• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksi Pembajakan Kapal di Teluk Aden

Dalam dokumen KEPENTINGAN JEPANG MEMBANGUN PANGKALAN M (Halaman 51-56)

PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER JEPANG DI DJIBOUT

B. Aksi Pembajakan Kapal di Teluk Aden

Pada dasarnya penyebab utama munculnya aksi pembajakan kapal di sekitar wilayah teluk Aden disebabkan oleh perang sipil yang berkepanjangan di Somalia, jatuhnya pemerintahan di Somalia, dan keuntungan geografis yang memungkinkan 117 Michael Dumper & Bruce E. Stanley, Cities of the Middle East and North Africa: A Historical Encyclopedia (California: ABC-CLIO, Inc., 2007), 136.

118 Samson A. Bezabeh, Subjects of Empires/Citizens of States: Yemenis in Djibouti and Ethiopia (Cairo: American University in Cairo Press, 2016), 59.

119 Michael J. Lostumbo, Michael J. Mc Nerney, Eric Peltz, dkk., Overseas Basing of U.S. Military Forces: An Assessment of Relative Costs and Strategic Benefits (Pittsburgh: RAND, 2013), 156.

aksi pembajakan kapal dilakukan di wilayah tersebut.120 Selain itu, ketiadaan

pemerintahan sejak 1991 memberikan keleluasaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Somalia secara ilegal.121

Eksploitasi yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap Somalia tercermin dalam wawancara yang dilakukan oleh CBC News dengan presiden Canadian Somali Congress, Ahmed Hussen yang menyatakan bahwa:122

Ketika anda melihat liputan mengenai pembajakan, di sebagian besar media nasional, anda tidak mendengar banyak tentang kerugian 300 juta dolar per tahun yang diderita oleh nelayan Somalia akibat penangkapan ikan ilegal yang dilakukan pihak eksternal. Anda juga tidak pernah mendengar tentang biaya yang tidak dapat diperkirakan akibat dari pembuangan limbah beracun. Adapun hal yang sulit dipahami adalah mengapa dunia internasional menutup mata terhadap aksi penangkapan ikan ilegal dan pembuangan limbah beracun di perairan Somalia. Dan seperti yang diperkirakan, orang-orang yang kehilangan mata pencaharian melakukan perlawanan. Serangan terhadap kapal-kapal asing, orang Somalia mengatakan, dimulai karena aksi penjarahan yang dilakukan oleh pihak asing telah menghilangkan mata pencaharian nelayan.

Berdasarkan pernyataan di atas, hilangnya mata pencaharian para nelayan Somalia akibat penangkapan ikan secara ilegal dan pembuangan limbah beracun di 120 Maximo Q. Meija, Jr., Chie Kojima, Mark Sawyer, Piracy at Sea (New York: Springer, 2013), 204.

121 Gregg Barak, The Routledge International Handbook of the Crimes of the Powerful (New York Routledge, 2015), 110.

122 Dawn L. Rothe & David Kauzlarich, Towards a Victimology of State Crime (New York: Routledge, 2014), 73.

perairan Somalia, menjadi latar belakang maraknya aksi pembajakan kapal yang di sekitar wilayah teluk Aden dan perairan Somalia.

Aksi pembajakan kapal yang terjadi di sekitar wilayah tersebut mencapai puncaknya pada 2008.123 Lebih dari dua pertiga dari total pembajakan kapal di dunia

terjadi di Somalia dan Nigeria selama Januari – Juni 2008, di mana teluk Aden dan wilayah perairan Somalia menjadi lokasi dengan peningkatan pembajakan kapal paling signifikan sebesar 75% pada 2008 dari tahun sebelumnya.124 Berikut peta aksi

pembajakan kapal yang dilakukan oleh perompak:

Gambar III.B.2 Peta Aksi Pembajakan Kapal Oleh Perompak Somalia

Sumber: Government of Japan, “Annual Report 2014: Japan’s Actions Against Piracy off the Coast of Somalia and in the Gulf of Aden,” [berita resmi on-line]; tersedia di

123 UNODC, The Globalization of Crime: A Transnational Organized Crime Threat Assessment (New York: United Nations Publication, 2010), 193.

124 Norman A. Martinez Gutierrez, Serving the Rule of International Maritime Law: Essays in Honour of Professor David Joseph Attard (New York: Routledge, 2010), 220.

http://www.cas.go.jp/jp/gaiyou/jimu/pdf/siryou2/counter-piracy2014.pdf; Internet; diunduh pada 9 November 2016.

