• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Teori

1. Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran berasal dari kata kerja yaitu belajar yang menjadi kata sifat dengan tambahan konsonan “pem” dan “an”. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya13

Kegiatan pembelajaran merupakan penyaluran pengetahuan, penyaluran nilai, dan penyaluran keahlian yang dilakukan secara terencana oleh pendidik yang diorientasikan pada tujuan untuk melakukan perubahan

12 Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmah IAIN Jember, 46.

13 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, (Ponorogo: Wade Group, 2016), h.13

pada kemampuan peserta didik.14 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar15

Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran kondusif.

Tidak lagi teacher center melainkan student center sehingga proses belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paradigma selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan guru (teacher center) sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa (student center) sehingga guru akan mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan siswanya hanya pasif.16

Kemudian pengertian selanjutnya adalah fiqih. Fiqih menurut bahasa adalah al-fahm (pemahaman), yang pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan hadits-hadits ahkam. Para fuqoha mengkaji hukum dan menginterpretasikan hukum-hukum tersebut bukan membuat hukum namun Allah SWT yang membuatnya.17 Fiqih berarti memahami dan mengetahui wahyu (baik al Qur‟an maupun al-Sunnah) dengan menggunakan penalaran akal dan metode tertentu sehingga diketahui bahwa ketentuan hukum dari mukallaf (subjek hukum) dengan sumber hukum (dalil-dalil) yang rinci.18

Secara garis besar, Fiqih memuat dua hal pokok yang merupakan

14 Hafsah, Pembelajaran Fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2016), h.19

15 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

16 Muhammad Afandi, et al., Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, h.4

17 Hafsah, Pembelajaran Fiqih, h. 3

18 Hidayatullah, Fiqih, (Banjarmasin: UI Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 2019), h.2

ibadah kepada Allah SWT. Pertama, tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang hamba dalam hubungannya dengan Allah sang penciptanya, atau disebut dengan ibadah secara langsung („ibadah mahdah), sehingga sering disebut dengan Fiqih Ibadah. Kedua, tentang apa yang yang harus dilakukan oleh seorang hamba dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya, atau disebut ibadah tidak langsung („ibadah ijtima„iyyah), sehingga sering disebut Fiqih Muamalah. Obyek pembahasan dalam Ilmu Fiqih adalah perbuatan mukallaf ditinjau dari hukum syara‟

yang tetap bagi seseorang. Fiqih membahas tentang thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, akad, jual beli, riba, mudharabah, gadai, Wali Nikah, Putusnya Perkawinan, Hudud, Qishash, Ta‟zir, imamah, ar-ra‟iyah, dan lain sebagainya agar dapat mengerti tentang hukum syara‟ dalam segala perbuatan ini.19

Tujuan dalam mempelajari fiqih adalah, pertama, memberi pemahaman-pemahaman agama Islam. Kedua, memahami ketetapan hukum Islam terkait dengan perbuatan manusia. Ketiga, untuk memperdalam pengetahuan agama bidang aqidah, ibadah, muamalah dan lainnya sehingga tidak buta arah dalam menjalankan kehidupan. Dengan mempelajari fiqih berarti mempelajari dan memahami hukum Islam yang terkait seluk beluk kehidupan umat manusia.20

Pendidik dituntut untuk professional dan totalitas dalam mengajar agar tercapai segala kompetensi yang telah ditentukan. Dengan begitu

19 Hidayatullah, Fiqih, h.3

20 Nurliana, Fiqih Ibadah, (Pekanbaru: LPPM STAI Diniyah, 2021), h.15

diharapkan pendidik mampu merencanakan pembelajaran kemudian melaksanakan rumusan tersebut dengan baik dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah terlaksana

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan di laksanakan dalam waktu tertentu.21

Pengertian yang dikutip dari sumber lain menyatakan perencanaan pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta melalui langkah-langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.22

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah melewati identifikasi sebagai langkah awal sebelum melaksanakan suatu proses pembelajaran.

Beberapa rancangan yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya:

21 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, (Sukoharjo: Pradina Pustaka, 2021), h.1

22 Farida Jaya, Perencanaan Pmebelajaran, (Medan: FTIK UIN Sumatera Utara, 2019), h.8

1) Merumuskan Tujuan Pelajaran

Tujuan pembelajaran berkaitan erat dengan hasil belajar yang akan mengarahkan kepada sasaran yang akan dicapai siswa.

Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai dalam bentuk pengetahuan, sikap dan psikomotorik.23

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dikuasai oleh siswa atau tentang tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu. Jadi, tujuan pembelajaran harus menunjukkan tingkah laku akhir atau hasil perbuatan (product) yang dituntut dapat dilakukan siswa sebagai bukti usaha belajarnya telah berhasil.24

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebuah tujuan akan memberikan arah terhadap hasil dari sebuah rencana. Dengan begitu membangun rencana haruslah dengan landasan yang esensial agar segala bentuk pelaksanaan dilaksanakan dengan maksimal.

