• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengevaluasi konteks (context) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

2. Untuk mengevaluasi masukan (input) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

3. Untuk mengevaluasi proses (process) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

4. Untuk mengevaluasi produk (product) program kursus bahasa Inggris di IEC Kreo Kota Tangerang

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi semua pihak diantaranya:

1. Teoritis

a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada kursus bahasa Inggris

b. Memberikan sumbangan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kursus bahasa Inggris, sehingga tujuan kursus dapat tercapai di IEC Kreo

2. Praktis

a. Bagi peserta kursus, hasil penelitian diharapkan dapat membantu peserta kursus untuk mengetahui lebih dalam terkait dengan program kursus bahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris

b. Bagi instruktur, hasil penelitian ini diharapkan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan pedagogik dalam proses pembelajaran kursus bahasa Inggris.

c. Bagi pimpinan dan pengelola IEC Kreo, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian dan evaluasi dalam pelaksanaan dan pengembangan kursus bahasa Inggris

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan bahan kajian secara mendalam terkait evaluasi program kursus bahasa Inggris.

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Evaluasi Program

a. Konsep Evaluasi Program

Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris dari kata evaluation, yang memiliki definisi yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current English, evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu baik benda atau bukan benda dibutuhkan pengukuran dengan menggunakan alat ukur atau instrumen yang sudah dikalibrasi validitas dan realibilitasnya.6 Evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.7 Evaluasi menurut Cross dalam Kusuma merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.8

Wirawan mendefinisikan evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai nilai dan

6 T.Rusman Nurhakim, Modul Perkuliahan:Riset Evaluasi dalam Pendidikan, (Ciputat, 2019), hlm. 6-7

7 Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:CitaPustaka, 2014), hlm. 3

8 Mochtar Kusuma, Evaluasi Pendidikan:Pengantar, Kompetensi dan Implementasi, (Yogyakarta, Parama Ilmu, 2016), hlm. 1

manfaat objek evaluasi.9 Kemudian menurut Widoyoko “evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan, maupun menyusun program selanjutnya.”10

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses dari kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematis dan berkelanjutan sehingga informasi yang telah dikumpulkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam organisasi, selain mengumpulkan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan informasi menjadi kegiatan pelengkap untuk mencapai tujuan organisasi.

Kata program berasal dari bahasa Inggris dari kata programme yang berarti acara atau rencana. Program dalam hal ini tidak sama dengan program dalam bahasa komputer. Program dapat didefinisikan sebagai unit kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.11

Wirawan berpendapat bahwa, “Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.”12 Arikunto menyatakan program merupakan sistem. Sedangkan sistem adalah satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang kait-mengait dan bekerja sama satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri

9 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi,dan Profesi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), hlm. 9

10 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 6.

11 T.Rusman Nurhakim,op. cit., hlm. 10

12 Wirawan, op. cit., hlm. 25

11

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa program merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan, oleh seseorang bahkan beberapa kelompok sehingga dapat memberikan pengaruh dan mencapai tujuan yang telah disepakati.

Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu subjek.

Widoyoko mengartikan bahwa evaluasi program pembelajaran sebagai proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasi dan menyajikan informasi tentang impelementasi rancangan program pembelajaran yang telah disusun oleh guru untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program pembelajaran selanjutnya

Menurut Wirawan, Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.13 Evaluasi program menurut Sukardi merupakan evaluasi yang berkaitan erat dengan program atau kegiatan pendidikan, termasuk di antaranya tentang kurikulum, sumber daya manusia, penyelenggara program, proyek penelitian pada suatu lembaga.14 Lebih lanjut, Spaulding dalam Sukardi mengatakan evaluasi program dilakukan untuk tujuan pengambilan keputusan.15

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan evaluasi program merupakan suatu kegiatan untuk mengukur serta menafsirkan kegiatan secara terencana, sistematis, dan terprogram dengan matang apakah program yang telah dibuat terlaksana dengan baik atau tidak sehingga dapat melihat tingkat keberhasilan program yang dijalankan.

13 Wirawan, loc.cit

14 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hlm. 3

15 Ibid.

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Sudijono kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan diantaranya:

1) Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.

2) Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang di cita-citakan, akan dapat tercapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.16

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

1) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat

2) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

3) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar 4) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana

dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan 5) Pengembangan staf program

6) Memenuhi ketentuan undang-undang 7) Akreditasi program

8) Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency 9) Mengambil keputusan mengenai program 10) Accountabilitas

16 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm.17

13

11) Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.17

Evaluasi program memiliki tujuan dan manfaat diantaranya mengetahui pencapaian tujuan program yang akan dibuat apakah berjalan dengan baik atau tidak, untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam melaksanakan program, evaluasi program dapat memperoleh informasi mengenai relevansi program yang dievaluasi terhadap tujuan yang sudah dibuat diawal dan dengan adanya evaluasi program dapat dilakukannya usaha perbaikan dan penyesuaian program pendidikan.

c. Fungsi Evaluasi Program

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.18

Pada berkembangan selanjutnya, fungsi evaluasi berkembang bukan sekedar evaluasi formatif dan sumatif. Melainkan evaluasi diagnosa yang berfungsi untuk mendiagnosis suatu program. Dengan demikian, evaluasi program secara keseluruhan berfungsi untuk pengembangan, implementasi program, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari stakeholder yang terlibat mengenai suatu program atau kebijakan.19

Menurut Kusuma, evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru

17 Wirawan, op.cit., hlm. 30-33

18 Anas Sudijono, op.cit., hlm. 7

19 Tengku Rusman Nurhakim, op.cit., hlm.18

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar 4) Sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari siswa 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa 6) Sebagai mated utama laporan hasil belajar kepada para orang tua

siswa.20

Dari paparan di atas dapat disimpulkan fungsi evaluasi program yakni sebagai mencegah kegiatan yang tidak sesuai dengan pencapaian program yang sedang berjalan ataupun yang telah dilaksanakan serta memperbaiki dan mengembangkan program atau kebijakan kearah yang lebih baik lagi.

d. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. Selain itu, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan dan kepentingan tertentu serta ada yang menyesuaikan dengan paham yang dianutnya yang disebut dengan pendekatan.21

Ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara yang satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya tetap sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi dengan tujuan untuk menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program. Model evaluasi dibuat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan yang ada, selain itu penyempurnaan model evaluasi selalu berkembang, sehingga model-model evaluasi menjadi kompleks. Model evaluasi dapat

20 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 6

21 S. Eko Putro Widiyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 172

15

dikelompokan berdasarkan jenis, format dan sistematika yang berbeda.

Model evaluasi program sebenarnya banyak, diantaranya goal oriented model, Context Input Process Product (CIPP) model, Descrepency Evaluation Model (DEM), goal free, dan sebagainya.22

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake dan Glaser. Kufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler 2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven

3) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven

4) Contenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake 5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”

evaluasi dilakukan

7) CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam 8) Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus23

Model yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan oleh Stufflebeam. Model CIPP memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.24 Hal ini berarti program ini terdiri dari beberapa komponen yang saling bekerja sama dan berhubungan satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan terduga mulai dari segi konteks, masukan, proses dan keluaran.

Model CIPP, pada prinsipnya konsisten dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh komite tentang

22 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hlm. 34

23 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan :Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm. 40-41

24 Ibid., hlm. 45

“Tingkatan untuk menggambarkan pencapaian dan penyediakan informasi guna pengambilan keputusan alternatif”. Model CIPP ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan analisis yang berorientasi pada perubahan terencana.25

Semua komponen program yang berpengaruh terhadap keberhasilan turut menjadi objek evaluasi. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan cara menganalisis program berdasarkan komponen-komponennya. Komponen evaluasi model CIPP terdiri dari empat antara lain adalah konteks, masukan, proses dan produk. Masing-masing komponen tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda.

Stufflebeam dalam Tayibnapis menjabarkarkan komponen evaluasi CIPP. Berikut peran tiap-tiap komponen:

1) Evaluasi Konteks

Context Evaluation to serve planning decision, yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.26 Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.27 Evaluasi konteks, menghasilkan informasi tentang macam-macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan.28 Menurut Stufflebeam dalam Wirawan Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan?

evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.29

25 Mochtar Kusuma, op.cit., hlm. 86

26 Zainal Arifin, Evaluasi Program, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 124

27 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op.cit., hlm. 46

28 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 87

29 Wirawan, op. cit., hlm. 137

17

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling mendasar dengan misi menyediakan suatu rasional atau landasan untuk menentukan tujuan. Evaluasi konteks berupaya untuk memisahkan masalah dengan kebutuhan yang tidak diinginkan dalam setting pendidikan.

Evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan misi dan tujuan program.

2) Evaluasi Masukan

Pada model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product), terdapat hal yang harus dievaluasi diantaranya mengevaluasi input atau masukan. Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apa yang harus dilakukan, evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mendefinisikan tujuan.30 “Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa yang direncanakan dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Beberapa masukan penting dalam diklat (misalnya) adalah peserta diklat, tujuan dan kurikulum, metode,-metode, media, sumber-sumber belajar (learning resources), widyaswara/instruktur, sarana dan prasarana”.31 Evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.32

30 Ibid.

31 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 124

32 Wirawan, op. cit., hlm. 137

Dari paparan di atas dapat disimpulkan evaluasi masukan atau input merupakan bentuk evaluasi dengan tujuan untuk membantu pemangku jabatan dalam pengambilan keputusan dengan melihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi pada lingkup peserta didik, kurikulum yang digunakan, strategi dan metode pengajaran,sarana, prasarana dan media sampai dengan guru sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Evaluasi Proses

