BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
D. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris 80
Keterangan:
Nilai Perolehan : Diperoleh dari jumlah pencapaian aktualisasi objek per 1 tahap
Nilai Tertinggi : Diperoleh dari jumlah keseluruhan per tahapan Opsi : 3, yakni total dari aktualisasi objek
RN : Rendah (Skor 0%-33,33%)
MD : Moderat (Skor 33,34%-66,67%)
TG : Tinggi (Skor 66,68%-100%)
D. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris 1. Evaluasi Context (Konteks)
Pada tahap konteks, evaluasi program dilakukan pada aspek-aspek lingkungan di sekitar seperti profil IEC Kreo, Tujuan Program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo, Legalitas Penyelenggaran Program Kursus Bahasa Inggris, dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treath). Pada aspek legalitas penyelenggaraan program IEC Kreo terdapat kesenjangan. Hal ini dapat dilihat pada belum adanya ijin pada lokasi di Kreo, sedangkan pada legalitas penyelenggaraan yang dilihat dari studi dokumentasi bahwa tidak berlokasi di IEC Kreo yang sekarang. Selain itu legalitas penyelenggaraan berakhir pada 2010. Maka dari itu IEC Kreo belum memiliki surat ijin resmi dalam menyelenggarakan kursus bahasa
81
Inggris di Kreo Kota Tangerang. Legalitas penyelenggaraan ijin kursus bahasa Inggris ini akan berdampak pada sertifikat yang dikeluarkan IEC Kreo, karena tidak akan diakui sertifikat yang dikeluarkan. Maka dari itu, untuk menyelesaikan kesenjangan pada legalitas penyelenggaraan kursus bahasa Inggris, seharusnya pengelola IEC Kreo mengurus surat ijin yang sesuai dengan lokasi, jika lokasi bertempat di Kreo maka mengurus surat ijin penyelenggaraan di wilayah Kota Tangerang. Jika lokasi kursus bahasa Inggris bertempat di Petukangan seperti yang tertera di surat ijin penyelenggaraan maka mengurus surat ijin penyelenggaraan di PTSP wilayah Jakarta Selatan dan hanya melakukan perpanjangan surat ijin. Surat ijin penyelenggaraan kursus bahasa Inggris sangat penting karena dengan mengurus ijin penyelenggaraan kursus bahasa Inggris maka sudah pasti memiliki legalitas dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu dengan adanya surat ijin penyelenggaraan yang jelas maka akan berdampak pada eksistensi IEC Kreo.
Selanjutnya, discrepancy pada aspek konteks selain legalitas penyelenggaraan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Treath) dengan rerata 45%. Fakta menunjukkan terdapat kelemahan pada analisis SWOT diantaranya tempat yang kurang strategis, tempat yang berada dalam gang menjadikan kursus sulit dijangkau oleh peserta kursus, maka dari itu seharusnya IEC Kreo mendeteksi tempat yang strategis untuk kursus bahasa Inggris sehingga lokasi IEC Kreo mudah dijangkau oleh peserta kursus dan orang yang ingin mendaftar di IEC Kreo. Selanjutnya Kemampuan instruktur yang belum merata, mulai dari pengetahuan dan pengalaman instruktur dalam mengajar belum merata sehingga penyampaian serta penilaian peserta kursus cenderung beragam antara instruktur satu dengan yang lain. Kondisi yang berbeda pada kemampuan instruktur inilah yang menjadikan kurang meratanya kualitas pembelajaran bahasa Inggris di IEC Kreo. Sebaiknya instruktur diberikan pendidikan pelatihan mengajar secara rutin dan
melakukan evaluasi, hal ini menjadikan kualitas dan kemampuan instruktur dalam mengajar lambat laun akan merata dan kualitas dalam mengajar akan lebih baik dari sebelumnya.
Status instruktur yang part timer dan 33,33% honorer yang menyebabkan kondisi “riskan” bagi IEC Kreo Karena instruktur mudah untuk keluar dan masuk mengajar tanpa adanya ikatan yang jelas berupa surat ketetapan dari pihak IEC Pusat maupun IEC Kreo.
