• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMPN 166 JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMPN 166 JAKARTA"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

I

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Ali Abdul Wahhab NIM 11150110000040

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(2)

i

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ali Abdul Wahhab (NIM: 11150110000040). Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta.

Kata Kunci: Peran Guru, Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Wawancara dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala Sekolah. Observasi digunakan untuk memperoleh data dari sumber data yang berupa peristiwa yang dilakukan dengan melihat guru ketika mengajar di dalam kelas, dan mengamati kondisi sekolah dan segala objek penelitian di sekolah.

Wawancara digunakan sebagai cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Peran guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada siswa adalah guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan nasihat- nasihat, menumbuhkan minat siswa, dan menerapkan metode efektif yang digunakan Guru dalam meningkatkan kemampuan baca tullis Al-Qur’an. (2) Hambatan Guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa karena kurangnya motivasi dan pengertian dari orang tua akan pentingnya mempelajari Al-Qur’an, kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya mempelajari Al-Qur’an, dan berbedanya kemampuan setiap anak yang berpengaruh pada metode pembelajaran.(3)Dampak dari peranan Guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa adalah timbul perubahan pada siswa dengan mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar sekaligus memahami kata-kata dan kandungan makna-maknanya serta menyempurnakan cara membaca Al-Qur’an yang benar, memahami nilai-nilai keagamaan yang dikandungnya, berperilaku dengan mengedepankan etika-etika Al-Qur’an.

(7)

ABSTRACT

Ali Abdul Wahhab (NIM: 11150110000040). Teacher’s Role in Improving Al- Qur’an Reading and Writing Skills at SMPN 166 Jakarta

Kata Kunci: Teacher’s Role, Al-Qur’an Reading and Writing Ability

This study aims to determine the teacher's role in improving the ability to read and write the Qur'an. The research instrument used in this study was to use interviews, observation and documentation. Interviews were conducted on Islamic religious education teachers and school principals. Observation is used to obtain data from data sources in the form of events, places, objects, and pictures and is done by looking at the teacher when teaching in the classroom, and observing the condition of the school and all research objects in the school. Interviews are used as a way of collecting data or information by directly meeting the informants face to face. While documentation is used to find data about things in the form of notes, transcripts, books, and so on.The results of the study can be concluded that (1) The role of PAI teachers in improving students' reading and writing skills of the Qur'an is that the teacher motivates students by giving advice, fostering student interest, and applying effective methods used by teachers in improving students' abilities. read tullis Al-Qur'an. (2) Barriers to PAI teachers in improving students' reading and writing skills of the Qur'an due to lack of motivation and understanding from parents on the importance of studying the Qur'an, lack of awareness of students about the importance of learning the Qur'an, and the different abilities of each student. children who influence the learning method. (3) The impact of the role of PAI teachers in improving students' reading and writing skills of the Qur'an is that there is a change in students by being able to read the Qur'an with correct readings while understanding words and their meanings and perfecting how to read. The correct Qur'an, understands the religious values it contains, behaves by prioritizing the ethics of the Qur'an and makes it a foothold in strengthening the Islamic faith in the hearts of students so that they always purify themselves and follow Allah's commands.

(8)

KATA PENGANTAR ميحرلانمحرلاهللامسب

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Pertama dan yang paling utama, saya panjatkan puji dan syukur kepadaAllah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sertakekuatan dari- Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawatserta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammmad Shallallah‘Alayhi wa Sallam,semoga sampai kepada keluarga sertakepada kita selakuumatnya.

Selama proses penulisan skripsi yang berjudul “Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta”

penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini begitu banyakhambatan dan kesulitan sehingga tidak lepas dari bimbingan dan arahan dariberbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkanterima kasihyang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UINSyarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan serta izin yang diberikan untuk belajar di dalam maupun luar lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Program Studi PendidikanAgama Islam dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali pengetahuan dan bimbingan dalam menempuh studi perkuliahan, semoga Allah membalas dengan pahala dan keberkahan yang berlimpah dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala.

4. Drs. H. Masan AF, M. Pd, selaku Dosen Penasihat Akademik, yangtelah meluangkan waktu, memberikan tenaga dan pikirannya untukmembimbing hingga selesainya skripsi ini.

(9)

5. Muhammad Sholeh Hasan, Lc., M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang selalumeluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing serta arahan yang sangat bermanfaat dari awal sampai akhirpembuatan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ayahanda tersayang Jamphuri, dan Ibundatercinta Siti Fatimah, serta abang Lukman dan Adik-adik Lina dan Iyanyang selalu mendukung, memberi motivasi dan mendoakan, serta selalu memberi bantuan baik moril maupun materil. Karena doa mereka saya dapat menyelesaikanskripsi ini.

7. Bapak H. Hidayat, selaku Guru Pendidikan Agama Islam, yang telah mengizinkan saya dan membantu dalam penelitian ini dalam perolehan data, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Rahmatika Imanda S.Pd, yangselalu memberikan bantuan, doa dan supportnya kepada saya dalampenyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Team: Rahmatika Imanda S.Pd, Fadhil Muammar S.Pd, Khusnul Amri, Yuda Syahfitra S.Pd, Nisa Alimah S.Pd, Ainu Rahmah S.Pd, Nada Bikriyah S.Pd, Anna Nurviana S.Pd, Aulia Rahman S.Pd, Humaeni Rizki S.Pd, Laely Yuniar S.Pd, Alif Surya Pratama S.Pd, Ahmad Rifqi Aulia Azka S.Pd, telah memberikan banyak pembelajaran, pengalam dan berbagi cerita tentang arti sebuah kebersamaan.

10. Sahabat seperjuangan jurusan PAI angkatan 2015 khususnyaPAI kelas B angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan dan bantuan dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman KKN, yang telah menyemangati, memotivasi dan menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015.

13. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala dukungannya baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat saya susun dengan maksimal.

