• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENGHAYATAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari 41 kuesioner hasil penelitian putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta akan termuat dalam pembahasan penelitian di bawah ini:

1. Gambaran Penghayatan Putera Altar tentang Makna Sakramen Ekaristi di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta demi Pengembangan Iman Putera Altar.

a. Pengetahuan Dasar tentang Alat dan Sikap Liturgi

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa putera altar pada dasarnya sudah mengetahui tentang alat-alat liturgi, ini terbukti dengan adanya 22 responden (53.7%) yang menjawab dengan mantap sangat setuju bahwa Monstran merupakan alat Liturgi yang digunakan untuk mentahtakan Sakramen Maha Kudus. Ini menggambarkan bahwa sebagian besar putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta mengetahui arti dan makna dari alat Liturgi salah satunya adalah Monstran karena tidak ada yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut (0 %). Selain itu pada bagian yang lain, ada 20 responden (48.8%) yang setuju bahwa Sibori merupakan piala besar dengan tutup yang digunakan untuk menyimpan Sakramen Maha Kudus. Ini lebih menggambarkan secara nyata bahwa sebagian

besar putera altar sudah memahami dan mengetahui tentang alat-alat Liturgi walaupun 1 responden (2.43%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Ini cukup menjadi perhatian bagi para pendamping untuk membantu lebih meningkatkan pemahaman tentang alat Liturgi bagi seluruh anggota putera altar.

Adapun mengenai pemahaman sikap liturgi antara lain ada 22 responden (53.7%) yang setuju bahwa menepuk dada saat pernyataan tobat merupakan tanda penyesalan yang mendalam, dan tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut (0 %). Dari salah satu pernyataan ini menggambarkan bahwa responden dalam hal ini adalah putera altar sudah memahami tentang makna dari sikap Liturgi yang biasa dilakukan dalam perayaan Ekaristi terutama sikap menepuk dada, namun terkadang belum begitu mantap untuk mengungkapkan sangat setuju dengan pemaknaannya. Dalam pemaknaan mengenai sikap berlutut di depan Altar sebagai lambang memperkecil diri dihadapan Allah, terdapat 15 responden (36.58%) menyatakan sering dapat memaknainya, namun ada 2 responden (4.88%) yang tidak pernah mampu memaknai berlutut di depan Altar sebagai lambang memperkecil diri dihadapan Allah.

Selain itu, pada pemaknaan mengenai membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan Kristus dan mengingatkan pada pembaptisan, ada 25 reponden (60,98%) yang menyatakan sangat setuju, namun 1 responden (2.43%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dari semua hal yang dibahas dalam penelitian mengenai pemahaman tentang sikap Liturgi maka dapat dinyatakan bahwa belum semua putera altar memahami sikap Liturgi yang biasa mereka lakukan dalam

tugas pelayanan di perayaan Ekaristi. Perlu ada bimbingan lebih lanjut mengenai pemahaman sikap Liturgi.

b. Makna Sakramen Ekaristi

Dari tabel 3 dapat dilihat 15 responden (36.59 %) menyatakan tidak setuju bahwa hadir dalam perayaan Ekaristi sebagai kewajiban saja. Ini menandakan cukup banyak putera altar yang memaknai kehadiran dalam perayaan Ekaristi tidak merupakan suatu kewajiban belaka melainkan suatu kebutuhan untuk ikut serta merasakan ungkapan cinta kasih Yesus melalui perayaan Ekaristi. Namun ada 6 responden (14.63%) yang menyatakan sangat setuju bahwa kehadiran dalam perayaan Ekaristi merupakan suatu kewajiban belaka. Ini memerlukan bimbingan agar putera altar semakin mampu memaknai kehadiran dalam perayaan Ekaristi merupakan suatu kebutuhan dari diri kita untuk semakin dekat dan merasakan cinta kasih Yesus. Selain itu Sakramen Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus kepada manusia juga mendapat respon yang baik dari responden. Ada 22 responden (53.7%) yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut, namun ada 1 responden (2.4%) yang menyatakan tidak setuju. Dari semua itu dapat digambarkan bahwa belum semua putera altar dapat secara mantap memaknai Sakramen Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus yang sehabis-habisnya terhadap manusia.

