• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM KURSUS BAHASA INGGRIS DI IEC (INTENSIVE ENGLISH COURSE) KREO KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PROGRAM KURSUS BAHASA INGGRIS DI IEC (INTENSIVE ENGLISH COURSE) KREO KOTA TANGERANG"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM KURSUS BAHASA INGGRIS DI IEC (INTENSIVE ENGLISH COURSE) KREO KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Yuli Winiarti NIM. 1116018201000022

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKLULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)
(3)

EVALUASI PROGRAM KURSUS BAHASA INGGRIS DI IEC KREO KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh Yuli Winiarti NIM 11160182000022

Di bawah Bimbingan,

Pembimbing I

Dr. Hasyim Asy`ari, M. Pd NIP 196610091993031004

Pembimbing II

Dr. H. T. Rusman N, M. Pd NIP 196705251995121001

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2020

(4)

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul

“Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo, Kota Tangerang”.

Disusun oleh Yuli Winiarti NIM 11160182000022 Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 9 Spetember 2020.

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Dr. Hasyim Asy`ari, M. Pd NIP 196610091993031004

Pembimbing II

Dr. H. T. Rusman N, M. Pd NIP 196705251995121001

(5)

i KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Yuli Winiarti

Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 8 Juli 1998

NIM : 11160182000022

Jurusan / Prodi : Manajemen Pendidikan

Judul Skripsi : Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo, Kota Tangerang

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd

2. Dr. Tengku Rusman Nurhakim, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 21 September 2020 Mahasiswa Ybs.

Materai 6000 Yuli Winiarti

NIM. 11160182000022

(6)

ii ABSTRAK

Yuli Winiarti (NIM. 11160182000022). Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris di IEC (Intensive English Course) Kreo, kota Tangerang. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Kursus Bahasa Inggris di IEC (Intensive English Course) Kreo yang merupakan salah satu upaya dari lembaga IEC (Intensive English Course) Kreo dalam rangka mengembangkan keterampilan Bahasa Inggris peserta kursus. Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh dan mendalam tentang program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo, Kota Tangerang

Penelitian ini dengan jenis kualitatif, metode deskriptif dan dengan pendekatan goal based evaluation. Data diperoleh dari kepala cabang IEC (Intensive English Course) Kreo, Recepsionist atau Tata Usaha, orang tua peserta kursus, instruktur, dan peserta kursus dengan menggunakan teknik wawancara, studi dokumen, dan observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada aspek Context, berdasarkan hasil analisis ketercapaian berada pada kategori moderat, begitupun dengan aspek Input, Process dan Product program yang juga berada pada kategori moderat.

Dengan demikian maka program Kursus Bahasa Asing dapat dikatakan terselenggara dengan cukup cukup. Namun demikian, semua aspek evaluasi yakni context, input, process dan product masih perlu untuk ditingkatkan seperti belum adanya legalitas program kursus, masih adanya kelemahan pada analisis SWOT, instruktur yang bekerja secara part time, sebagian instruktur tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris, Sarana yang masih ada yg rusak, pembiayaan peserta yang cenderung murah sehingga instruktur memiliki honorer yang kurang ideal sesuai dari ketentuan yang berlaku, belum adanya penilaian secara harian kepada peserta kursus, sertifikat yang dikeluarkan tidak diakui dikarenakan legalitas penyelenggaraan program yang tidak ada, serta belum adanya legalitas secara kelembagaan kepada IEC (Intensive English Course) Kreo kota Tangerang.

Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan program, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan antara lain: 1) mengurus surat legalitas formal yang sesuai dengan lokasi IEC Kreo berada., 2) menyeleksi instruktur yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang telah ditentukan, 3) memberikan pendidikan dan pelatihan kepada instruktur secara berkala dan 4) honorarium instruktur sepadan UMR, 5) perbaikam sarana dan prasarana yang rusak, 6) melakukan pengelolaan kearsipan sehingga data penting tidak rusak dan hilang.

Kata kunci: Evaluasi Program, CIPP, IEC Kreo.

(7)

iii ABSTRACT

Yuli Winiarti (NIM. 11160182000022). Program Evaluation of the English Course at IEC (Intensive English Course) Kreo, Tangerang. Undergraduate Thesis (S-1) Education Management Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.

This study aims to evaluate the English course program at the IEC (Intensive English Course) Kreo, which is one of the efforts of the IEC (Intensive English Course)Kreo in order to develop the English skills of course participants. The evaluation model used is the CIPP (Context, Input, Process, Product) evaluation model to get a more comprehensive and in-depth picture of the English course program at IEC Kreo, Tangerang City.

This research uses a qualitative type, descriptive method and with a goal based evaluation approach. Data were obtained from the head of the IEC (Intensive English Course) branch Kreo, receptionist, parents of course participants, instructors, and course participants using interview techniques, document study, and observation.

The results showed that in the Context aspect, based on the results of the analysis the achievement was in the moderate category, as well as the Input, Process and Product aspects of the program which were also in the moderate category. Thus, the Foreign Language Course program can be said to be sufficiently organized.

However, all aspects of evaluation namely context, input, process and product still need to be improved such as the absence of legality of the course program, there are still weaknesses in the SWOT analysis, instructors who work part time, some instructors do not have an English language education background, Facilities some are still damaged, participant financing tends to be cheap so that instructors have less than ideal honorariums according to applicable regulations, there is no daily assessment of course participants, certificates issued are not recognized due to the non-existent legality of implementing the program, and the absence of legality institutionally to the IEC (Intensive English Course) Kreo in Tangerang city.