(10)

Skripsi ini telah disusun secara maksimal. Terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik itu dari sistematika penulisan maupan penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak yang membaca untuk kebaikan di masa mendatang.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat diterima dan memberikan bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh tenaga pendidik khususnya, serta masyarakat pada umumnya agar dapat lebih memahami dalam mendidik anak berkebutuhan khusus

Jakarta, Desember 2021

Penulis

Ali Abdul Wahhab

(11)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca dan Menulis Al-Qur’an 1. Pengertian Membaca dan Menulis Al-Qur’an ... 10

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an ... 19

B. Peranan Guru 1. Pengertian Guru ... 26

2. Pengertian Peran Guru ... 28

3. Macam-macam Peran Guru ... 33

4. Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan BTQ ... 36

a. Memberikan Motivasi kepada Peserta Didik ... 37

(12)

b. Menumbuhkan Minat Peserta Didik ... 39

c. Penerapan Metode yang Efektif ... 41

d. Media Pembelajaran... 44

e. Evaluasi Pembelajaran ... 45

C. Pelaksanaan BTQ dalam Pembelajaran ... 50

D. Materi Kegiatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 52

E. Hasil Penelitian Relevan ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 57

B. Metode Penelitian ... 57

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 57

D. Teknik Pengumpulan Data ... 58

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 59

F. Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMPN 166 Jakarta 1. Profil SMPN 166 Jakarta ... 62

2. Sejarah Singkat SMPN 166 Jakarta ... 62

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMPN 166 Jakarta ... 63

B. Deskripsi Data ... 66

1. Data Observasi ... 66

a. Tempat Pelaksanaan Kegiatan BTQ di Kelas ... 66

b. Tempat Pelaksanaan Kegiatan BTQ di Luar Kelas ... 66

c. Pelaku Pelaksanaan Kegiatan BTQ ... 67

2. Proses Pelaksanaan Kegiatan BTQ ... 67

3. Materi Kegiatan Pembelajaran BTQ ... 69

4. Fasilitas Pembelajaran BTQ ... 73

5. Evaluasi Penilaian Pembelajaran BTQ ... 74

(13)

6. Klasifikasi Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an ... 74 7. Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan BTQ ... 75

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Observasi di SMPN 166 Jakarta Lampiran 2 : Hasil Observasi di SMPN 166 Jakarta Lampiran 3 : Hasil Wawancara

Lampiran 4 : Foto Kegiatan Penelitian BTQ di SMPN 166 Jakarta Lampiran 5 : Uji Referensi

Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 7 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8 : Biodata Penulis

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa sekolah dapat membuat perbedaan dalam pengembangan siswa. Tetapi bisakah mereka melakukan semua tugas ini sendirian? Apa peran seorangguru?

Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk mengangkat manusia dari kejahilan kepada pemahaman ajaran agama Islam sebenar-benarnya. Dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk mengajarkan manusia agar mengenal Allah SWT, dan juga dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh sehingga selamat dari kesesatan dunia akhirat.

Dalam hal ini Zakiah Darajat menyatakan, “Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia juga memiliki kemampuan dan kelemahan.1

Menurut Zakiah Daradjat guru agama adalah “sebagai pembina pribadi, sikap dan pandangan hidup anak. Karena itu, setiap guru agama harus berusaha membekali dirinya dengan segala persyaratan bagi guru, pendidik dan pembina hari depan anak didik.2

Pada setiap pendidikan selalu diajarkan mengenai masalah keagamaan. Terlepas dalam lembaga pendidikan yang bernuansa keagamaan maupun yang bersifat umum. Semua memberikan jatah jam pelajaran keagamaan sebagai bukti akan pentingnya nilai keagamaan yang

1 Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.

226.

2 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 80.

(16)

perlu ditanamkan pada peserta didik. Termasuk pada lembaga pendidikan umum sekalipun.

Ahmad Tafsir mengemukakan, bahwa guru agama Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif ataupun potensi psikomotorik berdasarkan ajaran Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan di sekolah merupakan dari pendidikan dalam keluarga

.

3

Disisi lain, tugas guru tidak hanya sekedar mengajar atau memindahkan ilmu kepada anak didiknya, namun harus memberikan contoh, teladan dan panutan kepada murid-muridnya. Maksudnya, semua nilai kebaikan yang telah disampaikan. Sudah dan sedang dilaksanakan oleh guru tersebut, sehingga ucapan seorang guru selaras dengan perbuatannya.

Pekerjaan guru agama Islam adalah pekerjaan yang professional, maka menjadi guru agama Islam harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Oemar Hamalik berpendapat bahwa ada persyaratan yang harus dimiliki guru agama Islam yaitu “harus memiliki bakat sebagai guru, harus memiliki keahlian sebagai guru, memiliki kepribadian yang baik dan berintegrasi, memiliki mental yang sehat, berbadan sehat dan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.”4

Hal demikian akan memberi pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada anak didik, sehingga mendorong mereka untuk mengikuti dan meneladani guru mereka. Oleh karena itu tidak heran bila guru agama Islam dituntut banyak berinteraksi dengan Al-Qur'an, walau sebenarnya tuntutan berinteraksi dengan Al-Qur'an bukan hanya tugas guru agama

3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h. 74

4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 118.

(17)

Islam, melainkan orang Islam pada umumnya dan tidak dikhususkan pada profesi tertentu.

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama Islam sangat penting bagi kehidupan ini, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin kelangsungan generasi yang berperadaban dan beradab.

Agama merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jadi pendidikan agama mutlak harus dilaksanakan untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, taqwa, cerdas, disiplin dan memiliki ketrampilan dan dapat bertanggung jawab dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Pelaksanaan pendidikan pada anak hendaknya dimulai sejak dini, begitu juga pendidikan agama, karena hal itu akan menjadikan kokohnya agama yang diperolehnya, sebagaimana dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat bahwa :

“Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya dulu.

Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya”.

Pernyataan Zakiyah Daradjat diatas menunjukkan bahwa tertanamnya nilai-nilai agama pada diri anak tidak akan lepas dari peran pendidikan, pengalaman, serta latihan-latihan yang diperolehnya sejak kecil atau usia sekolah dasar, sehingga anak dewasa nanti dengan sendirinya mempunyai kecenderungan untuk hidup dalam aturan agama

(18)

dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama serta memiliki kemauan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kewajiban mendidik agama merupakan tanggung jawab orang tua, guru dan masyarakat sebab baik buruknya masyarakat tergantung pada pendidikan dan pengamalan agamanya. Maka dari itu pendidikan agama dan penanaman nilai-nilai agama (Al-Qur’an) menjadi sangat penting dan harus diajarkan serta dimiliki oleh insan terutama seluruh peserta didik.

