BAB II KAJIAN TEORI
B. Peranan Guru
2. Pengertian Peran Guru
Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Setelah mendapat akhiran “an”, kata peran memiliki arti yang berbeda, di antaranya:
a. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
b. Peranan adalah kosekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang .
c. Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain.
36 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pres, 2011), h. 54
Peranan juga memiliki makna “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama (terjadinya suatu hal atau peristiwa) misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan penting dalam pembangunan Negara”37
Kalau ditelusuri konsep peranan secara lebih detail, maka kita akan menemukan konsep fungsi. Kenapa demikian? Setiap orang memiliki suatu posisi dalam ruang sosial seperti kelompok, keluarga, komunitas atau masyarakat. Posisi merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok atau kedudukan dalam hubungannya dengan kelompok lain, misalnya posisi sebagai guru. Posisi sebagai guru memiliki hak dan kewajiban yang diembannya, dikenal sebagai status adapun perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki suatu status disebut sebagai peranan.38Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas professional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.Tugas seorang guru adalah meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak39
Guru adalah salah satu faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab guru sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas sarana yang kurang memadai dapat teratasi, tetapi sebaliknya di tangan guru yang kurang cakap, sarana dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat. Selanjutnya, di bidang keguruan ada tiga persyaratan pokok seseorang itu menjadi
37 Adi Gunawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 2003), hlm. 640
38 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 155.
39 Nini Subini, Awas Jangan Jadi Guru Karbitan.h. 14
tenaga profesional di bidang keguruan. Pertama, memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang diajukan isinya sesuai dengan kualifikasi dimana ia mengajar.40
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (suporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.41
Wrightman dalam Usman menyatakan, “Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertenu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.42 Penyataan tersebut menegaskan peran guru adalah untuk menciptakan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa.
Terhadap beberapa peran guru sebagaimana dikemukakan oleh Djiwandono, yaitu: “1) guru sebagai ahli instruksional, 2) guru sebagai motivator, 3) guru manajer, 4) guru sebagai konselor , dan 5) guru sebagai model”.43Sebagai ahli instuksional, guru berperan membuat keputusan tentang materi dan metode pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Sebagai motivator guru harus memiliki keterampilan menyelenggarakan pembelajaran yang menarik agar siswa termotivasi.
Sebagai manajer seorang guru melakukan aktivitasnya guru mengelola kelas agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Selanjutnya peran
40 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam (Medan : IAIN Press, 2002), h. 70-71.
41Ibid, h. 16.
42Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4.
43Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.
27.
guru sebagai konselor berkaitan dengan kemampuan guru membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Sedangkan peran guru sebagai model adalah guru merupakan tokoh panutan para siswa.
Sementara itu, C Asri Budiningsih dalam menjelaskan peranan guru menyatakan peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3) Menyediakan system dukungan yang memberikan kemudahakan belajar agar siswa mempunya peluang optimal untuk berlatih.44
Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik baik pada aspek prestasi akademik maupun dalam hal pembentukan kepribadiannya. Keterkaitan antara peran guru dengan keberhasilan peserta didik tersebut menunjukkan bahwa tugas yang diemban guru merupakan tugas yang mulia. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.45
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tugas guru dapat dibagi menjadi dua yaitu tugas umum dan tugas khusus. Secara umum tugas guru adalah sebagai waratsat al-anbiya yang artinya tugas
44C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.
59.
45Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 37
yang diemban seorang guru hamper sama dengan tugas seorang nabi, yaitu kewajiban mengajak manusia melaksanakan perintah Allah SWT dan menjahui segala laranganNya. Sebenarnya tugas inbi merupakan tugas setiap individu muslim yaitu melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dari tugas umum ini, seorang guru kemudia menjabarkannya dalam tugas-tugas khusus yaitu sebagai pengajar (intruksional), pendidik (educator) dan sebagai pemimpin (managerial). Sebagai pengajar seorang guru bertugas menyelenggarakan pembelajaran yang me;iputi penyusunan rencana program pengajaran, melaksanakan dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kemajuag peserta didik.
Penjelasan tersebut menunjukkan pentingnya peran guru yaitu mendidik siswa agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Keimana dan ketaqwaan ini hanya bisa tercapai melalui pelaksanaan syariat-syariat yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits.
Guru sebagai pengasuh, teladan moral dan pembimbing etis apabila:
a. Tidak bersikap pilih kasih, kasar, atau perilaku lainnya yang meremehkan harga diri dan kebanggaan siswa.
b. Memperlakukan siswa dengan hormat dan kasih sayang dengan cara: membangun hubungan baik yang menuntun siswa untuk terbuka terhadap pengaruh positif guru, membantu mereka berhasil dalam pekerjaan sekolah, menghargai pandangan siswa yang menyediakan forum khusus untuk menyampaikan pikiran dan masalah mereka.
c. Memadukan contoh baik dan pengajaran moral langsung.
d. Membimbing satu demi satu dengan cara: mencoba menemukan, menguatkan dan membangun bakat khusus dan kelebihan siswa, memuji siswa dengan memberi catatan menulis, menggunakan pertemuan pribadi untuk memberi umpan balik korektif kepada siswa ketika mereka membutuhkan siswa.
