• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh Yusianti Silviani NIM S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh Yusianti Silviani NIM S"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN TEAM TEACHING DENGAN TEKNIK TERINTEGRASI

DAN SEMI TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN BAKTERIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains

Oleh Yusianti Silviani NIM S 831108075

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(2)

commit to user ii

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

(4)

commit to user iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat orang yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret sebagai institusinya.

Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 4 Februari 2013 Yang membuat pernyataan

Yusianti Silviani S831108075

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v MOTTO

Sebab AKU ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-KU mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang

penuh harapan (Yeremia 29 : 11)

Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN, dan tidak ada kata terlambat bagi NYA, semua terjadi tepat pada waktu NYA

Tidak ada kata terlambat untuk belajar dari kesalahan

Kemarin adalah pengalaman, hari ini adalah kenyataan dan besok adalah harapan

(6)

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih, tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Papa, mama tercinta yang telah dikaruniakan TUHAN YESUS untuk ku

2. Kedua kakak dan adik ku tersayang yang selalu memberi semangat kepadaku

3. Teman-teman di AAK Nasional

4. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Sains

5. Almamater

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi terintegrasi Pada Pembelajaran

Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal”.

Adapun maksud dan tujuan penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pada menyelesaikan tesis ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam melanjutkan study di Pascasarjana UNS.

2. Dr. Moh. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS dan penguji, yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

3. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(8)

commit to user viii

5. Prof. Dr. rer nat Sajidan, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran membangun pada tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Pendidikan Sains yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Didik Wahyudi, M.Si. selaku Direktur Akademi Analis Kesehatan Nasional yang telah memberikan ijin study lanjut, penelitian dan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Teman-teman Dosen dan karyawan Akademi Analis Kesehatan Nasional yang telah memberikan semangat pada penulis untuk melanjutkan study di Universitas Sebelas Maret.

9. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa “ tak ada gading yang tak retak “, tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak terutama Akademi Analis Kesehatan Nasional.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

(10)

commit to user x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Sains ... 15

2. Teori Belajar ... 19

3. Problem Based Learning ... 23

4. Team Teaching ... 26

a. Teknik Terintegrasi ... 28

b. Teknik Semi terintegrasi ... 29

5. Kemampuan Berpikir Kritis ... 30

6. Kemampuan Verbal ... 34

7. Prestasi Belajar ... 36

8. Pemeriksaan Bakteriologi Air ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pikir ... 45

D. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B. Metode Penelitian ... 51

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 52

D. Rancangan dan Variabel Penelitian ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

G. Uji Coba Instrumen ... 59

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

H. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 70

B. Uji Prasyarat Analisis ... 90

C. Hasil Uji Alternatif Anava ... 92

D. Pembahasan ... 98

E. Keterbatasan Penelitian ... 115

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 116

B. Implikasi ... 117

C. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(12)

commit to user xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Prestasi Belajar Bakteriologi II ... 5

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning ... 24

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 33

Tabel 2.3 Batas Masksimum Pencemaran Mikroba dalam Air Mineral.. 38

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Tabel 3.3 Rancangan Penelitian... Klasifikasi Validasi Soal ... 53 60 Tabel 3.4 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis. ... 61

Tabel 3.5 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Verbal ... 61

Tabel 3.6 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Kognitif ... 62

Tabel 3.7 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Afektif ... 62

Tabel 3.8 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Psikomotor ... 63

Tabel 3.9 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 64

Tabel 3.10 Hasil Kesimpulan Uji Reliabilitas ... 64

Tabel 3.11 Kriteria Daya Beda Soal ... 65

Tabel 3.12 Kesimpulan Daya Pembeda Soal Penilaian Prestasi Kognitif. 66 Tabel 3.13 Kriteria Indeks Kesukaran ... 67

Tabel 3.14 Kesimpula Indeks Kesukaran ... 67

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Jenis Teknik ... 70

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik

Terintegrasi dan Semi Terintegrasi ... 71 Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis ... 71 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model

PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah 71 Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari

Kemampuan Verbal ... 72 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model

PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ... 72 Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Mahasiswa Ditinjau

dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 73 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model

PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan

Verbal ... 74 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model

PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 75 Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Jenis

Teknik ... 77 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model

PBL Menggunakan Menggunakan Team Teaching dengan

Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi ... 77 Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis ... 78 .Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model

PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah 78

(14)

commit to user xiv

Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari

Kemampuan Verbal ... 79 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model

PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ... 79 Tabel 4.16 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Mahasiswa Ditinjau

dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 80 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model

PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan

Verbal ... 81 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model

PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 82 Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari

Jenis Teknik ... 84 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik

Terintegrasi dan Semi Terintegrasi ... 84 Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis ... 85 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan

Rendah ... 85 Tabel 4.23 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari

Kemampuan Verbal ... 86 Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah 86 Tabel 4.25 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Mahasiswa

Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 87

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 88 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran

Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kemampuan Verbal ... 89 Tabel 4.28 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kognitif, Afektif

dan Psikomotor ... 91 Tabel 4.29 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif dengan

Menggunakan Levene’s Test ... 91 Tabel 4.30 Ringkasan Uji Alternatif Anava dari Prestasi Kognitif,

Afektif dan Psikomotor ... 92 Tabel 4.31 Hasil Analisis Pengaruh Teknik Pembelajaran Terhadap

Prestasi Belajar ... 94 Tabel 4.32 Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis

terhadap Prestasi Belajar ... 95 Tabel 4.33 Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Verbal Terhadap

Prestasi Belajar ... 95 Tabel 4.34 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran

dengan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi

Belajar ... 95 Tabel 4.35 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran

dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar ... 96 Tabel 4.36 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Kemampuan Berpikir

Kritis dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar 97 Tabel 4.37

Tabel 4.38

Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran, Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar ...

Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis...

97 114

(16)

commit to user xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 49 Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif

Penggunaan 2 Teknik ... 71 Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada

Kemampuan Berpikir Kritis ... 72 Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada

Kemampuan Verbal ... 72 Gambar 4.4 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Ditinjau dari Jenis

Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis ... 73 Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif PBL

Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Kemampuan Berpikir Kritis

dan Kemampuan Verbal ... 74 Gambar 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif

Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ... 75 Gambar 4.7 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Model

PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal

Tinggi dan Rendah ... 76 Gambar 4.8 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif

Penggunaan 2 Teknik ... 77 Gambar 4.9 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Pada

Kemampuan Berpikir Kritis ... 78 Gambar 4.10 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Pada

Kemampuan Verbal ... 79 Gambar 4.11 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Ditinjau dari

Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

Gambar 4.12 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Pada

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ... 81 Gambar 4.13 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif

Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ... 82 Gambar 4.14 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Model

PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ...

83

Gambar 4.15 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Psikomotor Penggunaan 2 Teknik ... 84 Gambar 4.16 Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan

Pada Kemampuan Berpikir Kritis ...

85 Gambar 4.17 Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan

Pada Kemampuan Verbal ... 86 Gambar 4.18 Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Ditinjau dari

Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis ... 87 Gambar 4.19 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor PBL

dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Berdasarkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ... 88 Gambar 4.20

Gambar 4.21

Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ...

Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah...

89

90

(18)

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 124

Lampiran 2 RPP Team Teaching Teknik Terintegrasi ... 127

Lampiran 3 RPP Team Teaching Teknik Semi terintegrasi ... 164

Lampiran 4 Lembar Kerja Mahasiswa ... 202

Lampiran 5 Penilaian Proses Kognitif, Afektif dan Psikomotor ... 225

Lampiran 6 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Kognitif ... 241

Lampiran 7 Kisi-kisi dan Angket Prestasi Belajar Afektif ... 252

Lampiran 8 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Psikomotor ... 256

Lampiran 9 Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 259

Lampiran 10 Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Verbal ... 264

Lampiran 11 Hasil Try Out Tes Kognitif, Afektif, Psikomotor ... 268

Lampiran 12 Hasil Try Out Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Verbal ... 276

Lampiran 13 Setting Pembelajaran Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi ... 275

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ... 276

Lampiran 15 Surat Keterangan ... 279

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

Yusianti Silviani. 2013. Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. TESIS. Pembimbing: 1) Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd; 2) Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning (PBL) menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal serta interaksinya terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.

Metode yang digunakan adalah eksperimen, dilaksanakan pada Januari 2012 sampai Desember 2012. Populasinya adalah semua mahasiswa Tingkat II Semester III Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta Tahun Akademik 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yang terdiri dari 2 kelas yaitu: 2A1 dan 2A2. Kelas 2A1 diberi pembelajaran team teaching teknik semi terintegrasi, sedangkan 2A2 dengan team teaching teknik terintegrasi.

Teknik pengumpulan data adalah tes dan non tes. Teknik tes menggunakan soal pilihan ganda untuk kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal, kognitif dan psikomotor. Teknik non tes menggunakan lembar observasi untuk afektif dan psikomotor proses, serta angket untuk afektif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji alternatif ANAVA yaitu Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap semua prestasi belajar; 2) Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif dan psikomotor; 3) Ada pengaruh kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 4) Ada pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap semua prestasi belajar; 5) Ada pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 6) Ada pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 7) Ada pengaruh interaksi teknik, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar.

Kata kunci: Problem Based Learning, team teaching, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal.

(20)

commit to user xx

Yusianti Silviani. 2013. Problem Based Learning Model Use Team Teaching With Semi and Integrated Technics in Bacteriology Learning Overviewed from Critical Thinking and Verbal Skills. Supervisor: 1) Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd; 2) Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Science Education Program of Postgraduate Study, Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of the using Problem Based Learning, team teaching technics, critical thinking, verbal skill, and it’s interaction toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement.

The method used in the research was experimental method and it was conducted from Januari 2012 to Desember 2012. The population was the students in 2sd Academic Year 2012/2013 3rd Semester in Analis Kesehatan Nasional Academy. The sample was taken using total sampling, consisted of two class 2A1 and 2A2. The learning method applied to 2A1 was semi integrated team teaching and to 2A2 was integrated team teaching. The data was collected through students’s critical thinking, verbal skill, cognitive, psychomotor achievement test, and supported by questioner for measuaring affective achievements and observation sheet for assessing affective and psychomotor process. The hypothesis were tested using alternatif ANAVA test with Mann- Whitney and Kruskal Wallis.

The results showed : 1) There was significant difference from the results of two compared learning technics towards students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 2) Critical thinking effected students’s cognitive, psychomotor learning achievement; 3) Verbal skill was proved effect students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 4) There was an interaction between learning technics and critical thinking toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 5) There was an interaction between learning technics and verbal skills toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning; 6) There was an interaction between critical thinking and verbal skills toward students’s cognitive affective and psychomotor learning achievement; 7) There was an interaction among learning technics, critical thinking, and verbal skills toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement.

Key-words: Problem Based Learning, Team Teaching, Critical Thinking, Verbal Skills.

.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di dalam Undang Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indonesia sangat peduli dalam menjaga kesehatan warga negaranya, hal itu tertuang dalam UU No 36 Tahun 2009 yang berbunyi bahwa pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya pemerintah untuk memenuhi tanggung jawab tersebut adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Asuransi Kesehatan (Askes) bagi Pegawai Negeri Sipil dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi karyawan swasta.

