• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena deiksis pada rubrik kolom di Harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena deiksis pada rubrik kolom di Harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015."

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Noberty, Teresia. 2016. Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) apa sajakah wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dan (2) apa sajakah maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dan (2) mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah kalimat yang mengandung kata deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Sumber data penelitian ini adalah rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang dipercayakan kepada Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai pakar pragmatik di Universitas Sanata Dharma.

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 terdiri dari 2 wujud yakni deiksis eksofora dan deiksis endofora. Pada penelitian ini, peneliti menemukan deiksis eksofora muncul sebanyak 118 kali dan deiksis endofora muncul sebanyak 77 kali. (2) Maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 terdiri dari 5 maksud rujukan deiksis yakni maksud rujukan persona, maksud rujukan ruang, maksud rujukan waktu, maksud rujukan anafora dan maksud rujukan katafora.

(2)

ABSTRACT

Noberty, Teresia. 2016. Deixis Phenomenon on Rubric Column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literary Education Study Program, Department of Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This study discusses the phenomenon of deixis in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The problems in this research are: (1) what are the shape of the phenomenon of deixis in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition and (2) what are the mean phenomenon of deixis in rubric column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The purpose of this study are: (1) describe the phenomenon of deixis form on the rubric column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition and (2) describe the phenomenon of deixis intent on section column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition.

This study was descriptive qualitative research. The data in this study is a sentence containing the word deixis rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The data source of this research is the rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The data collection method used is the method consider using note technique. Data analysis method used is equivalent method using descriptive analysis techniques. This study also uses triangulation techniques to check the validity of the data entrusted to Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. as a pragmatic expert at Sanata Dharma University.

The conclusions of this study were: (1) the nature phenomenon of deixis in rubric Jawa Pos daily column in the September-December 2015 consist of two beings that deixis eksofora and deixis endofora. In this study, researchers found eksofora deixis appears much as 118 times and deixis endofora appeared a total of 77 times. (2) Mean the phenomenon of deixis in rubric Jawa Pos daily column in the September-December 2015 consists of five reference purposes deixis persona that references the intent, purpose spatial reference, time reference purpose, intent and purpose reference anaphora katafora referral.

(3)

FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK KOLOM

DI HARIAN JAWA POS EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Teresia Noberty

121224096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK KOLOM

DI HARIAN JAWA POS EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Teresia Noberty

121224096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa

Yang telah memberikan rahmat, berkat, dan karunia-Nya dalam mendengarkan segala keluh kesah dan mewujudkan harapanku untuk keberhasilan menyelesaikan

skripsi ini.

Kedua Orang Tuaku Tercinta

Nonong dan Idanursanti, S.Pd.

Yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan motivasi sehingga tercapai keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Adik-adikku Tersayang

Laorensius Julius dan Magdalena Noreta

Yang telah memberikan semangat yang luar biasa kepadaku sehingga dapat berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Kekasihku Tersayang

Richardus, S.T.

(8)

v MOTTO

“Adil Ka Talino Bacuramin Ka Saruga Basengat Ka Jubata”

(Dayak Kanayant)

Apapun yang engkau bangun selama bertahun-tahun bisa jadi dihancurkan orang lain

dalam satu malam. Tapi bagaimana pun hancurnya oleh orang lain tetap bangunlah dan

berkarya karena ini bukan urusan engaku dan orang lain melainkan engkau dan Tuhan.

(Bob Sadino)

“Kalau takut jangan berani

-berani, kalau berani jangan takut-taku

t”

(Drs. Cornelis, M.H.)

“Tidak ada perjuangan yang sia

-

sia”

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Noberty, Teresia. 2016. Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) apa sajakah wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dan (2) apa sajakah maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dan (2) mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah kalimat yang mengandung kata deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Sumber data penelitian ini adalah rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang dipercayakan kepada Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai pakar pragmatik di Universitas Sanata Dharma.

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 terdiri dari 2 wujud yakni deiksis eksofora dan deiksis endofora. Pada penelitian ini, peneliti menemukan deiksis eksofora muncul sebanyak 118 kali dan deiksis endofora muncul sebanyak 77 kali. (2) Maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 terdiri dari 5 maksud rujukan deiksis yakni maksud rujukan persona, maksud rujukan ruang, maksud rujukan waktu, maksud rujukan anafora dan maksud rujukan katafora.

(12)

ix ABSTRACT

Noberty, Teresia. 2016. Deixis Phenomenon on Rubric Column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literary Education Study Program, Department of Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This study discusses the phenomenon of deixis in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The problems in this research are: (1) what are the shape of the phenomenon of deixis in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition and (2) what are the mean phenomenon of deixis in rubric column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The purpose of this study are: (1) describe the phenomenon of deixis form on the rubric column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition and (2) describe the phenomenon of deixis intent on section column in rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition.

This study was descriptive qualitative research. The data in this study is a sentence containing the word deixis rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The data source of this research is the rubric column in Jawa Pos Newspaper from September-December 2015 Edition. The data collection method used is the method consider using note technique. Data analysis method used is equivalent method using descriptive analysis techniques. This study also uses triangulation techniques to check the validity of the data entrusted to Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. as a pragmatic expert at Sanata Dharma University.

The conclusions of this study were: (1) the nature phenomenon of deixis in rubric Jawa Pos daily column in the September-December 2015 consist of two beings that deixis eksofora and deixis endofora. In this study, researchers found eksofora deixis appears much as 118 times and deixis endofora appeared a total of 77 times. (2) Mean the phenomenon of deixis in rubric Jawa Pos daily column in the September-December 2015 consists of five reference purposes deixis persona that references the intent, purpose spatial reference, time reference purpose, intent and purpose reference anaphora katafora referral.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015 dengan baik dan benar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar berkat bantuan, doa, dukungan, dan kerjasama dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah menddampingi dan mendukung penulis secara akademis saat menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selalu setia memberikan dukungan, bimbingan, motivasi, semangat, dan kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dikerjakan dnegan baik dan benar.

4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku triangulator yang memvalidasi hasil analisis data dan memberikan masukan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Program Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, mengarahkan, dan menuntun penulis selama melaksanakan masa studi dan berproses untuk mendalami ilmu kependidikan bahasa sehingga dapat menerapkan pembelajaran di kehidupan nyata.