In order to improve program administration, there are several recommendations that can be submitted, including: 1) arranging a formal legality letter according to the location where IEC Kreo is located, 2) selecting instructors who are in accordance with a predetermined educational background, 3) providing education and training to instructors on a regular basis and 4) instructor fees commensurate with the UMR, 5) repairing damaged facilities and infrastructure, 6) managing archives so that important data is not damaged and lost.

Keywords: Program Evaluation, CIPP, IEC Kreo

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang berkat segala Rahmat dan Karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menghadapi kesulitan dan hambatan yang tidak sedikit. Namun demikian, berkat usaha dan do‟a serta bantuan, arahan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Drs. Muarif SAM, M. Pd sebagai Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah banyak membantu dalam keberlangsungan perkuliahan sampai selesai;

4. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu, membimbing, dan mengarahkan serta memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini;

5. Dr. Teuku Rusman N. M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu, membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

6. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., Dosen Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis selama masa perkuliahan;

(9)

v

7. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan pelayanan yang baik selama menjalani perkuliahan;

8. Mr. Ma‟ruf, Kepala Cabang IEC Kreo yang telah meluangkan banyak waktunya dan sangat membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan penulis serta instruktur (Ms. Bela, Ms. Heny, Ms. Ummu, Ms.

Pinah, Ms. Ulum, Ms. Fira, Ms. Kinan) dan peserta program Kursus Bahasa Inggris IEC Kreo Kota Tangerang;

9. Mrs. Yuli Purwanti yang selalu membantu dalam proses penyusunan skripsi ini;

10. Ayahanda Widodo dan Ibunda Saniah, orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan dan memotivasi serta membantu penulis baik moral maupun materil hingga tak bisa digambarkan betapa besar perjuangan yang telah diberikan pada penulis;

11. Adik Dina Saputri dan Muhammad Aziz Rizaldi yang telah membantu melepas beban dengan menghibur selama proses penyusunan skripsi

12. Muhammad Sirril Asror, partner bertugas yang turut serta membantu, mendukung, memberi semangat, menemani saat bimbingan serta mendoakan dari awal penyusunan sampai terselesaikannya skripsi ini;

13. Sahabat Alumni MAN 10 Jakarta yang telah membantu dalam menghapus rasa jenuh selama proses penulisan skripsi ini;

14. Teman-teman Manajemen Pendidikan 2016 yang senantiasa membantu penulis dalam melewati masa-masa perkuliahan;

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini adalah karya tulis yang jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan- kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baik baik bagi penulis maupun bagi pembaca secara umum.

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A.Kajian Teori ... 9

1. Evaluasi Program ... 9

2. Kursus Bahasa Inggris IEC ... 19

B.Kajian Penelitian yang Relevan ... 34

C.Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODOLOGI EVALUASI ... 41

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B.Jenis, Pendekatan, Metode, dan Model Evaluasi ... 41

C.Sumber Data ... 42

D.Teknik Pengumpulan Data ... 44

E.Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 49

(11)

vii

G. Kriteria Evaluasi ... 51

BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ... 52

A.Profil IEC (Intensive English Course) Kreo Kota Tangerang ... 52

B.Deskripsi Data ... 56

C.Analisis Ketercapaian Evaluasi Program ... 78

D.Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris 80 E.Temuan Evaluasi... 86

F. Keterbatasan Evaluasi ... 88

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 89

A.Simpulan... 89

B.Rekomendasi ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Sumber Data... 42

Tabel 3.3 Sumber Data... 43

Tabel 3.4 Instrumen Observasi Pembelajaran ... 46

Tabel 3.5 Instrumen Observasi Sarana dan Prasarana ... 47

Tabel 3.6 Intrumen Wawancara... 48

Tabel 3.7 Instrumen Studi Dokumentasi ... 48

Tabel 3.8 Kriteria Evaluasi ... 51

Tabel 4.9 Analisis SWOT ... 58

Tabel 4.10 Instruktur IEC Kreo ... 61

Tabel 4.11 Modul atau Buku Materi ... 64

Tabel 4.12 Media Belajar IEC Kreo ... 64

Tabel 4.13 Pembiayaan Kursus IEC Kreo ... 65

Tabel 4.14 Biaya Buku... 66

Tabel 4.15 Honor Instruktur IEC Kreo ... 66

Tabel 4.16 Honor Resepsionis IEC Kreo ... 67

Tabel 4.17 Sarana dan Prasarana IEC Kreo ... 68

Tabel 4.18 Observasi Manajemen IEC Kreo... 71

Tabel 4.19 Observasi Proses Pembelajaran IEC Kreo ... 75

Tabel 4.20 Analisis Ketercapaian Evaluasi Program... 78

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 40 Gambar 4.2 Struktur IEC Kreo ... 54