Allah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, direnungkan, dan dijadikan sebagai hukum. Berobat dengannya dari berbagai penyakit dan kotoran hati, sehingga hikmah lain yang dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna serta berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, pedoman hidup bagi setiap muslim, petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Oleh karena itu setiap muslim wajib mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek pendidikan Agama yang kurang mendapat perhatian adalah pendidikan membaca dan tulis Al-Qur’an. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan pada pendidikan umum sehingga banyak anak muslim yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an. Sebagai langkah awal adalah meletakkan dasar agama yang kuat pada anak sebagai persiapan untuk menjalani hidup dan kehidupannya kelak.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Islam, salah atu negara muslim terbesar di dunia. Tentunya hal ini memberikan perhatian yang lebih terhadap Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup mereka. Sejauh mana pemahaman dan perhatian mereka terhadap Al-Qur’an. Bahwasannya Al-Qur’an merupakan mukjizat bukan

(19)

hanya dijadikan simpanan, seharusnya lebih dari itu. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an sebaiknya dipelajari.5

Al-Qur’an adalah kitab suci yang tidak ada duanya. Di dalamnya memuat segala macam petuah atau nasehat, pelajaran, nilai pendidikan dan lain sebagainya yang tidak mungkin dibuat oleh seseorang hebat, dan sepandai apapun orang tersebut. Sebagai kitab rujukan bagi dunia pendidikan, Al-Qur’an memuat nilai-nilai pendidikan yag tinggi yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sepanjang masa.Dalam Al- Qur’an surat al-Baqarah ayat 2 Allah berfirman :

َنْيِقَّتُمْلِِّل ىًدُه ۛ ِهْيِف ۛ َبْي َر َلَ ُبٰتِكْلا َكِلٰذ

żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn

Artinya: Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 2)6

Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit, terutama sekali untuk guru mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memfokuskan pada pemahaman tentang baca tulis Al-Qur’an secara baik dan benar, sehingga tidak dapat dilakukan dengan baik oleh seorang guru tanpa persiapan.Agar mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan benar, maka pelajaran membaca dan menulis huruf Al-Qur'an harus dimulai sejak usia anak-anak, sebab dengan cara demikian berarti telah memberi keterampilan dasar yang selanjutnya akan dikembangkan pada usia dewasa. Jika anak sejak dini sudah diajarkan membaca Al-Qur'an, mereka akan mudah untuk membaca Al-Qur'an.

5 Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.

76

6 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 1

(20)

Kamampuan baca tulis Al-Qur'an merupakan hal yang sangat penting dan urgen di kalangan umat Islam, dalam pengajaran Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca adab menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka fahami artinya, apalagi umumnya anak-anak hanya belajar membaca, tidak menuliskannya.

Karena wujud pengertiannya tidak difahami mereka, gambaran pengertian tidak dapat diperlihatkan. Mereka belajar kata-kata yang mati dan mereka belajar simbol huruf (bunyi) dan juga kata yang tidak ada wujudnya bagimereka. Mereka belajar bahasa tidak praktis dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin dapat mempersulit dan memperlambat berhasilnya pengajaran Al-Qur' an itu. Meskipun demikian, orang (anak) Islam mesti belajar membaca Al-Qur'an, karena kepandaian membaca al-Qur'an itu merupakan kebutuhan sehari-hari bagi kehidupan seorang muslim dalam kegiatan pengalaman ajaran agamanya.

Kemampuan baca tulis Al-Qur'an harus ditanamkan pada anak sedini mungkin, karena masa anak adalah masa yang paling tepat untuk menanamkan berbagai kemampuan. Itulah alasan penulis lebih menyoroti kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada siswa SMP karena SMP merupakan jenjang pendidikan perantara antara SD dan SMA. Jenjang pendidikan SMP merupakan medium pengontrol antara pendidikan di SD dan di SMA. Pada jenjang pendidikan di SMP-lah kesempatan yang paling baik untuk lebih mengasah segala kemampuan siswa setelah lulus SD dan sebagai tempat persiapan menuju pendidikan selanjutnya, sehingga pada jenjang pendidikan SMA siswa sudah kompeten dan lebih mengembangkan kemampuannya.

Keberhasilan baca tulis Al Qur’an dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari adanya indikator sebagai berikut :

(21)

1. Siswa memiliki pengetahuan dasar baca tulis huruf Al-Qur’an.

2. Siswa meyakini bahwa dengan kemampuan baca tulis Al-Qur’an akan menumbuhkan gairah untuk memaknai isi Al-Qur’an.

3. Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan benar dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

4. Siswa mampu menguasai dasar-dasar teknik qiroah.

Kegiatan belajar mengajar baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta bertujuan supaya siswa dapat membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid dan siswa dapat menulis dan membaca Al-Qur’an dengan benar dan baik. Namun untuk melaksanakan hal tersebut bukan pekerjaan yang mudah bagi seorang guru Agama Islam. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta banyak permasalahan yang terjadi, terutama tentang bagaimana peran guru agama dalammendidik siswa padaproses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan tersebut terlihat adanya ketidakseimbangan antara strategi yang dipakai oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan keberhasilan baca tulis Al-Qur’an siswa. Namun berdasarkan observasi pendahuluan yang penulis lakukan di SMPN 166 Jakarta dan wawancara dengan Bapak Hidayat selaku guru BTQ diperoleh informasi bahwa mata pelajaran BTQ diajarkan pada kelas 7 dengan tenaga pengajar dan mahasiswa.Namun demikian masih ada siswa yang belum bisa membaca dan menulis huruf Al-Qur’an, hal ini dikarenakan pembelajaran yang dipakai guru masih sangat sederhana. Disamping itu juga kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan ilmu agama seperti baca tulis Al-Qur’an ketika siswa di rumah. Maka demikian diadakannya pembelajaran baca tulis Al-Qur’an tambahan selesai sekolah.

Lalu bagaimanakah peran guru dalam mendidik siswa yang belum/tidak bisa membaca dan menulis huruf Al Qur’an tersebut?

(22)

Berpijak dari latar belakang diatas, maka penulis tergugah untuk meneliti.

“PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BACA TULIS AL-QUR’AN DI SMPN 166 JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnnya motivasi siswa untuk membaca Al-Qur'an.

2. Kelancaran siswa dalam membaca Al-Qur'an masih terbata-bata.

3. Pemahaman siswa tentang ilmu tajwid masih kurang.

4. Keterbatasan jam pelajaran untuk mata pelajaran baca tulis Al- Qur'an.

5. Masih banyak siswa yang belum mengenal tanda baca/syakal pada huruf.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu: Peran Guru dalam meningkatkan siswa baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta kelas VII.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada permasalahan yang dikaji dalam penelirian ini. Permasalahan tersebut sebagai berikut:

“Bagaimana Peran Guru dalam meningkatkan siswa baca tulis Al-Qur’an di SMPN 166 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Peran Guru Agama Islam dalam Mendidik

(23)

Siswa Baca Tulis Qur’an di SMPN 166 Jakarta. Serta untuk mengtahui hasil belajar dan untuk mengetahui apakah siswa mampu membaca Al- Qur'an dengan fasih.

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khazanah keilmuan khususnya dalam metode pembelajaran Al-Qur’an untuk guru, masyarakat, serta lembaga terkait..

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Denganpenelitian ini diharapkan memberikan ilmu pengetahuan yang baru kepada peneliti, serta dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran mengenai peran guru dalam mendidik siswa baca tulis Al-Qur’an kepada peneliti untuk masa yang akan datang.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Bagi lembaga pendidikan yang diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

c. Bagi Masyarakat.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan ilmu kepada masyarakat mengenai peran guru dalam mendidik siswa membaca tulis Al-Qur’an.

d. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian yang dilakukan.Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis lain guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat.

(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Membaca dan Menulis Al-Qur’an

Untukmemperoleh pengertian yang tepat tentang kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an maka perlu kiranya penulis menelaah kembali mengenai pengertian kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

1. Pengertian Membacadan Menulis Al-Qur’an

Menurut Abuddin Nata, Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar baca, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan. Sedangkan menurut Al-Raghib al-Asfhani yang dikutip oleh Abuddin Nata menyatakan bahwa “Membaca dari kata qara‟ yang terdapat pada surat al-alaq ayat yang pertama secara harfiah kata qara‟ tersebut berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu bacaan.7

Sedangkan pengertian membaca yaitu sesuai dengan kalam Allah wahyu pertama yang diturunkan untuk Nabi Muhammad SAW yaitu QS Al-Alaq ayat 1-5, yaitu:

)( مَرأكَألْا َكُّبَرَو أأَرأ قا )( قَلَع أنِم َناَسأنِألْا َقَلَخ )( َقَلَخ يِذَّلا َكِِّبَر ِمأسِبِ أأَرأ قا أمَلأعَ ي أَل اَم َناَسأنِألْا َمَّلَع )( ِمَلَقألِبِ َمَّلَع يِذَّلا()

Artinya: (1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(4) yang

7 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Agustus 2010), Cet ke-4, hlm. 43

(25)

mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.8

Ayat diatas mengandung makna yaitu perintah untuk membaca agar mendapatkan pengetahuan, sehingga setelah membaca kita tahu dan faham serta memiliki pengetahuan yang bersumber dari bacaan yang telah dibaca. Membaca Al-Qur’an adalah suatu ibadah yang dilakukan bagi orang Islam kepada Allah Swt sehingga yang membacanya dapat memahami dan dapat mengamalkannya dengan baik dan benar, sedangkan membaca secara umum yaitu suatu pekerjaan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.

Menurut Hernowo, “Membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran sendiri. Dengan membaca, kita mampu menyalami pikiran orang lain dan menambahkan pikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri”.9

« : مَّلَسو ِهأيَلَع الله ىِّلَص َِّللَّا لوسر َلاق : لاق هنع َّللَّا َيضر َنافع نب َنامثع نع

» همَّلعَو َنآأر قلا َمَّلَعَ ت أنَم م كيرَخ

يراخبلا هاور

Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR. Tirmidzi)10

Dari beberapa pengertian di atas sulit kiranya diperoleh definisi membaca yang seragam. Namun tampak keseragaman di antara para ahli untuk mengatakan bahwa membaca sedikitnya menyangkut tiga

8 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 596

9 Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang Munculnya Potensi Membaca, (Bandung : Mizan Learning Center, 2003), Cet ke-2, hlm. 35

10 Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak at-Turmuzy Sunan at-Turmuziy, kitab fadhail Al-Qur’an‘an Rasulillah, bab ma ja’a fi ta’limil Al-Qur’an hadis No.

2832 dan 2833.

(26)

hal, pertama, membaca melibatkan proses kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga, membaca selalu melibatkan proses pemahaman.

Menurut Hernowo, “Membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran sendiri. Dengan membaca, kita mampu menyalami pikiran orang lain dan menambahkan pikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri”.11

Dari beberapa pengertian di atas sulit kiranya diperoleh definisi membaca yang seragam. Namun tampak keseragaman di antara para ahli untuk mengatakan bahwa membaca sedikitnya menyangkut tiga hal, pertama, membaca melibatkan proses kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga, membaca selalu melibatkan proses pemahaman.

Apabila pengertian membaca dikaitkan dengan kata Al-Qur’an sehingga menjadi pengertian membaca Al-Qur’an, maka akan berarti melihat tulisan yang ada pada Al-Qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca Al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya.

Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah perintah untuk membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu atau pengetahuan yang tidak diketahuinya (Surat Al-Alaq, 96:1-5). Secara tersirat dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan.

Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis). Kemudian menulis adalah membuat huruf atau

11 Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang Munculnya Potensi Membaca, (Bandung : Mizan Learning Center, 2003), Cet ke-2, hlm. 35

(27)

angka dan sebagai sebagainya dengan menggunakan pena (pensil, kapur, dan sebagainya).12

Para ulama menyebutkan definisi khusus bebeda dengan lainnya bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pembacanya menjadi suatu ibadah. Maka kata kalam yang ada dalam definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam dan penyandraannya kepada Allah SWT yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus firman-Nya bukan kalam manusia, jin maupun malaikat.

