• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu: Peran Guru dalam meningkatkan siswa baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta kelas VII.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada permasalahan yang dikaji dalam penelirian ini. Permasalahan tersebut sebagai berikut:

“Bagaimana Peran Guru dalam meningkatkan siswa baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Peran Guru Agama Islam dalam Mendidik

Siswa Baca Tulis Qur’an di SMPN 166 Jakarta. Serta untuk mengtahui hasil belajar dan untuk mengetahui apakah siswa mampu membaca Al-Qur'an dengan fasih.

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khazanah keilmuan khususnya dalam metode pembelajaran Al-Qur’an untuk guru, masyarakat, serta lembaga terkait..

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Denganpenelitian ini diharapkan memberikan ilmu pengetahuan yang baru kepada peneliti, serta dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran mengenai peran guru dalam mendidik siswa baca tulis Al-Qur’an kepada peneliti untuk masa yang akan datang.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Bagi lembaga pendidikan yang diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

c. Bagi Masyarakat.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan ilmu kepada masyarakat mengenai peran guru dalam mendidik siswa membaca tulis Al-Qur’an.

d. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian yang dilakukan.Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis lain guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat.

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Membaca dan Menulis Al-Qur’an

Untukmemperoleh pengertian yang tepat tentang kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an maka perlu kiranya penulis menelaah kembali mengenai pengertian kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

1. Pengertian Membacadan Menulis Al-Qur’an

Menurut Abuddin Nata, Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar baca, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan. Sedangkan menurut Al-Raghib al-Asfhani yang dikutip oleh Abuddin Nata menyatakan bahwa “Membaca dari kata qara‟ yang terdapat pada surat al-alaq ayat yang pertama secara harfiah kata qara‟ tersebut berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu bacaan.7

Sedangkan pengertian membaca yaitu sesuai dengan kalam Allah wahyu pertama yang diturunkan untuk Nabi Muhammad SAW yaitu QS Al-Alaq ayat 1-5, yaitu:

)( مَرأكَألْا َكُّبَرَو أأَرأ قا )( قَلَع أنِم َناَسأنِألْا َقَلَخ )( َقَلَخ يِذَّلا َكِِّبَر ِمأسِبِ أأَرأ قا أمَلأعَ ي أَل اَم َناَسأنِألْا َمَّلَع )( ِمَلَقألِبِ َمَّلَع يِذَّلا()

Artinya: (1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(4) yang

7 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Agustus 2010), Cet ke-4, hlm. 43

mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.8

Ayat diatas mengandung makna yaitu perintah untuk membaca agar mendapatkan pengetahuan, sehingga setelah membaca kita tahu dan faham serta memiliki pengetahuan yang bersumber dari bacaan yang telah dibaca. Membaca Al-Qur’an adalah suatu ibadah yang dilakukan bagi orang Islam kepada Allah Swt sehingga yang membacanya dapat memahami dan dapat mengamalkannya dengan baik dan benar, sedangkan membaca secara umum yaitu suatu pekerjaan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.

Menurut Hernowo, “Membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran sendiri. Dengan membaca, kita mampu menyalami pikiran orang lain dan menambahkan pikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita

Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR. Tirmidzi)10

Dari beberapa pengertian di atas sulit kiranya diperoleh definisi membaca yang seragam. Namun tampak keseragaman di antara para ahli untuk mengatakan bahwa membaca sedikitnya menyangkut tiga

8 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 596

9 Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang Munculnya Potensi Membaca, (Bandung : Mizan Learning Center, 2003), Cet ke-2, hlm. 35

10 Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak at-Turmuzy Sunan at-Turmuziy, kitab fadhail Al-Qur’an‘an Rasulillah, bab ma ja’a fi ta’limil Al-Qur’an hadis No.

2832 dan 2833.

hal, pertama, membaca melibatkan proses kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga, membaca selalu melibatkan proses pemahaman.

Menurut Hernowo, “Membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran sendiri. Dengan membaca, kita mampu menyalami pikiran orang lain dan menambahkan pikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri”.11

Dari beberapa pengertian di atas sulit kiranya diperoleh definisi membaca yang seragam. Namun tampak keseragaman di antara para ahli untuk mengatakan bahwa membaca sedikitnya menyangkut tiga hal, pertama, membaca melibatkan proses kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga, membaca selalu melibatkan proses pemahaman.

Apabila pengertian membaca dikaitkan dengan kata Al-Qur’an sehingga menjadi pengertian membaca Al-Qur’an, maka akan berarti melihat tulisan yang ada pada Al-Qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca Al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya.

Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah perintah untuk membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu atau pengetahuan yang tidak diketahuinya (Surat Al-Alaq, 96:1-5). Secara tersirat dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan.

Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis). Kemudian menulis adalah membuat huruf atau

11 Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang Munculnya Potensi Membaca, (Bandung : Mizan Learning Center, 2003), Cet ke-2, hlm. 35

angka dan sebagai sebagainya dengan menggunakan pena (pensil, kapur, dan sebagainya).12

Para ulama menyebutkan definisi khusus bebeda dengan lainnya bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pembacanya menjadi suatu ibadah. Maka kata kalam yang ada dalam definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam dan penyandraannya kepada Allah SWT yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus firman-Nya bukan kalam manusia, jin maupun malaikat.

Batasan kata kepada Muhammad menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.13

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Baca Tulis Al-Qur’an secara keseluruhan adalah membaca atau melihat tulisan dan mengerti atau menuliskan apa yang tertulis didalam firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah pelajaran yang mempelajari tentang bagaimana cara membaca dan menulis Al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.

Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Membaca juga berarti sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam bacaan, melihat pikiran yang terkandung didalam kata yang tertulis.14

Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-lambang

12 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 71.

13 Aunur rafiq al-mazni. Pengantar studi ilmu al-Qur’an(Pustaka al-kautsar: Jakarta timur. 2006), h. 18-19

14 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 1991), h. 42

bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet Latin. Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai, dan ini terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di sekolah.

Membaca juga merupakan proses kognitif. Walaupun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan-kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan mata, kebanyakan dari kegiatan dalam membaca tingkatan ini adalah kegiatan pikiran atau penalaran termasuk ingatan. Dengan kegiatan penalaran yang di maksud ini pembaca berusaha menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang melalui karangan bersangkutan.

Dalam proses memahami informasi dimaksud, pembaca juga mempelajari cara-cara pengarang menyajikan pemikiran-pemikirannya.15

Dalam ajaran Islam membaca yang terpenting adalah membaca sesuatu yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Dan membaca yang sangat dianjurkan serta diperintahkan oleh Allah adalah membaca Al-Qur’an Sebagai manusia yang beragama, selalu dituntut untuk senantiasa membaca dalam arti membaca ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah dimuka bumi ini. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an sendiri yang pertama kali diturunkan adalah perintah kepada umat manusia untuk membaca dan menulis. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca tulis Al-Qur’an. Kemampuan membaca yang baik dan benar itu tidak boleh meninggalkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Fungsi bahasa tulisan yang begitu penting dalam kehidupan sebagai mana dikemukakan di atas, menuntut kemampuan pembaca membaca maksimal dari anggota-anggota masyarakat. Kemampuan dimaksud sangat perlu dalam kehidupan dewasa ini di mana informasi

15 Tampubulon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung:

Angkasa, 1987), h. 5-6.

tentang berbagai pengetahuan mengalir dengan deras, dan akan semakin perlu lagi dalam abad ke-21 mendatang karena arus informasi akan lebih deras. Dan karena kemampuan membaca dimaksud ini menuntut kemandirian yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa membaca pada tingkatan ini adalah suatu cara yang terbaik untuk membina kemandirian. Selanjutnya karena bahasa tulisan mengandung ide-ide atau pikiran-pikiran, maka dalam memahami bahasa tulisan dengan membaca, proses-proses kognitif (penalaran) lah yang terutama bekerja. Oleh sebab itu, dapat pula dikatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar.16

Umat Islam dianugerahkan Allah kitab suci Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk aktivitas yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, termasuk aspek Pendidikan yang sumber dan dasar falsafah hidup berdasarkan Al-Qur’an. Nilai esensi Al-Qur’an selamanya abadi dan senantiasa relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknis operasional.

Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi saw., kepada umatnya.17

Menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalaam Pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Harus diakui bahwa menulis adalah pelibatan perasaan dan pengetahuan seseorang secara total. Artinya, dalam menulis kita dituntut untuk sekreatif mungkin dalam memberdayakan pengetahuan dan perasaan kita, dan harus dipahami

16Ibid, h. 6.

17Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmi, 2013), h. 22-23

bahwa pengetahuan dan perasaan, menurut Koentjaraningrat, merupakan penentu dari kepribadian seseorang.18

Kualitas kemampuan menulis siswa menempati urutan ke 65 dari 66 negara anggota PISA. Kemampuan menulis seorang diperoleh dari kebiasaan orang itu menulis. Menulis dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, berupa: menulis curahan hati, menulis gagasan/ide, menuliskan pengalaman dalam bentuk diary, dll. Walaupun aktivitas menulis itu sederhana, namun sangat umum jika anak-anak sekolah merasa kesulitan membuat tulisan yang baik. Dalam pembelajaran, menulis dapat dijadikan untuk melatih siswa belajar menulis yang baik.19Dan diperlukannya kemampuan siswa dalam menulis tulisan Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi, sampai perkembangan itu mengalami kematangan.

Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya (para rasul terdahulu) dengan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur’anul Karim.20“Qara’a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun, Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur, Al-Qur’an asal katanya sama dengan Qira’ah yaitu berasal dari kata Qa’ra, Qira’atam, Qur’anan. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an:

ُهَناَء ْرُق ْعِبَّتٱَف ُهَٰنْأ َرَق اَذِإَف ُهَناَء ْرُق ُهَعْمَج اَنْيَلَع َّنِإۥ

Artinya : Sesungguhnya atasa tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

18 Heru Kurniawan, Satra Anak Dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 139.

19 Alamsyah Said, 95 Strategi Mengajar Multiple Intell999oigences, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 77

20Al-Qhaththan, Syaikh Khalil Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2011), h. 15

membacanya,. Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamah : 17-18).21

Al-Qur'an terbagi dalam 114 surah, masing-masing dengan panjang yang beragam. Surah-surah Makkiyyah awal adalah yang terpendekdan berangsur semakin panjang. Ayat surah-surah awal surat dengan 'momen psikologis' yang dalam dan kuat, ringkas namun meledak-ledak. Sebuah suara menyeruak dari kedalaman hidup dan menghantam pikiran Nabi, berusaha mengemuka di alam sadar.

Tekanan suara tersebut perlahan pudar, terutama pada periode Madaniyyah, menjadi lebih ringan dan fasih seiring bertambahnya muatan hukum yang mengatur dan mengarahkan masyarakat Islam yang baru lahir.

Bukan berarti suara tadi hilang atau intensitasnya berubah. Satu ayat Madaniyyah menyatakan:

ِةَيْشَخ ْنِِّم اًعِِّدَصَتُّم اًعِشاَخ ٗهَتْيَا َرَّل ٍلَبَج ىٰلَع َنٰا ْرُقْلا اَذٰه اَنْل َزْنَا ْوَل َن ْو ُرَّكَفَتَي ْمُهَّلَعَل ِساَّنلِل اَهُب ِرْضَن ُلاَثْمَ ْلَا َكْلِت َوۗ ِ هاللّٰ

'Se- andainya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatmya tunduk terbełah karena takut kepada Ailah' (QS. Al-Hasyr 59:21).22

Tetapi, tugasnya sendiri memang telah berganti. Dari dentuman dan dorongan moral serta nasihat keagamaan Al-Qur’an perlahan mengarah pada pembinaan struktur masyarakat.

Bagi Al-Qur'an sendiri, dan karena itu juga bagi semua Muslim, Al-Qur'an adalah firman Tuhan (kalam Allah). Muhammad yakin betul bahwa ia adalah penerima pesan Allah, sang Maha Lain (kita akan mengulas lebih saksama makna 'Maha Lain’ itu) hingga ia menolak,

21 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 576

22 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 547

atas daya kesadaran ini, sejumlah klaim utama tradisi Yudeo-Kristen tentang Ibrahim dan nabi lainnya . Sang Liyan' ini melalui suatu sarana 'mendiktekan' Al-Qur'an atas kehendak mutlaknya. Suara dari kedalaman hidup itu berbicara dengan sangat jelas dan lantang. Kata

"Al-Qur'an" sendiri yang berarti bacaan 'jelas menunjukkan hal ini, tetapi lebih dari itu, teks Qur'an berkali-kali menyatakan bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara verbal , bukan hanya makna' dan gagasannya saja.

Istilah Al-Qur'an sendiri ini adalah wahyu yang maknanya mirip dengan ilham', meski bukan berarti tidak harfiah (yang kami maksud dengan firman' tentu bukan suara). Al-Qur'an menyatakan,

Allah tidak berbicara pada seorang manusia pun (dengan kata-suara) kecuali melalui wahyu (ilham kata gagasan) atau dari balik tabir atau la mengutus perantara (malaikat) yang berbicara melalui wahyu.. Demikian lah Kami memberimu ilham dengan ruh atas Kehendak Kami... (QS 42:51-52)23

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, selain itu Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang paling utama. Di dalamnya terdapat berbagai pedoman hidup manusia.