(14)

xi

kepada penulis dalam menyelesaikan administrasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Nonong dan Idanursanti, S.Pd., selaku kedua orang tua penulis yang telah membimbing, memberi doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Laorensius Julius dan Magdalena Noreta, selaku adik penulis yang memberikan tawa canda dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Richardus, ST., yang setia mendampingi, membimbing, medukung, memberi dukungan, doa, semangat dan motivasi kepada penulis dari mulai memilih program studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman sepayung Elisabet Ani Ayu, Reni Damayanti, Yohacim Titto, dan Didi Setiadi yang telah berkerjasama dalam menyusun skripsi melalui proses suka dan duka sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan benar.

11. Sahabat-sahabat karib: Dewi, Icha, There, Sari, Loven, Oky, Erlita, Adi, Rion, dan Wanda.

12. Keluarga besar PBSI angkatan 2012 kelas C: Adi, Agatha, Alfi, Bibo, Citra, Dania, Darwis, Debby, Denok, Dewi, Didi, Elicha, Erlita, Eva, Filo, Ira, Ndori, Loven, Maria, Bella, Oky, Rion, Rosendi, Shinta, Sita, There, Setia, Wanda, dan Winda, yang telah menajdi keluarga selama hampir empat tahun. 13. Keluarga besar Lektor Santo Yohanes Pringwulung: Layung, Eva, Tata, Ajeng, Lusi, Nasia, Nindya, Daru, Ridha, Faras, Lady, Kenya, Koko, Adith, Jolin, Agus, Herman, Madith, Desi, Lena, Lito, Daniel, Galih, dan Markus. 14. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian, Universitas Sanata

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Penelitian yang relevan ... 9

2.2 Kajian Teori ... 13

2.2.1 Pragmatik ... 13

2.2.2 Konteks ... 15

2.2.3 Fenomena Pragmatik ... 16

(17)

xiv

2.2.3.2 Tindak Tutur ... 16

2.2.3.3 Praanggapan... 17

2.2.3.4 Deiksis ... 17

2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik ... 18

2.2.4.1 Deiksis Luar Tuturan (Eksofora) ... 20

2.2.4.1.1 Deiksis Persona ... 20

2.2.4.1.2 Deiksis Ruang ... 22

2.2.4.1.3 Deiksis Waktu ... 22

2.2.4.2 Deiksis Dalam Tuturan (Endofora) ... 23

2.2.4.2.1 Deiksis Anafora ... 23

2.2.4.2.2 Deiksis Katafora ... 23

2.2.5 Maksud dalam Pragmatik ... 24

2.2.6 Kolom ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Data ... 30

3.2 Data dan Sumber Data ... 31

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 32

3.5 Triangulasi ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Deskripsi Data ... 36

4.2 Analisis Data ... 38

4.2.1 Wujud Deiksis pada Rubrik Kolom ... 38

4.2.1.1 Deiksis Eksofora ... 39

4.2.1.2 Deiksis Endofora ... 69

4.2.2 Maksud Deiksis pada Rubrik Kolom ... 90

4.2.2.1 Maksud Deiksis Rujukan Persona ... 91

(18)

xv

4.2.2.3 Maksud Deiksis Rujukan Waktu ... 98

4.2.2.4 Maksud Deiksis Rujukan Anafora ... 102

4.2.2.5 Maksud Deiksis Rujukan Katafora ... 108

4.3 Pembahasan ... 112

4.3.1 Deiksis Eksofora ... 115

4.3.1.1 Deiksis Persona ... 120

4.3.1.2 Deiksis Ruang ... 122

4.3.1.3 Deiksis Waktu ... 124

4.3.2 Deiksis Endofora ... 126

4.3.2.1 Deiksis Anafora ... 129

4.3.2.2 Deiksis Katafora ... 131

BAB V PENUTUP ... 134

5.1 Simpulan ... 134

5.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN ... 139

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan beberapa hal mengenai bagian pendahuluan antara lain 1) latar belakang, 2) rumusan masalah, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian, 5) batasan istilah, dan 6) sistematika penyajian. Uraian secara lengkap bagian pendahuluan dipaparkan berikut ini.

1.1Latar Belakang

(21)

masih ada juga yang meneliti deiksis dalam Bahasa Indonesia melalui Skripsi dengan acuan teori utama dari Purwo.

Pada penelitian ini akan diteliti deiksis dalam Bahasa Indonesia dengan acuan teori utama yakni dari teori Purwo. Tuturan dalam bahasa Indonesia terdapat dua jenis yakni tuturan lisan dan tutruan tulisan. Tuturan lisan yakni tuturan yang berupa bahasa yang diucapkan menggunakan mulut dan memiliki bunyi. Tuturan lisan dapat ditemukan ketika seseorang berbicara di rumah, sekolah, tempat bekerja, televisi, radio, dan sebagainya. Sedangkan tuturan tulisan yakni tuturan yang berupa bahasa yang dituliskan atau dicetak menggunakan alat bantu tulis maupun cetak. Tuturan tulisan dapat ditemukan pada buku, tabloid, majalah surat kabar dan sebagainya.

(22)

Bagian yang menjadi fokus penelitian ini yakni pada rubrik kolom. Kolom bersifat personal, sepenuhnya adalah pendapat dan opini penulis. Tanggung jawab penulisan kolom ada pada penulisnya (Nasir, 2010:203). Rubrik kolom dipilih untuk diteliti oleh peneliti karena ada ditemukan penggunaan deiksis pada bagian kolom di surat kabar Jawa Pos. Selain itu, karena kolom merupakan tulisan yang bersifat personal maka sesuai dengan pengertian deiksis yang merupakan kata yang tidak memiliki rujukan yang tetap, deiksis dapat diketahui rujukannya apabila mengetahui siapa penutur, saat, dan tempat dituturkannya kata itu. Secara tidak sadar seseorang pasti pernah menemukan kata deiksis pada saat membaca tulisan kolom tetapi tidak banyak orang ada yang menyadari hal tersebut meskipun sudah mengerti maksud dari tuturan secara lengkap tetapi ada yang tidak memperdulikan kata-kata deiksis yang memiliki rujukan pada sesuatu tertentu.

(23)

kepada peserta didik bahwa suatu kata yang memiliki rujukan tidak semuanya memiliki rujukan yang tetap tetapi memiliki rujukan yang tidak tetap bergantung pada konteks suatu tuturan yang meliputi siapa pembicara, kepada siapa tuturan dituju dan dimana tuturan terjadi.

Untuk membuktikan bahwa teori deiksis purwo dapat diterapkan pada penelitian ini maka peneliti akan meneliti deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos agar peneliti dapat menemukan wujud deiksis dan memaparkan apa maksud rujukan dari wujud deiksis yang pada rubrik kolom di harian Jawa Pos. Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti akan meneliti deiksis dengan judul “Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos edisi

September-Desember 2015”. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Apa sajakah wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September - Desember 2015?

