• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan analisis data hasil penelitian maka dari analisis data tersebut dihasilkan penelitian sebagai berikut :

-2,365 2,365 3,051

1. Kegiatan Permainan Petak Umpet di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon

Era globalisasi ini banyak bermunculan permainan alat-alat elektronik yang menggunakan teknologi yang sangat canggih, sehingga membuat para generasi muda tertarik untuk memainkannya dan lupa akan permainan tradisional yang ada di daerah tempat tinggal mereka.

Ada beberapa faktor penyebab hilangnya permainan anak tradisional.

Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sarana dan tempat bermain tidak ada.

b. Adanya penyempitan waktu, terlebih lagi semakin kompleknya tuntutan zaman terhadap anak yang semakin membebani.

c. Permainan tradisional terdesak oleh permainan modern dari luar negeri dimana tidak memakan tempat, tak terkendala waktu baik itu siang hari, pagi, sore ataupun malam bisa dilakukan, serta tidak perlu menunggu oranglain untuk bermain.

d. Terputusnya pewarisan budaya yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dimana mereka tidak sempat mencatat, mendata, dan mensosialisasikan sebagai produk budaya masyarakatnya kepada generasi di bawahnya. Budaya instan yang sudah merasuk pada setiap anggota masyarakat sekarang juga memberikan sumbangan hilangnya permainan tradisional. Kita selalu terlena oleh budaya cepat saji, yang penting sudah tersedia dan siap “dimakan “ tanpa harus melalui proses.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keaneka ragaman budaya dan tradisi. Begitu pula dengan keaneka ragaman permainan-permainan tradisional yang telah ada sejak jaman nenek moyang. Di setiap daerah memiliki permainan tradisional yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya yang disebabkan oleh perbedaan kultur dan kondisi wilayah serta lingkungan di masing-masing daerah. Walaupun terdapat jenis permainan yang sama antara satu wilayah dengan wilayah yang lain, pastinya nama permainan itu berbeda.

Salah satu bentuk permainan tradisional yang banyak dimainkan di Indonesia adalah permainan petak umpet. Petak umpet atau dalam bahasa Inggris Hide and Seek adalah salah satu permainan tradisional anak-anak yang sudah sangat terkenal. Selain di Indonesia permainan ini juga sangat digemari oleh anak-anak diluar negeri. Petak Umpet adalah permainan rakyat tradisional umum di Seluruh pelosok Indonesia dari Sabang sampai merauke sejak dulu kala. Siapa saja boleh ikut, tetapi biasanya peserta permainan antara lima sampai sepuluh orang, karena bersifat mencari kawan yang bersembunyi, maka tidak terlalu banyak yang menjadi bagian dari permainan ini.

Cara bermain petak umpet adalah pertama kita harus menentukan seseorang yang kalah dan bertugas untuk mencari pemain lain yang mengumpet, biasanya pemilihan yang kalah dilakukan dengan “Hompimpa”. Setelah dipilih seseorang yang jaga, maka kita menentukan tempat yang digunakan sebagai

"benteng". Benteng ini bisa berupa tembok atau pohon (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiapdaerah, contohnya di beberapa daerah di Jakarta

ada yang menyebutnya INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan ada juga yang menamai tempat itu HONG ). Setelah itu, yang kalah harus menghitung sampe angka yang ditentukan sambil menutup matanya menghadap benteng. Saat yang kalah menghitung, pemain lain harus cepat-cepat bersembunyi di tempat yang aman dan tidak mudah dilihat.

Setelah hitungan selesai, yang kalah harus menceri semua pemain lain yang bersembunyi sampai ketemu. Bila telah menemukan seseorang yang bersembunyi, yang kalah harus cepat-cepat berlari dan menepuk “benteng” sambil menyebut nama pemain yang telah ketauan tersebut dan jangan sampai pemain yang bersembunyi menepuk “benteng” itu lebih dulu.Menyebut nama ini sangat penting karena jika lupa menyebut nama pemain saat menepuk “benteng” maka pemain yang kalah harus mengulang menghitung dan membiarkan pemain lain bersembunyi lagi.

Setelah semuanya sudah ditemukan, maka yang kalah kembali menutup mata menghadap “benteng” dan pemain lain berdiri berbaris dibelakang pemain yang menutup mata. Sangpencari atau yang kalah bertugas untuk menyebut salah satu nomor secara acak. Pemain yang berada diurutan nomor tersebut adalah pemain yang harus menjadi pencari. Namun jika pemain yang berada diurutan nomer itu merupakan pemain yang lebih dulu menepuk benteng saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan pun dilanjutkan kembali.

Sementara itu kegiatan permainan petak umpet di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon berjalan dengan baik. Pernyataan ini berdasarkan data yang diperoleh dengan melakukan observasi pada anak Kelas A RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon sebanyak 9 siswa. Setelah melakukan observasi dihasilkan bahwa kegiatan bermain petak umpet berdasarkan indikator-indikator yaitu bermain sesuai peran dengan jumlah skor 28, rata-rata skor 3,1 dan persentase sebesar 77,8% dengan interpretasi baik. Menerima konsekuensi dalam permainan dengan jumlah skor 29, rata-rata skor 3,2 dan persentase sebesar 80,6%

dengan interpretasi baik. Mematuhi peraturan permainan dengan jumlah skor 27, rata-rata skor 3 dan persentase sebesar 75% dengan interpretasi baik. Adapun total persentase pencapaian kegiatan permainan petak umpet sebesar 77,8% dengan interpretasi baik. Dengan demikian kegiatan permainan petak umpet termasuk baik.

2. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 tahun di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon

Selama masa kanak-kanak awal pertumbuhan fisik berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi (infacy period). Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya

tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual, dimana pertumbuhan fisik pada waktu itu kembali berkembang dengan pesat.

Meskipun selama masa kanak-kanak secara umum pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat. Perkembangan fisik masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik tersebut, baik keterampilan motorik kasar maupun keterampilan motorik halus.71 Perkembangan motorik ini antara lain dapat dilihat dari perubahan kemampuan atau fungsi fisik untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu.sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa.

Ketika kurang lebih telah berusia lima tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan, melompat, berjingkrak, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih baik, halus, dan bervariasi. Pada usia sekitar limatahun anak sudah dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menangkap bola dengan baik, melukis, menulis, menggunting, melipat kertas, dan sebagainya.

Danim menyatakan bahwa teori belajar observasional (Observational Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura dapat diterapkan pada

pembelajaran motorik kasar dan halus bagi anak-anak prasekolah (masa kanak-kanak awal). Setelah anak-anak secara biologis mampu belajar perilaku tertentu, mereka harus melakiukan hal-hal berikut dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan barunya :

71 F.J Monks, dkk, Ontwikkelings Psychologie, terj. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 100

a. Mengamati perilaku orang lain.

b. Membentuk citra mental dari perilaku itu.

c. Meniru perilaku tersebut.

d. Praktik perilaku.

e. Termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut.72

Dengan kata lain anak-anak harus siap, memiliki keterampilan yang memadai, dan tertarik untuk mengembangkan keterampilan motorik. Dengan cara ini anak akan menjadi kompeten pada keterampilan-keterampilan yang ingin atau akan dikuasai.

Sehubungan dengan penelitian ini, berdasarkan hasil analisis data dari perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon yang didapatkan data dengan memberikan tes kepada 9 anak Kelas A RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, dihasilkan bahwa perkembangan motorik kasar anak berdasarkan indikator-indikator yaitu daya tahan dengan jumlah skor 33, rata-rata skor 3,7 dan persentase sebesar 91,7%

dengan interpretasi sangat baik. Kecepatgan dengan jumlah skor 31, rata-rata skor 3,4 dan persentase sebesar 86,1% dengan interpretasi baik. Kelincahan dengan jumlah skor 32, rata-rata skor 3,6 dan persentase sebesar 88,9% dengan interpretasi baik. Ketepatan dengan jumlah skor 32, rata-rata skor 3,6 dan persentase sebesar 88,9% dengan interpretasi baik. Adapun total persentase

72 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 47-48.

pencapaian perkembangan motorik kasar anak sebesar 88,9% dengan interpretasi baik. Dengan demikian perkembangan motorik kasar anak termasuk baik.

3. Pengaruh Permainan Petak Umpet Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak pada Anak Usia 4-5 tahun di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh permainan petak umpet terhadap perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 4-5 tahun di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon ditempuh dengan menghitung normalitas data kedua variabel terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan menghitung multikolonieritas dan autokorelasi data kedua variabel. Berdasarkan hasil uji normalitas data didapatkan bahwa variabel X (kegiatan bermain petak umpet) berada pada kondisi data yang normal dengan nilai p/sig (0,097) > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk variabel Y (perkembangan motorik kasar anak) setelah dilakukan pengujian normalitas data didapatkan bahwa p/sig (0,064 > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji multikolonieritas data adalah bahwa nilai VIF variabel kegiatan bermain petak umpet (X) dan perkembangan motorik kasar anak (Y) semuanya bernilai 1,000 yang lebih kecil dari 10. Dengan demikian berdasarkan ketentuan yang berlaku, data-data dalam penelitian ini tidak ada masalah dengan multikolinearitas.

Adapun hasil uji autokorelasi diperoleh diperoleh angka d-hitung sebesar 1,989.

Sebagai pedoman umum Durbin–Watson berkisar 0 dan 4. Jika nilai uji statistik Durbin–Watson lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3, maka residuals atau eror

dari model regresi sederhana tidak bersifat independen atau terjadi autocorrelation.

Setelah mengetahui bahwa data-data yang didapatkan dari sampel penelitian berada pada kondisi normal dan memenuhi semu kriteria data yang diharapkan sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk menguji besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Untuk mengetahui besar hubungan variabel X dengan variabel Y terlebih dahulu dilakukan pencarian rhitung

guna mengetahui tingkat hubungan kedua variabel. Dari hasil uji korelasi dengan menggunakan rumus PPM didapatkan nilai rhitung = 0,756 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi koefisien nilai r, maka nilai rhitung (0,756) berada pada interval korelasi 0,6 – 0,799 yang berarti tingkat hubungan antara variabel X dengan variabel Y kategorinya kuat. Dan guna menguji hipotesis nol maka dilakukan pengujian dengan penghitungan thitung. Dari hasil penghitungan thitung = 3,051 yang kemudian dikonsultasikan dengan ttabel = 2,365, maka thitung> ttabel (3,051>2,365) yang artinya bahwa pengaruh yang terjadi antara variabel X terhadap variabel Y adalah pengaruh yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari permainan petak umpet terhadap perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 4-5 tahun di RA Asy-Syahadatain Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, dimana besar kontribusi kegiatan bermain petak umpet dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun sebesar 57,1% dan adapun sisanya 42,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.