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN EVALUASI………..99

LAMPIRAN 2 HASIL WAWANCARA……….110

LAMPIRAN 3 CHECKLIST DOKUMEN………..172

LAMPIRAN 4 HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN………..174

LAMPIRAN 5 SILABUS PEMBELAJARAN……….211

LAMPIRAN 6 STUDI DOKUMEN………...220

LAMPIRAN 7 STRUKTUR IEC………...229

LAMPIRAN 8 SURAT BIMBINGAN SKRIPSI……….………231

LAMPIRAN 9 SURAT IZIN PENELITIAN………...233

LAMPIRAN 10 SURAT KETERANGAN PENELITIAN………235

LAMPIRAN 11 DAFTAR UJI REFERENSI……….235

LAMPIRAN 12 HASIL CEK PLAGIASI………..241

LAMPIRAN 13 PROFIL PENULIS………..……….243

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses mencetak generasi bangsa yang unggul, bersaing dan dapat mencetak prestasi akademik maupun non akademik di sekolah maupun di masyarakat kelak. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang no. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Artinya pendidikan bertugas untuk mewujudkan proses pembelajaran untuk siswa dan mencetak siswa memiliki kepribadian yang cerdas, spiritual, memiliki keterampilan dan juga memiliki akhlak yang mulia. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia dibutuhkan kerjasama antar pendidikan formal, nonformal dan informal. Tanpa adanya kerjasama, maka akan sulit untuk mengembangkan pengetahuan, afektif, dan psikomotorik masyarakat Indonesia yang beragam.

Selanjutnya di pasal 14 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan formal dibantu oleh pendidikan nonformal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 3 menyatakan Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat I

(16)

kemampuan peserta didik.2 Pendidikan nonformal ini berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1991, antara lain menyatakan bahwa: Pendidikan Non Formal (PNF) atau PLS adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah baik diselenggarakan maupun yang belum di lembagakan, berjenjang atau tidak berjenjang, berkesinambungan atau tidak berkesinambungan dalam menunjang pendidikan sepanjang hayat.

Lembaga Kursus dan Pelatihan selanjutnya disebut LKP dan termasuk dalam satuan pendidikan nonformal. Satuan pendidikan nonformal adalah layanan pendidikan yang diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.3

Seiring berjalannya jaman, pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Hal ini mengharuskan Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Dalam dunia internasional, bahasa Inggris merupakan bahasa yang utama untuk berinteraksi. Ketika seseorang tidak dapat berbahasa Inggris maka sulit untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya ketika berada di luar negeri. Bahasa Inggris disebut dengan bahasa global dan bagi manusia yang menguasainya maka akan mudah mendapatkan pekerjaan yang mumpuni. Hal ini dibuktikan jika ingin mendapatkan pekerjaan yang berkualitas dan memiliki gaji yang cukup tinggi maka perusahaan atau instansi akan melihat kompetensi bahasa Inggris yang dimiliki. Kompetensi bahasa Inggris yang dimiliki dapat dibuktikan dengan sertifikat TOEFL atau IELTS dan kemampuan conversation

2 Ibid, Pasal 26 Ayat 3

3 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 81 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 8, Tentang Pendidikan Satuan Nonformal

(17)

3

seseorang. Begitu pentingnya bahasa Inggris ini menjadikan pemerintah memasukan mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah. Tetapi mata pelajaran ini di mata siswa sangatlah sulit karena bahasa ini merupakan bahasa asing dan jarang digunakan pada kehidupan sehari-sehari.

Permasalahan ini pula menjadikan banyak tokoh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri membuka lembaga pendidikan bahasa Inggris untuk membantu permasalahan siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Lembaga kursus dan pelatihan muncul untuk membantu masyarakat memenuhi bekal pengetahuan yang dibutuhkan. Kesulitan masyarakat maupun siswa untuk memahami bahasa Inggris dan pada saat ini masyarakat sangat membutuhkan penguasaan bahasa Inggris yang menyebabkan menjamurnya lembaga kursus bahasa Inggris di Indonesia.

Pendirian satuan pendidikan nonformal adalah proses atau cara mendirikan satuan pendidikan nonformal sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan.4

Dengan adanya kesulitan pemahaman belajar bahasa Inggris di sekolah, pendidikan nonformal sebagai jasa pendidikan ini berperan penting dalam lembaga pendidikan bimbingan belajar untuk mengatasi permasalahan yang ada. Adapun lembaga kursus yang bersifat profit seperti IEC (Intensive English Course),dan juga yang bersifat nonprofit seperti paguyuban atau sarasehan. Pada kursus inilah dapat membantu siswa dalam proses mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan serta keterampilan, khususnya dalam bidang bahasa Inggris.

Pendidikan nonformal sangat dibutuhkan untuk membantu peningkatan proses pembelajaran disekolah serta dapat meminimalisir kesulitan yang dihadapi peserta didik. Kursus atau pendidikan nonformal

4 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 81 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 1, Tentang Pendidikan Satuan Nonformal

(18)

lainnya sangat berkembang pesat saat ini dikarenakan sistem pendidikan di Indonesia dianggap gagal dalam pengimplementasiannya. Ditambah lagi kurangnya waktu orang tua membantu anak dalam belajar karena padatnya kesibukan. Dan pembelajaran disekolah yang kurang efektif dapat menyebabkan konsentrasi anak terpecah belah dan cenderung kurang menangkap pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris.

Maka dari itu orang tua berbondong-bondong mencari kursus bahasa Inggris profesional untuk membantu peserta didik memahami pembelajaran bahasa Inggris.

