• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran

2. Pembelajaran Aktif

Menurut Sujana (1989:20), ”Bahwa cara belajar siswa aktif adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didikannya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.”

Masdjudi, S. Belen, Ujang Sukandi, Muhlisoh (2003 : 3-4) menyatakan bahwa “Pembelajaran aktif dimaksudkan adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian hingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.” Sedangkan Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada

commit to user

siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri dan orang lain.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pembelajaran Aktif adalah salah satu cara strategi belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik optimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

Untuk melihat terwujudnya pembelajaran aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat indikator cara belajar siswa aktif. Menurut Nana Sujana (1989:21 ), “Indikator ini dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang guru”.

1. Aktif Dilihat Dari Sudut Siswa

Jika di amati dari sisi siswa maka akan tampak :

a) Keinginan dan keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permassalahan.

b) Keingina dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

c) Penampilan sebagia usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan. d) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan

guru atau pihak lainnya. 2. Aktif Dilihat DariSudut Guru

a) Tampak adanya usaha untuk mendorong, membina gairah belajar dan prestasi siswa secara aktif.

b) Tampak bahwa peranan guru tidak mendomonasi kegiatan proses belajar siswa.

c) Tampak bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.

d) Tampak bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media.

3. Aktif Dari Segi Program

a) Hendaknya tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat serta subjek didik.

b) Hendaknya program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

c) Hendaknya bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip dan ketrampilan.

commit to user

4. Aktif Dilihat Dari Situasi Belajar

a) Tampak adanya iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswwa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah dan stick holder yang ada.

b) Tampak adanya gairah serta kegembiraan siswa meningkat sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat, serta keleluasaan mengenbangkan cara belajar masing-masing.

5. Aktif Dilihat Dari Sarana Belajar

a) Tampak adanya sumber-sumber belajar bagi siswa.

b) Tampak adanya fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Tampak adanya kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas

dan juga diluar kelas. 6. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif

Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses pembelajaran aktif antara lain :

a) Situasi kelas menantang siswa menantang kegiatan belajar secara bebas, tetapi terkendali.

b) Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan nerfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.

c) Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertilis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri, menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagi media pembelajaran, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagi sumber belajar.

d) Kegiatan siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada yang dilakukan secara kelompok dan ada yang dilakukan siswa secara individual. Penetapan tersebut di atur oleh guru secara sistematis dan terencana.

e) Hubungan guru dengan siswanya sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan antara bapak dengan anak, bukan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala siswa menghadapi persoalan dan tidak dapat memecahkannya sendiri.

f) Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan sususan yang mati, tetapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan keburuhan siswa.

g) Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

h) Adanya keberanian siswa mengajukan pendapat melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupuin siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajarnya.

i) Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas pendapat itu benar atau salah. Guru harus mendorong siswa lainnya agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.

commit to user

Melihat ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang saling bertanya dan mempertanyakan, interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sangat menonjol, hubunga antara guru dengan siswa sangat akrab, layaknya orang tua dengan anaknya, sehingga siswa ada keberanian untuk mengemukakan pendapa dan gagasannya secara terbuka. Pembelajaran bisa berjalan dengan aktif sangat tergatung dari peran guru itu sendiri.

3. Metode Pembelajaran

Slameto (2003:65) menyatakan bahwa, “Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.” Lebih lanjut Slameto (2003:92) menyatakan bahwa, “Variasi pembelajaran merupakan penerapan beberapa metode dalam proses mengajar. Variasi metode pembelajaran mengaakibatkan penyajian bahan pelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa.” Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa, hal ini dikarenakan siswa tidak tertarik pada penyampaian materi oleh guru, sehingga dengan variasi metode pembelajaran akan dapat meningkatkan minat dan kegiatan belajar siswa.

Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30), “Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.” Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Metode pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Untuk mencapai hal- hal tersebut, maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan.

commit to user

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

4. Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2009:54), “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih di pimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru.” Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didiknya menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Sedangkan Slavin (2009: 73) menyatakan bahwa , “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Menurut Umit (2008:25) menyebutkan bahwa, ”Cooperative learning can be defined as a method where students create small mixed groups and help each other for a common academic aim, boost each other’s self-esteem, develop communication abilities, increase problem solving and critical thinking abilities and take active part in learning”.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang menciptakan suasana pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain, terdapat persaingan secara individual, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis dan berperan aktif dalam belajar”.

commit to user

Johnson dalam Tuan (2010:65) berpendapat“Cooperative Learning as a structured and systematic instructional design in which small groups work together toreach a common goal.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan “pembelajaran kooperatif adalah suatu struktur dan desain intruksional dimana siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk mencapai tujuan”.

