• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBELAAN HUKUM TERHADAP CALON NOTARIS

C. Pembelaan Hukum Terhadap Calon Notaris Mantan Narapidana

Dikaitkan Dengan Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia Yang Dijamin Dalam UUD 1945

Pekerjaan rumah yang masih harus dikerjakan oleh Indonesia sebagai suatu negara hukum adalah bagaimana agar hukum itu membumi, artinya sungguh-sungguh dapat menyejahterakan masyarakat dan yang pada akhirnya menyadari bahwa tujuan bernegara hukum adalah untuk membuat rakyat merasa bahagian hidup dalam negara

hukum Indonesia. Unsur rakyat sangat penting dalam sebuah negara, karena secara konkret rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik.

Harus disadari bahwa memposisikan hukum sungguh-sungguh sebagai penyeimbang kepentingan manusia Indoensia sangat tergantung dari kemauan politik (political will) pemerintahnya (dalam hal ini pemerintah Indoensia) yang baik dan berpihak kepada semua manusia Indonesia. Pemerintah dalam hal ini mulai dari pemerintah pusat sampai dengan pemrintah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/

kota. Tentu yang diharapkan adalah adanya pemerintah yang baik, yaitu pemerintah berpihak kepada rakyatnya dan hal tersebut harus terlihat dalam undang-undang yang dibuat, yaitu undang-undang yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya. Untuk pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota keberpihakan itu harus terlihat dari peraturan daerah yang dapat memberdayakan kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya.

Pemerintahan yang baik sering diterjemahkan dengan “Good Government”

yaitu suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga di mana warga dan kelompok masyarakat mengutamakan kepentingannya, mengguna-kan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan di antara mereka.

Indikator pemerintahan yang baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek

produktivitas maupun dalam daya belinya, kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan bahagia serta sense of nationality yang baik.80

Dalam kaitan dengan undang-undang yang berpihak kepada masyrakat harus juga dicermati proses pembuatannya yang matang. Di negara-negara berkembang faktor yang berdiri di belakang lemahnya suatu negara atau ketidak disiplinan sosial yang meluas itu, yaitu perundang-undangan yang terburu-buru (sweeping legislation).

Perundang-undangan yang demikian itu dimaksudkan untuk memodernisasikan masyarakat dengan segera, berhadapan dengan keadaan masyarakat yang umumnya diwarisi, yaitu otoritarianisme, paternalisme, partikula-risme dan banyak ketidakteraturan lainnya.

Perundang-undangan tersebut dimak-sudkan untuk melindungi kepentingan rakya banyak yang sengsara, tatapi yang tidak memberikan hasil yang banyak seperti tercantum pada maksud dikeluarkannya peraturan tersebut. Indonesia sebagai negara berkembang pernah juga mengalami pembuatan perundang-undangan yang terburu-buru (sweeping legislation).81

Hukum harus berfungsi ganda. Di satu sisi bertugas menjamin kebebasan individu untuk meraih tujuan dirinya, yakni mengejar kemanfaatan dan menghindari kerugian. Di lain sisi, hukum memikul tugas untuk mengorganisir tujuan dan kepentingan individu, agar terkait serasi dengan kepentingan orang lain dalam

80 Soetadyo Wignyosubroto, Hukum dan masyarakat (Perkembangan dalam Masyarakat, sebuah Pengantar kearah Kajian Sosiologi Hukum), Bayu Media Publishing, Malang, hal. 29

81Theo Huijbus, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kansius, Yogyakarta, 2000, hal. 76

masyarakat. Eksistensi dan peranan hukum sesungguhnya merupakan perwujudan lebih lanjut dari, tujuan berdirinya negara. Tujuan hakiki dari setiap negara dalah menciptakan kesejahteraan dan keamanan bagi warga-nya. Untuk mencapai tujuan ini, adalah pemerintah yang harus melakukan per-lindungan dan pengaturan terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat.

