• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Rubrik kolom di harian Jawa Pos merupakan tulisan yang berisi pendapat, ide, kritikan, saran penulis terhadap suatu permasalahan yang sedang terjadi di suatu lingkungan sosial. Romli (2009:89) menyatakan bahwa kolom (colomn) adalah sebuah rubrik khusu di media cetak yang berisi karangan atau tulisan pendek, yang berisi pendapat subjektif penulisnya tentang suatu permasalahan. Rubrik kolom mengandung berbagai kata deiksis. Purwo (1983:1) mengatakan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkan kata itu. Berdasarkan teori tersebut dapat dinyatakan bahwa meskipun suatu tuturan A dan tuturan B memiliki kata deiksis yang sama tetapi pasti memiliki rujukan yang berbeda-beda karena kata deiksis memiliki rujukan yang berpindah-pindah tergantung konteks tuturan.

Penelitian ini meneliti mengenai wujud deiksis dan maksud rujukan deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Dalam menemukan wujud deiksis penelitian ini memiliki acuan pada teori yang dikemukakan oleh Purwo 1984 dalam bukunya bejudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia sedangkan maksud rujukan deiksis pada penelitian ini ditafsirkan oleh peneliti berdasarkan konteks tuturan. Konteks tuturan dalam penelitian mengenai maksud rujukan deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September- Desember 2015 memiliki peran yang sangat penting. Konteks tuturan adalah latar belakang pengetahuan (backgroud knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh si

penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur (Rahardi. 2003:20). Konteks sangat berarti dalam suatu tuturan lisan maupun tulisan karena akan mempengaruhi tersampainya maksud yang dimiliki penutur kepada mitra tutur.

Berdasarkan temuan dari hasil pengumpulan data dan analisis data tentang fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September- Desember 2015 peneliti menemukan dua wujud deiksis yakni deiksis eksofora berjumah 118 dan deiksis endofora berjumlah 77. Deikiss eksofora yang ditemukan peneliti berupa tiga hal yakni deiksis persona berjumlah 63, deiksis ruang berjumlah 23, dan deiksis waktu berjumlah 32. Deiksis endofora yang ditemukan peneliti berupa dua hal yakni deiksis anafora berjumlah 72 dan deiksis katafora berjumlah 5. Selain itu, peneliti juga menemukan lima maksud dalam rujukan deiksis yakni maksud rujukan persona, maksud rujukan ruang, maksud rujukan waktu, maksud rujukan anafora, dan maksud rujukan katafora.

Teori wujud deiksis yang diungkapkan oleh Purwo 1984 disebutkan beberapa kata yang merupakan kata deiksis yakni deiksis persona pertama (aku, saya, kita, kami), deiksis persona kedua (engkau, kamu, Anda, kalian), deiksis persona ketiga (ia, dia, beliau, -nya, mereka), deiksis ruang (ini, itu, begini, begitu, sana, sini, situ), dan deiksis waktu yang menunjukkan jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Dari penemuan penelitian pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September- Desember 2015 dibuktikan bahwa ada dari beberapa kata tersebut yang tidak ditemukan oleh peneliti yakni kata aku, engaku, kamu, kalian. Kata aku, engaku, kamu, kalian tidak ditemukan dalam penelitian ini karena kata tersebut dalam bahasa Indonesia digunakan untuk persona dan dapat digunakan kepada teman

akrab, orang yang lebih muda, kedudukan sosial yang rendah, dan hanya digunakan dalam situasi informal. Dalam konteks penelitian ini sumber data didapatkan dari rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 yang merupakan ranah formal karena terdapat di harian nasional dan dapat dibaca oleh siapa pun, dari kalangan apa pun, maka tulisan diharapkan dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar supaya dapat melestarikan penggunaan bahasa Indonesia digunakan dengan tepat dan penggunaan kata yang tepat pada situasi tepat sesuai fungsi.