Intensive English Course (IEC) adalah lembaga pendidikan bahasa Inggris yang didirikan pada tahun 1968. IEC mempunyai jumlah siswa aktif pertahun 18.000 orang dan sudah meluluskan lebih dari 700.000 orang alumni, banyak diantara mereka sudah menjadi orang penting atau tokoh masyarakat. Lembaga tersebut menyelenggarakan pelatihan untuk peserta dari berbagai latar belakang dan kalangan yang mempunyai keinginan sama yaitu mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.5 Lembaga pendidikan bahasa Inggris ini memiliki lebih dari 50 cabang diseluruh Indonesia dan sudah lama pula mendirikan lembaga pendidikan bahasa Inggris. Sepak terjang IEC yang cukup lama, pada tahun 2013 IEC pusat membuka cabang baru yakni IEC Kreo.

IEC Kreo merupakan IEC cabang yang memiliki 6 guru dan 1 staff ini memiliki mutu yang cukup baik. Jumlah siswa yang belajar lebih dari 150 siswa dari jenjang TK sampai dengan SMP, hal ini menjadi harapan bagi orang tua siswa dalam menggapai nilai dan prestasi dalam bidang bahasa Inggris.

Permasalahan di IEC Kreo ini dapat dilihat dari kurikulum dan bahan ajar yang digunakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan belum optimalnya sosialisasi terkait kurikulum di IEC Kreo pada level SD, SMP maupun TK. Penetapan kurikulum yang belum maksimal memberikan dampak kepada IEC Kreo yaitu minimnya gambaran kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Kemudian, masih adanya

5 Profil IEC diakses pada web resmi IEC https://iec.web.id/profil/ pada 8 Desember 2019 pukul 12.57 WIB

(19)

5

beberapa instruktur yang belum optimal dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Belum adanya penetapan standarisasi dalam melakukan kegiatan rekruitmen instruktur, hal ini menjadi salah satu faktor penghambat untuk meningkatkan kualitas lembaga kursus IEC Kreo karena tidak adanya ketentuan yang harus dipenuhi oleh para calon instruktur. Kemudian, pelatihan kepada instruktur yang masih belum maksimal menjadi sebab dari kurang meningkatnya keterampilan instruktur selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Belum meningkatnya kualitas instruktur IEC Kreo ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya dana pendidikan dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki instruktur di IEC Kreo dan lembaga belum mampu memberikan kompensasi terhadap instruktur yang memiliki kualifikasi S-1 di bidang bahasa Inggris, sehingga lembaga hanya dapat merekrut instruktur yang masih mengenyam pendidikan di sekolah tinggi. Kualitas instruktur yang belum meningkat adalah salah satu penyebab belum terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien serta menjadi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar dari peserta kursus maupun kualitas IEC Kreo itu tersendiri.

Mengacu pada hasil studi yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo perlu diadakan evaluasi program yang lebih rinci untuk mencari informasi mengenai ketercapaian program dengan membandingkan antara perencanaan dan realita pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dengan demikian peneliti tertarik mengevaluasi dengan judul “Evaluasi Program Kursus Bahasa Inggris di IEC Kreo” ini sangat perlu dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Dari berbagai pelaksanaan program kursus yang dirancang dan dilaksanakan oleh IEC (Intensive English Course) Kreo, terdapat berbagai komponen yang perlu diamati dan di evaluasi agar tercapainya program yang efektif dan efisien sesuai dengan apa yang di cita-citakan sekolah.

Terkait evaluasi terhadap program kursus bahasa inggris maka identifikasi

(20)

masalah yang ditemukan di IEC (Intensive English Course) Kreo, diantaranya:

1. Belum maksimalnya mutu program yang akan dilaksanakan

2. Belum maksimalnya sosialisasi kepada instruktur terkait kurikulum kursus bahasa Inggris

3. Belum maksimalnya kesiapan Sumber daya manusia di IEC Kreo 4. Belum efektifnya pengadaan dan pengelolaan dana kursus bahasa

Inggris

5. Belum efektifnya kurikulum dan bahan ajar yang digunakan 6. Belum lengkapnya sarana prasarana kursus bahasa Inggris 7. Belum efisiennya pengelolaan arsip IEC Kreo

8. Belum adanya perkembangan secara signifikan kualitas IEC Kreo 9. Belum tercapainya hasil kursus yang maksimal saat proses belajar di

sekolah

10. Belum semua siswa dapat berprestasi di sekolah setelah mengikuti kursus

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas program kursus di IEC Kreo cukup luas. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah berdasarkan konsep, waktu dan tempat. Model yang digunakan peneliti adalah CIPP (Context, Input, Process, Product), waktu penelitian pada bulan Januari- Agustus 2020, dan tempat terlaksananya penelitian di IEC Kreo kota Tangerang

D. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah.

Dengan demikian terdapat beberapa rumusan masalah diantaranya:

1. Bagaimana evaluasi konteks (context) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang?

2. Bagaimana evaluasi masukan (input) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang?

3. Bagaimana evaluasi proses (process) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang?

(21)

7

4. Bagaimana evaluasi produk (product) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengevaluasi konteks (context) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

2. Untuk mengevaluasi masukan (input) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

3. Untuk mengevaluasi proses (process) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

4. Untuk mengevaluasi produk (product) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi semua pihak diantaranya:

1. Teoritis

a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada kursus bahasa Inggris

b. Memberikan sumbangan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kursus bahasa Inggris, sehingga tujuan kursus dapat tercapai di IEC Kreo

2. Praktis

a. Bagi peserta kursus, hasil penelitian diharapkan dapat membantu peserta kursus untuk mengetahui lebih dalam terkait dengan program kursus bahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris

b. Bagi instruktur, hasil penelitian ini diharapkan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan pedagogik dalam proses pembelajaran kursus bahasa Inggris.