Batasan kata kepada Muhammad menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.13

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Baca Tulis Al-Qur’an secara keseluruhan adalah membaca atau melihat tulisan dan mengerti atau menuliskan apa yang tertulis didalam firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah pelajaran yang mempelajari tentang bagaimana cara membaca dan menulis Al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.

Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang- kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Membaca juga berarti sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam bacaan, melihat pikiran yang terkandung didalam kata yang tertulis.14

Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-lambang

12 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 71.

13 Aunur rafiq al-mazni. Pengantar studi ilmu al-Qur’an(Pustaka al-kautsar: Jakarta timur. 2006), h. 18-19

14 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 1991), h. 42

(28)

bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf- huruf menurut alfabet Latin. Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai, dan ini terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di sekolah.

Membaca juga merupakan proses kognitif. Walaupun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan- kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan mata, kebanyakan dari kegiatan dalam membaca tingkatan ini adalah kegiatan pikiran atau penalaran termasuk ingatan. Dengan kegiatan penalaran yang di maksud ini pembaca berusaha menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang melalui karangan bersangkutan.

Dalam proses memahami informasi dimaksud, pembaca juga mempelajari cara-cara pengarang menyajikan pemikiran- pemikirannya.15

Dalam ajaran Islam membaca yang terpenting adalah membaca sesuatu yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Dan membaca yang sangat dianjurkan serta diperintahkan oleh Allah adalah membaca Al-Qur’an Sebagai manusia yang beragama, selalu dituntut untuk senantiasa membaca dalam arti membaca ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah dimuka bumi ini. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an sendiri yang pertama kali diturunkan adalah perintah kepada umat manusia untuk membaca dan menulis. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca tulis Al-Qur’an. Kemampuan membaca yang baik dan benar itu tidak boleh meninggalkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Fungsi bahasa tulisan yang begitu penting dalam kehidupan sebagai mana dikemukakan di atas, menuntut kemampuan pembaca membaca maksimal dari anggota-anggota masyarakat. Kemampuan dimaksud sangat perlu dalam kehidupan dewasa ini di mana informasi

15 Tampubulon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung:

Angkasa, 1987), h. 5-6.

(29)

tentang berbagai pengetahuan mengalir dengan deras, dan akan semakin perlu lagi dalam abad ke-21 mendatang karena arus informasi akan lebih deras. Dan karena kemampuan membaca dimaksud ini menuntut kemandirian yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa membaca pada tingkatan ini adalah suatu cara yang terbaik untuk membina kemandirian. Selanjutnya karena bahasa tulisan mengandung ide-ide atau pikiran-pikiran, maka dalam memahami bahasa tulisan dengan membaca, proses-proses kognitif (penalaran) lah yang terutama bekerja. Oleh sebab itu, dapat pula dikatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar.16

Umat Islam dianugerahkan Allah kitab suci Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk aktivitas yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, termasuk aspek Pendidikan yang sumber dan dasar falsafah hidup berdasarkan Al-Qur’an. Nilai esensi Al-Qur’an selamanya abadi dan senantiasa relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai- nilai instrumental dan menyangkut masalah teknis operasional.

Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi saw., kepada umatnya.17

Menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalaam Pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Harus diakui bahwa menulis adalah pelibatan perasaan dan pengetahuan seseorang secara total. Artinya, dalam menulis kita dituntut untuk sekreatif mungkin dalam memberdayakan pengetahuan dan perasaan kita, dan harus dipahami

16Ibid, h. 6.

17Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmi, 2013), h. 22-23

(30)

bahwa pengetahuan dan perasaan, menurut Koentjaraningrat, merupakan penentu dari kepribadian seseorang.18

Kualitas kemampuan menulis siswa menempati urutan ke 65 dari 66 negara anggota PISA. Kemampuan menulis seorang diperoleh dari kebiasaan orang itu menulis. Menulis dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, berupa: menulis curahan hati, menulis gagasan/ide, menuliskan pengalaman dalam bentuk diary, dll. Walaupun aktivitas menulis itu sederhana, namun sangat umum jika anak-anak sekolah merasa kesulitan membuat tulisan yang baik. Dalam pembelajaran, menulis dapat dijadikan untuk melatih siswa belajar menulis yang baik.19Dan diperlukannya kemampuan siswa dalam menulis tulisan Al- Qur’an dengan baik dan benar.

Perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi, sampai perkembangan itu mengalami kematangan.

Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya (para rasul terdahulu) dengan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur’anul Karim.20“Qara’a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun, Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur, Al-Qur’an asal katanya sama dengan Qira’ah yaitu berasal dari kata Qa’ra, Qira’atam, Qur’anan. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an:

ُهَناَء ْرُق ْعِبَّتٱَف ُهَٰنْأ َرَق اَذِإَف ُهَناَء ْرُق ُهَعْمَج اَنْيَلَع َّنِإۥ

Artinya : Sesungguhnya atasa tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

18 Heru Kurniawan, Satra Anak Dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 139.

19 Alamsyah Said, 95 Strategi Mengajar Multiple Intell999oigences, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 77

20Al-Qhaththan, Syaikh Khalil Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2011), h. 15

(31)

membacanya,. Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamah : 17-18).21

Al-Qur'an terbagi dalam 114 surah, masing-masing dengan panjang yang beragam. Surah-surah Makkiyyah awal adalah yang terpendekdan berangsur semakin panjang. Ayat surah-surah awal surat dengan 'momen psikologis' yang dalam dan kuat, ringkas namun meledak-ledak. Sebuah suara menyeruak dari kedalaman hidup dan menghantam pikiran Nabi, berusaha mengemuka di alam sadar.

Tekanan suara tersebut perlahan pudar, terutama pada periode Madaniyyah, menjadi lebih ringan dan fasih seiring bertambahnya muatan hukum yang mengatur dan mengarahkan masyarakat Islam yang baru lahir.

Bukan berarti suara tadi hilang atau intensitasnya berubah. Satu ayat Madaniyyah menyatakan:

ِةَيْشَخ ْنِِّم اًعِِّدَصَتُّم اًعِشاَخ ٗهَتْيَا َرَّل ٍلَبَج ىٰلَع َنٰا ْرُقْلا اَذٰه اَنْل َزْنَا ْوَل َن ْو ُرَّكَفَتَي ْمُهَّلَعَل ِساَّنلِل اَهُب ِرْضَن ُلاَثْمَ ْلَا َكْلِت َوۗ ِ هاللّٰ

'Se- andainya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatmya tunduk terbełah karena takut kepada Ailah' (QS. Al-Hasyr 59:21).22

Tetapi, tugasnya sendiri memang telah berganti. Dari dentuman dan dorongan moral serta nasihat keagamaan Al-Qur’an perlahan mengarah pada pembinaan struktur masyarakat.

