa arahan dalam menyelesaikan masalah melalui teknik ilmiah, memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kerjasama kelompok.

Interaksi teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal memberikan efek positif tinggi sedangkan teknik terintegrasi dengan kemampuan verbal memberikan efek positif cukup. Penggunaan team teaching teknik semi terintegrasi meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran (Shumway, 2011) sehingga mahasiswa yang diberikan pembelajaran teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi kognitif lebih tinggi. Pada teknik terintegrasi kebingungan yang terjadi menyebabkan hambatan pada penguasaan konsep sehingga mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi prestasi belajarnya mengalami penurunan (Tabel 4.33 dan 4.35).

Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS, menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik melainkan juga ketrampilan intelektual. Mahasiswa dengan kemampuan verbal tinggi menunjukkan penguasaan bahasa yang tinggi sehingga memudahkan kemampuan belajar, mengingat, memecahkan masalah dan menyimpulkan (Rakhmat, 1996).

Kemampuan memecahkan masalah dilakukan melalui teknik ilmiah seperti merumuskan masalah, mengembangkan hipotesa, melakukan penyelidikan dan menyimpulkan. Prestasi psikomotor pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dapat diraih secara optimal saat mahasiswa diberikan teknik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

pembelajaran yang dapat memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan internalnya. Teknik teknik semi terintegrasi merupakan teknik team teaching yang memfasilitasi kemampuan verbal mahasiswa dengan cara pengawasan dosen secara intensif pada praktikum, dan penggabungan interdisiplin ilmu dosen pada tahap perumusan masalah sampai merancang percobaan, apersepsi, motivasi, eksplorasi dan konfirmasi, sehingga teknik semi terintegrasi yang didukung dengan kemampuan verbal tinggi memberikan pengaruh pada prestasi belajar psikomotor.

Penilaian afektif berkaitan erat dengan sikap ilmiah mahasiswa. Menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) sikap ilmiah dipelajari melalui serangkaian kegiatan dalam pembelajaran sains yang melibatkan KPS di dalamnya. Kemampuan verbal tinggi berdampak pada kemampuan memecahkan masalah yang baik dan KPS yang baik pula. KPS yang baik akan diikuti dengan sikap ilmiah yang baik pula.

Latihan dan pengalaman mahasiswa tidak lepas dari model dan teknik yang digunakan. Pengawasan dosen terhadap mahasiswa dengan jumlah sedikit lebih efektif daripada jumlah banyak, sehingga dapat memfasilitasi KPS mahasiswa yang akhirnya berdampak pula pada sikap ilmiah. Oleh karena itu kemampuan verbal tinggi yang difasilitasi dengan teknik semi terintegrasi memberikan perbedaan pengaruh signifikan daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi yang difasilitasi dengan teknik terintegrasi.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar.

Kemampuan berpikir kritis memberikan pengaruh pada prestasi belajar kognitif dan psikomotor, sedangkan kemampuan verbal memberikan pengaruh prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Interaksi antara kedua kemampuan tersebut memberikan pengaruh yang positif pada prestasi belajar.

Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal tinggi mendapatkan prestasi belajar sangat baik, mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal kombinasi mendapatkan prestasi belajar cukup baik sedangkan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal rendah mendapatkan prestasi belajar paling rendah dibandingkan yang lain.

Menurut Woods dan Wee (dalam Amir, 2009) PBL merupakan model efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu, membangun kecakapan sepanjang hayat untuk memecahkan masalah, kerjasama tim, dan komunikasi, mengatur diri sendiri, menggali informasi.

Santyasa (2007) mendefinisikan berpikir kritis sebagai aktivitas menguji, menghubungkan, mengevaluasi, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi.

Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam proses pemecahan masalah, oleh karena itu mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik akan menjadi pemecah masalah yang baik dan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula. Selain berpikir kritis, kemampuan verbal juga dibutuhkan dalam proses pemecahan masalah. Kemampuan verbal memungkinkan mahasiswa untuk mengolah informasi menjadi pengetahuan baru dan menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, hal ini diperlukan dalam kerjasama tim dan mengkomunikasikan pemecahan masalah kepada orang lain.

Menurut Allen, dkk (dalam Kuswana, 2012) kemampuan berpikir kritis membutuhkan kemampuan verbal. Kemampuan berpikir kritis tinggi didukung oleh argumentasi verbal tinggi, sementara kemampuan verbal dibutuhkan untuk membangun argumentasi verbal, namun kemampuan verbal yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Hal ini terjadi karena indikator kemampuan verbal tidak berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis seperti padanan hubungan, persamaan kata, lawan kata, dan perbendaharaan kata.

Interaksi kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal memberikan pengaruh pada KPS. PBL memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam setiap kegiatan PBL memberikan pengaruh pada KPSnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan kemampuan verbal rendah dengan kelompok mahasiswa yang lain. Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal masing-masing memberikan konstribusi terhadap KPS,

seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini memberikan efek positif cukup, sedangkan kemampuan verbal memberikan efek positif tinggi. Efek positif cukup pada mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi disebabkan karena menggunakan teknik terintegrasi yang dianggap membingungkan, sedangkan mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki frekuensi yang banyak pada kelompok teknik terintegrasi. Hal ini menyebabkan pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis rendah dengan kemampuan verbal tinggi terhadap KPS lebih besar daripada pada interaksi kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal rendah sehingga juga berpengaruh pada prestasi psikomotor.

KPS sebanding dengan sikap ilmiah, sehingga KPS yang tinggi akan mengakibatkan sikap ilmiah yang tinggi pula. Sikap ilmiah pada penelitian ini seperti jujur, teliti dan kerjasama diukur sebagai prestasi afektif.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal terhadap prestasi belajar.

PBL merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari ilmu kedokteran dengan maksud menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, aksesibilitas informasi, dan ledakan pengetahuan. Masalah yang diangkat pada pembelajaran model PBL adalah masalah pada kehidupan nyata, dengan demikian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

menantang mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis, analisis dan mencari sumber pembelajaran yang sesuai dalam memecahkan masalah, untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal, dan dosen yang memiliki kecakapan pedagogi (pengetahuan, membangun interaksi dosen-mahasiswa, interaksi antar dosen-mahasiswa, interaksi dosen-mahasiswa dengan informasi) sebagai pendukung PBL. Fasilitator yang baik dalam PBL membuat mahasiswa aktif terlibat dalam masalah, meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa, memotivasi mahasiswa untuk memecahkan masalah (Amir, 2009).

Team teaching merupakan teknik mengajar yang melibatkan lebih dari 1 orang dosen dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam team berusaha untuk saling mengisi dan melengkapi guna memperkaya penguasaan konsep dari mahasiswa. Teknik terintegrasi merupakan team teaching yang terdiri dari 2 orang dosen berkolaborasi dari awal sampai akhir pembelajaran. Karakteristik dan disiplin ilmu yang berbeda membuat teknik terintegrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah membuka wawasan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, sedangkan kelemahannya adalah membingungkan mahasiswa karena setiap dosen menambahkan dari ilmu yang berbeda dan menggabungkan

Team teaching merupakan teknik mengajar yang melibatkan lebih dari 1 orang dosen dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam team berusaha untuk saling mengisi dan melengkapi guna memperkaya penguasaan konsep dari mahasiswa. Teknik terintegrasi merupakan team teaching yang terdiri dari 2 orang dosen berkolaborasi dari awal sampai akhir pembelajaran. Karakteristik dan disiplin ilmu yang berbeda membuat teknik terintegrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah membuka wawasan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, sedangkan kelemahannya adalah membingungkan mahasiswa karena setiap dosen menambahkan dari ilmu yang berbeda dan menggabungkan

Dokumen terkait