(24)

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September - Desember 2015.

b. Mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September - Desember 2015..

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yakni manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis, temuan penelitian berjudul “Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos

(25)

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar pada pembelajaran mata kuliah pragmatik bahasa Indonesia di Universitas khususnya mengenai fenomena pragmatik yakni deiksis. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi masyarakat agar dapat mengetahui maksud rujukan deiksis yang digunakan oleh seseorang dalam berbicara sehari-hari kepada mitra tutur dan dapat menggunakan ungkapan deiksis dengan benar sesuai dengan rujukan yang dituju. Penggunaan deiksis yang baik dan benar sesuai dengan maksud rujukan yang dituju oleh penutur maka akan mengurangi kesalahan mitra tutur dalam mengartikan atau memaknai sebuah tuturan.

1.5Batasan Istilah

Pembahasan dalam penelitian ini tentunya mencakup beberapa hal saja, oleh karena itu penulis mencatumkan batasan istilah yang digunakan agar pembahasan tidak melebar terlalu jauh dan dapat dimengerti pembaca. Beberapa istilah yang perlu diberi batasan istilah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pragmatik

(26)

b. Konteks

Konteks tuturan adalah latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur Rahardi (2003:20).

c. Deiksis

Deiksis didefinisikan sebagai sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu Purwo (1983:1).

d. Maksud

Maksud sebagai sesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri Chaer (1990:35).

e. Kolom

(27)

secara referensial. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto penulis penulis (Sumadiria, 2009:3).

1.6Sistematika Penyajian

(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan beberapa hal yakni 1) penelitian yang relevan, 2) kajian teori, dan 3) kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti yang lain. Kajian teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai pisau analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, fenomena pragmatik, deiksis sebagai fenomena pragmatik, makna dan maksud, dan kolom. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Fenomena deiksis pada bahasa Indonesia merupakan kajian ilmu pragmatik yang belum diteliti secara mendalam oleh peneliti bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan peneliti, penelitian fenomena deiksis bahasa Indonesia di ranah jurnalistik jarang, bahkan penelitian mengenai deiksis di rubrik kolom belum ada yang meneliti. Pada penelitian ini ada beberapa penelitian yang relevan yakni penelitian dilakukan oleh Bambang Kaswanti Purwo (1984), Dwi Setiyaningsih (2012) dan Aditya Rahardani (2012).

Penelitian Bambang Kaswanti Purwo (1984) berjudul “Deiksis dalam Bahasa

(29)
(30)

Penelitian Dwi Setiyaningsih (2012) berjudul “Deiksis Artikel Harian Suara

Merdeka Sebagai Bahan Pembelajaran Menulis Narasi Nonfiksi Dan Skenario Pembelajarannya”. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis pada artikel wacana lokal harian suara Merdeka edisi April 2013 dan (2) mendeskripsikan skenario pembelajaran deiksis yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran menulis narasi nonfiksi pada kelas X SMA. Berdasarkan tujuan penelitian Dwi Setiyaningsih menghasilkan kesimpulan. Beberapa Bentuk-bentuk deiksis yang dipakai dalam artikel wacana lokal harian Suara Merdeka edisi April 2013 terdiri dari: (1) deiksis persona berupa kata saya, kita, kami, mereka, dia, ia, dan –nya; (2) deiksis tempat berupa (provinsi) ini, (republik) ini, (kota) ini, dan (kota) itu; (3) deiksis waktu berupa lima tahun ke depan, beberapa waktu lalu, sekarang, kini, sepekan terakhir, sebelumnya, medio Juli, saat ini, selama ini, tahun ini, selama ini, belakangan ini, dan hari ini; (4) deiksis anafora berupa ini, itu, hal ini, hal itu, -nya, mereka, dan ia; dan (5) deiksis katafora berupa seperti, adalah, yaitu, meliputi, semisal yakni, artinya, terdiri atas, antara lain, dan misalnya. Pembelajaran deiksis yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran menulis narasi nonfiksi dilakukan dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yaitu: metode ceramah, metode problem solving, dan penugasan.

(31)

2011 (2) mendeskripsikan distribusi dalam tajuk rencana tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011 (3) mendeskripsikan kecenderungan pemakaian deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011 (4) mendeskripsikan sumbangan terhadap materi pembelajaran Indonesia di SMK. Berdasarkan tujuan penelitian Aditya Rahardani menghasilkan kesimpulan. Bentuk-bentuk deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011 diklasifikasikan menjadi dua, yaitu deiksis eksofora yanitu meliputi deiksis persona yang digunakan, yaitu persona pertama jamak yang berupa kami dan kita, persona ketiga tunggal berupa dia dan –nya; dan persona ketiga jamak yang berupa mereka. Bentuk-bentuk deiksis ruang yang digunakan, yaitu pronominal demonstratif, bentuk terikat –nya, dan persona ketiga jamak berupa mereka.

(32)

pernyataan di atas belum ada yang meneliti mengenai fenomena deiksis pada rubrik kolom harian Jawa Pos. Oleh karena itu, peneliti ada meneliti itu dengan merumuskan judul “Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos

Edisi September – Desember 2015”. 2.2 Kajian Teori

Penelitian ini merupakan penelitian pragmatik yang mengkaji tulisan pada rubrik kolom di harian Jawa Pos. Terdapat beberapa teori yang digunakan untuk menjadi pisau analisis penelitian yang berjudul “Fenomena Deiksis pada Rubrik

Kolom di Harian Jawa Pos Edisi September – Desember 2015” ini yaitu, pragmatik, konteks, fenomena pragmatik, deiksis sebagai fenomena pragmatik, jenis-jenis deiksis, konsep maksud, dan konsep kolom. Teori deiksis, maksud, dan konteks pada kajian teori ini digunakan sebagai acuan dasar untuk menganalisis data yang ditemukan pada rubrik kolom harian Jawa Pos. Paparan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan konteks dan makna ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya tergantung pada pengetahuan linguistik dari pembicara dan pendengar, tetapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status pihak yang terlibat dalam pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.

(33)

aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Secara kasar dapat dirumuskan: pragmatik = makna-kondisi kebenaran. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi sutau catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.

Leech dalam Rahardi (2003:10) menyatakan bahwa fonologi, sintaksis, dan semantik merupakan bagian dari tata bahasa atau gramatika, sedangkan pragmatik pada hakikatnya merupakan bagian dari pemakaian atau penggunaan tata bahasa atau gramatika itu dalam aktivitas komunikasi yang sesungguhnya. Yule (2006:3) mendefinisikan pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Ruang lingkup tersebut yakni: pertama, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Kedua, pragnatik adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripadda yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

(34)

Selain itu mitra tutur hendaknya mengetahui situasi yang sedang terjadi ketika tuturan dilakukan.