Status instruktur merupakan komponen yang sangat penting bagi IEC Kreo, status tetap dan kejelasan pada instruktur menjadikan terikatnya dengan lembaga. Dengan banyaknya status part timer dan honorer pada instruktur seharusnya dari pihak IEC pusat maupun IEC Kreo memberikan status tetap kepada beberapa instruktur, dengan begitu IEC Kreo tidak perlu khawatir terkait pengajar karena sudah jelas, sudah ada surat dan ketentuan dari pihak lembaga.
Belum memiliki gedung yang tetap menyebabkan IEC Kreo selalu berpindah tempat. Hal ini disebabkan IEC Kreo belum sanggup untuk membeli gedung atau sewa secara tetap untuk proses penyelenggaraan kursus maka dari itu IEC Kreo berpindah. Maka dari itu, sebaiknya IEC Kreo menyewa atau membeli gedung yang sesuai dengan ketentuan LKP bahasa Inggris.
Kemudian kurangnya bimbingan teknis mengenai kurikulum kepada para instruktur. Hal ini disebabkan dari pihak pengelola belum menyadari arti pentingnya sosialisasi dan bimbingan teknis kurikulum pada instruktur, maka dari itu seharusnya perlu adanya bimbingan teknis secara rutin kepada instruktur dari kepala cabang dan tenaga ahli yang dikirimkan dari pusat sehingga akan berdampak pada kualitas pembelajaran kursus yang sesuai denga ketentuan kurikulum IEC. Selain kurangnya bimbingan teknis pada instruktur, latar belakang pendidikan sebagian instruktur yang belum sesuai, sekitar 33,3% instruktur memiliki latar belakang diluar pendidikan bahasa Inggris. Maka dari itu, seharusnya instruktur IEC Kreo harus terseleksi dengan benar sesuai dengan ketentuan IEC yakni harus yang memiliki latar belakang Pendidikan Bahasa Inggris
83
dengan begitu akan menjadikan kualitas pembelajaran yang lebih baik di IEC Kreo.
Kurangnya pengelolaan pada arsip dan dokumentasi menjadikan kelemahan IEC Kreo cukup serius. Arsip dan dokumentasi haruslah ditata dengan rapi dan sesuai dengan standar pengelolaan arsip. Hal ini bertujuan agar arsip dan dokumentasi yang dimiliki tidak akan hilang dan akan rapi tersimpan dalam penyimpanan arsip dan dokumentasi.
2. Evaluasi Input (Masukan)
Pada tahap ini peneliti menetapkan 5 fokus evaluasi yakni peserta kursus, instruktur IEC Kreo, sarana dan prasarana, kurikulum yang digunakan oleh IEC Kreo, sarana dan prasarana, pembiayaan.
Pada aspek peserta kursus, memiliki discrepancy sebesar 52,4% hal ini dikarenakan daya tampung peserta kursus dengan jumlah peserta kursus yang sekarang tidak seimbang. Jumlah peserta kursus selama pandemic mengalami penurunan menjadi 142 peserta. Sebaiknya, untuk mengatasi ketimpangan jumlah peserta kursus IEC Kreo melakukan promosi sehingga masyarakat dapat memasukkan anaknya dalam IEC Kreo untuk melakukan kursus bahasa Inggris.
Instruktur IEC Kreo memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi, 4 instruktur atau sebanyak 66,7% instruktur berasal dari pendidikan bahasa Inggris dan mengikuti pelatihan pendidikan mengajar bahasa Inggris, namun 2 instruktur IEC Kreo sekitar 33,3%
bukan berasal dari latar pendidikan bahasa Inggris. Selain itu, status intruktur IEC Kreo terbagi menjadi 2 yakni instruktur tetap dan instruktur honorer. Jumlah instruktur tetap hanya 2 orang (33,3%) sedangkan jumlah instruktur honorer lebih banyak yakni sebesar 4 orang (66,7%). Hal ini menjadikan kondisi yang cukup “riskan” bagi IEC Kreo karena instruktur honorer mudah terlepas dan keluar dari IEC Kreo yang menimbulkan kekurangan tenaga pengajar. Sebaiknya, calon instruktur diseleksi dengan ketat mulai dari latar belakang pendidikan sampai dengan kemampuan dalam mengajar sehingga IEC Kreo mendapatkan instruktur yang sesuai dengan standar yang
berlaku. Selain itu, penetapan status instruktur sangat penting. Status honorer yang mendominasi menjadikan sulitnya IEC Kreo untuk berkembang.