Pemaknaan Sakramen Ekaristi sebagai perjamuan umat dengan Allah dapat dilihat bahwa 24 responden (58.54%) merasa sangat mantap bahwa dengan mengikuti perayaan Ekaristi semakin bersatu dengan Allah dan manusia dengan menyatakan selalu dapat memaknainya, namun ada 4 responden (9.75%) yang

menyatakan jarang. Ini menyatakan bahwa putera altar juga ada yang merasa jarang dapat memaknai Sakramen Ekaristi sebagai perjamuan umat dengan Allah walaupun sebagian besar dari putera altar sudah selalu mampu memaknai hal tersebut, namun perlu diadakan peningkatan pemahaman sehingga semua anggota putera altar dapat selalu menghayati makna Sakramen Ekaristi sebagai perjamuan Umat dengan Allah. Selain itu mengikuti perayaan Ekaristi dapat membangun persaudaraan sejati sebagai murid Yesus. Hal ini terbukti dengan adanya 27 responden (65.85%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut, walaupun ada 2 responden (4.88%) yang kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Ini menandakan masih ada sedikit keraguan tentang makna Sakramen Ekaristi sebagai bentuk persaudaraan sejati sebagai murid Yesus dan sekaligus perjamuan umat dengan Allah.

Perayaan Ekaristi di dalamnya ada Roh Kudus yang selalu hadir dan menyemangati. Ada 21 responden (51.2%) yang menyatakan setuju dan tidak ada reponden yang menyatakan tidak setuju (0 %). Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa putera altar dapat memaknai Ekaristi sebagai perayaan Seruan Roh Kudus dimana Roh Kudus selalu hadir dalam perayaan Ekaristi. Perlu adanya suatu pendampingan sehingga putera altar semakin mantap untuk menyatakan sangat setuju dan memaknai Ekaristi semakin mendalam dengan merasakan kehadiran Roh Kudus dalam perayaan Ekaristi yang selalu menyemangati hidup mereka.

Pemaknaan Sakramen Ekaristi yang tidak kalah penting adalah Sakramen Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup. Ada 21 responden (51.22%) yang menyatakan selalu dapat memaknai Sakramen Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup namun ada juga 5 responden (12.2%) yang jarang dapat memaknainya. Ini

menggambarkan bahwa Sakramen Ekaristi yang selama ini dirayakan belum sampai pada pemaknaan yang nyata untuk perkembangan hidup dan iman putera altar dalam hidup mereka sehari-hari.

2. Pengembangan Iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta

a. Kegiatan Pengembangan Iman

Dari 41 kuesioner yang disebar ada 30 responden (73.17%) yang menyatakan sangat setuju bahwa latihan rutin putera altar disertai dengan kegiatan yang semakin memperdalam iman dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut (0 %). Ini dapat digambarkan bahwa putera altar memang menginginkan kegiatan yang juga memperdalam iman mereka.

Putera altar juga berharap dengan peran serta mereka dalam kegiatan putera altar dapat mengembangkan iman mereka terutama semakin dekat dengan Yesus dan semakin beriman mendalam. Ini terbukti dengan adanya 21 responden (51.2%) yang menyatakan sangat setuju bahwa dengan mengikuti kegiatan putera altar dapat semakin dekat dengan Yesus dan berkembang dalam iman dan tidak ada responden yang tidak setuju (0 %). Dari semua hasil ini, maka perlu ditambah kegiatan putera altar yang memperdalam pengetahuan maupun membuat iman semakin berkembang dari usia remaja sehingga mampu menjadi pribadi yang utuh dan tangguh dalam iman untuk menghadapi semua tantangan zaman.