Selain ada kata yang tidak ditemukan dalam penelitian ini, terdapat juga kata yang sangat banyak muncul sebanyak 30 kali yakni kata saya. Kata saya muncul sebanyak 30 kali karena pada penelitian ini subjek penelitian adalah rubrik kolom. Rubrik kolom merupakan opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi penulis. Sifatnya memadatkan memakna bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar. Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis secara referensial. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto penulis penulis (Sumadiria, 2009:3). Berdasarkan teori mengenai kolom tersebut maka dapat dijelaskan dengan jelas bahwa kata saya muncul banyak digunakan untuk menggantikan diri pembicara kepada lawan bicara dalam situasi formal. Rubrik kolom di harian Jawa Pos merupakan fasilitas bagi seseornag untuk mengungkapkan ide, pendapatm gagasan, kritikan secara formal dan disebar secara nasional dapat dibaca oleh siapa pun dan di mana pun berada maka harus

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menggunakan kata-kata yang baku agar mudah dipahami oleh pembaca dan memberikan penghormatan sopan santu dalam berbicara meskipun hanya berupa tulisan. Berikut akan peneliti paparkan dalam pembahasan mengenai wujud deiksis dan maksud rujukan deiksis yang ditemukan dalam rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September- Desember 2015.

4.3.1 Deiksis Eksofora

Pada subbab ini akan dibahas mengenai jenis-jenis deiksis pada penelitian ini dilihat dari teori yang digunakan peneliti dalam menganalisis data penelitian. Menurut Purwo (1984) terdapat dua jenis deiksis, yaitu deiksis eksofora dan deiksis endofora. Pada deiksis eksofora memiliki Berdasarkan 195 data yang ditemukan peneliti terdapat 118 berupa deiksis eksofora dan 77 berupa deiksis endofora.

Deiksis eksofora adalah deiksis yang memiliki rujukan pada sesuatu yang berada di luar dari tuturan. Purwo (1984:19) mengartikan bahwa perbedaan labuahn luar tuturan dnegan labuan dalam tuturan adalah permasalahannya. Pada pembicaraan mengenai deiksis eksofora adalah bidang semantik leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak dapat dilepas sama sekali dari pembahasan semantis leksikal. Artinya adalah deiksis eksofora tidak melihat bagaimana pola tuturan tetapi apa konteks tuturan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menentukan maksud rujukan deiksis eksofora harus mengetahui siapa penutur, siapa mitra tutur, kapan tuturan dilakukan, dan dimana tuturan dilakukan. Dalam

deiksis eksofora dapat dibedakan menjadi tiga bagian yakni deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.

Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa (Lyons, 1977: 623 dalam Djajasudarma, 1993:44). Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yang lain. Deiksis ruang ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Semua bahasa termasuk bahasa Indonesia membedakan antara “yang dekat kepada pembicara” dan “yang bukan dekat kepada pembicara” (termasuk yang dekat kepada pendengar) (Nababan, 1987:41). Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa. Dalam banyak bahasa, deiksis waktu ini diungkapkan dalam bentu kala “tence” (Nababan, 1987:41).

Supaya lebih jelas dalam membandingkan ketiga jenis deiskis eksofora yang terdapat dalam penelitian ini, maka paparan berikut dapat membantu memberi penjelasan dengan menggunakan sampel analisis data secara singkat dan jelas dapat menunjuukan wujud dan maksud deiksis eksofora.

(2) Bagi saya, para inlander adalah mereka yang mudah terpukau oleh orang kaya saat berada di luar negeri, diundang untuk ketemu oleh orang kaya di negara tersebut dan langsung mau begitu saja sampai lupa dengan jabatannya.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenal Kasali penulis komo di harian Jawa Pos edisi Sabtu 26-09-2015.Tuturan

tersebut berkaitan dengan kata inlander yang diberikan oleh Belanda kepada Indonesia sebagai ejekan. Inlander adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan bangsa yang dijajah secara fisik dan seccara mental. Orang yang terjajah secara mental diindikasikan dengan orang yang mau bekerja jika diperintah, mudah diadu domba dan mengadu, pendendam, tidak percaya diri dan lainnya.)

(10) Provinsi ini, dengan ibu kota Monterey, memang provinsi ketiga terbesar di Meksiko, tapi nomor dua dalam ekonomi.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Dahlan Iskan penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Senin 02-11-2015. Tuturan ini berkaitan dengan provinsi yang di pimpin oleh Bronco seorang Gubernur yang berani mati hanya demi membela rakyat dan dalam menanggani korupsi di provinsi. Penangganan korupsi oleh Bronco menjadikan provinsi mampu meningkatkan perekonomian menajdi baik dan meningkat.)

(24) Begitu dilantik bulan lalu, Bronco bikin kejutan: menjual rumah peristirahatan gebernur yang mewah.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Dahlan Iskan penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Senin 02-11-2015. Tuturan ini berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh Bronco Gubernur terpilih di Nuevo Leon pada bulan Oktober 2015 dalam menanggani kasus korupsi. Bronco menjadi Gubernur pertama Nuevo Leon lewat jalur indenpen dengan mengumpulkan tanda tangan sebanyak 3 persen dari pemilik hak pilih yakni 350.000 tanda tangga dengan 50 persen suara.)