Pembiayaan yang ditetapkan oleh IEC Kreo disesuaikan dengan kondisi yang ada pada masyarakat Kreo. Kondisi ekonomi yang ada cenderung menengah kebawah, maka program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo untuk biaya kursus diberikan diskon dan gratis untuk siswa yatim maupun piatu. Hal ini menjadikan IEC Kreo tetap eksis dan diterima oleh masyarakat. Biaya kursus yang diberikan kepada peserta kursus tergolong murah, hal ini peneliti bandingkan harga kursus IEC Kreo dengan kursus lain yang selevel dengan IEC Kreo yakni PEC Kreo dengan kesenjangan 66,7%. Selain itu, honor instruktur masih dibawah UMR Tangerang yakni untuk instruktur tetap hanya sebesar Rp. 2.800.000,- dengan kesenjangan sebesar 68,59%. Sebaiknya, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di IEC Kreo pembiayaan menjadi sangat penting. Jika honor instruktur belum mencukupi kebutuhan instruktur maka akan berdampak pada proses pembelajaran di kelas serta kemampuan mengajar instruktur. Maka sebaiknya IEC Kreo meningkatkan pembiayaan honor instruktur kursus sehingga dapat mensejahterakan instruktur dan staff serta meningkatkan kinerja instruktur.
Sarana dan prasarana yang ada pada IEC Kreo sudah memadai, hal ini dibuktikan setiap pembelajaran di kelas instruktur dengan mudah mendapatkan sarana dan prasarana yang diinginkan karena sudah tersedia di setiap kelas. Namun, masih adanya kesenjangan sebanyak 29,32% dikarenakan ada beberapa sarana parasarana yang belum terpenuhi diantaranya ruang manajemen yang belum ada, lahan parkir yang masih kurang hanya ditempati 6 motor saja, ruang instruktur yang tidak ada, tempat solat yang belum khusus namun bercampur dengan tempat tunggu. Sebaiknya, IEC Kreo dapat dengan meningkatkan pengelolaan serta memelihara sarana dan prasarana yang dimiliki.
85
3. Evaluasi Process (Proses)
Pada tahap proses, evaluasi yang digunakan berupa penilaian proses implementasi penyelenggaraan program, replacement, proses pembelajaran dan penilaian kursus. Pada aspek penyelenggaraan program, IEC Kreo melakukan perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan dengan mengutamakan efektivitas pada penyelenggaraan program kursus. Namun, masih adanya kesenjangan sebesar 25% pada penyelenggaraan program. Hal ini dibuktikan dengan belum maksimalnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala cabang kepada instruktur. Belum maksimalnya ini dikarenakan waktu kepala cabang yang tidak tetap di IEC Kreo maka sulitnya pengawasan yang dilakukan pada program pembelajaran maupun program IEC Kreo. Sebaiknya, kepala cabang membuat perencanaan mengenai supervisi yang akan dilakukan secara rutin sehingga program yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pada aspek proses pembelajaran yang dilakukan pada lembaga kursus bahasa Inggris IEC Kreo adalah metode yang digunakan bervariatif sehingga peserta kursus tidak jenuh saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan metode yang diterapkan berlandaskan pada analisis kebutuhan. Adapun instruktur menggunakan media yang dapat membantu peserta kursus dalam kegiatan belajar mengajar supaya dapat dipahami secara mudah oleh peserta kursus terkait materi yang disampaikan, setiap instruktur mempunyai metode yang berbeda-beda. Maka penilaian pada proses pembelajaran sebesar 85%.
Pada aspek penilaian yang diterapkan oleh lembaga kursus IEC Kreo adalah tidak mengutamakan penilaian harian siswa namun para intruktur memberikan tanya jawab lisan terkait materi yang telah disampaikan. Hal tersebut menjadi stimulus pada peserta kursus untuk mencapai komptensi yang ditentukan oleh pihak IEC Kreo. Instruktur IEC Kreo lebih mengutamakan penilaian melalui pengadaan mid test dan final test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta
kursus dalam menyerap materi yang telah disampaikan oleh instruktur. Sebaiknya, untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran instruktur harus melakukan penilaian secara keseluruhan mulai dari penilaian harian sebagai bentuk mengetahui ketercapaian materi yang diajarkan. Secara keseluruhan, IEC Kreo juga harus mengedepankan evaluasi pembelajaran melalui mid test dan final test.