b. Peranan Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi terhadap Pengembangan Iman

Dari tabel 5 dapat dilihat peranan penghayatan Makna Sakramen Ekaristi terhadap pengembangan iman. Melalui Ekaristi dapat semakin peduli dengan teman yang berkesusahan. Ada 25 responden (60.98%) yang menyatakan setuju bahwa dengan memaknai Sakramen Ekaristi dapat semakin membuat mereka peduli dengan teman yang berkesusahan walaupun ada 3 responden yang menyatakan tidak setuju (7.32%). Ini menggambarkan sebagian besar putera altar sungguh ingin mampu memaknai Sakramen Ekaristi dalam hidup mereka dan perkembangan iman mereka dengan peduli dengan teman dan masih perlu ada pendampingan untuk putera altar yang belum mampu memaknai Sakramen Ekaristi.

Selain itu ada 21 responden (51.2%) yang menyatakan setuju bahwa dengan mengetahui makna Sakramen Ekaristi akan semakin kuat dalam iman, dan tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut (0 %). Dengan demikian maka sungguh penting pemaknaan Ekaristi secara lebih mendalam bagi perkembangan iman mereka dan untuk mewujudkan iman yang tangguh dan mendalam.

Peranan Ekaristi yang lain adalah melalui menghadiri dan memaknai Ekaristi dapat menumbuhkan semangat berbagi kepada siapa pun. Ada 26 responden (63.41%) yang menyatakan setuju bahwa mereka semakin berkembang dalam iman dengan mau berbagi kepada sesama yang membutuhkan setelah mampu memaknai Sakramen Ekaristi, dan 2 responden (4.88%) yang masih dalam keraguan sehingga menyatakan kurang setuju. Dengan begitu sebagian besar putera altar dapat semakin

menumbuhkan semangat berbagi dari memaknai Sakramen Ekaristi secara lebih mendalam.

Putera altar sebagian besar selalu dapat belajar untuk berbagi setelah mengikuti dan memaknai perayaan Ekaristi. Ada 20 responden (48.8%) yang sering dapat belajar berbagi setelah mengikuti dan memaknai Ekaristi, namun masih ada 5 responden (12.2%) yang jarang bisa belajar berbagi karena kurang pendampingan dalam memaknai Ekaristi. Allah sendiri yang senantiasa mengundang kita untuk mengikuti Ekaristi. Itu digambarkan dengan adanya 23 responden (56.1%) yang sangat setuju bahwa Allah sendiri yang menyapa mereka, namun ada juga yang masih ragu akan panggilan Tuhan untuk semakin dekat dengan diri-Nya melalui Ekaristi. Ini terbukti dengan adanya 2 responden (4.88%) yang menyatakan kurang setuju bahwa Allah sendiri yang menyapa mereka. Ini menjadi suatu perhatian tersendiri bagi para pendamping untuk membantu mereka semakin mengenal Allah dan menyadari panggilan Allah karena tahap perkembangan usia remaja sangat tergantung pada situasi sekeliling dan pendamping dalam suatu komunitas.

Semua umat ingin semakin dekat dan mengenal dengan Yesus salah satunya dengan memaknai Sakramen Ekaristi, begitu pula dengan putera altar yang masih dalam masa remaja yang masih membutuhkan banyak bimbingan. Remaja saat ini membutuhkan relasi yang dekat dengan Yesus untuk menjawab semua persoalan hidup mereka, ini dibuktikan dengan adanya 28 responden (68.98%) yang menyatakan setuju bahwa dengan memaknai Sakramen Ekaristi, manusia akan semakin mampu menghadirkan Yesus dalam hidupnya dan semakin dekat dengan Yesus dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju (0 %). Kedekatan

dengan Yesus Kristus menjadi sesuatu yang diinginkan oleh remaja dalam hal ini putera altar, salah satu caranya adalah dengan memaknai secara mendalam tentang Sakramen Ekaristi. Pemaknaan terhadap Sakramen Ekaristi juga akan menghasilkan rasa cinta kasih terhadap Gereja dan sesama. Responden sungguh setuju dengan hal tersebut, ada 25 responden (60.98%) yang menyatakan setuju dan tidak ada responden yang meyatakan tidak setuju (0%).

