• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan St. Matius Jetis

B. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian Kunjungan Keluarga Berdasarkan Data Setiap Aspek

a. Aspek Tenaga Pastoral Keluarga

Aspek tenaga pastoral keluarga Katolik difokuskan pada pengetahuan dan kinerja dalam kunjungan pada keluarga-keluaga Katolik. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner aspek tenaga pastoral keluarga, diperoleh mean sebesar 16,55 dengan N valid 84 responden menunjukkan bahwa terdapat 35 responden menyatakan sangat setuju dengan kriteria sangat memadai (41,66%), 48 orang menyatakan setuju dengan kriteria memadai (57,14%) dan 1 orang yang menyatakan tidak setuju dengan kriteria kurang memadai (1,20%). Sedangkan, untuk kriteria sangat kurang memadai (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memandang tenaga pastoral keluarga mempunyai pengetahuan yang baik mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kunjungan.

Hasil analisis data kuesioner di atas semakin diperkuat oleh hasil wawancara dengan beberapa umat yang dianggap mampu memberikan informasi kepada penulis yang mengatakan bahwa pengetahuan tenaga pastoral keluarga cukup luas. Hal ini didukung dengan beberapa pendidikan tenaga pastoral keluarga di bidang kateketik,

guru dan pengalaman beberapa tenaga pastoral keluarga dalam hidup berkeluarga sehingga dengan mudah menanggapi dan memahami masalah-masalah dalam keluarga dan dengan rela mau membantu keluarga-keluarga Katolik dalam mengembangkan iman, hidup menggereja dan hidup bermasyarakat.

Para responden mengatakan bahwa selain pengetahuan tentang ajaran Gereja, Kitab Suci dan hal-hal praktis dalam Gereja, para tenaga pastoral keluarga juga menyediakan tenaga, waktu, dan pikiran untuk membantu keluarga-keluarga yang dikunjungi dalam masalah iman, ekonomi dan sebagainya. Kehadiran tim tenaga pastoral keluarga yang ramah, membangun dialog yang terbuka, mendengarkan keluhan keluarga, sharing iman, memotivasi, memberikan suatu semangat baru sebagai murid Kristus.

Hal senada diungkapkan oleh Budyaranata (1994: 30-33) menyatakan bahwa kunjungan keluarga pada hakikatnya merupakan kesediaan setiap individu untuk saling memahami dan melibatkan diri dengan situasi orang lain. Dengan demikian dalam kunjungan keluarga, faktor kehadiran sangat penting untuk saling memperhatikan, mendengarkan sharing atau ungkapan hati orang yang dikunjungi, memahami kondisi keluarga yang dikunjungi, dan membangun suasana dialog yang terbuka, yang membahagiakan satu sama lain.

Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung hasil wawancara di atas, dimana foto tersebut (Gamb.1) menggambarkan bagaimana para tenaga pastoral keluarga berusaha untuk selalu menambah pengetahuan dengan memiliki buku-buku yang mendukung tugas pelayanan bagi keluarga-keluarga. Pengetahuan dapat dikembangkan dengan cara membaca buku, mengikuti pembinaan, dan pelatihan yang menambah wawasan tenaga pastoral keluarga.

Bertolak dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tenaga pastoral keluarga menyadari bagaimana mengembangkan pengetahuan tentang ajaran Gereja, Kitab Suci, dan khususnya pengetahuan tentang kunjungan sehingga dapat meningkatkan mutu kunjungan dalam membantu keluarga-keluarga Katolik untuk mengembangkan imannya dalam hidup menggereja. Dengan pengetahuan yang memadai para tenaga pastoral dapat menjalanakan tugas pelayanan dengan baik.

b. Aspek Program Kerja

Pada aspek program kerja ini, keluarga-keluarga difokuskan untuk melihat bagaimana program khususnya kunjungan keluarga yang telah disusun oleh tim pendamping pastoral keluarga, sudah berjalan baik. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner atas aspek program kerja menunjukkan bahwa dari N valid 84 memperoleh mean sebesar 22,8571 dengan 40 (47,62%) responden menjawab sangat setuju dengan kriteria sangat terlaksana, 44 (52,38%) keluarga menjawab setuju dengan kriteria terlaksana. Sedangkan yang menjawab dengan kriteria kurang terlaksana dan sangat kurang terlaksana tidak ada (0%). Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat terlaksana program yang disusun oleh tim pendamping pastoral keluarga.

Hasil analisis data di atas juga didukung dengan hasil wawancara dari ketujuh responden, yang mana hampir semua responden mengatakan bahwa program kerja dapat terlaksana dengan baik. Program kunjungan dengan membentuk tim kunjungan dari paroki dan lingkungan, konselor professional, dan ruang untuk konseling ditargetkan pada tahun 2013 semua keluarga Katolik di lingkungan terkunjungi. Pelaksanaan kunjungan yang terjadi di lingkungan, dilakukan sebelum misa

lingkungan bersama dengan romo, tim pendamping, dan prodiakon. Namun, terdapat lingkungan yang tim kunjungannya mengadakan kunjungan tidak hanya pada saat misa lingkungan, akan tetapi dilakukan secara rutin setiap bulan.