(22)

c. Bagi pimpinan dan pengelola IEC Kreo, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian dan evaluasi dalam pelaksanaan dan pengembangan kursus bahasa Inggris

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan bahan kajian secara mendalam terkait evaluasi program kursus bahasa Inggris.

(23)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Evaluasi Program

a. Konsep Evaluasi Program

Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris dari kata evaluation, yang memiliki definisi yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current English, evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu baik benda atau bukan benda dibutuhkan pengukuran dengan menggunakan alat ukur atau instrumen yang sudah dikalibrasi validitas dan realibilitasnya.6 Evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.7 Evaluasi menurut Cross dalam Kusuma merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.8

Wirawan mendefinisikan evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai nilai dan

6 T.Rusman Nurhakim, Modul Perkuliahan:Riset Evaluasi dalam Pendidikan, (Ciputat, 2019), hlm. 6-7

7 Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:CitaPustaka, 2014), hlm. 3

8 Mochtar Kusuma, Evaluasi Pendidikan:Pengantar, Kompetensi dan Implementasi, (Yogyakarta, Parama Ilmu, 2016), hlm. 1

(24)

manfaat objek evaluasi.9 Kemudian menurut Widoyoko “evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan, maupun menyusun program selanjutnya.”10

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses dari kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematis dan berkelanjutan sehingga informasi yang telah dikumpulkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam organisasi, selain mengumpulkan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan informasi menjadi kegiatan pelengkap untuk mencapai tujuan organisasi.

Kata program berasal dari bahasa Inggris dari kata programme yang berarti acara atau rencana. Program dalam hal ini tidak sama dengan program dalam bahasa komputer. Program dapat didefinisikan sebagai unit kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.11

Wirawan berpendapat bahwa, “Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.”12 Arikunto menyatakan program merupakan sistem. Sedangkan sistem adalah satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang kait- mengait dan bekerja sama satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri

9 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi,dan Profesi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), hlm. 9

10 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 6.

11 T.Rusman Nurhakim,op. cit., hlm. 10

12 Wirawan, op. cit., hlm. 25

(25)

11

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa program merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan, oleh seseorang bahkan beberapa kelompok sehingga dapat memberikan pengaruh dan mencapai tujuan yang telah disepakati.

Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu subjek.

Widoyoko mengartikan bahwa evaluasi program pembelajaran sebagai proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasi dan menyajikan informasi tentang impelementasi rancangan program pembelajaran yang telah disusun oleh guru untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program pembelajaran selanjutnya

Menurut Wirawan, Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.13 Evaluasi program menurut Sukardi merupakan evaluasi yang berkaitan erat dengan program atau kegiatan pendidikan, termasuk di antaranya tentang kurikulum, sumber daya manusia, penyelenggara program, proyek penelitian pada suatu lembaga.14 Lebih lanjut, Spaulding dalam Sukardi mengatakan evaluasi program dilakukan untuk tujuan pengambilan keputusan.15

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan evaluasi program merupakan suatu kegiatan untuk mengukur serta menafsirkan kegiatan secara terencana, sistematis, dan terprogram dengan matang apakah program yang telah dibuat terlaksana dengan baik atau tidak sehingga dapat melihat tingkat keberhasilan program yang dijalankan.

13 Wirawan, loc.cit

14 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hlm. 3

15 Ibid.

(26)

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Sudijono kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan diantaranya:

1) Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.

2) Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang di cita-citakan, akan dapat tercapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.16

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

1) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat

2) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

3) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar 4) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana

dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan 5) Pengembangan staf program

6) Memenuhi ketentuan undang-undang 7) Akreditasi program

8) Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency 9) Mengambil keputusan mengenai program 10) Accountabilitas

16 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm.17

(27)

13

11) Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.17

Evaluasi program memiliki tujuan dan manfaat diantaranya mengetahui pencapaian tujuan program yang akan dibuat apakah berjalan dengan baik atau tidak, untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam melaksanakan program, evaluasi program dapat memperoleh informasi mengenai relevansi program yang dievaluasi terhadap tujuan yang sudah dibuat diawal dan dengan adanya evaluasi program dapat dilakukannya usaha perbaikan dan penyesuaian program pendidikan.

c. Fungsi Evaluasi Program

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak- tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.18

Pada berkembangan selanjutnya, fungsi evaluasi berkembang bukan sekedar evaluasi formatif dan sumatif. Melainkan evaluasi diagnosa yang berfungsi untuk mendiagnosis suatu program. Dengan demikian, evaluasi program secara keseluruhan berfungsi untuk pengembangan, implementasi program, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari stakeholder yang terlibat mengenai suatu program atau kebijakan.19

Menurut Kusuma, evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru

17 Wirawan, op.cit., hlm. 30-33

18 Anas Sudijono, op.cit., hlm. 7

19 Tengku Rusman Nurhakim, op.cit., hlm.18

(28)

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar 4) Sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari siswa 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa 6) Sebagai mated utama laporan hasil belajar kepada para orang tua

siswa.20

Dari paparan di atas dapat disimpulkan fungsi evaluasi program yakni sebagai mencegah kegiatan yang tidak sesuai dengan pencapaian program yang sedang berjalan ataupun yang telah dilaksanakan serta memperbaiki dan mengembangkan program atau kebijakan kearah yang lebih baik lagi.

d. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. Selain itu, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan dan kepentingan tertentu serta ada yang menyesuaikan dengan paham yang dianutnya yang disebut dengan pendekatan.21

Ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara yang satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya tetap sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi dengan tujuan untuk menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program. Model evaluasi dibuat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan yang ada, selain itu penyempurnaan model evaluasi selalu berkembang, sehingga model- model evaluasi menjadi kompleks. Model evaluasi dapat

20 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 6

21 S. Eko Putro Widiyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 172

(29)

15

dikelompokan berdasarkan jenis, format dan sistematika yang berbeda.