Perlindungan dan pengaturan terhadap negara dan khususnya kegiatan-kegiatan masyarakat selanjutnya dituangkan dalam undang-undang sebagai panduan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan masyarakat. Idealnya hukum yang diciptakan itu berpihak kepada kepentingan masyrakat sehingga tercipta keadilan, ketertiban dan kepastian hukum.82

Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 tidak mengklasifikasikan/

membedakan dalam hal hukuman yang pernah dijalani oleh seorang calon notaris apakah dijalani pada saat masih berusia anak-anak atau pada saat calon notaris tersebut telah berusia dewasa. Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 hanya menentukan bahwa calon notaris yang telah pernah dipidana dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, maka calon notaris tersebut tidak bisa diangkat menjadi notaris.

Ketentuan tersebut berlaku secara umum untuk semua calon notaris yang telah pernah dipidana penjara lima tahun atau lebih. Seharusnya ketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2.Tahun 2014 tersebut membedakan antara calon notaris yang pernah dijatuhi hukuman pidana penjara lima tahun atau lebih pada saat calon notaris tersebut masih

82 Istianah, Pelaksanaan Pembinaan Anak Didik Pemsyarakatan di Lembaga Pemasyarakat Anak Kutoarjo, Jurnal penelitian

berusia anak-anak (di bawah usia 18 tahun) atau pada saat calon notaris tersebut telah berusia dewasa (di atas 18 tahun).83

Pembedaan ini penting karena usia anak-anak tersebut secara hukum juga harus dilindungi hak-haknya, meskipun ia telah melakukan tindak pidana dan menjalani hukuman lima tahun atau lebih. Seorang anak yang telah melakukan tindak pidana dan telah menjalani hukumannya selama lima tahun atau lebih, telah menebus kesalahannya dengan menjalani hukuman tersebut. Setelah selesai menjalani hukumannya, seorang narapidana anak seharusnya dapat diterima kembali di masyarakat, dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk berubah sikap, dan kembali ke jalan yang benar. Oleh karena itu seharusnya tidak boleh ada satu ketentuan hukum pun yang membuat narapidana anak tersebut menjadi terhukum seumur hidupnya untuk memperjuangkan masa depannya memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat 1, 2, 3 dan 4 UUD 1945.84

Seorang mantan narapidana anak yang telah menebus kesalahannya dengan menjalani hukuman yang telah ditetapkan oleh pengadilan, tidak boleh lagi dihukum oleh suatu ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal memperjuangkan masa depannya dalam hal memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya kelak dikemudian hari untuk menjadi seorang notaris. Bila

83 Rouslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Cemara, Jakarta, 2000, hal. 80

84 Aswanto, Jaminan Perlindungan HAM dan KUHAP dan Bantuan Hukum Terhadap Penegakan HAM di Indonesia, Disertasi, Makasar, 1999, hal. 65

terjadi pembatasan hak asasi dari mantan narapidana anak untuk dapat diangkat menjadi seorang notaris, berarti ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut tidak berperikemanusiaan, dan tentu bertentangan dengan UUD 1945 yang menjamin hak asasi manusia, khususnya hak asasi seorang mantan narapidana anak yang memperjuangkan haknya untuk menjadi seorang notaris.85

Anak sebagai generasi penerus bangsa yang bermasalah dengan hukum atau yang melakukan perbuatan melawan hukum pidana karena telah melakukan tindak pidana, pada umumnya karena terpengaruh dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Oleh karena itu perbuatan pidana yang telah dilakukannya dapat disebabkanb karena pengaruh lingkungan yang begitu besar sehingga anak tersebut melakukan perbuatan tindak pidana. Pada dasarnya pertanggungjawaban seorang anak atas perbuatan pidana yang dilakukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 jo UU No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tidak dapat dibebankan secara penuh. Artinya bahwa dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak selaku tindak pidana, meskipun perbuatan pidana yang dilakukannya sama dengan orang dewasa namun sanksi yang dijatuhkan kepadanya memperoleh pengurangan atau tidak seberat sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana yang telah dewasa.

85Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia¸Pradnya Paramita, Jakarta, 2003, hal. 67

Oleh karena itu seorang mantan narapidana anak tidak seharusnya dipandang secara hukum tetap bersalah dan tidak dapat dimaafkan, karena pada hakekatnya tujuan dari hukuman pidana penjara tersebut adalah untuk membina dan membimbing kembali anak tersebut untuk kembali menjadi orang yang baik dan benar pada saat mantan narapidana anak tersebut kembali ke tengah-tengah masyarakat. Sehingga ketentuan Pasal 3.huruf H UUJN-P no.2 Tahun 2014 yang membatasi hak mantan narapidana anak untuk menjadi seorang notaris bertentangan dengan Pasal 28D UUD 1945 yang menjamin hak asasi setiap warga negara Indonesia (termasuk hak mantan narapidana anak) untuk memperjuangkan pekerjaan yang diinginkannya untuk dapat memperoleh kehidupan yang layak bagi dirinya secara pribadi dan juga keluarganya.

Pembatasan hak asasi mantan narapidana anak melalui ketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014, sama saja dengan menghukum mantan narapidana anak tersebut seumur hidupnya. Hal ini jelas bertentangan dengan asas perlindungan hukum dan keadilan yang merupakan tujuan dibuatnya suatu peraturan perundang-undangan.86

86Harsono, Sisetm Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta, 2005, hal. 59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Status hukum Calon notaris mantan narapidana anak dengan adanyaketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 adalah bahwa mantan arapidana anak tersebut terbatasi hak asasinya dalam hal mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak yang dijamin sepenuhnya oleh UUD 1945, karena tidak sah dan tidak dapat diangkat menjadi notaris bila telah pernah dihukum dengan pidana penjara selama lima tahun atau lebih. Apabila seorang mantan nara pidana tetap diangkat juga sebagai notaris, maka berdasarkan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 maka pengangkatan tersebut menjadi tidak sah, akan tetapi apabila dihadapkan kepada Pasal 28 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUD 1945 maka keberlakuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No. 2 Tahun 2014 dalam hal larangan pengangkatan mantan narapidana anak untuk diangkat menjadi notaris bertentangan dan dapat dilakukan pengujian materil untuk membatalkan pasal tersebut atau tidak lagi memiliki kekuatan hukum untuk diberlakukan, sehingga mantan narapidana anak dapat dilantik menjadi notaris.

2. Kebasahan dan legalitas ketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 apabila dihadapkan dengan Pasal 28 ayat (1), (2) dan (3) dan (4) UUD 1945 maka dapat dikatakan Pasal 3 huruf H UUJN-P No. 2 Tahun 2014 bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUD 1945 sehingga keabsahan dan

legalitasnya dapat diuji materil ke Mahkamah Konstitusi untuk dicabut keberlakuannya karena bertentangan dengan prinsip hak manusia dalam mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak dijamin oleh pasal 28 D ayat (1), (2), (3) dan (4) UUD 1945 serta bertentangan dengan prinsip persamaan hak di depan hukum (Equality before the law).

3. Pasal 28 D ayat 1,2,3 dan 4 UUD 1945 dengan tegas menjamin menjamin hak asasi manusia dalam hal mencari pekerjaan, penghidupan yang layak demi kemanusiaan, sepanjang pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang. Ketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 apabila dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang dijamin dalam Pasal 28 D ayat 1,2,3 dan 4 UUD 1945 tersebut jelas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga ketentuan dari Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 tersebut seharusnya tidak dapat dilaksanakan untuk melakukan pembatasan terhadap mantan narapidana anak yang akan dilantik menjadi notaris. Hal ini disebabkan karena Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 tidak berpihak kepada hak asasi manusia pada umumnya dan tidak berpihak kepada mantan narapidana anak yang akan dilantik menjadi notaris, karena melarang mantan nara pidana anak tersebut untuk dapat dilantik menjadi notaris.

B. Saran

1. Hendaknya mantan narapidana anak tetap dapat diangkat menjadi notaris meskipun telah pernah dijatuhi dan menjalani hukuman pidana penjara selama

lima tahun atau lebih, karena ketentuan telah melakukan penebusan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dengan menjalani hukuman penjara.