Sejauh ini kita sudah berbicara tentang bagaimana seorang guru dapat membangun hubungan dengan seluruh kelas dan menggunakannya sebagai sebuah kesempatan untuk memberi pengaruh moral. Tetapi interaksi dan hubungan individual dengan para siswa juga sama pentingnya, kadang malah lebih penting. Sekolah harus mendorong siswa untuk menjalani peran ini dan mencoba mengoptimalkan aspek-aspek kehidupan sekolah yang menghalangi guru untuk memberikan perhatian kepada siswa sebagai individu.46 3. Macam-macam Peran Guru
Peran guru (TUPOKSI) di sekolah, antara lain:
a. Mendidik, Mengajar, Membimbing, dan Melatih dalam fungsi sebagai pendidik, guru yang lain antara lain:
1) Mengembangkan kompetensi peserta didik.
2) Mengembangkan kepribadian peserta didik.
3) Memberikan keteladanan.
4) Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif.
Sementara yang membahas tentang pengajar, tugas guru di antara lain:
a) Merencanakan pembelajaran.
b) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.
c) Menilai proses dan hasil pembelajaran
Yang berhubungan dengan pembimbing, tugas guru adalah:
(1) Mendorong pengembangannya positif dalam pembelajaran (2) Membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam
pembelajaran
Sedangkan dalam tugas sebagai pelatih, tugas guru adalah:
(a) Melatih keterampilan-pelatihan yang dibutuhkan dalam pembelajaran
46 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, (Bandung; Nusa Media, 2013), h. 110-115.
(b) Membiasakan peserta didik berperilaku positif dalam pembelajaran
b. Membantu mengelola dan mengembangkan program sekolah Dalam mengelola dan mengembangkan program, mengelola guru sebagai:
1) Pengembang program tugasnya membantu mengembangkan pendidikan sekolah dan hubungan kerja sama intrasekolah
2) Sebagai pengelola program, tugasnya membantu mengembangkan pendidikan sekolah dan hubungan kerja sama antarsekolah dan masyarakat.
Sedangkan menurut Daoed Yousef seorang guru memiliki tiga tugas pokok, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi dan tugas kemasyarakatan (Civic Mission) Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru adalah meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas- tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri, dan pengertian tentang diri sendiri. Mereka (anak didik) dapat memahami tentang dirinya sendiri apa dan bagaimana di kemudian hari.
Tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru melalui pendidikan seharusnya mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk
turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat tempat dia hidup.
Tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis, harmonis, dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas. Seorang guru juga harus mampu menjadi katalisator, motivator, dan dinamisator pembangunan di tempat ia tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik- praktik komunikasi. Pengetahuan yang diberikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik pada akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin kompleks dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, sehingga ini tidak akan hidup mengasingkan diri.
Sedangkan yang berhubungan dengan peran seorang guru, menurut WF Connell (1972) ada tujuh. yaitu:
a) Pendidik (Nurturer) b) Model
c) Pengajar dan Pembimbing d) Pelajar (Learner)
e) Komunikator terhadap masyarakat setempat f) Pekerja Administrasi
g) Kesetiaan terhadap lembaga.47
47 Nini Subini, Opcit, h. 12-16
4. Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Secara etimologi kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Sedangkan secara istilah kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.48
Kemampuan baca tulis Al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting dan urgen di kalangan umat Islam, dalam pengajaran Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca adab menulis di sekolah, karena dalam pengajaran Al-Qur’an , anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka fahami artinya, apalagi umumnya anak-anak hanya belajar kata-kata yang mati, mereka belajar symbol huruf (bunyi) dan kata yang tidak ada wujudnya bagi mereka. Mereka belajar bahasa tidak praktis dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin dapat mempersulit dan memperlambat berhasilnya pengajaran Al-Qur’an itu.
Meskipun demikian, orang (anak) Islam mesti belajar membaca Al-Qur’an, karena kepandaian membaca Al-Qur’an itu merupakan kebutuhan sehari-hari bagi kehiduoan seorang muslim dalam kegiatan pengalaman ajaran agamanya.
Peranan guru dapat ditinjau dalam arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, sebagai inovator dan kooperatif. Guru sebagai ukuran kognitif. Tugas guru adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan.
Di sisi lain, tugas guru bukan sekedar mengajar atau memindahkan ilmu kepada anak diidknya, namun harus memberikan contoh, teladan
48Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, (Jakarta: 1995), h. 623.
dan panutan kepada murid-muridnya. Maksudnya, semua nilai kebaikan yang telah disampaikan. Sudah dan sedang dilaksanakan oleh guru tersebut, sehingga ucapan seorang guru selaras dengan perbuatannya. Hal demikian akan memberi pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada anak didik, sehingga mendorong mereka untuk mengikuti dan meneladani guru mereka.