Upaya mewujudkan masyarakat yang sehat secara fisik maupun rohani adalah menyediakan tenaga kesehatan yang handal dan kompeten salah satunya adalah analis. Analis kesehatan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bekerja baik di laboratorium, rumah sakit, maupun klinik yang bertugas untuk memeriksa darah, feses, urine, cairan tubuh dari pasien. Seorang analis kesehatan merupakan partner dokter dalam menentukan diagnosa suatu penyakit. Di dalam

(22)

kompetensi tenaga analis kesehatan dinyatakan bahwa seorang analis bertugas mempersiapkan, melaksanakan, menginterpretasi, sampai kepada mengevaluasi hasil maupun proses dalam pemeriksaan laboratorium.

Perguruan Tinggi di bidang kesehatan (dalam hal ini Akademi Analis Kesehatan) berperan penting dalam menghasilkan tenaga analis yang kompeten dan berkualitas dengan cara membekali teori dan praktik meliputi kognitif, psikomotor dan afektif. Pembekalan kognitif bagi tenaga analis kesehatan adalah melalui beberapa mata kuliah seperti: Bakteriologi, Parasitologi, Hematologi, Immunoserologi, dan lain sebagainya. Melalui materi perkuliahan tersebut, diharapkan mahasiswa mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, berpikir analitis, dan lain sebagainya. Dengan demikian, tenaga analis kesehatan dapat menganalisis hasil pemeriksaan laboratorium secara akurat dan dapat mendukung hasil diagnosa dokter secara efektif.

Kompetensi psikomotor seorang tenaga analis sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi dari Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010) adalah: 1) mempersiapkan proses teknis operasional di laboratorium kesehatan; 2) mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen; 3) melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan spesimen; 4) mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium;

5) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan lingkungannya;

6) mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu, serta mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dengan data hasil uji; 7) membantu klinis dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan efisien untuk menginterprestasikan hasil uji laboratorium; 8)

merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium;

9) membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik ke laboratorium; 10) melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan;

11) memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan laboratorium kesehatan. Selain kompetensi kognitif dan psikomotor, tenaga analis kesehatan juga memerlukan sikap jujur, teliti, disiplin, bertanggung jawab, dapat diandalkan dan mampu bekerjasama dalam tim. Tenaga analis kesehatan yang kompeten secara kognitif, afektif dan psikomotor diharapkan akan memiliki daya saing tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional.

Profil kompetensi tenaga analis kesehatan di atas relevan dengan hakikat sains yang meliputi 3 aspek yaitu: produk, proses dan sikap. Produk belajar sains (scientific products) adalah kumpulan informasi berupa fakta, konsep, hukum, prinsip dan teori yang dihasilkan melalui proses ilmiah melalui pemecahan masalah. Aktivitas dalam proses sains disebut sebagai keterampilan proses sains meliputi kegiatan: pengamatan, interferensi, prediksi, klasifikasi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil. Sikap dalam sains adalah sikap yang berkembang setelah seseorang melakukan proses sains seperti: rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kritis, teliti, terbuka, dll (Weno, 2008). Dengan demikian pembelajaran yang mengacu pada hakikat sains diharapkan dapat menghasilkan seorang analis yang kompeten. Idealnya pembelajaran sains (biologi) bagi seorang tenaga analis kesehatan adalah melalui penemuan yang mengacu pada konstruktivisme, yaitu

(24)

pembelajaran yang memperhatikan pengetahuan awal mahasiswa dan mengembangkan melalui pengalaman, sehingga terbentuk konsep yang baru.

Pembelajaran sains (biologi) idealnya memberikan pengalaman bermakna sehingga dapat membangun persepsi dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

Materi biologi di Akademi Analis Kesehatan (AAK) khususnya mata kuliah Bakteriologi ditujukan agar mahasiswa dapat menganalisis berbagai macam bakteri yang tersebar di sekitar manusia, serta menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pemeriksaan bakteriologi. Mengacu pada tujuan mata kuliah Bakteriologi tersebut maka idealnya pembelajaran sains (khususnya biologi) di AAK idealnya dapat mengembangkan keterampilan proses sains baik keterampilan proses sains dasar seperti: mengamati, menginterferensi, memprediksi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, menghitung, maupun keterampilan proses sains terintegrasi seperti: merancang eksperimen, mengajukan pertanyaan, mengembangkan hipotesis, mengontrol variabel, mendefinisikan operasional, membuat kesimpulan, membuat grafik dan tabel) (Nur, 2011).

Secara faktual tenaga kesehatan di Indonesia ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara umum masih rendah. Berdasarkan data dari Pusat Dinas Kesehatan (2007) diketahui bahwa negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, negara Timur Tengah dan Malaysia, lebih menyukai tenaga kesehatan dari Filipina dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi tenaga Indonesia dipandang belum kompeten sehingga belum mampu

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara lain. Kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi (AAK) turut memberikan konstribusi terhadap rendahnya kompetensi analis kesehatan.