Berdasarkan data pada tuturan (2), (10), dan (24) dapat dipaparkan bahwa ketiga data tersebut merupakan deiksis eksofora karena memiliki rujukan di luar tuturan. Rujukan yang dimiliki ketiga data tersebut tidak secara langsung dituturkan dalam tuturan tetapi harus ditafsirkan oleh mitra tutur. Dalam menafsirkan maksud rujukan yang dimiliki masing-masing kata deiksis pada data tuturan (2), (10), dan (24), mitra tutur harus mengetahui konteks tuturan seperti yang dijelaskan di atas. Konteks tuturan sangat memiliki peran penting dalam mengetahui maksud rujukan yang dituturkan oleh penutur. Suatu kata deiksis

dapat dimengerti rujukannnya apabila mengetahui siapa penuturnya, siapa mitra tutur, siapa yang dibicarakan oleh penutur, di mana tempat penuturan, kapan waktu dituturkan tuturan. Selanjutnya ditegaskan oleh Rhardi (2003:20) bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.

Tuturan pada data (2), (10), dan (24) merupakan tiga sampel yang dapat menunjukkan penggunanaan deiskis eksofora berdasarkan maksud rujukan. Pada data (2) memiliki maksud rujukan persona, pada data (10) memiliki maksud rujukan ruang, dan data pada (24) memiliki rujukan pada waktu. Ketiga hal tersebut dapat mempresentasikan hasil analisis data pada deiksis eksofora. Deiksis eksofora adalah deiksis yang memiliki rujukan di luar tuturan dan bergantung kepada konteks tuturan dapat berupa persona, ruang, dan waktu.

Tuturan pada data (2) dituturkan oleh Dahlan Iskan penulis kolom harian Jawa Pos edisi Senin 02-11-2015. Pada tuturan (2) merupakan tuturan yang berupa kalimat yang mengandung kata deiksis yakni saya. Kata saya adalah kata deiksis eksofora yang memiliki rujukan persona karena kata saya merujuk pada seseorang yang sedang melakukan tuturan. Seseorang yang melakukan tuturan tidak ikut dibicarakan dalam tuturan hanya dicantumkan pada konteks tuturan yakni siapa penutur dan hanya berperan di luar tuturan sebagai penutur. Maksud

rujukan pada kata saya pada data tuturan (2) merujuk pada penutur yakni Dahlan Iskan.

Tuturan pada data (10) dituturkan oleh Dahlan Iskan penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Senin 02-11-2015. Pada tuturan (10) merupakan tuturan yang berupa kalimat yag mengandung kata deiksis yakni ini. Kata ini adalah kata deiksis eksofora yang memiliki rujukan ruang karena kata ini merujuk pada suatu tempat yang dimaksud penutur. Tempat yang dimaksud oleh penutur hanya diungkapkan menggunakan kata deiksis ini dan tidak dibicarakan secara mendalam dalam tuturan dan keberadaan rujukan ada di luar tuturan yakni pada tempat yang dituju. Konteks tuturan pada data (10) adalah pembicaraan Dahlan Iskan mengenai sebuah provinsi yang memiliki ibu kota bernama Monterey yakni Neuvo Leon yang memiliki tingkat ekonomi tertinggi kedua di Meksiko. Maksud rujukan pada data tuturan (10) merujuk pada provinsi Neuvo Leon.

Tuturan pada data (24) dituturkan oleh Dahlan Iskan penulis kolom harian Jawa Pos edisi Senin 02-11-2015. Pada tuturan (24) merupakan kalimat yang megandung kata deiksis yakni bulan lalu. Kata bulan lalu merupakan kata deiksis eksofora yang merujuk pada waktu. Untuk mengetahui rujukan waktu yang dimaksud oleh penutur maka konteks tuturan sangat berperan penting, yakni kapan waktu tuturan dilakukan oleh penutur. Konteks tuturan pada data (24) adalah Dahlan Islan yang mengungkapkan mengenai gubernur Bronco yang telah dilatik pada bulan lalu. Rujukan pada tuturan ini tidak dibicarakan secara mendalam pada tuturan hanya sebagai penujuk waktu saja dan wakktu yang menjadi rujukan berada di luar tuturan. Bulan lalu pada tuturan ini merujuk pada

bulan Oktober karena tuturan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan adalah bulan November. Maksud rujukan pada data tuturan (24) kata bulan lalu merujuk pada bulan Oktober.