Dalam usaha peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak didik juga tidak terlepas dari upaya guru. Terlebih anak didik yang dimaksud adalah anak-anak SMP, yang notabene masih banyak sekali yang belum mampu dan memerlukan bimbingan yang ekstra dari guru agama untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an mereka. Karena kemampuan membaca dan menulis termasuk ketrampilan yang harus dipelajari dengan sengaja. Sebagaimana dalam GBPP mata pelajaran PAI kurikulum 1994 yang kemudian disempurnakan kembali pada kurikulum tahun 1999, dengan penjabaran indikator-indikator keberhasilan yang diharapkan dari lulusan pada jenjang Sekolah Dasar sebagaimana uraian berikut :
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan menggunakan metode tertentu sehingga seseorang akan mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan manusia.49
Ditinjau tentang peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an yaitu:
1. Memberikan Motivasi kepada Peserta Didik
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat Latihan dan pengalaman belajar. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik disekolah, dikelas,
49 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung:
Rosdakarya, 2005),10.
dijalanan dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sebelumnya.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri sendiri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perybahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.50
Dalam belajar, motivasi itu sangat penting. Karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.51 Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan.
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk bebuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (enegergizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsic; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan Tindakan belajar. termasuk dalam motivasi intirnsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/
tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat
50Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2002)
51M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 60
menolong siswa untuk belajar. kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik disekolah maupun di rumah.52
Setiap motif ada tujuannya. Semakin berharga suatu tujuan, maka akan semakin kuat pula motifnya. Motif sangat berguna bagi seseorang. Kegunaan motif itu sendiri untuk mengarahkan atah perbuatan dan untuk menyeleksi perbuatan.
Secara umum , tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melkaukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.
Namun, bagi seseorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan didalam kurikulum sekolah. Karena belajar adalah proses yang timbul dari dalam, maka factor motivasi memegang peranan yang penting. Jika guru maupun orangtua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak maka dalam diri anak akan timbul dorongan untuk belajar yang lebih baik. 53
2. Menumbuhkan Minat Peserta Didik
Secara sederhana (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1998), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena kebergantungannya yang
52Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,, h. 134
53M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 70-71
banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusakna perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang lebih kurang sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai di muka.54
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti perasaan sedang dan dari situlah akn diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar.
Karna apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tari bagi siswa.55
Sebagai seorang guru jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar, maka dapat diusahakan untuk bisa menumbuhkan minat siswa dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita yang terkait dengan baha pelajaran yang dipelajari.
54Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 133-134
55Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 57
3. Penerapan Metode yang efektif
Metode secara harfiah berarti “cara” dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.
Selanjutnya yang di maksud dengan metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Bagian penting yang sering melekat dalam metode mengajar. Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang paling tradisional sampai yang paling modern sesungguhnya banyak dan hampir tak dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Pada zaman dahulu, kebanyakan upaya Pendidikan dilakukan di tempat-tempat informal, seperti dalam keluarga, masjid, gereja dan sebagainya. Metode-metode mengajar yang dipakai di tempat-tempat informal ini hanya berkisar sekitar ceramah dan memorisasi (menghafal).
Terkadang ditempat-tempat guru, kiyai, dan pasturnya berpikiran maju, metode lain seperti tanya jawab dan drill (latihan berulang-ulang) juga digunakan hingga batas tertentu.
Namun, ditempat-tempat formal seperti sekolah dan madrasah sudah sejak dulu guru-gurunya menggunakan metode resitasi (membaca menghafal) dan tanya jawab (cathetical method) disamping metode ceramah dan metode memorisasi.56
56Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 198-200
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
Berbagai pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran agama Islam harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran PAI yang bersifat prosedural. Untuk mencapai sesuatu itu harus menggunakan metode atau cara yang ditempuh termasuk keinginan masuk surga. Dalam hal ini, ilmu termasuk sarana untuk memasukinya. Begitu juga dalam proses pembelajaran agama Islam tentunya ada metode yang di gunakan yang turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan Pendidikan agama Islam.57
Seorang guru jika ingin berhasil dalam proses belajar mengajar harus memilih strategi dan metode penyampaian yang sesuai materinya yang akan disampaikan. Salah satu faktor keberhasilan dalam penyampaian materi dan dengan pemilihan strategi dan yang tepat, di samping faktor lain yang juga harus dikuasai guru. Metode adalah suatu cara atau suatu penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu materi pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami dan mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut.58
Secara umum, metode juga bisa diartikan dengan cara mengerjakan sesuatu. Cara itu bisa baik dan bisa tidak. Baik atau tidaknya suatu metode dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut berupa situasi dan kondisi, pemakai metode itu sendiri yang kurang memahami metode tersebut.
Dalam sejarah pendidikan Islam para pendidik muslim
57Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 135
58Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997),h. 11-13
menerapkan berbagai macam metode pendidikan dalam
menerapkan berbagai macam metode pendidikan dalam