Rendahnya kompetensi tenaga analis kesehatan tersebut juga terjadi di lingkungan AAK Nasional. Hal tersebut tercermin dari hasil prestasi belajar kognitif seperti yang tersaji pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Hasil Prestasi Belajar Bakteriologi II

A B C D

2010 55% 34% 9% 2%

2011 33% 42% 22% 3%

A = 80 B = 70 – 79 C = 60 -69 D = < 60

Sumber : Rekap Nilai Mata Kuliah Bakteriologi II Akademi Analis Kesehatan Nasional (2010/2011)

Selain menuntut kemampuan kognitif, pembelajaran di AAK Nasional juga menuntut kemampuan memecahkan masalah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mahasiswa AAK Nasional belum mempunyai keterampilan proses sains yang memadai terutama dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah mulai dari merumuskan masalah, menentukan hipotesis, dan merancang percobaan. Hal ini terlihat bahwa mahasiswa masih memerlukan banyak bimbingan saat mengerjakan soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, maupun Karya Tulis Ilmiah yang menjadi tugas akhir mahasiswa. Selain itu, berdasarkan hasil usser meeting yang diadakan oleh AAK Nasional Tahun 2010 diketahui bahwa stake holder menginginkan adanya attitude yang baik dari para analis lulusan AAK Nasional yaitu: 1) mampu berkomunikasi dan memberikan pelayanan kepada pasien baik sebelum maupun setelah pemeriksaan, sebagai contoh menjelaskan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi pasien

(26)

commit to user

sebelum melakukan pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium;

2) memiliki keterampilan mengkomunikasikan data, dan 3) memiliki keterampilan bekerjasama dalam tim.

Salah satu faktor penyebab rendahnya kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotor) mahasiswa di AAK Nasional adalah cara dosen dalam mengajar.

Metode ceramah (lecturing) yang dilakukan dosen selama perkuliahan menjadikan dosen sebagai pusat dari pembelajaran. Dosen hanya menggunakan power point, sementara alat peraga, seperti gambar, video, flash, dan lain-lain belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini bertentangan dengan pembelajaran yang diamanahkan oleh Direktur Jenderal Perguruan Tinggi serta bertentangan dengan hakikat sains.

Faktor pendorong terjadinya teacher center learning di (AAK) Nasional disebabkan oleh: 1) padatnya jadwal dosen dalam perkuliahan. Kompetensi yang harus dicapai mahasiswa banyak, sementara alokasi waktu terbatas sehingga pembelajaran cenderung disampaikan secara verbal; 2) latar belakang keilmuan dosen bervariasi. Sebagian dosen di AAK Nasional berasal dari ilmu murni sehingga lebih menekankan pada content saja; dan 3) karakteristik materi di AAK Nasional yang mempengaruhi cara dosen untuk mengajar. Sifat materi perkuliahan yang abstrak dan komplek seperti Bakteriologi menjadikan mahasiswa kesulitan untuk memahami konsep. Sementara dosen kurang menekankan pada penggunaan media pembelajaran. Kondisi tersebut di atas perlu diperbaiki karena tenaga analis merupakan tenaga kesehatan yang strategis dan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

tentang suatu penyakit. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melatihkan kemampuan memecahkan masalah melalui KPS dengan Problem Based Learning (PBL).

Model PBL adalah model pembelajaran yang berawal dari adanya masalah.

Sintaks PBL adalah orientasi masalah, mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar, membimbing pengalaman individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model PBL memungkinkan pembelajaran tidak sekedar menghafal, tetapi siswa harus menkonstruksi pengetahuannya secara mandiri (Rusman, 2011;

Weno, 2008). PBL memiliki banyak keunggulan diantaranya: 1) pembelajaran berpusat pada mahasiswa; 2) memungkinkan mahasiswa untuk melihat secara multidimensi dengan perspektif yang lebih mendalam; 3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; 4) mendorong mahasiswa untuk belajar materi atau konsep baru ketika menyelesaikan masalah; 5) mengembangkan

keterampilan sosial dan komunikasi dengan belajar dalam tim;

6) mengembangkan keterampilan tingkat tinggi/ berpikir kritis dan berpikir ilmiah; 7) menggabungkan teori dan praktik; 8) memotivasi mahasiswa dan dosen; 9) mahasiswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi; 10) membuka cara untuk belajar sepanjang hayat (Akinoglu dan Tandogen, 2006).

PBL akan lebih efektif jika dipadukan dengan pembelajaran secara tim.

Perpaduan ini ditujukan untuk mengatasi pengawasan yang kurang maksimal pada mahasiswa selama proses perkuliahan teori maupun praktikum. Team teaching

(28)

merupakan metode mengajar beregu yaitu dua dosen atau lebih berkolaborasi merencanakan, menyajikan dan menilai secara bersama-sama. Team teaching dapat disajikan dalam 2 teknik yaitu: terintegrasi dan semi terintegrasi. Teknik terintegrasi adalah teknik team teaching yang menggunakan lebih dari satu orang dosen untuk mengajar secara bersama-sama dalam satu kelas. Keunggulan teknik ini adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar memecahkan masalah, meningkatkan pengetahuan mahasiswa karena ilmu yang didapatkan berasal dari dua orang dosen serta memberikan suasana belajar yang baru. Teknik semi terintegrasi yaitu gabungan dari colaborative team teaching dengan parallel instruction yaitu dua orang dosen yang mengajar secara bersama-sama, dimana saat praktikum satu orang dosen mengajar setengah dari jumlah mahasiswa dalam satu kelas (Shumway, dkk, 2011). Teknik ini merupakan variasi team teaching yang dilakukan untuk pembelajaran yang memerlukan kegiatan praktik (Wardani, 2005). Teknik ini memiliki keunggulan yaitu adanya perhatian dosen yang lebih kepada mahasiswa sehingga meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran. Penggunaan PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan memfasilitasi kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang bervariasi. Sementara penggunaan PBL dengan dengan team teaching teknik semi terintegrasi diharapkan dapat mendukung dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan memfasilitasi kemampuan verbal mahasiswa yang bervariasi.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar baik eksternal maupun internal.