4.3.1.1 Deiksis Persona

Deiksis persona merupakan kata ganti yag mengacu kepada diri pembicara atau kelompok pembicara dalam peristiwa bahasa. Dalam pembahasan mengenai deiksis eksofora yakni deiksis yang memiliki rujukan pada suatu yang berada di luar tuturan, deiksis persona memiliki dua varian yakni (1) deiksis persona pertama dan (2) deiksis persona kedua. Deiksis persona pertama adalah kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya (Cahyono, 1995:218). Pada penelitian ini deiksis persona pada deiksis eksofora muncul sebanyak 63 kali. Deiksis persona pertama dapat berupa tunggal dan jamak. Deiksis persona tunggal yakni deiksis yang menunjuk pada perseorangan meliputi kata aku dan saya sedangkan deiksis persona yang berupa jamak yakni deiksis yang menunjuk pada lebih dari satu orang yang melakukan tuturan meliputi kata kita dan kami. Berdasarkan analisis data pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 yang dilakukan peneliti kata aku tidak pernah muncul. Hal ini disebabkan karena rubrik kolom berupa rubrik yang menyajikan pendapat perseorangan secara pribadi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol dan merupakan situasi formal karena dimuat di sebuah harian nasional. Kata aku dalam bahasa Indonesia digunakan dalam situasi informal dan kepada orang yang lebih rendah

umur dan status sosialnya. Kata saya muncul sebanyak 30 kali, kata kita muncul 20 kali, dan kata kami muncul 5 kali.

Deiksis persona kedua adalah bentuk kata yang merujuk kepada mitra tutur yang terikat langsung dalam peristiwa bahasa. Deiksis persona kedua memiliki varian berupa deiksis persona kedua tunggal dan deiksis persona jamak. Deiksis persona kedua tunggal yakni deiksis yang menunjuk pada mitra tutur yang tujuannya hanya pada perseorangan dan deiksis persona kedua jamak yang menunjuk pada mitra tutur lebih dari satu orang. Deiksis persona kedua tunggal meliputi kata engkau, kamu, dan Anda. Deiksis persona kedua jamak meliputi kata kalian. Berdasasrkan penelitian pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 kata engkau dan kamu tidak pernah muncul. Hal ini disebabkan karena rubrik kolom berupa rubrik yang menyajikan pendapat perseorangan secara pribadi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol dan merupakan situasi formal karena dimuat di sebuah harian nasional. Kata engkau, kamu, dan kalian merupakan kata deiksis persona kedua yang merujuk pada seseorang mitra tutur dalam situasi informal dan tidak pantas digunakan dalam situasi formal. Pada penelitian ini peneliti hanya menemukan penggunaan kata Anda yang digunakan penutur untuk menunjuk pada mitra tutur dibuktikan dengan muncul sebanyak 8 kali. Perhatiakan contoh di bawah ini yang dapat membedakan antara persona pertama dan kedua yang memiliki rujukan pada persona.

(1) Yang saya maksud dengan “membaca” adalah praktik mempelajari sesuatu dengan lengkap, utuh, tidak sepotong- potong.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Zen R.S penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Selasa 01-09-2015. Tuturan ini berkaitan dengan orang-orang yang sering berkomentar dengan sembarangan tanpa fakta yang terpercaya melalui internet. Zen R.S mengemukakan pemahaman mengenai cara membaca dengan baik dan benar.)

(7) Anda juga bisa melihat rekamannya di Youtube.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenald Kasali penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Kamis 17-09-2015 ditujukan kepada pembaca kolom. Tuturan ini berkaitan dengan joke yang dilakukan komedian Amerika Serikat yakni Maher berisi ejekan kepada Donald Trump. Joke itu mengejek Trump bahwa Trump adalah jika Trump bisa membuktikan bahwa Trump bukan anak orang utan, Maher akan membayar 5 juta dollar.)

Berdasarkan data (1) dan (7) dapat menunjukkan perbedaan antara deiksis persona pertama dan deiksis persona kedua. Pada data (1) terdapat kata deiksis yakni kata saya dan pada data (7) terdapat kata deiksis yakni kata Anda. Kata saya pada data (1) merupakan kata deiksis persona pertama yang memiliki rujukan pada seorang yang melakuakan pembicaraan atau biasa disebut penutur. Kata Anda pada data (2) merupakan kata deiksis persona kedua yang memiliki rujukan pada orang yang diajak bicara oleh penutur yang sering disebut mitra tutur. Perbedaan antara data (1) dan (7) adalah pada rujukan personanya. Pada data (1) rujukan pada penutur dan data (7) pada mitra tutur.