Segala urusan manusia sudah ditulis di dalamnya. Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti sesuatu yang dibaca (ءوزقولا). Yang berarti dianjurkan kepada umat manusia khususnya umat muslim untuk membaca Al-Qur’an bukan hanya menjadi pajangan rumah saja. Bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk diamalkan.24

Al-Qur’an bagi umat Islam adalah wahyu Tuhan (kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. wahyu dalam konsep Islam juga berarti “Pembicaraan Tuhan.”. pembicaraan Tuhan berarti bahwa

23 Fazlur Rahman, Islam Sejarah Pemikiran dan Peradaban, (Bandung: Mizan Pustaka, 2016), h. 33-34.

24 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), h.1

Allah berkomunikasi dengan utusan-Nya dengan menggunakan sarana komunikasi. Meski komunikasi tersebut berbeda dengan komunikasi yang biasa digunakan manusia dengan sesamanya.25

Mengingat pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan kita maka kita sebagai umat muslim haru memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dari penjelasan di atas mengenai pengertian pembelajaran dan Qur’an dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur’an adalah proses interikasi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar yaitu Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup yang membuat perubahan tingkah laku terhadap peserta didik melalui bimbingan dan pelatihan mempelajari dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an Tujuan pengajaran baca tulis Al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis Al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Al-Qur’an.

Tujuan yang akan dicapai dalam bidang pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan diri ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia, yaitu beriman kepada Allah tunduk dan patuh secara total kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’n surat adz-Dzariyat/51 ayat 56:

ِن ْوُدُبْعَيِل َّلَِا َسْنِ ْلَا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

25 M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: ELSAQ Press, 2005), h. 51.

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adh-Adzariyat [51] 56)26

Bedasarkan surat adz-dzariyat ayat 56 tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an adalah beribadah kepada Allah dalam arti seluas-luasnya yang tercermin dalam akhlak mulia dalam berbagai dasar, yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Tujuan utama dalam membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, menangkap isi dan memahami bacaan.27 Maka tujuan dari membaca Al-Qur’an sendiri disini adalah untuk mendekatkan diri pada Allah, karena Al-Qur’an sendiri dikalangan Islam merupakan bacaan nomor pertama dikala susah maupun senang. Karena keutamaan membaca Al-Qur’an sendiri menurut Rasulullah memberikan apresiasi, motivasi, dan sugesti untuk giat membacanya.

Untuk dapat mengetahui kegiatan pembelajaran itu berhasil atau tidak maka diperlukan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan kegiatan pembelajaran secara umum adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam rangka membina pribadi menuju manusia seutuhnya.

c. Mengetahui mengenal serta membedakan hubungan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.

d. Untuk menjaga suatu kebenaran dari ilmu pengetahuan.28

Harus dipahami bahwa menulis adalah proses eksistensi yang hanya bisa dilalui dengan jalan hobi membaca, karena yang akan dituliskan, hakikatnya adalah pengetahuan. Selain mengasah ketajaman

26 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 522

27 Hernowo, Quantum Reading, (Bandung: MLC, 2005), h. 33.

28 Moh. Uzer Usman dan Dra. Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 22.

imajinasi, dalam hubungannya dengan menulis, membaca mempunyai banyak manfaat, antara lain:

1) Menambah ilmu pengetahuan, dalam hubungannya dengan menulis, pengetahuan mempunyai peran yang penting.

2) Membaca bisa menjadi sumber ide, seringkali ide untuk menulis datang setelah kita selesai membaca.

3) Membaca sebagai media untuk proses pencarian gaya (style) dalam menulis, apa yang dimaksud dengan gaya ini adalah teknik dan cara bercerita.

4) Menjaga motivasi menulis, seperti pengalaman saya, yang sudah saya ceritakan di atas, saya yakin mahasiswa itu habis niatnya untuk menulis karena sudah tidak punya niat membaca.29

Tujuan pembelajaran ini merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang memiliki tujuan agar seseorang mampu dalam membaca dan menulis Al-Qur’an. Dimana orang tersebut dapat melihat, melafalkan serta memahami Al-Qur’an secara baik dan juga membuat huruf-huruf dan tulisan-tulisan yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an.

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pula merupakan salah satu ekstrakulikuler yang di selenggarakan oleh lembaga Pendidikan khususnya Pendidikan bernuansa islami. Hal ini didasari karena manfaat daripada mempelajari isi kandungan Al-Qur’an itu sangat besar.

Mempelajari Al-Qur’an memang sudah kewajiban bagi seluruh umat muslim yang ada diseluruh dunia, karena dia merupakan pedoman

Mempelajari Al-Qur’an memang sudah kewajiban bagi seluruh umat muslim yang ada diseluruh dunia, karena dia merupakan pedoman