4. Evaluasi Product (Produk)
Dalam tahap ini, peneliti menetapkan 2 fokus evaluasi yaitu sertifikasi dan pengakuan. Pada aspek sertifikasi yang ada di lembaga kursus IEC Kreo terdapat sertifikat kenaikan level dan sertifikat TOEFL. Sertifikat kenaikan merupakan bukti yang berikan oleh pihak IEC Kreo untuk menunjukkan bahwa siswa telah mencapai kompetensi yang telah dirancang. Sertifikat TOEFL yaitu bukti dari peserta yang mengikuti tes TOEFL yang diadakan pada lembaga kursus IEC Kreo, kemudian bukti tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain untuk memenuhi syarat bahwa orang yang bersangkutan mampu menguasai bahasa Inggris melaluites TOEFL. Namun, sebesar 85% sertifikat IEC Kreo mengalami kesenjangan, hal ini berkesinambungan dengan legalitas penyelenggaraan program kursus bahasa Inggris IEC Kreo yang sudah kadaluarsa maka akan berdampak pada sertifikat yang dikeluarkan terakreditasi harganya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebaiknya pengelola harus mengurus surat ijin penyelenggaraan kursus bahasa Inggris di IEC Kreo sehingga sertifikat yang dikeluarkan akan ternilai.
Dalam aspek pengakuan, lembaga kursus bahasa Inggris IEC Kreo belum adanya pengakuan dari kelembagaan dengan kesenjangan sebesar 100%. Hal ini disebabkan belum adanya legalitas penyelenggaraan kursus bahasa Inggris serta belum meningkatkan kualitas kursus sehingga menjadikan belum adanya pengakuan dari pihak kelembagaan.
E. Temuan Evaluasi
Secara ringkas berikut adalah temuan yang diperoleh peneliti setelah melakukan evaluasi program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo.
87
1. Legalitas Program IEC Kreo sudah kadaluarsa dan tidak sesuainya tempat kursus antara legalitas penyelenggaraan program dan tempat kursus yang sebenanya.
2. Sebesar 66,7% instruktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan IEC Kreo, namun 33,3 % latar belakang instruktur IEC Kreo belum memenuhi kriteria.
3. Terdapat kurikulum baku untuk Kursus Bahasa Inggris namun untuk lesson plan disesuaikan dengan masing-masing instruktur.
Selain itu, lesson plan hanya dalam bentuk urutan materi yang akan diajarkan dalam proses pembelajaran.
4. Sarana dan Prasarana yang ada mencukupi dan dalam kondisi yang baik dengan presentase 70,68%. Namun, sebanyak 29,32% sarana prasarana seperti ruang manajemen dan ruang instruktur yang belum ada serta lahan parkir yang masih kurang memadai.
5. Sebesar 66,67% atau sebanyak 4 instruktur yang memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Namun, 33,3% atau sebanyak 2 instruktur yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan bahasa Inggris. Hal ini akan berdampak pada kinerja instruktur yang belum maksimal dalam penyampaian pembelajaran dikelas.
6. Sebanyak 33,33% atau 2 instruktur yang berstatus tetap dan 66,67% atau 4 instruktur lainnya berstatus honorer atau tidak tetap. Hal ini menjadikan kondisi yang sangat fatal bagi IEC Kreo, karena instruktur dengan status honorer merupakan pekerja lepas yang sewaktu-waktu akan keluar dari IEC Kreo.
7. Semua instruktur bekerja part time mulai dari kepala cabang sampai dengan instruktur tidak menetap selama mengajar namun secara part time saja. Kondisi ini pula menjadikan tidak adanya instruktur yang stand by di IEC Kreo.
8. Pembiayan program disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Kreo. Pembiayaan kursus di IEC Kreo pula cenderung murah dibandingkan dengan kursus lainnya disekitar IEC Kreo.
9. Adanya dokumen perencanaan pembelajaran kursus bahasa Inggris yang sudah tertera pada buku materi yang dikeluarkan IEC Pusat.
Maka dari itu buku materi tersebut yang menjadi panduan pengajaran instruktur selama proses pembelajaran.
10. Tidak ada penilaian harian secara tertulis namun sebagian instruktur yang melakukan penilaian harian secara lisan dan acak kepada peserta kursus.
11. Pengakuan secara kelembagaan tidak ada.