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Faktor internal mahasiswa yang bervariasi seperti kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal dapat mempengaruhi prestasi belajar. Mengingat pentingnya faktor internal tersebut, maka perlu dipertimbangkan model pembelajaran yang sesuai untuk memfasilitasi faktor internal mahasiswa.

Berdasarkan atas latar belakang di atas serta dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga analis kesehatan dan sebagai solusi terhadap adanya permasalahan dalam pembelajaran di AAK Nasional, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Proses pembelajaran berpusat pada dosen. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu.

2. Proses pembelajaran masih berupa transfer materi, kurang melatihkan mahasiswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep dari hasil penemuannya 3. Pembelajaran yang dilakukan belum dapat mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah melalui metode ilmiah.

4. Peran dosen sebagai fasilitator dan pengawas dalam proses pembelajaran belum maksimal, sehingga diperlukan penambahan jumlah dosen.

(30)

5. Kemampuan internal yang dimiliki mahasiswa (kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal) sangat bervariasi, tetapi belum dipertimbangkan dosen dalam merancang pembelajaran.

6. Prestasi mahasiswa terutama pada Bakteriologi II belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dilakukan pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas, yaitu sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang dipakai adalah model PBL (Problem Based Learning) dengan sintaks : orientasi masalah, mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu/ kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Teknik team teaching yang digunakan adalah teknik terintegrasi yaitu teknik team teaching yang menggunakan lebih dari 1 dosen dalam mengajar 1 kelas secara bersamaan dan teknik semi terintegrasi yaitu teknik team teaching yang menggabungkan antara colaborative team teaching dengan parallel instruction.

3. Materi pembelajaran yang diberikan adalah Bakteriologi 2 dengan Kompetensi Dasar: menjelaskan tentang pencemaran air dan teknik uji kualitas air.

4. Kemampuan berpikir kritis meliputi aspek: mengenali, mendefinisikan dan memecahkan masalah, memfokuskan observasi, menetapkan tujuan,

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menemukan sumber, mengevaluasi fakta, menggunakan teknik persuasi, mengoreksi kesalahan informasi, mengecek emosi, menjelaskan dan mengoreksi kesalahan alasan deduktif dan induktif, mengoreksi argumen, pengambilan keputusan, membedakan penjelasan atau pendapat, memahami bacaan dan menjawab pertanyaan, dan dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah,

5. Kemampuan verbal meliputi: perbendaharaan kata, persamaan kata, lawan kata dan padanan hubungan, dan dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah.

6. Prestasi belajar yang diukur meliputi: prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa?

2. Apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa?

3. Apakah ada pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa?

4. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir krtitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa?

(32)

5. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi dan terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa?

6. Apakah ada pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar bakteriologi II mahasiswa?

7. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1. Pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi

dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa.

2. Pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa.

3. Pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa.

4. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir krtitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa.

5. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi dan terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6. Pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar bakteriologi II mahasiswa.

7. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis:

Diharapkan dapat memberikan bukti bahwa penggunaan model PBL lebih efektif dalam kegiatan belajar mengajar daripada hanya menggunakan metode ceramah maupun diskusi saja.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi mahasiswa

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang akhirnya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Bagi Dosen

1) Memberikan sumbangan pemikiran kepada dosen mengenai alternatif model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(34)

2) Memberi gambaran menyeluruh tentang penerapan model PBL dengan menggunakan metode team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi.

3) Memacu dosen memperhatikan kemampuan internal mahasiswa yang sangat bervariasi dalam mengembangkan model pembelajaran.

c. Bagi Institusi

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran

2) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan.

d. Bagi Peneliti Lain

Menjadi masukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai PBL dan team teaching.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Biologi

a. Hakikat Belajar Biologi

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Piaget (dalam Suparno 2000: 142) mendefinisikan arti belajar dalam 2 bentuk yaitu dalam arti sempit dan luas. Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar seperti ini disebut sebagai belajar figuratif atau belajar yang pasif. Belajar dalam arti luas adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dpat digunakan pada bermacam-macam situasi belajar. Belajar seperti ini disebut sebagai belajar operatif. Belajar figuratif hanya melatih murid untuk mengenal nama-nama tanpa mengetahui konsep yang lebih mendalam, sedangkan belajar operatif menuntut keaktifan belajar dimana murid mencoba memahami konsep-konsepnya yang memerlukan rekonstruksi aktif dari murid. Menurut Hamalik (2007: 27) “Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”. Artinya yang menjadi tujuan akhir belajar bukanlah penguasaan hasil melainkan perubahan kelakuan, karena belajar hanya merupakan sebuah proses.

(36)

Belajar sains merupakan belajar dengan memperhatikan hakikat sains, yaitu: proses, produk dan sikap ilmiah. Hasil dari belajar sains adalah berupa keterampilan proses sains, penguasaan konsep, prinsip, fakta dan sikap.

Sains khususnya biologi memiliki karakteristik yaitu: 1) cakupan materinya meliputi struktur dan fungsi alat-alat tubuh manusia dan segala keingintahuannya. Tubuh manusia dengan alam sekitar dipandang oleh biologi sebagai suatu sistem yang saling menunjang agar keseluruhan sistem dapat berlangsung; 2) cara mempelajarinya membutuhkan kemampuan berpikir, sebagai contoh: dalam mempelajari fisiologi seseorang diminta untuk mengembangkan berpikir sibernetik, dalam genetika dikembangkan berpikir peluang, dalam taksonomi dikembangkan kemampuan berpikir logis;

3) penggunaan istilah latin atau kata yang dilatinkan, sehingga seringkali menyulitkan, hal ini mengurangi minat mahasiswa dalam mempelajari biologi (Rustaman, 2005).