Dari semua pembajakan yang terjadi pada 2008, terdapat empat aksi pembajakan kapal yang paling menyita perhatian internasional di kawasan, yakni pembajakan kapal MV Faina yang memuat peralatan militer, pembajakan kapal tanker Arab Saudi yang bernilai $100 juta berupa minyak, pembajakan kapal kontainer AS MV Maersk Alabama, dan pembajakan kapal oleh perompak Somalia yang menewaskan dua warga negara AS.125 Berikut ini data pembajakan kapal di

teluk Aden dan perairan Somalia dari tahun 2003 – 2014:

Grafik III.B.1 Data Pembajakan Kapal di Teluk Aden dan Perairan Somalia Dari Tahun 2003 - 2014

Sumber: MOFA Japan, “Japan’s Foreign Policy to Promote National and Worldwide Interests,” [berita

resmi on-line]; tersedia di

http://www.mofa.go.jp/policy/other/bluebook/2015/html/chapter3/c030105.html; Internet; diunduh pada 6 Agustus 2016.

Semakin meningkatnya pembajakan kapal di teluk Aden mendorong pihak- pihak yang berkepentingan untuk melakukan respon yang diperlukan guna 125 Christopher L. Daniels, Somali Piracy and Terrorism in the Horn of Africa (Toronto: The Scarecrow Press, 2012), 43.

mengurangi potensi ancaman pembajakan kapal. Dewan Keamanan PBB juga memberikan respon dengan mengeluarkan resolusi 1816 pada Juni 2008. Resolusi ini menyatakan bahwa aksi pembajakan kapal telah memperburuk keadaan di Somalia, sehingga mengancam perdamaian dan keamanan internasional di kawasan. Maka dari itu, DK PBB menyerukan negara-negara yang berkepentingan terhadap isu ini agar bekerjasama dengan Transitional Federal Government (TNG) Somalia, untuk melakukan segala hal yang diperlukan demi mencegah dan mengurangi potensi pembajakan kapal di sekitar perairan Somalia dan Teluk Aden.126

Resolusi 1816 ini hanya berlaku selama enam bulan setelah pengesahannya. Di mana pada 2 Desember 2008 resolusi ini digantikan oleh resolusi baru bernomor 1846. Kemudian untuk selanjutnya resolusi ini selalu diperbarui oleh DK PBB. Resolusi 1846 diperbarui oleh resolusi 1897 pada 30 November 2009, diperbarui lagi dengan resolusi 1950 pada 23 November 2010, dan diperbarui lagi oleh resolusi 2020 pada 22 November 2011.127

Berdasarkan resolusi di atas beberapa organisasi internasional dan negara- negara yang berkepentingan terhadap keamanan maritim di teluk Aden membentuk satuan tugas untuk mengurangi intensitas pembajakan kapal di sekitar kawasan. Pada 10 November 2008, Uni Eropa membentuk European Union Naval Force (EUNAVFOR) dengan misinya yang bernama Operation Atalanta. Satuan tugas ini 126 Yoshifumi Tanaka, The International Law of the Sea (New York: Cambridge University Press, 2012), 360.

127 Douglas Guilfoyle, Modern Piracy: Legal Challenges and Responses (Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2013), 153.

beroperasi di sekitar wilayah teluk Aden dan Samudera Hindia. Kemudian ada North Atlantic Treaty Organization (NATO) dengan Operation Ocean Shield-nya yang dibentuk pada 2009. Di tahun yang sama juga dibentuk satuan tugas yang bernama Combined Task Force 151 di bawah komando AS.128

Ada juga beberapa negara yang melakukan operasi anti pembajakan kapal secara independen di Somalia seperti, Rusia, India, Cina, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, dan Singapura.129 Walaupun bertindak secara independen, negara-negara ini

masih melakukan koordinasi dan saling bertukar informasi melalui Contact Group on Piracy off the Coast of Somalia (CGPCS) yang dibentuk oleh DK PBB berdasarkan resolusi 1851 pada 2009.130 Selain CGPCS, Shared Awareness and Deconfliction

Mechanism (SHADE) juga menjadi sarana diskusi dan kerjasama di antara negara- negara dan organisasi internasional untuk melakukan upaya operasi pengamanan di sekitar teluk Aden dan perairan Somalia.131

Dalam dokumen KEPENTINGAN JEPANG MEMBANGUN PANGKALAN M (Halaman 51-56)