Hal ini didukung oleh hasil studi dokumen (Gamb. 2 dan 3), bahwa tim pendamping pastoral keluarga memiliki beberapa kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Program yang disusun dengan baik menjadi arah atau patokan bagi tenaga pastoral keluarga dalam mempersiapkan diri serta hal-hal yang praktis.

Selain kunjungan yang dilakukan bersamaan dengan misa lingkungan, hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa perlu adanya evaluasi kunjungan kerja demi kemajuan kinerja tenaga pastoral keluarga. Evaluasi ini sangat penting karena merupakan kegiatan mengukur dan menilai (Dapiyanta, 2008: 10). Artinya, dengan evaluasi kita dapat mengukur atau menilai sesuatu yang dilakukan. Evaluasi sangat penting dilakukan agar seseorang atau kelompok dapat mengetahui letak kelemahan, kelebihan, keberhasilan, kegagalan, dan sebagainya mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan.

Mengingat pentingnya evaluasi, maka setiap dua bulan diadakan evaluasi kunjungan kerja. Dengan evaluasi, para tenaga pastoral keluarga mampu melihat sejauh mana kemajuan kunjungan serta kehadiran tim dapat membantu keluarga-keluarga Katolik mengatasi permasalahan yang dihadapi, mengetahui kekurangan dan keberhasilan, apa yang perlu diperbaiki, apa yang perlu dipertahankan, dan sebagainya. Dengan demikian, evaluasi perlu dilakukan secara terus-menerus agar semakin membantu tim untuk mengetahui hal-hal yang belum maksimal, sehingga mampu memperbaikinya menjadi lebih baik pada kunjungan berikutnya.

c. Aspek Kerjasama

Sebagai mana dalam tim kerja yang lain, kerjasama dalam tenaga pastoral keluarga menjadi hal utama dalam menjalankan program yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner mengenai aspek kerjasama, diperoleh mean sebesar 16,32 dari N valid 84 menunjukkan bahwa yang menjawab dengan kriteria sangat baik ada 34 keluarga (40,48%), yang menjawab pada kriteria baik ada 50 keluarga (59,52%), dan tidak ada yang menjawab (0%) pada kriteria kurang baik dan sangat kurang baik. Ini artinya bahwa tenaga pastoral keluarga mempunyai kemampuan bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan, baik di paroki, wilayah, maupun di lingkungan.

Hasil analisis kuesioner di atas juga didukung dengan hasil wawancara dengan 7 responden, dimana hasil wawancara menunjukkan bahwa tim tenaga pastoral keluarga sangat kompak dan kerjasamanya sangat bagus. Kerjasama tim sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugas pelayanan karena tanpa kerjasama yang baik, semua kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar. Hal ini terbukti dengan beberapa kegiatan yang ditangani oleh tim, dapat berjalan dengan baik. Para responden juga mengatakan bahwa kerjasama tim tenaga pastoral keluarga, romo, dan umat berjalan dengan baik dan saling mendukung. Hal ini terbukti ketika mengadakan kunjungan selalu ada romo, tim pendamping keluarga, dan prodiakon. Ini artinya bahwa tenaga pastoral keluarga mampu bekerjasama, saling mendukung satu sama lain sesuai dengan tugas dan fungsi mereka masing-masing dalam melaksanakan kegiatan di paroki maupun di lingkungan.

Menurut Susanto (1986: 5) kerjasama sebagai rekan kerja membutuhkan perubahan pandangan, sikap, dan tindakan dalam diri sendiri untuk semakin

berkembang. Kerjasama mengandaikan orang sanggup menerima orang lain sebagaimana adanya, memberi ruang gerak, mengikutsertakan dalam setiap kegiatan, mengakui keahlian masing-masing, memandang orang lain sebagai rekan, memberi kritik, dan rela dikritik pula demi perkembangan bersama.

Hal ini didukung oleh hasil studi dokumen, dimana terdapat program yang telah disusun secara tertulis sesuai kegiatan dan sasaran dengan baik. Daftar hadir para peserta kursus perkawinan dan pembaharuan janji perkawinan yang selama ini sudah berjalan dengan rutin. Gambar 2 dan 3 pada hasil studi dokumen menggambarkan tim pendamping pastoral keluarga memiliki beberapa kegiatan yang dilaksanakan bersama dan saling mendukung satu sama lain.

d. Aspek Keterlibatan Keluarga

Pada aspek keterlibatan keluarga ini, pokok pembahasan difokuskan untuk melihat sejauh mana keluarga-keluarga Katolik terlibat aktif dalam hidup menggereja dan keterlibatan di masyarakat. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner atas aspek keterlibatan keluarga menunjukkan bahwa dari N valid 84 mendapatkan mean sebesar 55,01. Responden yang menjawab dengan kriteria sangat terlibat ada 28 keluarga (33,33%), yang menjawab kriteria terlibat ada 56 keluarga (66,67%), dan tidak ada yang menjawab (0%) pada kriteria kurang terlibat dan sangat kurang terlibat. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan keluarga-keluarga dalam hidup menggereja dan masyarakat, dikatakan baik.