2.2.2 Konteks

Konteks pada ilmu pragmatik memiliki peran yang sangat penting karena ilmu pragmatik merupakan kajian makna tuturan berdasarkan konteks tuturan. Konteks adalah pengetahuan yang melatarbelakangi tuturan yang sama dimiliki dan dipahami oleh penutur dan mitra tutur ssehungga mitra tutur mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh penutur ketika melakukan tuturan. Konteks sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika melakukan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

Rahardi (2003:20) mengatakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.

(35)

2.2.3 Fenomena Pragmatik

Ilmu pragmatik memiliki empat fenomena yaitu deiksis, implikatur, tindak tutur, praanggapan (Purwo, 1990:17). Keempat fenomena tersebut dipaparkan sebagai berikut.

2.2.3.1 Implikatur

Implikatur merupakan teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mempergunakan suatu tuturan. Sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi atau pernyataan yang bukan merupakan bagian dari tuturan yang bersangkutan. Istilah implikatur (implicature) digunakan oleh Grice untuk menjelaskan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan pleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.

Levinson (1983:97) menyebutkan bahwa implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik. Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan. 2.2.3.2 Tindak Tutur

Austin (dalam Nadar 1962:98-99) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu seseorang menggunakan kata-kata kerja promise “berjanji”, apologize “minta maaf”, name “menanamkan”, pronounce “menyatakan” misalnya dalam tuturan I

(36)

bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan menamakan. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif. Austin (dalam Tarigan 1986:109) membedakan tiga jenis tindak ujar yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu. Tindakan perlokusi adalah melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu.

2.2.3.3 Praanggapan

Menurut Yule (2006:43) praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan yang memiliki presupposisi adalah penutur, bukan kalimat. Lubis (2011:65) menyebutkan bahwa praanggapan merupakan sesuatu yang dijadikan oleh si pembicara sebagai dasar pembicaraan.

Berdasarkan dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan merupakan anggapan penutur bahwa mitra tutur mengerti dengan apa yang dimaksudkan penutur dalam tuturan. Penutur berbicara seolah-olah yakin bahwa mitra tutur mengerti dengan apa yang penutur maksudkan.

2.2.3.4 Deiksis

Yule (2006:13) menyatakan bahwa deiksis adalah istilah teknis (dalam bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. deiksis berarti „penunjukan‟ melalui bahasa. Purwo (1983:1) Kata deiksis berasal

(37)

kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Deiksis terdiri dari deiksis luar atau tuturan eksofora dan deiksis dalam atau tuturan endofora.

2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik

Deiksis merupakan salah satu fenomena pragmatik yang telah banyak dibicarakan oleh berbagai ahli, misalnya pada buku Pragmatik dan Penelitian Pragmatik Nadar (2009:54) menyebutkan bahwa Levinson (1983), Purwo (1983), Parker (1986), dan Mey (1993) merupakan ahli yang telah membicarakan mengenai deiksis. Deiksis di dalam bahasa Indonesia telah diteliti oleh yang bernama Bambang Kaswanti Purwo pada tahun 1983 sebagai disertasi miliknya.

(38)

deiksis, dan menunjukkan pada diri orang yang mengucapkannya. Kalau orangnya berubah, maka saya menunjuk pada orang yang berbeda pula.

Purwo (1983:1) mengatakan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Demi pengertian penuh istilah deiksis itu, perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur yang mengandung arti (biasanya lexsem tetepi juga yang menggantikannya secara pronominal, baik itu berupa bentuk bebas maupun bentuk yang terikat secara morfemis) dapat dibedakan antara referensial (misalnya kata rumah, meja) dan yang tidak referensial (misalnya kata walaupun, aduh). Kata yang tidak referensial tidak dipersoalkan tetapi kata yang referensial dapat juga dibagi menjadi deiksis dan tidak deiksis. Sebagian besar dari unsur yang mengandung arti itu adalah tidak deiksis, dan referennya tidak berpindah-pindah menurut siapa yang mengutarakan tuturan yang mengandung unsur yang bersangkutan.

Kata deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos, yang berarti „hal penunjukkan secara langsung‟. Dalam logika istilah Inggris deictic dipergunakan

(39)

seorang mahasiswa. Purwo (1984) menemukan bahwa terdapat dua jenis deiksis dalam bahasa Indonesia yakni deiksis luar-tuturan (eksofora) dan deiksis dalam-tuturan (endofora).

2.2.4.1 Deiksis Luar-Tuturan (Eksofora)

Purwo (1984:19-20) menyebutkan perbedaan labuhan luar-tuturan dengan labuhan dalam tuturan adalah bidang permasalahannya. Pada pembicaraan eksofora adalah bidang semantik leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak dapat dilepaskan sama sekali dari pembahasan bidang semantis leksikal ini. Deiksis luar tuturan (eksofora) memiliki tiga bagian penting yakni deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu. Leksem-leksem yang menjadi bahan pembicaraan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk nominal dan pronominal, deiksis ruang yang menjadi bahan pembahasan adalah leksem verba dan adjektival, dan deiksis waktu leksem adverbial. Semua leksem persona merupakan leksem deikstis, sedangkan leksem ruang dan waktu ada yang tidak.

2.2.4.1.1 Deiksis Persona

Purwo (1984:19) menyatakan bahwa deiksis persona membicarakan mengenai bentuk-bentuk nomina dan pronomina. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003:249). Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina (Kridalaksana, 1994:77).

(40)

pertama, kata ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga. Ketiga kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang hanya menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat menyatakan orang maupun benda termasuk juga binatang. Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicaraan kepada dirinnya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicaraan kepada seseorang pendengar atau lebih yang hadir bersama prang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka (Lyons dalam Djajasudarma, 1993:45). Kata ganti persona ketiga pada deiksis eksofora tidak ditemukan karena kata ganti orang ketiga memiliki rujukan di dalam tuturan dan hanya memiliki rujukan pada konstituen sebelah kiri atau kanan.

(41)

2.2.4.1.2 Deiksis Ruang

Deiksis ruang berhubungan dengan pemahaman mengenai lokasi atau tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan. (Nadar, 2009:55-56) Tidak semua leksem ruang dapat dikatakan bersifat deiktis dan tidak ada leksem ruang yang berupa nomina. Leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbial atau verba. Dalam deiksis ruang terdapat leksem yang tidak deiktis dan ada leksem yang deiktis. Tetapi leksem yang tidak deiksis dapat menjadi deiktis apabila dirangkaikan dengan leksem persona. Purwo (1984) menjelaskan deiksis ruang dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif meliputi kata ini dan itu. Deiksis ruang yang berupa verba meliputi kata sini, sana, dan situ.