Belajar biologi di AAK Nasional adalah belajar teori dan praktikum, dimana prosentase praktikum lebih banyak daripada teori, sehingga dalam mendapatkan konsep mahasiswa membutuhkan keterampilan proses sains seperti memprediksi, merumuskan masalah, melakukan percobaan, mengkomunikasikan data dalam tabel dan menyimpulkan. Melalui serangkaian kegiatan belajar, mahasiswa dilatih untuk memiliki sikap jujur, teliti, disiplin dan bekerjasama.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Pembelajaran Biologi

Carin and Sund (1990) menyatakan bahwa sains mengandung empat unsur yaitu: proses (scientific processes), produk (scientific knowledge), sikap (scientific attitudes) dan teknologi. Produk dalam sains (scientific knowledge) mengandung arti kumpulan informasi atau fakta tentang gejala alam yang didapatkan melalui sikap ilmiah. Produk dalam sains dapat berupa fakta, prinsip, hukum, teori dan lain sebagainya. Proses dalam sains (scientific processes) mengandung arti aktivitas untuk mendiskripsikan fenomena alam meliputi merumuskan masalah, melakukan observasi, merencanakan eksperimen, merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya.

Sikap dalam sains (scientific attitudes) adalah sikap-sikap, keyakinan, nilai- nilai, pendapat/gagasan dan obyektifitas yang melandasi proses sains.

Sebagai contoh adalah sikap ingin tahu, jujur, disiplin, teliti, terbuka dan sebagainya. Sikap dalam sains biasa disebut sebagai sikap ilmiah. Teknologi dalam sains mengandung arti bahwa sains digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah sehari-hari.

Menurut Suciati (2012) pembelajaran sains tidak hanya menekankan pada produk saja tetapi juga memungkinkan mahasiswa memahami cara memperoleh pengetahuan melalui sejumlah kegiatan KPS dengan cara berinkuiri, observasi, pengamatan dan eksperimen. KPS merupakan keterampilan intelektual spesifik untuk menemukan suatu konsep, prinsip, teori sebagaimana ilmuwan bekerja ketika memecahkan masalah.

(38)

Pembelajaran sains (biologi) idealnya menekankan pada aspek kognitif (minds on), psikomotor ( hands on), dan sikap ilmiah ( heart on).

Menurut Sumadji (dalam Weno, 2008) tujuan dari pembelajaran biologi adalah: 1) memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan jenjang ke pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2) mengembangkan keterampilan- keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep sains; 3) menanamkan sikap ilmiah dan melatih mahasiswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya; 4) menyadarkan mahasiswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya sehingga mahasiswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya; 5) memupuk daya kreatif dan inovatif mahasiswa; 6) membantu mahasiswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEKS; 7) mengembangkan minat mahasiswa dalam sains.

Pembelajaran biologi di AAK Nasional idealnya dilakukan dengan memperhatikan hakikat sains di atas. Pembelajaran biologi di AAK Nasional idealnya tidak hanya menekankan penguasaan materi melalui kuliah teori, tetapi juga disertai dengan praktikum yang dapat mengasah kemampuan proses sains dari mahasiswa. Melalui beragam metode seperti:

diskusi, problem solving, inkuiri maka KPS dari mahasiswa dapat ditingkatkan, sehingga diikuti dengan meningkatnya sikap ilmiah dari mahasiswa.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2. Teori-teori belajar

a. Teori Konstruktivisme

Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar tergantung pada bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal mahasiswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar (Rustaman, 2005: 204).

Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek; 2) subyek membentuk skemata kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan; 3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang.

Konsep dapat diperoleh melalui pengalaman-pengalaman mahasiswa (Suprijono, 2011)

Secara garis besar ada lima prinsip tentang pembelajaran yang merrupakan dasar bagi pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme yaitu : 1) pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. Pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar;

2) belajar merupakan suatu proses pengkonstruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Pembelajar sendirilah yang mengkonstruksi pengetahuan, tidak hanya sekedar ditransfer; 3) belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Proses perubahan konsepsi dapat dilakukan bila pembelajar memiliki pengetahuan awal; 4) proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks sosial tertentu;

(40)

5) pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya (Rustaman, 2007).

b. Teori Belajar Sosial Vygotsky

Vygotsky (dalam Trianto, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan mahasiswa sendiri melalui bahasa. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran, dimana faktor sosial sangat penting artinya untuk perkembangan mental lebih tinggi dalam mengembangkan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan.

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah bahasa merupakan aspek sosial. Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial dalam belajar, adanya interaksi dengan orang lain memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yaitu: 1) tingkat perkembangan aktual yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu; 2) tingkat perkembangan potensial yaitu tingkat intelektual yang dapat dicapai dengan bantuan dari orang lain, misal: dosen, teman sebaya, atau orangtua. Zona yang terletak diantara kedua tingkat tersebut dinamakan sebagai zone of proximal development (Arends, 2008).

c. Teori Belajar Bruner

Belajar menurut Bruner adalah suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kepada dirinya. Tiga tahapan belajar menurut Bruner adalah: 1) tahap enaktif yaitu pembelajaran dengan melibatkan tindakan anak secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata; 2) tahap ikonik, yaitu suatu belajar pengetahuan dengan cara dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret. 3) tahap simbolis yaitu menggunakan bahasa dalam bentuk simbol anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang- orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain (Dahar, 2006).