2) Pengorganisasian Materi Ajar

Materi pembelajaran merupakan pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilan, atau konteks keilmuan suatu mata pelajaran.25 Sumber lain

23 Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: LPPPI , 2019), h.67

24 Farida Jaya, Perencanaan Pmebelajaran, h.47

25 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Sidoarjo: Muhammadiyah University Press, 2009), h. 43

mengemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.26

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah

a) Relevan terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar

b) Konsisten terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam materi c) Materi yang disajikan harus memadai kompetensi dasar yang

diajarkan tidak lebih dan tidak kurang27 3) Pemilihan Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.28 Sumber belajar adalah segala hal yang dijadikan sumber untuk mendukung, memperjelas, dan mengembangkan materi pelajaran yang disajikan.29 Sumber belajar terdiri dari dua hal, yaitu:

a) Manusia, yaitu mereka yang memiliki kapasitas dalam

26 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019), h.55

27 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, h.56

28 Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran: Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Mitra Abadi, 2014), h.137

29 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h. 64

bidangnya untuk membantu dalam menjelaskan materi

b) Non-manusia, yaitu lingkungan (alam, sosial), laboratorium, perpustakaan, museum, media cetak maupun media elektronik.30

4) Pengorganisasian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.31 Medium atau media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.32

Media pembelajaran terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

a) Media visual yaitu media yang memanfaatkan indera penglihat contohnya buku, gambar, peta dan lainnya

b) Media audio yaitu media yang memanfaatkan indera pendengar contohnya rekaman suara, radio dan lainnya c) Media audio-visual yaitu media yang memanfaatkan indera

penglihat dan pendengar contohnya film, televisi, video dan lainnya33

5) Pemilihan Model Pembelajaran

30 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h. 64

31 Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, h.155

32 Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran: Teoritis dan Praktis, h.206

33 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h.65

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.34 Diuraikan dalam sumber lain model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar35

Mengacau pada Permendikbud nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, dijelaskan bahwa model pembelajaran haruslah berbasis pada aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta lebih mengacu pada makna alami, sesuai fitrah manusia.36

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam tahap pelaksanaan terdapat upaya menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk secara sadar berperan serta dan terlihat dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan, tingkah laku atau suasana yang diatur atau diciptakan oleh guru dengan merangsang dan

34 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.113

35 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, h.71

36 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.116

menantang siswa secara penuh, pengelolaan kelas yang baik akan menggerakkan terjadinya proses interaksi belajar mengajar yang baik pula.37 berikut kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran.

1) Membuka Pelajaran

Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional siswa sehingga memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilalui.38 Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan :

a) Menarik perhatian peserta didik, b) Memotivasi peserta didik,

c) Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,

d) Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau

e) Menanggapi situasi kelas.39 2) Menjelaskan Pelajaran

37 Mu‟awanah, Strategi Pembelajaran, (Kediri: STAIN Kediri Press, 2011), h. 89

38 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h.43

39 Fitri Siti Sundari, et al., Keterampilan Dasar Mengajar, (Bogor: PGSD Universitas Pakuan, 2020), h.26

a) Pengertian Menjelaskan Pelajaran

Penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab akibat, atau antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.40 Menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.

b) Tujuan Menjelaskan Pelajaran

Tujuan menjelaskan materi pelajaran adalah:

(1) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

(2) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.

(3) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

(4) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.41

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah

„menjelaskan‟ merupakan sebuah skill atau keterampilan yang

40 Dadang Sukirman, Pembelajaran Microteaching, (Jakarta: Kementerian Agama, 2012), h.248

41 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, h.43

harus dimiliki oleh pendidik sebagai penunjang dalam berinteraksi dengan peserta didik demi tercapainya kandungan nilai yang terdapat pada proses transfer of knowledge dan transfer of value.

c) Menerapkan Model Pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran merupakan teknik dalam menyampaikan materi dengan ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah tertentu. Model yang digunakan dalam penilitian ini adalah pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan Tujuan Dan Memotivasi Siswa Untuk Belajar

2) Menyampaikan Materi Pelajaran

3) Mengorganisasi Siswa Ke Dalam Kelompok-Kelompok Untuk Belajar

4) Membimbing Siswa Dan Bekerja

5) Mengevaluasi hasil analasis siswa dan memberikan reward42

d) Menggunakan Media Pembelajaran

Media pembelajaran menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran, sebagai sarana bagi guru untuk menyampaikan materi secara langsung kepada siswa dan menjadi lebih

42 Ade Haerullah dan Said Hasan, Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta:

Lintas Nalar, 2017), h.68

memahami materi tersebut.