Bagi Al-Qur'an sendiri, dan karena itu juga bagi semua Muslim, Al-Qur'an adalah firman Tuhan (kalam Allah). Muhammad yakin betul bahwa ia adalah penerima pesan Allah, sang Maha Lain (kita akan mengulas lebih saksama makna 'Maha Lain’ itu) hingga ia menolak,

21 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 576

22 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 547

(32)

atas daya kesadaran ini, sejumlah klaim utama tradisi Yudeo-Kristen tentang Ibrahim dan nabi lainnya . Sang Liyan' ini melalui suatu sarana 'mendiktekan' Al-Qur'an atas kehendak mutlaknya. Suara dari kedalaman hidup itu berbicara dengan sangat jelas dan lantang. Kata

"Al-Qur'an" sendiri yang berarti bacaan 'jelas menunjukkan hal ini, tetapi lebih dari itu, teks Al-Qur'an berkali-kali menyatakan bahwa Al- Qur'an diwahyukan secara verbal , bukan hanya makna' dan gagasannya saja.

Istilah Al-Qur'an sendiri ini adalah wahyu yang maknanya mirip dengan ilham', meski bukan berarti tidak harfiah (yang kami maksud dengan firman' tentu bukan suara). Al-Qur'an menyatakan,

Allah tidak berbicara pada seorang manusia pun (dengan kata- suara) kecuali melalui wahyu (ilham kata gagasan) atau dari balik tabir atau la mengutus perantara (malaikat) yang berbicara melalui wahyu.. Demikian lah Kami memberimu ilham dengan ruh atas Kehendak Kami... (QS 42:51-52)23

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, selain itu Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang paling utama. Di dalamnya terdapat berbagai pedoman hidup manusia.

Segala urusan manusia sudah ditulis di dalamnya. Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti sesuatu yang dibaca (ءوزقولا). Yang berarti dianjurkan kepada umat manusia khususnya umat muslim untuk membaca Al-Qur’an bukan hanya menjadi pajangan rumah saja. Bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk diamalkan.24

Al-Qur’an bagi umat Islam adalah wahyu Tuhan (kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. wahyu dalam konsep Islam juga berarti “Pembicaraan Tuhan.”. pembicaraan Tuhan berarti bahwa

23 Fazlur Rahman, Islam Sejarah Pemikiran dan Peradaban, (Bandung: Mizan Pustaka, 2016), h. 33-34.

24 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), h.1

(33)

Allah berkomunikasi dengan utusan-Nya dengan menggunakan sarana komunikasi. Meski komunikasi tersebut berbeda dengan komunikasi yang biasa digunakan manusia dengan sesamanya.25

Mengingat pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan kita maka kita sebagai umat muslim haru memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dari penjelasan di atas mengenai pengertian pembelajaran dan Al-Qur’an dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Al- Qur’an adalah proses interikasi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar yaitu Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup yang membuat perubahan tingkah laku terhadap peserta didik melalui bimbingan dan pelatihan mempelajari dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an Tujuan pengajaran baca tulis Al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis Al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Al-Qur’an.

Tujuan yang akan dicapai dalam bidang pengajaran Baca Tulis Al- Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan diri ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia, yaitu beriman kepada Allah tunduk dan patuh secara total kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Al- Qur’n surat adz-Dzariyat/51 ayat 56:

ِن ْوُدُبْعَيِل َّلَِا َسْنِ ْلَا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

25 M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: ELSAQ Press, 2005), h. 51.

(34)

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adh-Adzariyat [51] 56)26

Bedasarkan surat adz-dzariyat ayat 56 tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an adalah beribadah kepada Allah dalam arti seluas-luasnya yang tercermin dalam akhlak mulia dalam berbagai dasar, yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Tujuan utama dalam membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, menangkap isi dan memahami bacaan.27 Maka tujuan dari membaca Al-Qur’an sendiri disini adalah untuk mendekatkan diri pada Allah, karena Al-Qur’an sendiri dikalangan Islam merupakan bacaan nomor pertama dikala susah maupun senang. Karena keutamaan membaca Al-Qur’an sendiri menurut Rasulullah memberikan apresiasi, motivasi, dan sugesti untuk giat membacanya.

Untuk dapat mengetahui kegiatan pembelajaran itu berhasil atau tidak maka diperlukan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan kegiatan pembelajaran secara umum adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam rangka membina pribadi menuju manusia seutuhnya.

c. Mengetahui mengenal serta membedakan hubungan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.

d. Untuk menjaga suatu kebenaran dari ilmu pengetahuan.28

Harus dipahami bahwa menulis adalah proses eksistensi yang hanya bisa dilalui dengan jalan hobi membaca, karena yang akan dituliskan, hakikatnya adalah pengetahuan. Selain mengasah ketajaman

26 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia, Syaamil Quran, (Jawa Timur: An-Nahdliyah Pondok Pesantren Langitan, 2018), Cet ke-3, h. 522

27 Hernowo, Quantum Reading, (Bandung: MLC, 2005), h. 33.

28 Moh. Uzer Usman dan Dra. Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 22.

(35)

imajinasi, dalam hubungannya dengan menulis, membaca mempunyai banyak manfaat, antara lain:

1) Menambah ilmu pengetahuan, dalam hubungannya dengan menulis, pengetahuan mempunyai peran yang penting.

2) Membaca bisa menjadi sumber ide, seringkali ide untuk menulis datang setelah kita selesai membaca.

3) Membaca sebagai media untuk proses pencarian gaya (style) dalam menulis, apa yang dimaksud dengan gaya ini adalah teknik dan cara bercerita.

4) Menjaga motivasi menulis, seperti pengalaman saya, yang sudah saya ceritakan di atas, saya yakin mahasiswa itu habis niatnya untuk menulis karena sudah tidak punya niat membaca.29

Tujuan pembelajaran ini merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang memiliki tujuan agar seseorang mampu dalam membaca dan menulis Al-Qur’an. Dimana orang tersebut dapat melihat, melafalkan serta memahami Al-Qur’an secara baik dan juga membuat huruf-huruf dan tulisan-tulisan yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an.

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pula merupakan salah satu ekstrakulikuler yang di selenggarakan oleh lembaga Pendidikan khususnya Pendidikan bernuansa islami. Hal ini didasari karena manfaat daripada mempelajari isi kandungan Al-Qur’an itu sangat besar.

Mempelajari Al-Qur’an memang sudah kewajiban bagi seluruh umat muslim yang ada diseluruh dunia, karena dia merupakan pedoman hidup bagi umat Islam. Manfaat dan kandungan yang ada didalam Al- Qur’an memang sangatlah dahsyat, sehingga kita sebagai umat Islam

29 Heru Kurniawan, Satra Anak Dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif, h. 145-147.

(36)

sudah sepantasnya untuk terus membaca, memahami, mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an.

Kegiatan pelaksanaan pemebalajaran baca tulis qur’an yang diselenggarakan di SMPN 166 Jakarta ini adalah salah satu kegiatan tambahan yang masuk pada penilaian akhir sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan mampu menulis Al-Qu’ran. Jadi kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an adalah kemampuan yang dilakukan secara berurutan yaitu membaca dan menulis. Dimana seseorang itu mempunyai suatu keterampilan dalam membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bacaan dan tajwidnya. Serta dapat menulis dengan cara menyalin rangkaian huruf- huruf hijaiyyah dengan benar, rapi dan berkaitan dengan ayat-ayat Al- Qur’an.

Pembinaan berasal dari kata “bina” yaitu proses, cara, perbuatan membina, usaha, tindakan dengan tambahan awalan “pe” dan akhiran

“an” yang mengandung arti kegiatan yg dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik.

Sedangkan Baca Tulis Qur’an (BTQ) adalah pelajaran muatan lokal yang mempelajari tentang bagaimana cara membaca dan menulis Al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang baik dan benar yang diterapkan pada siswa kelas rendah yaitu siswa kelas 7. Tujuan pembinaan ditekankan pada interaksi guru kepada siswa secara langsung dengan beberapa metode yang ada.Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan adalah gambaran dalam membangun siswa dalam mencapai target pembelajaran dibidang mata pelajaran bacatulis Al-Qur’an.

Pada dasarnya tujuan pengajaran Al-Quran adalah agar sebagai umat islam bisa memahami dan mengamalkan isi kandungan dalam Al- Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, menjaga dan memelihara baik itu dengan mempelajari dan mengajarkan kepada orang lain sehingga

(37)

pengajaran dan pendidikan dapat terlaksana terus menerus dari generasi ke generasi sampai akhir zaman kelak. Karena Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk bagi umat islam di dunia ini.

Mendidik bukan sekedar transfer ilmu saja, tapi lebih dari itu yaitu memberikan nilai-nilai terpuji pada orang lain dalam hal ini adalah peserta didik untuk berakhlak Al-Qur’an. Pendidikan yang paling mulai di berikan orang tua adalah pendidikan Al-Qur’an yang merupakan lambang agama islam yang paling hakiki sehingga dapat menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual islam. Pembinaan baca tulis Al-Qur’an di lakukan agar setiap orang yang mempelajarinya mengerti akan kebenaran isi di dalam kandungan Al-Qur’an belajar Al-Qur’an harus dimulai.

Didalam ilmu pendidikan yang sudah modern Al-Qur’an bisa dipelajari dengan cara meluhat tata bahasa yang berada didalamnya dengan cara menafsirkan satu persatu dengan kamus bahasa arab.Menurut ibnu kaldun dalam kitabnya muqaddimah menyatakan bahwa “Al-Qur’an itu perlu di pelajari dan di baca oleh anak-anak pada peringkat awal karena membaca Al-Qur’an akan menanamkan benih- benih keimanan ke dalam jiwa anak-anak”. Al-Qur’an di turunkan untuk kepentingan seluruh umat manusia tanpa mengira bangsa, tempat dan masa. Isi Al-Qur’an menjadi sumber asas kepada manusia untuk di jadikan panduan dalam menjalani kehidupan dunia apalagi akhirat.

Untuk mencapai hasrat tersebut manusia perlu menyelami Al-Qur’an melalui belajar membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya.

Kepentingan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur’an suatu yang tidak dapat di pertikaikan lagi karena ia merupakan sumber asas dalam pembinaan manusia. Membaca Al-Qur’an sangat di anjurkan kepada setiap individu muslim karena Al-Qur’an akan mendatangkan

(38)

berbagai manfaat terhadap pembacanya. Namun mempelajari kaedah dan tata cara dalam pembacaannya merupakan tuntutan yang mesti dipenuhi, disamping hukuman mendapat ganjaran dosa, kesalahan dalam membaca Al-Qur’an akan menentukan sah atau tidak sahnya ibadah yang di lakukan oleh seseorang tersebut:

Tujuan pembinaan Al-Qur’an yaitu :

1. Agar yang mempelajari Al-qur’an dapat mengerti apa isi kandungan dalam Al-Qur’an.

2. Pembinaan di lakukan dengan orang yang sudah mengerti tata cara baca tulis Al-Qur’an dengan benar.

3. Mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci Allah yang sudah terbukti kebenarannya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajarmengajar serta pembinaan secara rutin merupakan kegiatan palingpokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik serta tingkat pembinaan yang dilakukan guru terhadap hasil dari pembelajaran itu sendiri.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atras dasar hubungan timbal balik, yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan

30Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995) h.2

(39)

peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai diri peserta didik yang sedang belajar. Dari proses belajar mengajar tersebut guna menjamin hasil belajar yang maksimal maka dibutuhkan pola pembinaan yang baik pula. Pola pembinaan dalam pembelajaran BTQ harusnya tidak lepas dari strategi mengajar. Menurut Drs. Nana Sudjana menjelaskan ada tiga tahapan pokok dalam strategi mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, ada tiga tahapan dalam strategi mengajar yakni tahap pemula (Prainstruksional), tahap pengajaran (Intruksional) dan tahap pengajaran atau tindak lanjut, kedua adalah penggunaan model atau pendekatan mengajar, pendekatan yang digunakan dalam pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi pada siswa (student centered) dan ketiga penggunaan prinsip mengajar.31

Dalam pola pembinaan BTQ biasanya masih bersifat teoritis dengan menggunakan metode ceramah sebagai dominan. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang aktif serta kurang tertarik terhadap pembelajaran BTQ. Karena peserta didik dituntut dapat mempraktekkan baca tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.