2. Hendaknya ketentuan Pasal 3 huruf H UUJN-P No.2 Tahun 2014 tidak diberlakukan terhadap mantan narapidana anak yang tidak dapat diangkat menjadi notaris, karena bertentangan Pasal 28D ayat 1, 2, 3 dan 4 UUD 1945 tentang kebebasan memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi setiap orang di Negara Republik Indonesia.

3. Hendaknya ketentuan hukum tentang larangan pengangkatan notaris mantan narapidana anak dicabut keberlakuannya, karena dinilai tidak adil dan tidak berpihak kepada para mantan narapidana anak yang akan dilantik menjadi seorang notaris.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R dan R Atmasasmita, Sistem Permasyarakatan Indonesia, Binacipta, Bandung, 1998

Adjie, Habib, Hukum Notaris Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008

___________, Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2012

Ai, Achmad, Menguak Tabir Hukum, Tafsir Metampoul, Jakarta, 2000

AR, Putri, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Pustaka Ilmu, Jakarta, 2011

Artaulina, Henny, Permasalahan Hukum Anak dan Proses Penanganan Hukumnya di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta

Aswanto, Jaminan Perlindungan HAM dan KUHAP dan Bantuan Hukum Terhadap Penegakan HAM di Indonesia, Disertasi, Makasar, 1999

Bachtiar, Herlina Effendy, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Dalam UUJN No.

30 Tahun 2004, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008

Bahar, Safroedin, Hak Asasi Manusia, Analisis Komnas HAM dan Jajaran Jankam/ABRI, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2013

Effendi, Masyhur, Dimensi dan Dinamika Hak asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009

Effendi, Masyhur, Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995

Effendie, Syahrul, Notaris Dan Hukum Pidana, Lentera, Surabaya, 2010 Fadjar, Mukti, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2011

Gabdiyi, Irfan, Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, Pustaka Ilmu, Jakarta, 2012

Gosita, Arif, Hak dan Kewajiban Anak (Suatu Tinjauan Yuridis Sosiologis), Pustaka Ilmu, Jakarta, 2011

Gosita, Arif, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, Jakarta, 2001 Gultom, Maidi, Perindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistim Peradilan Anak

di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2008

Gunawan, Ahmad, Mengagagas Hukum Progresif Indonesia, Yogyakarta, 2006 Gunawan, Bondan, Undang-Undang Sebagai Peraturan Tertulis¸ Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, 2008

Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia¸Pradnya Paramita, Jakarta, 2003

Harsono, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gaja Mada University Pres, Yogyakarta, 2011

Harsono, Sisetm Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta, 2005

Hartadi, Raimon, Methode Penelitian Hukum Dalam Teori Dan Praktek, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2010

Hasni, Virnawaty, Anak dan Masalah Hukum Yang Dihadapinya, Citra Ilmu, Yogyakarta, 2011

Huijbus, Theo, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kansius, Yogyakarta, 2000 Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyu Media

Malang, 2005

Istianah, Pelaksanaan Pembinaan Anak Didik Pemsyarakatan di Lembaga Pemasyarakat Anak Kutoarjo, Jurnal penelitian

Kohar, A., Notaris Dalam Praktek Hukum, Alumni Bandung, 1983

Latumenten, Pieter E, Prosedur Hukum Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris Berdasarkan UUJN No. 30 Tahun 2004, Eressco, Bandung, 2010.

Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bndung, 2003.