Belajar penemuan dapat dikembangkan dengan menggunakan scaffolding yaitu sebuah alat untuk mengatasi masalah diluar kapasitas perkembangan mahasiswa berupa sejumlah bantuan kepada mahasiswa selama tahap awal pembelajaran kemudian mahasiswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan untuk menguraikan masalah kedalam langkah-langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan mahasiswa tumbuh

(42)

mandiri. Bentuk dari scaffolding ini dapat berupa bantuan dari teman, dosen atau orang yang lebih mampu. Selain scaffolding peran dialog juga penting dalam belajar penemuan, interaksi sosial dibutuhkan dalam mengatasi masalah (Arends, 2008).

Belajar penemuan sendiri memiliki kelebihan yaitu: 1) pengetahuan yang didapat bertahan lama, dan lebih mudah untuk diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; 2) hasil belajar penemuan memiliki efek transfer yang lebih baik daripada belajar menggunakan cara-cara yang lain, konsep yang telah dimiliki seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi yang baru; 3) belajar penemuan meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, memberikan latihan keterampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain; 4) membangkitkan keingintahuan mahasiswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban (Dahar, 2006).

d. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne (1985) hasil-hasil belajar dibedakan menjadi 1) keterampilan intelektual; 2) strategi kognitif, 3) sikap; 4) informasi verbal;

5) keterampilan motorik. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan simbol atau gagasan.

Gagne membedakan keterampilan intelektual secara bertahap mulai yang paling sederhana (diskriminasi) hingga yang paling kompleks (pemecahan masalah), dengan urutan sebagai berikut: 1) diskriminasi; 2) konsep konkret;

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) aturan-aturan dan konsep terdefinisi; 4) aturan tingkat tinggi dan 5) pemecahan masalah.

Diskriminasi merupakan kemampuan untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.

Konsep konkret menunjukkan suatu objek. Konsep terdefinisi dimengerti apabila bisa mendemonstrasikan arti dari kelas tentang obyek atau kejadian.

Aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan kegiatan manusia yang menggabungkan konsep dan aturan yang telah diperoleh sebelumnya dari dirinya sendiri.

3. Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem adalah situasi yang membutuhkan solusi. Menurut Ibrahim (dalam Rusman, 2010) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi mahasiswa dalam situasi yang beorientasi pada masalah dunia nyata. Model PBL dilandasi oleh teori konstruktivistik, yaitu belajar tidak sekedar menghafal, tetapi mahasiswa harus menkonstruksi pengetahuannya secara mandiri (Weno, 2008).

Menurut Tan (2003: 20) karakteristik PBL adalah: 1) permasalahan merupakan starting point dalam belajar; 2) permasalahan yang diangkat berasal dari dunia nyata; 3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda;

4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki mahasiswa;

5) mengutamakan belajar mandiri; 6) pembelajaran kolaboratif, komunikatif dan kooperatif; 7) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;

(44)

8) melibatkan evaluasi dan review pengalaman mahasiswa. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Izzaty (2006) yaitu PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, penguasaan konsep, motivasi dan peran aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mahanal dan Zubaidah (2010) diketahui bahwa PBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan PBL menuntut kemampuan siswa untuk memecahkan masalah sehingga memacu kemampuan untuk berpikir.

b. Sintaks Problem Based Learning

Menurut Nur (2011, 57) langkah-langkah model PBL disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sintaks Problem Based Learning

Tahap-tahap Peran Dosen

1. Mengorientasikan mahasiswa kepada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, mendiskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi mahasiswa agar terlibat dalam kegiatan- kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

2. Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar

Membantu mahasiswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya

Membantu mahasiswa dalam

merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, model serta membantu berbagi karya mereka.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses- proses yang mereka gunakan.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Karakteristik PBL

PBL memiliki karakteristik 1) adanya pertanyaan atau masalah perangsang. Masalah yang diangkat merupakan masalah sosial dan bermakna bagi mahasiswa; 2) fokus interdispliner, masalah yang diangkat menuntut mahasiswa untuk menggali banyak subjek akademik maupun terapan;

3) investigasi autentik. PBL menuntut mahasiswa melakukan investigasi untuk menemukan solusi riil, melalui proses merumuskan masalah, menetapkan hipotesa, mengumpulkan, menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan; 4) produksi artefak dan exhibit merupakan hasil karya atas pemecahan masalah; 5) kolaborasi.

PBL memerlukan kerjasama dalam kelompok yang mendorong penyelidikan, dialog bersama, dan mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial (Arends, 2008).

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Menurut Akinoglu dan Tandogen (2006) PBL memiliki keunggulan dan keterbatasan. Keunggulan PBL yaitu: 1) pembelajaran berpusat pada mahasiswa; 2) memungkinkan mahasiswa untuk melihat secara multidimensi dengan perspektif yang lebih mendalam; 3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; 5) mendorong mahasiswa untuk belajar materi atau konsep baru ketika menyelesaikan masalah; 6) mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi dengan belajar dalam tim; 7) mengembangkan keterampilan tingkat tinggi/ berpikir kritis dan berpikir ilmiah;

(46)

commit to user

8) menggabungkan teori dan praktik; 9) memotivasi mahasiswa dan dosen;

10) mahasiswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi; 11) membuka cara untuk belajar sepanjang hayat. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh VanSledright (2002) bahwa PBL meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, memberikan pengalaman investigasi, mengembangkan perbendaharaan kata melalui dialog kerjasama dan mengembangkan kemampuan berpikir.

Kelemahan dari PBL yaitu: 1) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, terutama pada pertemuan pertama; 2) membutuhkan banyak material dan penelitian; 3) sulit diimplementasikan pada semua mata kuliah; 4) sulit pada penilaiannya.