Pemaknaan akan Sakramen Ekaristi yang sungguh mendalam akan mengakibatkan manusia semakin terlibat dalam hidup menggereja. Ada 18 responden (43.9%) yang menyatakan sering terlibat dalam hidup menggereja. Namun ada 9 responden (21.95) yang menyatakan jarang terlibat dalam kehidupan menggereja. Ini menjadi gambaran kita bersama bahwa pemaknaan akan Sakramen Ekaristi perlu kembali digali sehingga mewujudkan suatu perbuatan nyata sebagai perwujudan iman karena sesungguhnya iman tanpa perbuatan tidak akan menjadi iman yang utuh.

c. Hambatan dan Harapan Putera Altar

Pemaknaan Sakramen Ekaristi yang mendalam tentu akan mengalami berbagai macam hambatan. Ada 18 responden (43.9%) yang setuju bahwa mereka merasa kurang memahami makna Ekaristi yang dekat dengan pelayanan sebagai putera altar dan 6 responden menyatakan tidak setuju bahwa mereka kurang memahami makna Ekaristi (14.63%). Dari segi kegiatan rutin putera altar yang kurang dalam pemaknaan Ekaristi dan kurang adanya pendampingan dari orang yang

lebih dewasa yang bertanggungjawab terhadap putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Ada 22 responden (53.7%) yang setuju kurang adanya pendampingan mengenai makna Ekaristi dan 4 responden (9.7%) yang menyatakan tidak setuju kurang adanya pendampingan mengenai makna Ekaristi. Selain itu sebagian besar putera altar merasa bahwa kurangnya kegiatan putera altar tentang Sakramen Ekaristi menjadi hambatan dalam memaknai Sakramen Ekaristi, ini terbukti dengan adanya 18 responden yang menyatakan setuju dengan hal tersebut (43.9%) dan 5 responden yang lain merasa itu tidak menjadi hambatan bagi mereka dengan menjawab tidak setuju (12.2%). Ini menggambarkan bahwa dalam kegiatan putera altar sebenarnya sudah ada pendampingan mengenai makna Sakramen Ekaristi namun kurang mendalam sehingga tidak sampai pada tindakan nyata akan pemaknaan Ekaristi. Pemaknaan Ekaristi perlu semakin digali dalam dinamika kegiatan rutin putera altar sehingga semakin banyak yang merasa mengenal Allah melalui Ekaristi dan melakukan tindakan nyata sebagai “buah-buah” dari makna Ekaristi.

Adapun harapan putera altar akan kegiatan yang menarik dan dapat mengembangkan iman terutama berkaitan dengan Ekaristi yang dekat dengan tugas pelayanan mereka. Putera altar sungguh berharap ada suatu kegiatan yang direncanakan secara khusus untuk memaknai Sakramen Ekaristi dan dikemas secara menarik. Ada 34 responden (82.93%) yang menyatakan sangat setuju dengan adanya kegiatan putera altar tentang makna Ekaristi, dan tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut (0%). Ini menggambarkan kesiapsediaan dari putera altar untuk menerima pengetahuan baru dan pemaknaan Sakramen Ekaristi

sehingga mereka semakin mengenal Yesus, dan berkembang dalam iman sehingga dapat mewujudkan tindakan nyata salah satunya dengan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Semua kegiatan tersebut direncanakan dengan metode yang menarik dan waktu yang cukup untuk benar-benar mendalami dan memperoleh suatu aksi nyata dalam perkembangan iman mereka.

Dokumen terkait