Model evaluasi program sebenarnya banyak, diantaranya goal oriented model, Context Input Process Product (CIPP) model, Descrepency Evaluation Model (DEM), goal free, dan sebagainya.22

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake dan Glaser. Kufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler 2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven

3) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven

4) Contenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake 5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”

evaluasi dilakukan

7) CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam 8) Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus23

Model yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan oleh Stufflebeam. Model CIPP memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.24 Hal ini berarti program ini terdiri dari beberapa komponen yang saling bekerja sama dan berhubungan satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan terduga mulai dari segi konteks, masukan, proses dan keluaran.

Model CIPP, pada prinsipnya konsisten dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh komite tentang

22 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hlm. 34

23 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan :Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm. 40-41

24 Ibid., hlm. 45

(30)

“Tingkatan untuk menggambarkan pencapaian dan penyediakan informasi guna pengambilan keputusan alternatif”. Model CIPP ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan analisis yang berorientasi pada perubahan terencana.25

Semua komponen program yang berpengaruh terhadap keberhasilan turut menjadi objek evaluasi. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan cara menganalisis program berdasarkan komponen- komponennya. Komponen evaluasi model CIPP terdiri dari empat antara lain adalah konteks, masukan, proses dan produk. Masing- masing komponen tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda.

Stufflebeam dalam Tayibnapis menjabarkarkan komponen evaluasi CIPP. Berikut peran tiap-tiap komponen:

1) Evaluasi Konteks

Context Evaluation to serve planning decision, yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.26 Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.27 Evaluasi konteks, menghasilkan informasi tentang macam-macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan.28 Menurut Stufflebeam dalam Wirawan Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan?

evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.29

25 Mochtar Kusuma, op.cit., hlm. 86

26 Zainal Arifin, Evaluasi Program, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 124

27 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op.cit., hlm. 46

28 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 87

29 Wirawan, op. cit., hlm. 137

(31)

17

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling mendasar dengan misi menyediakan suatu rasional atau landasan untuk menentukan tujuan. Evaluasi konteks berupaya untuk memisahkan masalah dengan kebutuhan yang tidak diinginkan dalam setting pendidikan.

Evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan misi dan tujuan program.

2) Evaluasi Masukan

Pada model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product), terdapat hal yang harus dievaluasi diantaranya mengevaluasi input atau masukan. Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apa yang harus dilakukan, evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mendefinisikan tujuan.30 “Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa yang direncanakan dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Beberapa masukan penting dalam diklat (misalnya) adalah peserta diklat, tujuan dan kurikulum, metode,-metode, media, sumber- sumber belajar (learning resources), widyaswara/instruktur, sarana dan prasarana”.31 Evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.32

30 Ibid.

31 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 124

32 Wirawan, op. cit., hlm. 137

(32)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan evaluasi masukan atau input merupakan bentuk evaluasi dengan tujuan untuk membantu pemangku jabatan dalam pengambilan keputusan dengan melihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi pada lingkup peserta didik, kurikulum yang digunakan, strategi dan metode pengajaran,sarana, prasarana dan media sampai dengan guru sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Evaluasi Proses

Bagian selanjutnya dari model CIPP adalah mengevaluasi proses. evaluasi ini merupakan hal yang utama karena peneliti dapat melihat proses pelaksanaan program apakah sesuai atau belum sesuai dengan perencanaan program. Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membentuk kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat.33

Evaluasi program ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaannya adalah hingga mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan rencana kerja, dan apa yang harus diperbaiki. Dimensi ini mencakup penyelenggaraan, implementasi kegiatan pembelajaran, aktivitas peserta diklat, penggunaan sarana, media, sumber dan lingkungan.34

Hal ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi masukan melihat, mengevaluasi serta menganalisis sesuatu yang mendorong terselenggaranya program yang dilaksanakan suatu instansi.

4) Evaluasi Produk

Dari 3 tahap yang dijalankan dalam model ini, tahap terakhir yang harus dilakukan adalah evaluasi produk atau hasil.

33 Ibid.,

34 Zainal Arifin, op.cit., hlm. 124

(33)

19

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya.

Pertanyaannya adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan. Produk diklat (misalnya) berupa lulusan yang diharapkan dapat menunjukan kinerja ditermpat kerjanya masing-masing.35

Berdasarkan jabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa model evaluasi CIPP memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian ini. Selain meneliti berbagai komponen yang ada, model ini juga menganalisis keterkaitan komponen satu dengan yang lain dalam upaya mencapai tujuan, sehingga lebih bersifat kompleks dan menyeluruh. Model evaluasi CIPP mempunyai beberapa keunggulan yaitu:

a) Model evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses implementasi.

b) Model evaluasi CIPP memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasi formatif dan summatif sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.