4. Team Teaching

Hatcher (1996) mendefinisikan team teaching sebagai: “Two or more instructors collaborating over the design and/or implementation and evaluation of the same course or courses”. Sementara menurut Jacob (2002) team teaching dinyatakan sebagai: ” Team teaching as a method in which all instructors are equally involved and responsible for student instruction, assessment, and the learning objectives”. Senada dengan pengertian di atas Jusuf (dalam Kiswardianta, 2009) menyatakan bahwa:

Metode mengajar beregu adalah suatu pengorganisasian mengajar dimana dua atau lebih dari dua orang guru dengan pembantu-pembantunya merencanakan, menyajikan dan menilai satu atau lebih dari satu bidang mata pelajaran yang diberikan kepada sejumlah murid yang lebih besar daripada kelas konvensional. Penyajian pelajaran dilakukan secara klasikal, kelompok

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Team teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan dua orang atau lebih dalam proses pembelajaran dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang.

Menurut Karin Goetz (2000) pengajaran tim atau beregu dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu : 1) kategori A terdiri dari 2 dosen atau lebih yang mengajar mahasiswa pada saat bersamaan di kelas yang sama, kategori ini mensyaratkan pembagian tugas yang jelas, sehingga setiap dosen memiliki sejumlah peran yang berbeda. Kategori ini melibatkan kombinasi kepribadian, dan kekuatan dari masing-masing dosen serta kepribadian dan kekuatan mahasiswa; 2) kategori B terdiri dari 2 dosen atau lebih yang bekerja tidak selalu mengajar kelompok mahasiswa yang sama dan tidak selalu pada waktu yang sama.

Variasi team teaching kategori A adalah: 1) tim tradisional atau tim kolaborasi yaitu para dosen aktif berbagi tugas, materi dan membangun keterampilan untuk semua mahasiswa; 2) tim pengajaran yaitu salah satu dosen bertanggung jawab mengajarkan materi, sedangkan dosen yang lain memerankan tugas tindak lanjutan dan memantau kompetensi mahaisswa dalam mengerjakan tugas sesuai instruksi; 3) parallel instruction yaitu pembelajaran dengan membagi kelas menjadi dua kelompok dan setiap dosen bertanggung jawab untuk mengajar bahan yang sama pada kelompok yang lebih kecil.

Team teaching harus dilakukan dengan perencanaan yang baik yaitu:

1) menetapkan tujuan team teaching, misalnya menyamakan persepsi

(48)

tentang penampilan dan pembagian tugas dalam mengajar sehingga menjadikan pembelajaran lebih komprehensif untuk memberikan bimbingan pada saat praktikum; 2) menetapkan variasi team teaching yang akan digunakan. Berdasarkan tujuan yang telah disepakati maka tim harus menentukan variasi yang akan digunakan dalam pembelajaran; 3) menyepakati Kompetensi Dasar dan persyaratan mata kuliah; 4) menyepakati pengorganisasian materi, cara penyampaian serta cara dan penentuan nilai 5) membuat rincian langkah-langkah pelaksanaan.

a. Teknik Terintegrasi

Team teaching teknik terintegrasi adalah teknik mengajar beregu dimana lebih dari 1 orang dosen menyajikan materi dalam kelas yang sama, dan pada waktu yang bersamaan. Berdasarkan pembagian dari Karin Goets (2000) bahwa teknik terintegrasi pada penelitian ini termasuk dalam kategori tim tradisional atau tim kolaborasi. Setiap dosen memiliki tugas masing- masing dan saling berkolaborasi dalam proses pembelajaran pada mahasiswa dan waktu yang sama.

Keunggulan dari metode team teaching teknik terintegrasi adalah:

1) mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk saling membantu dalam belajar sehingga dapat mendorong mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok dan bertukar informasi; 2) kemampuan untuk memecahkan masalah lebih tinggi karena menggunakan dua dosen; 3) balikan yang diberikan kepada mahasiswa lebih banyak, sehingga menambah pengetahuan dari mahasiswa; 4) memberikan suasana belajar baru. Kelemahan dari team

Gambar

Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif  Model  PBL  Menggunakan  Team  Teaching  dengan  Teknik
Tabel 4.14  Deskripsi  Data  Prestasi  Belajar  Afektif    Ditinjau  dari
Tabel 4.26  Distribusi  Frekuensi  Prestasi  Psikomotor  Pembelajaran  Model  PBL  Menggunakan  Team  Teaching  Teknik  Terintegrasi  Ditinjau  dari  Kemampuan  Berpikir  Kritis  dan
Gambar  4.12  Histogram  Distribusi  Frekuensi  Prestasi  Afektif  PBL  dengan  Team  Teaching  Teknik  Terintegrasi  Pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode destruksi basah dilakukan dengan memanaskan contoh ( organic dan biologis ) dengan adanya asam- asam mineral yamg pekat atau campurandari asam- assam tersebut. Jika asam

Berdasarkan hasH penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan antara rerata pretest dan posttest, sehingga dapat dikatakan bahwa massa otot dada peserta tes

Berdasarkan dokumen yang berhasil peneliti peroleh di lapangan dan hasil wawancara terhadap sumber informasi, didapat temuan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

Penelitan ini juga berbasis pada analisis norma hukum dalam peraturan perundang-undangan serta pendapat hukum para ahli dalam berbagai literatul dan buku hukum terkait

Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung kacang tunggak : tepung kacang hijau, lama waktu pengukusan dan interaksi kedua perlakuan tidak

Kegiatan analisis dalam hal ini adalah kegiatan membadingkan dengan cermat hasil pengukuran waktu siklus pada pengetesan yang dilakukan pada suatu gerakan atttachment tertentu

Setelah membaca data dari push button, maka mikrokontroler memberikan perintah untuk menggerakkan motor servo pertama agar mengeluarkan minuman sesuai dengan perintah yang

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang