• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI MODELCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2022/2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1 PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI MODELCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2022/2023"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Oleh :

Achmad Khoirul Muchlis NIM: T20171062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

OKTOBER 2022

(2)

2

PEMBELAJARAN FIQIH

MELALUI MODELCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BONDOWOSO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Achmad Khoirul Muchlis NIM. T20171062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

OKTOBER 2022

(3)
(4)
(5)

iv











Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah: 269)1

1 Qur’an Kemenag In Word, Terjemah Bahasa Indonesia, Microsoft Office 64 bit

(6)

v

dan tak luput dari bantuan orang-orang terdekat yang memberi motivasi, keyakinan, kesabaran dan ketenangan hati. Dengan itu penulis haturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya dengan segala do’a, usaha, dan kemampuannya dalam mendidik saya hingga sampai akhir hayat serta berkat itu semua saya dapat membuahkan karya skripsi ini, semoga Allah memberi kedudukan tinggi untuk mereka.

2. Keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan do’a baik tersirat maupun tersurat, semoga Allah senantiasa menuntun mereka dalam kebenaran.

3. Para guru yang telah mendidik dari awal saya menuntut ilmu hingga detik ini, semoga Allah memberi keberkahan dalam hidup mereka.

4. Segenap saudara dan teman-teman yang telah memberi kontribusinya dalam menyelesaikan karya skripsi ini, semoga Allah memberi hal-hal baik kepada mereka.

(7)

vi

dapat melaksanakan hingga menyelesaikan karya berupa skripsi ini dengan judul Pembelajaran Fiqih Melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023.

Shalawat dan salam selalu dilantunkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam sebagai makhluk paling mulia dan kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Penyelesaian karya skripsi ini tidak mungkin tercapai tanpa dukungan banyak pihak. Dengan itu penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Soeharto, S.E.,M.M., selaku Rektor Universitas Negeri Islam KH Achmad Siddiq Jember yang memberikan fasilitas dan pelayanan serta dukungan yang baik kepada semua mahasiswa termasuk peneliti.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Negeri Islam KH Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan persetujuan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I. Selaku Kepala Jurusan Pendidikan Islam Universitas Negeri Islam KH Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan kemudahan dari awal hingga akhir penelitian.

4. Ibu Fathiyaturrahmah, M.Ag., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Islam KH Achmad Siddiq Jember yang

(8)

vii

6. Seluruh Dosen Universitas Negeri Islam KH Achmad Siddiq Jember yang telah mentransfer ilmunya kepada peneliti

7. Ustad H. Saini S.Ag., M.Pd.I., selaku kepala Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso yang telah memberikan izin untuk kepada peneliti untuk melaksankan penelitian.

8. Ustad H. Ruslani, M.Pd.I., selaku guru fikih kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso dan informan peneliti.

9. Seluruh pihak Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso yang telah membantu dalam proses penelitian

Tanpa bantuan dari seluruh pihak tersebut karya ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, sehubungan dengannya semoga menjadi amal jariyah bagi beliau semua. Selebihnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bondowoso, 24 Oktober 2022

Penulis

(9)

viii

Kata Kunci: Pembelajaran Fiqih, Model Contextual Teaching And Learning (CTL)

Penelitian ini didasari oleh ketertarikan peneliti terhadap model Contextual Teaching And Learning (CTL), model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran terhadap kehidupan nyata sehingga secara teori akan mendorong siswa untuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran ini membantu untuk membentuk karakter yang cerdas secara spiritual.

Fokus dalam penelitian adalah: 1) Bagaimana perencanaan pembelajaran fiqih melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?; 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?; 3) Bagaimana evaluasi pembelajaran fiqih melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data mengenai kasus tersebut dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis lebih lanjut yang mengacu pada teknik milik Miles, Huberman, dan Saldana yaitu kondensasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Teknik uji keabsahan data dalam penelitian menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini adalah: 1) perencanaan pembelajaran fiqih meliputi lima unsur, dinataranya a) pendidik menentukan tujuan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dan tujuan secara kompetensi, b) pendidik menetapkan materi perawatan jenazah, c) pendidik menetapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL), d) pendidik menggunakan buku fiqih siswa saintifik 2020 dan kanal youtube R Channel sebagai sumber belajar e) pendidik menggunakan alat-alat merawat jenazah sebagai media pembelajaran; 2) pelakasanaan pembelajaran yaitu, a) diwali dengan membuka pembelajaran dengan memberi motivasi, apersepsi, dan acuan;

b) pendidik menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah dan memberi referensi lain melalui kanal youtubenya (R Channel); c) pendidik menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL); d) pendidik menutup pembelajaran dengan kesimpulan, refleksi, tanya jawab, berdoa dan salam, 3) evaluasi, evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dengan jenis tes dan non tes yaitu tes essay dan observasi.

(10)

ix

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTA TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

A. Kajian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Lokasi Penelitian ... 44

C. Subyek Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Analisis Data ... 50

F. Keabsahan Data ... 53

G. Tahapan-Tahapan Penelitian ... 54

(11)

x

C. Pemabahasan Temuan ... 93

BAB V PENUTUP ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Saran-Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(12)

xi

2.1 Persamaan, Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Terkini ... 19

4.1 Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso dari masa ke masa ... 60

4.2 Keadaan Guru dan Pegawai ... 61

4.3 Keadaan Peserta Didik ... 61

4.4 Hasil Temuan ... 91

(13)

xii

4. 1 Menyampaikan Materi Pelajaran ... 80

4. 2 Membentuk Kelompok Praktik Perawatan Jenazah ... 81

4. 3 Membimbing Siswa Dalam Proses Praktik Perawatan Jenazah ... 83

4. 4 Mengevaluasi Praktik Perawatan Jenazah ... 84

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa, maju dan tidaknya suatu negara tergantung dari Sumber Daya Manusianya (SDM). Pada dasarnya kualitas sumber daya manusia menjadi peran utama dalam menentukan kegiatan dalam berbagai sektor pembangunan baik pembangunan fisik maupun non fisik. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan komponen penting dalam mempersiapkan dan mengantarkan generasi bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.1

Dalam mewujudkan rencana meningkatkan kualitas SDM, pemerintah mengatur Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Dewasa ini berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah di lakukan, antara lain berupa pengembangan kurikulum sebagai keseluruhan program pengalaman belajar, pengadaan buku-buku pelajaran, buku pegangan

1 Azyumardi Azra, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Cipayung Ciputat:

Gaung Persada Press Jakarta, 2007), h. 1-2

2 Undang- undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1

(15)

guru, penambahan dan penataran guru, dan pembinaan perpustakaan sekolah sebagai pusat atau sumber belajar. Namun apapun yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan mutu pendidikan tidak mungkin ada tanpa performansi para gurunya.

Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, dijalur pendidikan formal, informal, atau nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah merencanakan, mengelolah, dan melakukan evaluasi pembelajaran, untuk mengusai kompetensi tersebut seorang guru senantiasa berlatih untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya yang dilakukan secara terus-menerus melalui pendidikan lanjutan, pelatihan berkala, atau pengembangan keterampilan lainnya.3

Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertingi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut di harapkan siswa akan aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, bersaing menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Menjadi siswa aktif, kreatif dan menjadi seorang problem solver yang baik tentunya bukan hal yang mudah, anak harus mempunyai kemampuan

3 Jumanta Hamdayana, Metodelogi Pengajaran, (Jakarta; Bumi Aksara, 2016) h.1

(16)

berfikir yang baik. Guru harus bekerja keras mengubah gaya mengajarnya dengan memberi peluang dan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi pengetahuannya secara lebih mandiri. Salah satu trend atau arah pembelajaran sekolah saat ini untuk menciptkan pembelajaran menjadi lebih bermakna adalah penggunaan konteks dalam pembelajaran. Inovasi tersebut seperti Contextual Teaching and Learning (CTL).4

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.5

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Konsep ini termaktub dalam Al-Qur‟an pada surat Al-Isra‟ ayat 36 yaitu