Lubis, T. Mulya, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakat Dunia : Isu dan Tindakan, Yayasan Obir Indonesia, Jakarta, 2012

Malian, Sobirin dan Suparman, Pengantar Hak Asasi Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

Manan, Abdul, Aspek-Aspek Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2006

Manan, Bagir, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Alumni, Bandung, 2001

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi, Refika Adiama, Bandung, 2012

Marpang, Leden, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta, Cet. 3, 2005 MD, Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indoensia, Yogyakarta, 1999 Mertokusumo, Sudikto, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2004

Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 2010 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 2002

Mulyatno, Arvan, Notaris, Akta Autentik,dan Undang-Undang Kenotariatan, Rajawali Press, Jakarta, 2008

Nasution, AZ, Hukum perindungan Suatu Pengantar, Diadil Media, Jakarta, 2002 Nasution, Haryanto, Tanggung Jawab Pidana Notaris Berdasarkan UUJN No. 30

Tahun 2004 Jo UUJN No. 2 Tahun 2014, Pustaka Ilmu, Jakarta, 2011

Nawawi, Muhammad Affandi, Notaris sebagai Pejabat Umum Berdasarkan UUJN Nomor 30 Tahun 2004, Mitra Media, Jakarta, 2006

Notodisoerjo R. Soegondo, Hukum Notaris di Indonesia : Suatu Penjelasan, Rajawali, Jakarta, 1982

Notodisorjo, Soegondo R., Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan), Raja Grafindo Persad, Jakarta, 1993

Panjaitan dan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam Prespektif Sitem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001

Patrick, Jusuf, Hak-Hak Istimewa Notaris Dalam UU Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004, Mitra Ilmu, Jakarta, 2009

Poernomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemayarakatan, Liberty, Jakarta, 1996

Prins, Darwan, Hukum Anak di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

____________, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011

Rahardjo, Satjipto, Saatnya Indonesia Bangkit, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006 Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006

Ratnawati, Sartika, Notaris UUJN dan Kode Etik Profesi, Eresco, Bandung, 2012 Salaswati, Rika, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2009

Saleh, Rouslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Cemara, Jakarta, 2000

Setiardjo, A. Gunawan, Hak-Hak asasi Manusia Berdasarkan Idelogi Pancasila, Kaninus, Yogyakarta, 2009

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta, 2006 Soetodjo, W., Hukum Acara Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2014

Subagio, Himawan, Analisis Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Notaris dalam UUJN No. 30 Tahun 2004 dalam Perkara Pidana, Rajawali, Jakarta, 2007 Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Semarang, 2010

Sugondo, Rusdianto, Tanggung Jawab Dan Sanksi Hukum Bagi Notaris Atas Akta Yang Dibuatnya¸ Rineka Cipta, Jakarta, 2013

Sujatno, Adi, Sistem Pemasyarakatan Indonesia (Membangun Manusia Mandiri, (Direktorat jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan HAM RI, 2004

Sulastini, Ellise T. dan Aditya Wahyu, Pertanggungjawaban Notaris Terhadap Akta yang Berindikasi Pidana, Refika Aditama, Bandung, 2010

Sulastini, Ellise T. dan Aditya Wahyu, Pertanggungjawaban Notaris Terhadap Akta yang Berindikasi Pidana, Refika Aditama, Bandung, 2010

Sunggono, Bambang, Methode Penelitian Hukum, Harvarindo, Jakarta, 2013

Supramono, Heru, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Yang Dibuatnya Secara Perdata dan Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012

Suryani, Nilma, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjalani Pidana Penjara di Lembaga Pemasyarakatan, Armico, Bandung, 2008

Sutherland, E.H. dan Donald R. Cressey dalam Dr. Soerjono Soekanto, dkk, Kriminologi Suatu Pengantar, Gahlia Indonesia, Jakarta, 2008

Tamba, Bintar, Perlindungan Hak Anak Dalam Proses Peradilan Pidana Pada Tahap Penyidikan, Harvarindo, Jakarta, 2010

Tobing, G.H.S. Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Surabaya, 2005 Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2014

Warasih, Esmi, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005

Wibawa, Samodra, Reformasi Birokrasi, Bunga Rampai Administrasi negara, Publik, Gaya Media, Yogyakarta, 2005

Widowati, Sri, Anak dan Wanita Dalam Hukum, LP3ES, Jakarta, 2011

Wignyosubroto, Soetadyo, Hukum dan masyarakat (Perkembangan dalam Masyarakat, sebuah Pengantar kearah Kajian Sosiologi Hukum), Bayu Media Publishing, Malang

Wuisman, JJJ., penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, FE UI Jakarta, 2006