Bagian selanjutnya dari model CIPP adalah mengevaluasi proses. evaluasi ini merupakan hal yang utama karena peneliti dapat melihat proses pelaksanaan program apakah sesuai atau belum sesuai dengan perencanaan program. Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membentuk kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat.33

Evaluasi program ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaannya adalah hingga mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan rencana kerja, dan apa yang harus diperbaiki. Dimensi ini mencakup penyelenggaraan, implementasi kegiatan pembelajaran, aktivitas peserta diklat, penggunaan sarana, media, sumber dan lingkungan.34

Hal ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi masukan melihat, mengevaluasi serta menganalisis sesuatu yang mendorong terselenggaranya program yang dilaksanakan suatu instansi.

4) Evaluasi Produk

Dari 3 tahap yang dijalankan dalam model ini, tahap terakhir yang harus dilakukan adalah evaluasi produk atau hasil.

33 Ibid.,

34 Zainal Arifin, op.cit., hlm. 124

19

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya.

Pertanyaannya adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan. Produk diklat (misalnya) berupa lulusan yang diharapkan dapat menunjukan kinerja ditermpat kerjanya masing-masing.35

Berdasarkan jabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa model evaluasi CIPP memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian ini. Selain meneliti berbagai komponen yang ada, model ini juga menganalisis keterkaitan komponen satu dengan yang lain dalam upaya mencapai tujuan, sehingga lebih bersifat kompleks dan menyeluruh. Model evaluasi CIPP mempunyai beberapa keunggulan yaitu:

a) Model evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses implementasi.

b) Model evaluasi CIPP memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasi formatif dan summatif sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.

2. Kursus Bahasa Inggris IEC

a. Pengertian Kursus Bahasa Inggris

Istilah kursus merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu course, yang secara harfiah berarti mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha

35 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 125

mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.36

Dalam PP nomor 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar.37

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kursus dan pelatihan merupakan bentuk pemberian pendidikan dan pelatihan terhadap masyarakat secara sengaja, sistematis, terorganisir dan dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan.

Depdiknas Nomor 22 Tahun 2006, bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.38

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kursus bahasa Inggris merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah atau non formal yang dilakukan secara sengaja untuk memberikan meteri bahasa Inggris dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan meningkatkan

36 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat 5

37 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah Pasal 1 Ayat 4

38 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, hlm. 277

21

kualitas pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bahasa Inggris.

b. Tujuan Kursus Bahasa Inggris

Tujuan kursus dan pelatihan sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang membutuhkan39

Kursus dan pelatihan sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah, pelengkap atau pengganti pendidikan formal, sekaligus sebagai wujud baru pendidikan berkelanjutan bagi warga masyarakat yang memerlukannya. Kursus juga berfungsi menjembatani pendidikan fomal dan dunia kerja.

Bahkan, lebih jauh dari itu, kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.40

Mata pelajaran bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

2) Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.

39Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat 5

40 Cucu Sukmana dan Dian Dwilestari, Analisis Mutu Kursus, (Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kemdikbud, 2013), hlm. 8

3) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya.

Demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya

Dapat disimpulkan tujuan kursus bahasa Inggris yakni memberikan pengetahuan berbahasa Inggris, kemampuan berkomunikasi, mengembangkan diri terkait pemahaman pentingnya bahasa Inggris dan keterkaitan bahasa dan budaya.

c. Unsur-unsur Kursus

Unsur-unsur kursus diantaranya sumber belajar, warga belajar, tenaga nonedukatif, sarana dan prasarana, program belajar, metode pembelajaran, hasil belajar dan ragi belajar. Berikut penjelasannya:

1) Sumber Belajar

Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari menyatakan bahwa sumber belajar adalah tenaga pengajar yang paham atau mempunyai keahlian khusus dan yang dinyatakan berwenang untuk melaksanakan tugas sebagai sumber belajar, tanpa terlalu memperhatikan latar belakang pendidikan formal kependidikannya.41 Menurut Soetomo dalam program kursus tugas utama sumber belajar atau biasa disebut tenaga instruktur, di

Menurut Soetomo dalam Sukmana dan Dwilestari menyatakan bahwa sumber belajar adalah tenaga pengajar yang paham atau mempunyai keahlian khusus dan yang dinyatakan berwenang untuk melaksanakan tugas sebagai sumber belajar, tanpa terlalu memperhatikan latar belakang pendidikan formal kependidikannya.41 Menurut Soetomo dalam program kursus tugas utama sumber belajar atau biasa disebut tenaga instruktur, di

Dokumen terkait