2.2.4.1.3 Deiksis Waktu

(42)

2.2.4.2 Deiksis Dalam-Tuturan (Endofora)

Deiksis dalam-tuturan (endofora) menyoroti mengenai masalah sintaksis. Purwo (1984:103) menyebutkan salah satu akibat dari penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen-konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu dengan bentuk pronominal entah tidak. Kedua konstituen itu karena kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang berkorelasi. Kekorelasian semacam ini, dan yang pronomina, biasa disebut anafora. Pada bentuk anafora, suatu leksem mengacu pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Hal yang diacu tersebut, baik di sebelah kiri maupun sebelah kanan dinamakan titik tolak. Titik tolak bisa berupa kata, frasa atau kalimat atau wacana, berupa unsur dalam bahasa. Purwo dalam bukunya yang berjudul Deiksis dalam bahasa Indonesia membagi menjadi dua hal penting dalam deiksis dalam-tuturan (endofora) yakni penggunaan istilah anafora dan katafora. Anafora mengacu pada konstituen di sebelah kiri, dan katafora mengacu konstituen di sebelah kanan.

(43)

Contoh :

Heli hitam itu bertulisan identitasnya: Trump.

Tuturan di atas memiliki ungkapan deiksis endofora (katafora persona) yakni

–nya. nya pada kalimat tersebut merujuk pada Trump yang disebutkan setelah kata –nya yakni pada akhir kalimat.

Kalau saja Trump bisa membuktikan bahwa dia bukan anak orang utan, saya akan membayar 5 juta dollar” ujarnya dalam sebuah komedi televisi.

Tuturan di atas memiliki ungkapan deiksis endofora (anafora persona) yakni dia. Dia pada kalimat tersebut merujuk pada Trump. Trump pada kalimat tersebut sudah disebutkan pada awal sebelum muncul kata dia.

2.2.5 Maksud dalam Pragmatik

(44)

Semantik juga mempelajari makna, yaitu makna kata dan makna kalimat,

sedangkan pragmatik mempelajari maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran itu

dilakukan. Semantik bertanya “Apa makna X?” maka pragmatik bertanya “Apa

yang Anda maksudkan dengan X?”. Makna di dalam pragmatik ditentukan oleh

konteks yakni siapa yang berbicara, kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana,

dan apa fungsi ujaran itu.

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksdukan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah sstudi tentang maksud penutur (Yule, 2006:3).

Makna adalah gejala dalam ujaran, sedangkan informasi adalah gejala luar ujaran. Selain informasi sebagai sesuatu yang luar ujaran ada lagi sesuatu yang lain yang juga luar-ujaran yaitu yang disebut maksud. Informasi dan Maksud sama-sama sesuatu yang luar ujaran. Informasi merupakan sesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan sedangkan maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yang dibicarakan, atau pihak subjeknya (Abdul Chaer, 2013:35).

(45)

mitra tutur mengenai isi dari tuturan penutur. Maksud dapat dijelaskan sebagai pesan yang ingin penutur sampaikan kepada mitra tutur. Pesan ini sebaiknya dapat tersampaikan dengan baik dan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika dilakukan pertuturan, dan agar mitra tutur dapat mengerti dan memahami tuturan penutur. Ketika melakukan tuturan penutur memiliki tujuan tertentu yang ingin disamapikan melalui suatu tuturan. Ilmu pragmatik mengkaji maksud yang terdapat di dalam tuturan, maka maksud dalam ilmu pragmatik sangat penting dan menjadi hal utama atau menjadi titik fokus.

2.2.6 Kolom

Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi penulis. Sifatnya memadatkan memakna bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar. Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis secara referensial. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto penulis penulis (Sumadiria, 2009:5). Sejalan dengan pendapat Sumadiria, Romli (2009:89) menyatakan bahwa kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus di media massa cetak yang berisi karangan atau tulisan pendek, yang berisi pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Rubrik khusus ini umumnya bernama asli „kolom‟, namun tidak semua harian menyebutkan artikel khusus itu dengan nama „kolom‟ misalnya pada harian Republika „Resonansi dan Refleksi‟, pada harian

(46)

Artikel kolom selalu lebih padat, singkat, dan lebih pendek daripada artikel opini. Bahasa yang digunakan dalam artikel kolom cenderung bersifat lentur. Bahkan, adakalanya pula kosakata daerah banyak juga dimasukkan dala artikel kolom untuk menandai dimensi kelenturan itu. Tujuan artikel itu adalah untuk menyentil pemerintah, justru daya sentil itu menjadi semakin tajam dalam kelenturan bahasa yang digunakan itu. Sebuah artikel kolom merupakan peluapan reflektif gagasan pribadi seorang ahli atau pakar, atau yang sering juga disebut juga sebagai pandit terhadap permasalahan atau persoalan tertentu, tanpa harus menunjuk referensi yang dimiliki oleh orang lain sebagai pakar. Hal lain juga harus diperhatikan di dalam rangka penulisan artikel kolom adalah artikel kolom tersebut bersifat khas pribadi penulisnya, dan kekhasan pribadi itu, baik di dalam pengertian sosok maupun genre tulisannya, akan mematrikan dirinya sebagai penulis kolom atau sosok kolumnis yang membedakannya dengan penulis lain (Rahardi, 2012:68-78).

(47)

2.3 Kerangka Berpikir

(48)

Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom

di Harian Jawa Pos Edisi September

Desember 2015

Ilmu Pragmatik

Deiksis

Maksud

Konteks

Rubrik kolom di harian Jawa

Pos

Hasil Analisis Data

(49)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini terdiri dari empat subbab yaitu 1) jenis penelitian, 2) data dan sumber data, 3) metode pengumpulan data, dan 4) metode analisis data. Keempat hal tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

(50)

3.2 Data dan Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian (Soewandi, 2007:16). Hasil pencatatan itu dapat berupa kata maupun angka. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung ungkapan deiksis yang terdapat dalam rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Arikunto (2002:107) memaparkan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dari penelitian ini adalah rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 sebagai sumber tertulis.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(51)

tuturan yang berupa kalimat pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Artinya dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mendapatkan data dengan penyadapan yakni menyadap penggunaan bahasa yang terdapat pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

Pada penelitian ini teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yakni berupa teknik catat. Data penelitian ini berupa tulisan yang terdapat pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015, penutur adalah penulis kolom. Peneliti hanya berperan sebagai pembaca yang dapat diartikan sebagai mitra tutur. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik catat yakni mencatat data-data kalimat yang mengandung kata deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dalam tabel tabulasi yang telah disediakan berdasarkan klasifikasi tertentu.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

(52)

terjadi sangatlah menentukan maksud tuturan. Pada penelitian ini peran peneliti adalah sebagai mitra tutur dari penulis rubrik kolom harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 yang berperan sebagai penutur. Maka dari itu maksud dari ungkapan deiksis pada rubrik kolom harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 ditafsirkan menurut pengetahuan peneliti berdasarkan konteks tuturan.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif, yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskna secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan pada data tabel tersebut (Nurastuti, 2007:130). Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif karena peneliti menjabarkan hasil pengumpulan data ke dalam kalimat yang lebih rinci dan dengan penjelasan penting yang panjang lebar juga secara detail. Berikut adalah langkah dalam menganalis data-data penelitian.