2. Kursus Bahasa Inggris IEC

a. Pengertian Kursus Bahasa Inggris

Istilah kursus merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu course, yang secara harfiah berarti mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha

35 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 125

(34)

mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.36

Dalam PP nomor 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar.37

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kursus dan pelatihan merupakan bentuk pemberian pendidikan dan pelatihan terhadap masyarakat secara sengaja, sistematis, terorganisir dan dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan.

Depdiknas Nomor 22 Tahun 2006, bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.38

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kursus bahasa Inggris merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah atau non formal yang dilakukan secara sengaja untuk memberikan meteri bahasa Inggris dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan meningkatkan

36 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat 5

37 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah Pasal 1 Ayat 4

38 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, hlm. 277

(35)

21

kualitas pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bahasa Inggris.

b. Tujuan Kursus Bahasa Inggris

Tujuan kursus dan pelatihan sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang membutuhkan39

Kursus dan pelatihan sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah, pelengkap atau pengganti pendidikan formal, sekaligus sebagai wujud baru pendidikan berkelanjutan bagi warga masyarakat yang memerlukannya. Kursus juga berfungsi menjembatani pendidikan fomal dan dunia kerja.

Bahkan, lebih jauh dari itu, kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.40

Mata pelajaran bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

2) Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.

39Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat 5

40 Cucu Sukmana dan Dian Dwilestari, Analisis Mutu Kursus, (Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kemdikbud, 2013), hlm. 8

(36)

3) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya.

Demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya

Dapat disimpulkan tujuan kursus bahasa Inggris yakni memberikan pengetahuan berbahasa Inggris, kemampuan berkomunikasi, mengembangkan diri terkait pemahaman pentingnya bahasa Inggris dan keterkaitan bahasa dan budaya.

c. Unsur-unsur Kursus

Unsur-unsur kursus diantaranya sumber belajar, warga belajar, tenaga nonedukatif, sarana dan prasarana, program belajar, metode pembelajaran, hasil belajar dan ragi belajar. Berikut penjelasannya:

1) Sumber Belajar

Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari menyatakan bahwa sumber belajar adalah tenaga pengajar yang paham atau mempunyai keahlian khusus dan yang dinyatakan berwenang untuk melaksanakan tugas sebagai sumber belajar, tanpa terlalu memperhatikan latar belakang pendidikan formal kependidikannya.41 Menurut Soetomo dalam program kursus tugas utama sumber belajar atau biasa disebut tenaga instruktur, di antaranya: (a) menyampaikan pengetahuan dan keterampilan serta sikap swakarya yang diperlukan peserta kursus, dengan cara yang sistematis; dan (b) mendorong minat dan bakat kemampuan peserta kursus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.42

Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam

41 Ibid, hlm. 10

42 Ibid., hlm 10-11

(37)

23

memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan.43

2) Warga Belajar

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.44 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 tahun 2007 tercantum pula petunjuk pelaksanaan operasional proses penerimaan peserta didik yang memuat: a) usia sesuai program, b) jenis pendidikan yang dibutuhkan peserta, c) biaya, d) penyetaraan, e) kriteria penerimaan peserta.45

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa warga belajar atau peserta didik merupakan anggota belajar yang terdaftar dalam lembaga pendidikan kursus bahasa Inggris dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan harus sesuai dengan petunjuk operasional proses penerimaan peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

3) Penyelenggara

Penyelenggara dapat pula disebut dengan istilah pemilik, yaitu mereka yang memiliki modal, berupa prasarana, sarana yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pendidikan.46 Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari ada tiga skill yang merupakan dasar melaksanakan praktik manajemen dalam dunia pendidikan, yaitu:

43 Mulyasa E, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 177

44 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat IV

45 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal, hlm. 7

46 Cucu Sukmana dan Dian Dwilestari, hlm. 11

(38)

a) Managerial Skill. Keterampilan dalam bidang manajemen. Di antaranya penyelenggara harus memiliki kemampuan mengelola kursus, meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

b) Human Skill. Keterampilan dalam bidang kemanusiaan. Setiap penyelenggara perlu memahami dan terampil dalam memilih, mengembangkan, dan mendayagunakan faktor manusia dalam lembaga kursusnya.

c) Technical Skill. Memiliki pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang teknis sehubungan dengan lingkup kegiatan kursus yang akan memudahkan upaya para penyelenggara, sebagai manager kegiatan pendidikan.47

4) Tenaga Nonedukatif

Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari Tenaga nonedukatif ini, meliputi tenaga yang tidak dapat dikategorikan ke dalam penyelenggara dan sumber belajar, namun kehadirannya dalam kursus diperlukan untuk menunjang/mendukung penyelenggaraan proses belajar mengajar itu menjadi lebih lancar.