1) Memotivasi Minat

Merangsang peserta didik untuk berani melakukan sebuah tindakan yang berguna dan sesuai minat dan bakat.

2) Menyajikan Informasi

Sebagai sarana untuk menyajikan informasi berupa pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang peserta didik

3) Pemberi Instruksi

Sebagai pemberi manfaat berupa perbaikan kemampuan diri maupun mental peserta didik dan dalam bentuk aktivitas nyata dalam proses pembelajaran.43

3) Menutup Pembelajaran

Menutup pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk ”mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa.44 Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.45 Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru

43 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.1 44

Dadang Sukirman, Pembelajaran Microteaching, h.238

45 Fitri Siti Sundari, et al., Keterampilan Dasar Mengajar, h.29

antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh peserta didik membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan.

a) Meninjau kembali, yakni usaha guru memberikan gambaran umum yang menyeluruh tentang bahan yang sudah disajikan, sehingga konsep/informasi yang diterima peserta didik tidak terpilah-pilah satu dengan yang lainnya. Komponen ini dapat ditampilkan melalui kegiatan merangkum kegiatan/materi inti pelajaran, membuat ringkasan materi yang baru disajikan.46 b) Salah satu cara untuk mengetahui apakah siswa mendapatkan

gambaran yang utuh tentang suatu konsep yang diajarakan adalah dengan penilaian, Yang dapat dilakukan guru dengan memberi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk.

1) Mendemonstrasikan keterampilan 2) Mengaplikasikan ide baru

3) Mengekspresikan pendapat 4) Memberi tugas-tugas47 c. Evaluasi Pembelajaran

Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional istilah istilah tersebut sebenarnya

46 Rabukit Damanik, et al., Keterampilan Dasar Mengajar Guru, (Medan: UMSU Press, 2021), h.124

47 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, h.50

berbeda satu sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

Tes merupakan pemberian tugas dalam bentuk soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan dari hasil pelaksanaan tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya.

Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.48 Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.49 Dengan kata lain, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Secara etimologi “ evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qiamah atau al- taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdiraltarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian

48 Asrul, et al., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), h.2

49 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.2

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan Pendidikan.50

Evaluasi adalah sebuah mekanisme yang sangat penting untuk dapat menilai tingkat progresivitas pembelajaran yang telah dilakukan.

Evaluasi ini akan menjadi bahan yang sangat signifikan untuk bisa melakukan langkah-langkah perbaikan di masa mendatang pada saat suatu program akan dimulai kembali. Karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting, evaluasi ini pun menjadi bagian dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan juga dalam Standar Nasional Pendidikan.51

Evaluasi dalam penelitian ini menerapkan evaluasi formatif.

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai evaluasi berkelanjutan yang biasanya dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.52 Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar-mengajar.53 Bentuk penilaian formatif pada penelitian ini melalui teknik tes dan teknik non-tes observasi sebagai infomasi penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik.

1) Teknik Tes

50 Idrus L. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, (Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 9, No 2, Agustus 2019), h. 922, DOI: dx.doi.org/10.35673/ajmpi.v9i2.427

51 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020), h,6

52 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, h.50

53 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, h,101

a) Tes Uraian atau essai

Secara ontology tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melui uraian uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa54

b) Tes Objektif

Pada dasarnya, tes objektif adalah tes yang mempunyai ukuran tes yang terukur, terstruktur, dan mampu menghindarkan adanya subjektivitas dari evaluator pada saat penilaian. Pada tes ini, item tesnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, sehingga anak didik menampilkan keseragaman data baik yang menjawab benar maupun yang menjawab salah.55

c) Tes Lisan

Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian.

Perbedaannya terletak dalam segi pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dengan testi. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan.56

54 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, h.271

55 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, 165

56 Innana, et al., Evaluasi Pembelajran: Teori dan Praktek, (Makassar: Tahta Media Group, 2021), h.65

d) Tes Tindakan

Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.57

2) Teknik Non-Tes a) Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Maknanya adalah bahwa observasi merupakan sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik berbagai fenomena yang diamati dan diselidiki.58

57 Asrul, et al., Evaluasi Pembelajaran, h.51

58 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, h,188

b) Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan informasi tentang siswa melalui komunikasi pribadi adalah sesuatu yang sangat penting, karena hal ini akan menumbuhkan sikap afektif yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru akan menunjukkan apa yang anak didik harus pelajari melalui interaksi bersama mereka. Dalam kaitan inilah wawancara sangat penting menjadi instrumen evaluasi dalam pembelajaran.59

c) Skala Sikap

Angket merupakan suatu alat evaluasi yang digunakan untuk mengungkap latar belakang peserta didik atau orangtua peserta didik, menemukan berbagai kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar, dan lain-lain.60

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)