َلَ َو ًلَ ْؤُـْسَم ُهْنَع َناَك َكِٕىٰۤ لوُا ُّلُك َداَؤُفْلاَو َرَصَبْلاَو َعْمَّسلا َّنِاۗ ٌمْلِع ٖهِب َكَل َسْيَل اَم ُفْقَت Artinya: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu

4 Muhammad Afandi, et al., Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, (Semarang, UNISSULA Press, 2013), h.39

5 Husniyatus Salamah Zainiyati, Model Dan Strategi Pembelajaran Aktif, (Surabaya: Putra Media Nusantara Surabaya & IAIN Press Sunan Ampel, 2010), h.143

(17)

akan diminta pertanggungjawabannya.”

Sehubungan dengan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dan ayat tersebut maka sangat cocok apabila dihubungkan pada pembelajaran fiqih. Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang aspek ibadah dan muamalah. Mata pelajaran fiqih tidak hanya berisikan pengetahuan dan pemahaman yang harus dihafal akan tetapi juga membutuhkan pengalaman dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipahami secara mendalam.

Melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada mata pelajaran fiqih kepada peserta didik tidak lain untuk menerapkan kaidah-kaidah ajaran agama ke dalam dunia nyata, sehingga diharapkan tingkat pemahaman siswa dapat meningkat dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan untuk jangka panjang.

Peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian mengenai pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dimana penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso. Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso merupakan satu- satunya Madrasah Aliyah Negeri di Bondowoso dengan letak geografis yang strategis yaitu berada di pusat kota. Peneliti tertarik menjadikan Madrasah Aliyah Bondowoso sebagai objek penelitian karena dilansir dari berbagai sumber satu-satunya Madrasah Aliyah yang berstatus Negeri di Bondowoso ini memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya menjadi acuan sistem

(18)

pembelajaran berbasis pesantren dari berbagai lembaga-lembaga pendidikan baik dari dalam dalam kota hingga maupun luar kota. Berlandaskan pendidikan berbasis pesantren Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso memberi harapan untuk membentuk karakter yang tidak hanya berkompeten dalam bidang akademis namun cerdas dalam spiritual sehingga mampu menjawab keresahan global mengenai hilangnya makna-makna, etika, dan moral manusia di era abad 21 ini.

Lebih dari itu Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso menerapkan lingkungan sesuai syariat agama yaitu single sex area, dimana memisahkan antara area laki-laki dan perempuan tanpa terkecuali pendidik. Hal ini menjadi tolak ukur dalam membentuk karakter peserta didik tentang syariat agama.

Tidak hanya itu Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso memiliki jadwal tambahan untuk melaksanakan pendidikan islam lainnya seperti mengaji sebelum memulai pembelajaran, shalat wajib dan sunnah berjamaah, bengkel shalat yang mengorientasikan pada perbaikan dalam ibadah shalat, pembacaan shalawat burdah pada sabtu malam, kamp spiritual dan masih banyak program- program pendidikan islam lainnya.

Disamping itu Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso memiliki program unggulan yaitu Tahfidzul Qur‟an dimana pengkhususan kelas yang diisi generasi Al-Qur‟an yang dikelompokkan dalam kelas Agama 1 dan 2. Pemuda dan pemudi ini dibentuk untuk memiliki karakter yang lekat dengan Al-Qur‟an dengan program belajar tambahan mengenai murojaah Al-Qur‟an dan Tafsir Al-Qur‟an. Tidak ada kualifikasi akademis dalam program ini, hanya wadah

(19)

bagi peserta didik yang pada jenjang sebelumnya memiliki potensi dalam Tahfidzul Qur‟an dan ingin mengembangkan potensinya di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso. Namun tercatat dari sejak tahun 2018 dimana program ini disahkan hingga detik ini lulusan dari kelas Tahfidzul Qur‟an mampu membuktikan di bidang akademis seperti meraih juara pada ajang kompetisi matematika dan IPA dalam lingkup daerah tapal kuda; 6 siswa mendapat beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Al-Azhar Kairo, Mesir; regu terbaik pramuka se Bondowoso; dan masih banyak prestasi lainnya yang diraih oleh siswa tahfidz.