4.3.1.2 Deiksis Ruang

Deiksis ruang ialah pemberian bentuk lokasi menurut peserta atau penutur dalam peristiwa bahasa (Cahyono, 1995:218). Deiksis ruang dapat dibedakan antara deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif dan dapat berupa leksem lokatif. Kedua hal ini sama-sama dalam menunjukkan suatu tempat yang dimaksudkan oleh penutur. Deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif

meliputi kata ini, itu, begini, dan begitu. Deiksis ruang yang berupa leksem lokatif meliputi kata sana, sini, dan situ. Dalam bahasa Indonesia kata yang menunjukkan letak tempat yang berada dekat dengan penutur, dekat dengan mitra tutur, jauh dengan penutur, jauh dari penutur dan mitra tutur yang menjadi acuan adalah penutur. Pada deiksis eksofora yang memiliki rujukan pada luar tuutran deiksis ruang meliputi kata ini, itu, sana, sini, dan situ karena memiliki rujukan pada suatu tempat yang dituju. Sedangkan kata begini dan begitu merupakan kata deiksis endofora yang berguna untuk mempertajam pernyataan yang berada di sebelah kiri maupun kanan kemunculan kata deiksis. Kata ini dan sini merupakan kata yang menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur, kata itu dan situ merupakan kata yang menunjukkan tempat yang dekat dengan mitra tutur, dan kata sana merupakan kata yang menunjukkan tempat yang jauh dari penutur dan mitra tutur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 peneliti menemukan penggunaan kata ini muncul sebanyak 5 kali, kata itu muncul 8 kali, kata sana muncul 3 kali, kata sini muncul 3 kali, dan kata situ muncul sebanyak 4 kali. Perhatikan contoh di bawah ini yang menunjukkan perbedaan antara penunjukkan tempat yang dekat dengan penutur dan yang jauh dari penutur atau dekat dengan mitra tutur.

(16) Akibatnya, dia babak belur di intimidasi. Kalau di sini sekarang, barangkali dia sudah dipansuskan. Namun, semua ancaman dia hadapi.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenald Kasali penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Selasa 08-12-2105. Tuturan ini berkiatan dengan hakim Bao Zheng yang diintimidasi karena tindakan keadilan sebagai hakim memutuskan hukuman mati kepada menantu kaisar. Hukum di Indonesia semakin ke atas

semakin tumpul, semakin ke bawah semakin tajam adalah jika salah satu keluarga pejabat melakukan kesalahan dianggap tidak salah tetapi rakyat biaya melakukan kesalahan kecil harus dihukum seberat-beratnya.)

(11) Pertama, perusahaan itu memang punya SDM unggul yang tak henti-henti berinovasi dan sangat telaten.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenald Kasali penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Sabtu 26-09-2015. Tuturan ini berkaitan dengan pekerja Indonesia yang ada di perusahaan migas nasional milik negara di Kalimantan Timur. Sifat inlander merupakan sifat mental yang terjajah yakni orang yang baru mengerjakan sesuatu kalau diperintah, mudah diadu domba dan mengadu domba, balas dendam, dan rendah hati.)

Berdasarkan data (16) dan (11) dapat dilihat perbedaan antara deiksis ruang yang rujukannya dekat dengan penutur dan jauh dari penutur. Pada data (11) terdapat kata deiksis yakni kata sini dan pada data (16) terdapat kata deiksis yakni kata itu. Kata sini merupakan kata deiksis ruang yang merujuk pada tempat yang dekat dengan penutur dan kata itu merupakan kata deiksis ruang yang merujuk pada tempat yang jauh dari mitra tutur. Perbedaan antara data (16) dan (11) terdapat pada rujukan letak tempat dekat dan jauh.

4.3.1.3 Deiksis Waktu

Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan penutur yang berupa keterangan waktu dalam peristiwa bahasa dengan referensi yang berganti-ganti tergantung pada saat tuturan tersebut diucapkan (Cahyono, 1995:218). Pada penelitian ini peneliti membuat klasifikasi deiksis waktu berdasarkan rujukan pada jam, hari, minggu, bulan, dan tahun guna mempermudah dalam penafsiran maksud rujukan karena terdapat juga kata-kata yang sering muncul pada deiksis waktu misalnya sekarang, saat ini, waktu itu,

Dokumen terkait