1) Peneliti membaca rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

2) Peneliti mengetik data-data yang mengandung ungkapan deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 di dalam sebuah tabel tabulasi data.

(53)

4) Peneliti menentukan maksud rujukan deiksis berdasarkan konteks tuturan yang terdapat pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015.

5) Setelah semua data terisi lengkap pada tabel tabulasi, peneliti memberikan tabulasi data kepada triangulator untuk diuji keabsahannya.

6) Peneliti mengambil beberapa sampel dari wujud deiksis dan maksud rujukan deiksis yang telah disetujui triangulator untuk dijabarkan pada bab IV pembahasan.

3.5 Triangulasi

Penelitian fenomena deiksis pada rubrik kolom di Harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (1989:195) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data.

Pada penelitian yang berjudul “Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di

(54)
(55)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan tiga hal, yakni 1) deskripsi data, 2) hasil analisis data, dan 3) pembahasan. Ketiga hal tersebut akan dibahasa satu per satu dalam subbab yang ada di bawah ini.

4.1 Deskripsi Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data tertulis. Sumber data penelitian ini adalah rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Sumber data pada penelitian ini berjumbah sebanyak 32 kolom. Harian Jawa Pos terbit setiap hari Senin-Minggu tetapi rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 tidak muncul setiap hari tetapi muncul pada hari-hari tertentu saja. Rubrik kolom bisanya terdapat pada halaman pertama dan dilanjutkan di halaman sebelas di harian Jawa Pos. Penulis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 merupakan seorang tokoh di Indonesia yang mengemukakan pendapat pribadi tanpa menggunakan embel-embel organisasi maupun instansi tertentu tetapi memiliki pengetahuan yang luas dan ahli dalam permasalahan yang sedang dibahas. Pendapat pada rubrik kolom di harian Jawa Pos yang dikemukakan penulis kolom merupakan pemikiran, ide, maupun gagasan secara personal dari diri penulis.

(56)

peneliti sendiri. Hal ini sejalan dengan teori maksud yang dipaparkan pada kajian teori yang menyatakan bahwa maksud pada penelitian pragmatik ditafsirkan oleh peneliti sebagai mitra tutur berdasarkan konteks tuturan.

Pada penelitian ini ditemukan dua jenis deiksis yakni (1) deiksis eksofora dan (2) deiksis endofora. Deiksis eksofora merupakan deiksis luar-tuturan artinya ungkapan deiksis yang terdapat dalam tuturan merujuk pada hal yang diluar dari tuturan tersebut, deiksis eksofora terdapat tiga hal yakni (1) deiksis persona, (2) deiksis ruang, dan (3) deiksis waktu. Deiksis endofora merupakan deiksis dalam tuturan artinya ungkapan deiksis yang terdapat dalam tuturan merujuk pada hal yang terdapat dalam tuturan tersebut. Deiksis endofora terdapat dua hal yakni (1) deiksis anafora dan (2) deiksis katafora. Berikut disajikan data-data yang akan dianalisis dan dibahas pada penelitian ini.

Tabel 1

Jumlah Data Deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis

No Wujud Deiksis Jumlah Data

1. Deiksis Persona 63

2. Deiksis Ruang 23

3. Deiksis Waktu 32

4. Deiksis Anafora 72

5. Deiksis Katafora 5

(57)

32 deiksis waktu. Deiksis endofora pada penelitian ini ditemukan berjumlah 77 terdiri dari 72 deiksis anafora dan 5 deiksis katafora. Data-data tersebut dapat disimak pada halaman lampiran skripsi yang berjudul “Fenomena Deiksis pada

Rubrik Kolom Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015”. 4.2 Analisis Data

Pada subbab ini peneliti akan memaparkan mengenai hasil temuan atau analisis data berdasarkan jumlah penemuan deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos. Analisis data dilakukan untuk menjawab dua rumusan masalah penelitian yakni 1) wujud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015 dan 2) maksud deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa data sebagai sampel yang dapat mewakili hasil peneuan data oleh peneliti.

4.2.1 Wujud Deiksis pada Rubrik Kolom

(58)

Kedua hal tersebut masih dapat terbagi dalam beberapa bagian. Deiksis eksofora terbagi menjadi tiga hal yakni (1) deiksis persona, (2) deiksis ruang, dan (3) deiksis waktu. Deiksis endofora terbagi menjadi dua hal yakni (1) deiksis anafora, dan (2) deiksis eksofora. Deiksis eksofora dan deiksis endofora digunakan peneliti dalam menganalisis data. Hasil data yang dianalisis dengan dua jenis deiksis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1.1 Deiksis Eksofora

Deiksis luar-tuturan atau eksofora merupakan ungkapan deiksis yang rujukannya berada di luar tuturan. Ungkapan deiksis pada deiksis eksofora ini merujuk sesuatu yang tidak dibicarakan dalam tuturan tertapi sesuatu yang berada di luar tuturan. Untuk mengetahui maksud rujukan pada ungkapan deiksis eksofora ini yakni tergantung pada konteks tuturan.

4.2.1.1.1 Deiksis Persona

Deiksis persona merupakan kata ganti orang yang terlibat dalam suatu tuturan. Dalam bahasa Indonesia dikenal berberapa kata ganti orang. Pada penelitian ini deiksis persona terdiri dari dua bagian yakni (1) deiksis persona pertama, dan (2) deiksis persona kedua. Deiksis persona ketiga merupakan deiksis endofora karena memiliki rujukan di dalam tuturan dan terdapat pada kontituen sebelah kiri atau kanan maka tidak dipaparkan pada subbab eksofora.