Berlandaskan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengulik informasi melalui siswa kelas X Agama 1 yang berbasis kelas Tahfidzul Qur‟an sebagai objek dalam penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dibahas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini sebagai berikut,

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah

(20)

Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut,

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023.

3. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Pelajaran 2022/2023.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis bagi semua pihak yang membaca. Adapun manfaat penelitian secara teoritis dan praktis secara rinci sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Mampu memberikan informasi ilmiah tentang pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(21)

(CTL).

b. Mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan khasanah keilmuan khususnya pada penerapan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan memperdalam kajian mengenai pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

b. Bagi guru, mampu memberikan kontribusi dalam melaksanakan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

c. Bagi pembaca, mampu memberikan wawasan keilmuan dan sumber rujukan ilmiah mengenai pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

d. Bagi Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso, mampu menjadi masukan yang baik untuk mensukseskan program pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

e. Bagi Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember, dapat berguna sebagai tambahan literasi dan referensi pustaka Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq terkait penerapan pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).

(22)

E. Definisi Istilah

Definisi istilah adalah istilah-istilah yang menjadi titik perhatian dalam judul penelitian sehingga tidak terjadi kesalahpahaman makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.6Beberapa istilah-istilah dalam judul penelitian ini dibahas sebagai berikut.

1. Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran merupakan usaha dari pendidik dalam menyalurkan ilmu pengetahuan dan suatu nilai terhadap peserta didik dengan harapan adanya perubahan perilaku. Jika dikaitkan pada fiqih maka bagaimana ilmu dan nilai yang terkandung dalam fiqih dapat dipahami oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran fiqih dapat dilaksanakan dengan metode merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata (konteks kehidupan sehari-hari, seperti konteks pribadi, sosial, dan budaya) dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pembelajaran Fiqih Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Makna secara keseluruhan adalah menghubungkan proses pembelajaran fiqih dengan model pembelajaran Contextual Teaching And

6 Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmah IAIN Jember (Jember: IAIN Jember, 2020), 45.

(23)

Learning (CTL) yang secara teknis diawali dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran F. Sistematika Pembahasan

Penyusunan sistematika pembahasan penulisan ini, terdiri dari beberapa bab, yang mana masing-masing bab disusun secara sistematis dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu bab dengan bab yang lainnya.

Pada bagian utama skripsi ini terdapat halaman judul, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan kemudian terdiri dari lima bab yaitu:

Bab pertama berupa pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab kedua berupa kajian pustaka meliputi: analisis penelitian terdahulu dan kajian teori yang memuat tentang pembelajaran Fiqih dan pembahasan pelaksanaan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).

Bab ketiga berupa metode penelitian yang memuat tentang: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

Bab keempat berupa hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan hasil penerapan pembelajaran fiqih menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada materi perawatan jenazah.

Bab kelima berupa penutup yang memuat tentang kesimpulan dari hasil

(24)

penelitian, dan saran. Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.

(25)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu, peneliti mencantumkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian yang hendak peneliti laksanakan dan membuat ringkasan dari hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah,

1. Skripsi yang ditulis Nurlaili Nafiah tahun 2017 dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Fiqih Berbasis CTL Pada Siswa Kelas X Di MA Daar Al-Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah”.

Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah 1) bagaimana mengembangkan bahan ajar fiqih berbasis CTL pada siswa kelas X di MA Daar Al-Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah? 2) Apakah layak bahan ajar fiqih berbasis CTL pada materi mendalami sistem perekonomian islam dikelas X MA Daar Al Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah? Hasil penelitian beliau adalah 1) Berdasarkan proses pengembangan bahan ajar berupa modul, dapat dipaparkan bahwa pengembangan bahan ajar fiqih berbasis CTL pada kelas X di MA Daar Al-Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah dikembangkan dengan model pengembangan Borg and Gall dari tahap 1 sampai 7 yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk dan telah melalui tahap validasi oleh ahli materi, ahli media dan di uji coba pada peserta didik di MA Daar Al-

12

(26)

Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah. 2) Kualitas bahan ajar telah mencapai standar kelayakan bahan ajar dari hasil penilaian ahli materi, ahli media, dan peserta didik. Tingkat kelayakan ini diperoleh dari hasil validasi ahli materi sebanyak 92% dan ahli media sebanyak 92%.