31Nana Sudjana, Dasar-dasar proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h. 147

(40)

B. Peran Guru

1. Pengertian Guru

Guru diartikan sebagai seseorang yang harus digugu (ditaati) dan ditiru (diteladani) hal ini memberikan implikasi terhadap tinggi dan beratnya menjadi guru, ia adalah sosok mulia yang harus dipatuhi, diteladani pola hidupnya, gaya bicaranya, kelakuan dan penerapan nilai agama bagi murid-muridnya karena baik buruknya peserta didik sangat ditentukan oleh bagaimana nilai positif yang dapat digugu dan ditiru dari sang guru. Di zaman sekarang jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi mata pencaharian. Guru bukan hanya pewaris amanat pendidikan, melainkan juga orang yang menyediakan dirinya sebagai pendidik professional.

Guru dalam KBBI adalah pengajar suatu ilmu. Sedangkan, dalam bahasa Indonesia, guru lebih merujuk pada tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Secara umum, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Pendidikan Dasar, hingga Menengah. Dalam hal ini untuk mendapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas, guru harus memiliki kualifikasi formal yang dipersyaratkan.32

Menurut Syafruddin Nurdin, Profesi guru telah hadir cukup lama di Negara kita tercinta ini, meskipun hakikat fungsi, latar tugas, dan kedudukan sosiologisnya telah banyak mengalami perubahan. Bahkan, ada yang secara lugas mengatakan bahwa sosok guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru, dipercaya dan dijadikan panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan menjadi oknum yang wagu lan kuru, kurang pantas dan kurus, di tengah-tengah

32 Nini Subini, Awas Jangan Jadi Guru Karbitan, (Jogjakarta: PT. Buku Kita, 2012), h. 9.

(41)

selbagai bidang pekerjaan dalam masyarakat yang semakin terspesialisasikan.33

Pandangan tradisional yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam bukunya menyebutkan “guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan”. 2 Guru adalah Profesi yang mulia, tidak hanya mulia di mata manusia, tetapi juga di mata Allah swt. Sesuai Undang-undang No. 14 Pasal 1 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang di maksud guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasipeserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.34

Menutur Pupuh Fathurrohman dkk, Guru professional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam mengajarkannya (menyampaikannya). Dengan kata lain, guru professional adalah guru yang mampu mengajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.35

Menurut Pupuh Fathurrohman dkk dalam bukunya menyebutkan,

“Karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Guru lah yang memegang peranan yang sangat penting dalam membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan”

Menurut Kunandar dalam bukunya menyataan, “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

33 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Quantum Teaching, 2005)Cet ke-3, h. 1

34 Undang-undang No. 14 Pasal 1Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, h. 2

35 Pupuh Fathurrohman dkk, Guru Profesional, (Bandung : PT Refika Kurniawan, Juni 2012), Cet ke 1, h. 6

(42)

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”36

Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.

Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ia patut diteladani atau tidak.

Bagaimana guru meningatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul baik dengan siswanya, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Dari beberapa pengertian guru di atas dapat dikatagorikan sebagai tugas guru secara umum, sedangkan tugas guru terutama guru agama adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar taat menjalankan agama, dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.

2. Pengertian Peran Guru

Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Setelah mendapat akhiran “an”, kata peran memiliki arti yang berbeda, di antaranya:

a. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.

b. Peranan adalah kosekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang .

c. Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain.

36 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pres, 2011), h. 54

(43)

Peranan juga memiliki makna “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama (terjadinya suatu hal atau peristiwa) misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan penting dalam pembangunan Negara”37

Kalau ditelusuri konsep peranan secara lebih detail, maka kita akan menemukan konsep fungsi. Kenapa demikian? Setiap orang memiliki suatu posisi dalam ruang sosial seperti kelompok, keluarga, komunitas atau masyarakat. Posisi merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok atau kedudukan dalam hubungannya dengan kelompok lain, misalnya posisi sebagai guru. Posisi sebagai guru memiliki hak dan kewajiban yang diembannya, dikenal sebagai status adapun perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki suatu status disebut sebagai peranan.38Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas professional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.Tugas seorang guru adalah meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak39

Guru adalah salah satu faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab guru sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas sarana yang kurang memadai dapat teratasi, tetapi sebaliknya di tangan guru yang kurang cakap, sarana dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat. Selanjutnya, di bidang keguruan ada tiga persyaratan pokok seseorang itu menjadi

37 Adi Gunawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 2003), hlm. 640

38 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 155.

39 Nini Subini, Awas Jangan Jadi Guru Karbitan.h. 14

Gambar

Foto Kegiatan BTQ di SMPN 166 Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menyelipkan teknologi dalam pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran Al Quran yang dikenal dengan mata

Jadi meningkatkan kemampuan belajar membaca Al-Qur’an adalah upaya guru dalam proses pembelajaran Al-Qur’an agar peserta didik mampu membaca Al-Qur’an yang awalnya

Adapun hasil penelitian Hidayatullah (2019) menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru yaitu 1) Membiasakan budaya antri dengan menyusun Al-Qur’an atau Iqro

Menurut wakil kepala (Wakil Kurikulum) sekolah ialah siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan demikian siswa tersebut bisa membaca al-Qur’an

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawwiyah Negeri 4 Cirebon, minat baca tulis Al-qur’an siswa Madrasah Tsanawiyah

Kemudian 3 siswa yang menyatakan peran dan kompetensi guru dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien berperan dengan persentase 16,8 %

 Pada tes yang kesembilan yaitu kemampuan membaca dan membedakan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, siswa yang mampu membaca secara benar dan fasih ada 27 orang,

Kompetensi guru PAI dalam pengajaran, pembinaan dan pelatihan harus dapat mengantarkan peserta didiknya memiliki kemampuan dalam membaca dan menuliskan huruf-huruf