1) Deiksis Persona Pertama

(59)

ditemukan yakni aku dan saya. Ungkapan deiksis aku adalah sebagai bentuk bebas juga memiliki bentuk terikat yaitu –ku, dan ku. Dalam bahasa Indonesia ungkapan deiksis aku digunakan untuk merujuk pada penutur dalam ranah informal misalnya di antara dua peserta tindak tutur yang saling mengenal atau memiliki hubungan yang sudah akrab. Ungkapan saya digunakan dalam ranah formal misalnya dalam suatu ceramah, kuliah, atau antara dua peserta tindak tutur yang belum mengenal tetapi juga dapat digunakan dalam ranah informal. Kata aku dan saya dapat berfungsi yang sama. Deiksis persona pertama juga memiliki bentuk jamak yakni ungkapan deiksis kita dan kami. Kata kita untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak bicara termasuk di dalamnya dana digunakan oleh siapa dan situasi apa pun. Kata kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta dapat digunakan.

a. Aku, -ku, dan ku-

(60)

b. Saya

Kata saya digunakan untuk menggantikan diri si pembicara dan dapat digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja dan biasanya digunakan pada situasi formal (Chaer, 2011:92). Perhatikan contoh di bawah ini yang menunjukkan deiksis persona pertama saya.

(1) Yang saya maksud dengan “membaca” adalah praktik mempelajari sesuatu dengan lengkap, utuh, tidak sepotong-potong.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Zen R.S penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Selasa 01-09-2015. Tuturan ini berkaitan dengan orang-orang yang sering berkomentar dengan sembarangan tanpa fakta yang terpercaya melalui internet. Zen R.S mengemukakan pemahaman mengenai cara membaca dengan baik dan benar.)

(2) Bagi saya, para inlander adalah mereka yang mudah terpukau oleh orang kaya saat berada di luar negeri, diundang untuk ketemu oleh orang kaya di negara tersebut dan langsung mau begitu saja sampai lupa dengan jabatannya.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenal Kasali penulis komo di harian Jawa Pos edisi Sabtu 26-09-2015.Tuturan tersebut berkaitan dengan kata inlander yang diberikan oleh Belanda kepada Indonesia sebagai ejekan. Inlander adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan bangsa yang dijajah secara fisik dan seccara mental. Orang yang terjajah secara mental diindikasikan dnegan orang yang mau bekerja jika diperintah, mudah diadu domba dan mengadu, pendendam, tidak percaya diri dan lainnya.)

(61)

Meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata saya tetapi kedua data (1) dan (2) memiliki rujukan yang berbeda-beda.

Pada tuturan (1) pembicara adalah penulis rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi Selasa, 01-09-2015 yakni Zen R.S. Zen R.S mengungkapkan mengenai tentang banyaknya informasi yang disebarkan melalui media internet dan belum bisa dibuktikan kebenarannya tetapi dengan mudahnya dipercaya oleh pengguna media internet bahkan sampai membagikan kepada pengguna internet lainnya melalui media sosial di internet. Informasi di internet sangat mudah untuk didapatkan dengan bermodal kouta internet dan handphone canggih yang bisa digunakan untuk mengakses internet. Jika dibandingkan dengan membaca buku yang memuat informasi yang dipercaya dan dapat dibuktikan memerlukan banyak waktu, pergi mencari buku dan membaca memegang buku.

(62)

c. Kita

Kata kita digunakan untuk menyatakan orang pertama jamak yang diajak berbicara termasuk di dalamnya dan dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja dalam situasi apa saja. (Chaer, 2011:94). Perhatikan contoh di bawah ini yang menunjukkan deiksis persona pertama kita.

(3) Di Jakarta saja, kita sudah saksikan tiang-tiang monorel yang bernasib serupa.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenald Kasali penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Jumat 11-09-2015 kepada pembaca kolom. Tuturan ini berkaitan dengan proyek monorel oleh Basuki Tjahaja Purnama membatalkan proyek monorel karena kontraktor tidak bisa memenuhi kewajian yang dituntuk oleh pemerintah. Salah satu syarat dari pemerintah adalah kontraktor harus memenuhi kecukupan modal dan harus ada perjanjian bahwa jika proyek berhenti sebelum selesai maka semua aset yang sudah berdiri akan menjjadi pemerintah DKI.)

(4) Teknologi penemuan ahli kita kurang memiliki kesempatan untuk diterapkan.

(Konteks tuturan : Tuturan inni dikemukakan oleh Dahlan Iskan penulis kolom di harian Jawa Pos edisi kamis 05-11-2015 kepada pembaca kolom khususnya masyarakat Indonesia. Tuturan ini berkaitan dengan kesempatan yang kurang diberikan kepada ahli penemu teknologi dari Indonesia digunakan di Indonesia sehingga dapat menemukan kekurangan dan memperbaiki dan menyempurnakan.)

(63)

berpindah-pindah berdasarkan konteks tuturan dan siapa penutur dan mitra tutur. Meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata kita tetapi kedua data (3) dan (4) memiliki rujukan yang berbeda-beda.

Tuturan pada data (3) merupakan pendapat Rhenald Kasali yang dimuat di rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi Jumat, 11-09-2015 mengenai tanggapan tentang proyek yang ada di Indonesia masih perlu dibenahi dan perlu aturan-aturan tertentu agar mampu untuk menyelesaikan proyek dengan tepat waktu dan memiliki kualitas yang baik juga tahan lama. Rhenald Kasali mencoba memberikan contoh kepada pembaca kolom mengenai proyek yang setengah jadi di ibu kota Jakarta yakni monorel belum bisa diselesaikan hingga tahun 2015 karena kontraktor belum mampu memenuhi dana yang diperlukan.Bagi kontraktor harus mampu memperhitungkan prediksi keuangan yang diperlukan dalam membangun proyek dan memiliki cadangan dana ketika sewaktu-waktu diperlukan dana lebih.

(64)

d. Kami

Kata kami digunakan untuk meyatakan orang pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak masuk serta di dalamnya dalam situasi apa saja dan kepada siapa saja (Chaer, 2011:93). Perhatikan contoh di bawah ini yang menunjukkan deiksis persona pertama kami.

(5) Maka sistem tender lama kami ubah: harganya pun anjlok tinggal Rp 37 miliar per buah.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukan oleh Dahlan Iskan penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Seni 09-11-2015. Tuturan ini berkaitan dengan cara kepemimpinan Dahlan Iskan pada tahun 2010 di PLN dengan mengubah sistem tender dalam menangani pengadaan barang. Pengggunaan tender kurang dipercaya karena adanya permainan terhadap harga dengan cara tertentu yang bukan melanggar pidana tetapi merugikan bagi pengguna.)