Tenaga nonteknis edukatif ini dapat dibagi dua bagian, yaitu: a) Tenaga penata usaha, yaitu mereka yang terlibat dalam kegiatan tata usaha, meliputi kegiatan: menghimpun informasi, mencatat informasi, mengolah informasi, memperbanyak informasi, mengirim informasi, dan menyimpan informasi b) Tenaga pembantu, yang bertugas memelihara kebersihan sarana kursus, prasarana serta penyedia sarana belajar.48

5) Sarana dan Prasarana

Sarana adalah perlengkapan yang digunakan secara langsung digunakan dalam proses pendidikan dan keberadaannya tidak dapat digantikan. Sehingga jika perlengkapan tersebut tidak

47 Ibid.

48 Ibid.

(39)

25

ada, maka proses pendidikan tidak akan terlaksana, karena sarana tersebut tidak dapat diganti secara fungsional. Sedangkan prasarana adalah perlengkapan yang secara tidak langsung digunakan dalam proses pendidikan dan keberadaannya dapat digantikan. Sehingga jika perlengkapan tersebut tidak ada, maka proses pendidikan tetap dapat dilaksanakan, karena prasarana tersebut dapat diganti secara fungsional. Prasarana merupakan penunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran.49

Sarana dan prasarana lembaga pendidikan termasuk pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) merupakan salah satu komponen penting yang akan mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan yang dihasilkan.50

6) Dana Belajar

Dana belajar ialah uang, barang, jasa yang diperlukan untuk menjamin kelestarian kegiatan belajar pada kursus. Sumber dana kursus berasal dari pemilik, warga belajar, pihak ke-3 (swasta, pemerintah, bank, dan sebagainya), dan hasil usaha sendiri.51

7) Program Belajar

Sebagaimana halnya program pendidikan nonformal lainnya, kurikulum program atau dikenal kurikulum pada pendidikan formal merupakan serangkaian acara belajar, yang tersusun menjadi tata ajaran atau kurikulum. Program belajar ini senantiasa harus selaras dengan keperluan masyarakat, dalam rangka upayanya meningkatkan taraf kehidupan. Dalam program belajar kursus terdiri dari enam unsur, yaitu (a) tujuan, (b) materi,

49 Imam Gunawan dan Djum Djum Noor Benty, Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik, (Bandung: Alfabeta, 2017) Hal. 316

50 Dian Eka Gustini, Evaluasi Program English for Children di Colorado Course, Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 2017, hlm. 16

51 Cucu Sukmana dan Dian Dwilestari, op. cit., hlm. 12

(40)

(c) proses pembelajaran, (d) sarana belajar, (e) evaluasi, dan (f) tindak lanjut hasil belajar.52

8) Metode Pembelajaran

Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari “Metode pembelajaran bertujuan agar hasil belajar dapat mencapai apa yang telah ditentukan/diharapkan, sementara itu kegiatan belajar berjalan dengan efisien”. Kegiatan kursus ini dilaksanakan dengan menggabungkan metode ceramah, diskusi, kerja kelompok dan praktik, penggabungan berbagai metode dalam melaksanakan proses pembelajaran merupakan bagian tugas spesifik dari para sumber belajar. Dengan adanya penggabungan ragam metode tersebut di atas maka selayaknya akan dijumpai ragam/variasi kegiatan warga belajar dalam proses belajar mengajar tersebut, yaitu:

a) Visual activities, contoh membaca, memperhatikan gambar, demo, percobaan, atau pekerjaan orang lain.

b) Oral activities, meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, berdiskusi, dan menginterupsi.

c) Listening activities, kegiatan mendengarkan.

d) Writing activities, kegiatan menulis.

e) Drawing activities, kegiatan menggambar pola, membuat grafik, diagram, dan sebagainya

f) Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat model, mereparasi, dan sebagainya.

g) Mental activities, meliputi menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat korelasi, dan mengambil keputusan.

52 Ibid., hlm. 13

(41)

27

h) Emotional activities, contohnya menaruh minat terhadap sesuatu; merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.53

9) Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan unsur pembentuk yang menunjukkan sampai pada tingkat mana warga belajar menyelesaikan proses pembelajaran dan juga menunjukkan hasil lulusan kursus.

Tingkat penyelesaian belajar dari warga belajar, dapat diurutkan sebagai berikut:

a) Program belajar telah diselesaikan.

b) Hasil belajar yang diperoleh dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Program belajar telah diselesaikan dan kursus memberi tanda selesai belajar.

d) Berakhirnya proses belajar warga belajar ditandai dengan sertifikat dari dinas pendidikan, setelah warga belajar tersebut lulus ujian wilayah.

e) Berakhirnya proses belajar warga belajar ditandai dengan ijazah formal setelah yang bersangkutan lulus ujian nasional kursus.54

10) Ragi belajar

Daya pembeda dalam pembelajaran pendidikan nonformal adalah rentannya angka drop out dari warga belajar yang dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar. Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari “ragi belajar merupakan ragi yang merangsang kelangsungan kegiatan belajar pada kursus yang bersangkutan. Dengan demikian tujuan dari ragi belajar ialah mendorong hasrat belajar”. Dalam hubungannya dengan ragi

53 Ibid.

54 Ibid.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Sumber Informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Subjek penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pembelajaran Bahasa Inggris pada: 1) komponen context yaitu kondisi awal lembaga, 2) komponen input yaitu fasilitas

Kesesuaian teaching factory di Sekolah Menengah Kejuruan kota Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process dan product secara akumulatif dengan responden

Penelitian ini menggunakan model evaluasi program CIPP (Context, Input, Pro- cess, dan Product). Model evaluasi CIPP dil- akukan secara komprehensif untuk mema- hami

Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, Product) dengan subjek penelitian guru dan pengasuh. Evaluasi ini bertujuan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP ( context, input, process dan product ), namun demikian kegiatan evaluasi yang dilaksanakan terhadap

Stufflebeam menggunakan model evaluasi CIPP yaitu, Context, Input, Process dan Product.Melalui penelitian ini diketahui bahwa evaluasi program GISA di Dinas Kependudukan dan