Hasil analisis kuesioner di atas juga didukung dengan hasil wawancara dengan 7 responden yang menyatakan bahwa sebagian keluarga berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan Gereja dan masyarakat. Hal ini terbukti keluarga-keluarga terlibat dalam

latihan koor, ziarah rohani, keterlibatan anggota keluarga memimpin doa rosario, mengikuti agenda-agenda Gereja, seperti BKSN dan sebagainya. Sedangkan dalam kegiatan bermasyarakat ada yang menjadi ketua RT, sekretaris, pengurus dan ketua PKK. Namun tidak dipungkiri bahwa ada juga keluarga yang tidak terlibat aktif dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Meskipun demikian, keluarga-kleuarga tersebut tetap diperhatikan dengan mengunjungi dan mengajak untuk sebisa mungkin mengikuti kegiatan di lingkungan.

Paus Yohanes Paulus II (Familiaris Consortio 1994 art. 92) menyatakan bahwa keluarga Kristiani dipanggil untuk mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam tugas perutusan Gereja dengan cara yang asli dan khas, dalam keberadaan dan karyanya, sebagai komunitas hidup dan kasih mesra untuk melayani Gereja dan masyarakat.

Dengan demikian, keterlibatan keluarga-keluarga dalam hidup menggereja dan bermasyarakat sangatlah penting sebagai umat Kristiani. Dengan keterlibatan, keluarga-keluarga berusaha menghidupi hidup rohani dan diharapkan menjadi sosok yang diteladani keluarga-keluarga yang lain. Namun, terkadang keluarga-keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu, seperti kehadiran dalam pertemuan rosario dan misa intensi lebih banyak daripada dalam pendalaman iman. Hal ini membuat keterlibatan keluarga-keluarga, seperti “kapal selam” dalam mengikuti kegiatan di lingkungan. Tugas utama keluarga-keluarga Katolik adalah berusaha untuk menjadi teladan dalam pengembangan iman.

Hal ini didukung oleh hasil studi dokumen, dimana terdapat kegiatan yang melibatkan umat. Gambar 7, 8, dan 9 pada hasil studi dokumen di atas menunjukkan bahwa terdapat kegiatan melibatkan keluarga, baik di paroki, wilayah, maupun

lingkungan. Dengan demikian, setiap pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih melalui tindakan konkret demi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga serta perkembangan Gereja di masa yang akan datang.

e. Aspek Spiritualitas Kongregasi

Para suster MASF, sebagai bagian dari tenaga pastoral keluarga perlu menghayati spiritualitas kongregasinya, yakni spiritualitas Kongregasi MASF sebagai seorang pelayan bagi sesamanya. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner di atas, aspek spiritualitas kongregasi tenaga pastoral keluarga, diperoleh mean 106,74 dari N valid 84 keluarga, menunjukkan bahwa responden yang menjawab dengan kriteria sangat menghayati 68 keluarga (80,96%), yang menjawab dengan kriteria menghayati 16 keluarga (19,04%), dan tidak ada (0%) pada kriteria kurang menghayati dan sangat kurang menghayati. Hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa banyak responden yang menyatakan tenaga pastoral keluarga menghayati spiritualitas dalam menjalankan tugas pelayanan. Hasil analisis data kuesioner di atas, diperkuat oleh hasil wawancara yang menunjukkan bahwa tenaga pastoral keluarga sungguh menghayati spritualitas sebagai seorang pelayan Tuhan.

Menurut Frans Harjawinata, OCSO (1979:20), spritualitas kerohanian diartikan sebagai cara orang menyadari, memikirkan, menghayati hidup religiusnya dalam bentuk suatu pengabdian yang penuh penyerahan kepada Allah. Seseorang dapat membangun hubungan pribadinya dengan Allah dan menghayati tugas perutusannya, apabila hidupnya didasari oleh bimbingan Roh Kudus. Oleh karena itu, setiap orang harus mempunyai spiritualitas dalam hidupnya. Spiritualitas atau daya kekuatan yang dihayati inilah yang tentunya memampukan tenaga pastoral keluarga melaksanakan

tugasnya. Setiap pribadi tenaga pastoral keluarga memiliki spiritualitas yang senantiasa menggerakkan, mendorong dalam menjalankan tugas, dan menghayati peranannya sebagai abdi Kristus. Spiritualitas merupakan daya kekuatan yang menghidupkan, yang tertuju pada hidup rohani, yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk semakin mengimani dan mencintai Tuhan melalui keluarga-keluarga yang dilayani.

C. Usulan Peningkatan Kwalitas Program Kunjungan keluarga bagi Tenaga

Dokumen terkait