Model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan tanpa pertimbangan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih baik dan efektif. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31), “untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan”, yaitu :

a. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian berkumpul dan bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik dari pada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa

commit to user

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. (Lie, 2010:31)

Bekerjasama berarti melakukan sesuatu secara bersama dengan saling membantu dan bekerjasama sebagai tim (kelompok). Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, jenis kelamin, budaya, dan tingkat sosio-ekonomi yang berbeda. Hal ini akan memotivasi mereka untuk saling berinteraksi, sehingga di dalam kelas siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi.

Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep-konsep yang dipelajari, karena keberhasilan mereka dalam kelompok tergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi akademis yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati/sebagai hiburan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa. Dalam model seperti ini siswa akan melihat sejauh mana pemahaman teman mereka, sehingga mendorong mereka untuk berusaha lebih keras dalam memahami materi pelajaran agar mereka juga dapat membantu teman lain dan dapat saling mengisi kekosongan pemahaman yang lain, sehingga di sini peran guru menjadi lebih minimal, sebaliknya lebih didominasi peranan masing-masing individu dalam kelompok tersebut.

Metode kerja kelompok sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkanguru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akhir-akhir ini metode

commit to user

kerja kelompok mengalami kemajuan yang pesat berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam kerja kelompok.

Macam-macam pembelajaran kooperatif dalam Lie (2010 : 54-71) diantaranya: mencari pasangan (Make a Match), berkirim salam dan soal, kepala bernomor, dua tingal dua tamu, keliling kelas, tari bambu dll. Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan)

Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tehnik ini bisa digubakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia tingkatan anak didik (Lie, 2010 : 55).

Tujuan Penerapan model pembelajaran mencari pasangan dalam proses pembelajaran adalah agar siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang positif.

Langkah-langkah dalam Make a Match (Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. dan memberikan informasi tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa dengan metode pemblajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya. Demikian seterusnya. 7) Kesimpulan.

8) Penutup.

Manfaat yang akan didapat dengan model ini adalah Siswa termotivasi sehingga senang belajar dan dapat memperoleh pengalaman belajar melalui pola

commit to user

bermain. Suasana pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan mencerdaskan siswa, itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran mencari pasangan (Guntur, K.K).

Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa dapat lebih aktif dengan mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal/jawaban untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu, siswa menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal/jawaban, masing-masing memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Peneliti membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Adapun kelebihan dari metode ini adalah: Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan adanya metode yang bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi semangat belajar tetapi juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar dan juga dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru tidak perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang mengantuk di kelas karena dengan adanya Game dalam belajar ini diharapkan siswa dapat menjadi aktif dalam

commit to user

belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu dengan yang lain (Ramadhan, T).

Berdasarkan penjelasan diatas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) diharapkan dapat meningkatan motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun baik. Dalam pembelajaran Make a Match siswa mencari pasangan sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan seperti bermain.

6. Motivasi Belajar Siswa

Secara bahasa motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sardiman (2010:73), “Berpendapat bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.” Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Seseorang atau anak yang belajar berarti ia memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkumgan sekitarnya makin bertambah. Demijian proses belajar itu akan terus berlanjut sepanjang hidupnya. Proses yang berkelanjutan ini akan terus berlangsung sebab seseoramg atau anak tersebut memiliki motivasi.

Uno (2009:23) menyatakan bahwa, “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.” Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertent. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

commit to user

yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Sardiman (2010:75), “Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian uasaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.” Jadi motivasi itu dapat di rangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dari dalam diri seseorang. Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Pengertian motivasi dikemukakan oleh Mc. Donald dalam Sardiman (2010:73-74) mengatakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculya feeling dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian yang di kemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena

commit to user

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motiwasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya. Rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Menurut Sardiman A.S (2010:86-91) , macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dan salah satu jenis motivasi adalah sebagai berikut :

1. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

Dokumen terkait