(6) Ini bagus karena pada akhirnya apa yang kami lakukan adalah untuk rakyat dan kami akan terus menjaganya.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Presiden Filipina Benigno Aquino III kepada Karim Kaslan ketika diwawancarai seccara eksklusif. Tuturan inni berkaitan dengan pertanyaan mengenai perbaikan yang akan dilakukan pemerintan Filipina terhadap penyediaan insfrastruktur. Pemerintah Filipina yang berusaha memenuhi semua keperluan rakyat Filipina dengan baik sesuai dengan yang dibutuhkan rakyat.)

(65)

Meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata kami tetapi kedua data (5) dan (6) memiliki rujukan yang berbeda-beda.

Penutur dalam tuturan data (5) adalah penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Senin, 09-11-2015 yakni Dahlan Iskan dalam konteksnya sebagai Dirut PLN tahun 2010. Tuturan pada data (5) merupakan pendapat Dahlan Iskan yang dimuat di kolom harian Jawa Pos edisi Senin, 09-11-2015. Dahlan Iskan mengungkapkan mengenai tender dalam pengadaan alat dan barang pada Perusahaan Listrik Negara pada tahun 2010 ketika Dahlan Iskan menjadi direktur utama PLN. Dahlan Iskan mencoba memecahka solusi dalam mengurangi penggunaan biaya dalam pengadaan alat dan barang dengan menggunakan dan memanfaatkan sesuatu yang bisa di manfaatkan dan digunakan. Sistem tender di negara Indonesia biasanya mampu memainkan harga sehingga dapat membebani konsumen yang menggunakan.

(66)

2) Deiksis Persona Kedua

Deiksis persona kedua yaitu ungkapan yang digunakan untuk menggantikan diri orang yang sedang diajak bicara. Deiksis persona kedua tunggal meliputi engkau, kamu, Anda, Saudara. Deiksis persona kedua juga memiliki bentuk terikat seperti kau- dan -mu juga. Kata kalian merupakan bentuk jamak. Kata engkau dan kamu hanya dapat digunakan di antara peserta ujaran yang sudah memiliki hubungan yang akrab atau dapat digunakan untuk orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah. Kata Anda dan saudara digunakan untuk menyatakan orang yang diajak bicara yang belum dikenal dan dianggap berumur sebaya dalam situasi formal. Kata kalian menyatakan diri orang kedua atau orang yang diajak bicara dan berjumlah lebih dari dua orang, dapat digunakan pada orang yang lebih muda.

a. Engkau dan kau

(67)

b. Kamu dan –mu

Kata kamu mempunyai singkatan yakni –mu yang berupa bentuk terikat. Kata kamu digunakan untuk menyatakan diri orang kedua atau orang yang diajak bicara, dapat digunakan kepada orang yang lebih muda, orang yang lebih rendah status atau kedudukan sosialnya, dan dalam situasi-situasi tertentu (Chaer, 2011:94). Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan kata kamu dan -mu tidak ditemukan karena pada rubrik kolom merupakan situasi formal dan jika digunakan kata kamu dan -mu dianggap tidak sopan dan bukan pada tempatnya. Kata kamu dan -mu digantikan dengan menggunakan kata yang lebih pantas yakni kata Anda. c. Anda

Kata Anda digunakan untuk menyatakan diri kedua atau orang yang diajak berbicara, dapat digunakan kepada orang yang belum dikenal dan diperkirakan berusia sebaya dalam situasi formal (Chaer, 2011:96). Perhatikan contoh di bawah ini yang menunjukkan deiksis persona pertama Anda.

(7) Anda juga bisa melihat rekamannya di Youtube.

(Konteks tuturan : Tuturan ini dikemukakan oleh Rhenald Kasali penulis kolom di harian Jawa Pos edisi Kamis 17-09-2015 ditujukan kepada pembaca kolom. Tuturan ini berkaitan dengan joke yang dilakukan komedian Amerika Serikat yakni Maher berisi ejekan kepada Donald Trump. Joke itu mengejek Trump bahwa Trump adalah jika Trump bisa membuktikan bahwa Trump bukan anak orang utan, Maher akan membayar 5 juta dollar.)

(8) Bagi Anda, mengapa APEC masih dianggap penting?

(68)

Tuturan pada data (7) dan (8) merupakan tuturan yang berupa kalimat yang mengandung kata deiksis persona kedua yakni Anda. Kata Anda merupakan kata deiksis persona kedua yang berfungsi untuk menggantikan tujuan pada mitra tutur. Berdasarkan contoh (7) dan (8) terbukti bahwa kata Anda merupakan kata deiksis yang tidak memiliki rujukan yang tetap. Rujukan pada kata anda memiliki rujukan yang berpindah-pindah bergantung kepada siapa mitra tutur yang diajak berbicara. Meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata Anda tetapi kedua data (7) dan (8) memiliki rujukan yang berbeda-beda.

Tuturan pada data (7) merupakan pendapat yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali yang dimuat pada rubrik kolom harian Jawa Pos edisi Kamis, 17-09-2015. Mitra tutur pada data (7) adalah pembaca kolom harian Jawa Pos edisi Kamis, 17-09-2015 yang diajak berbicara oleh Rhenald Kasali. Rhenald Kasali mengungkapkan permasalahan mengenai Donald Trump yang menjadi bahan pembicaraan karena warna rambut yang kecoklatan disamakan dengan bulu orang utan oleh seorang komedian bernama Maher yang membuat joke mengenai persamaan warna rambut Trump dengan bulu orang utan pada salah satu stasiun televisi di Amerika Serikat. Joke yang dibuat Maher adalah bentuk kekesalah terhadap Trump yang sering kali menghujat presiden Barack Obama.

Gambar

Tabel 1 jumlah Data deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis .........................
tabel tabulasi data.
Tabel 1 Jumlah Data Deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis

Referensi

Dokumen terkait

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di

Kendala dalam pencapaian program kerja dari beberapa unit adalah kurangnya budaya melaksanakan kegiatan dengan mengikuti program kerja, sehingga pada 6 bulan pertama masih

[r]

Solusi yang pertama adalah saya akan berkonsultasi dengan staf hotel dan supervisor saya mengenai masalah yang saya hadapi dan meminta beberapa saran dalam memulai obrolan dengan

(IQ) anak usia 7 tahun dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di SDN 34 Koto Laweh dan SDN 06 Aie Angek Kabupaten Tanah Datar tahun 2012. Untuk mengetahui distribusi

Data sekolah tersedia di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO) tetapi tidak terorganisir dan penyimpanan data masih dalam bentuk tercetak serta menyediakan

The information contained herein is subject to change without notice.. © Copyright 2014 Hewlett-Packard Development

[r]