Sedangkan tingkat kemenarikan bahan ajar diperoleh sebanyak 89%.7 2. Penelitian terdahulu berupa skipsi milik Ma‟rul Amin yang dilaksanakan

pada 2018 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Sinjai”.

Rumusan masalah yang diangkat adalah 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk menigkatkan motivasi belajar peserta didik kelas IX D pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Sinjai? 2) Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat menigkatkan motivasi belajar peserta didik kelas IX D pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Sinjai? Adapun hasil penelitian yang didapatkan adalah 1) Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Menigkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas IX D di MTs Negeri 1 Sinjai mempuyai hasil yang sangat baik, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, ditunjukkan dengan motivasi peserta didik yang signifikan. 2) Penerapan Model

7 Nurlaili Nafiah, “Pengembangan Bahan Ajar Fiqih Berbasis CTL Pada Siswa Kelas X Di MA Daar Al-Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2017)

(27)

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu menigkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih Kelas IX D di MTs Negeri 1 Sinjai, ditandai hasil motivasi belajar peserta didik pada pra tindakan yaitu 59,5% kategori masih kurang dengan skor konvensi ≤59% pada siklus I yaitu 69,2% mengalami peningkatan pada kategori cukup dengan skor konvensi 60 % - 69%, sedangkan pada siklus II hasil angket motivasi belajar peserta didik yaitu 81,3% pada kategori sangat baik dengan skor konvensi 80%-100%. Maka dapat disimpulkan bahwa mulai pra tindakan, siklus I ke siklus II motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih meningkat setelah menggunakan model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)8

3. Berikutnya penelitian terdahulu berupa skripsi yang ditulis oleh Nurul Fajeri yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Belopa Kabupaten Luwu”.

Skripsi yang dilaksanakan pada 2019 ini mengangkat 3 rumusan masalah yaitu 1) Bagaimana penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 1 Luwu Kabupaten Luwu? 2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pembelajaran contekxtual teaching and learning dalam mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 1 Luwu Kabupaten Luwu? 3) Apa upaya yang di lakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam pembelajaran

8 Ma‟rul Amin, Penerapan Model Pembelajaran Kontextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Sinjai, (Skripsi, IAI Muhammadiyah Sinjai, 2018)

(28)

Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 1 Luwu Kabupaten Luwu? Adapun hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah 1) Penerapan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan metode Contextual Learning Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (bidang study Fiqih) di MTs Negeri 1 Luwu sudah berjalan sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran di atas tidak lepas dari peran serta segenap guru dan tenaga pendidikan yang selalu mendukung dan memperlancar aktivitas kegiatan belajar mengajar khususnya pengajaran mata pelajaran Fiqih yang ada di MTs Negeri 1 Luwu. Di samping itu juga silabus dan rencana pembelajarannya sama dengan yang ada dalam KTSP. 2) Upaya pembelajaran dengan menggunakan penerapan metode Contextual Learning Teaching merupakan metode yang sangat penting, apalagi di MTs Negeri 1 Luwu sendiri merupakan sekolah alam yang mana metode ini sangat tepat dan efektif, mengingat beberapa materi mapel PAI (bidang study Fiqih) di MTs Negeri 1 Luwu membutuhkan metode ini dalam rangka mengembangkan pemahaman siswa. 3) Faktor penghambat yang sampai saat ini dirasakan dalam rangka penerapan metode Contextual Learning Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (bidang study Fiqih) di MTs Negeri 1 Luwu adalah masih minimnya pemahaman guru terhadap teori-teori dari metode pembelajaran ini. Kemudian, masih kurangnya waktu yang tersedia, mengingat metode ini membutuhkan

(29)

waktu yang cukup banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah atau metode klasik lainnya.9

4. Berikutnya adalah karya ilmiah yang telah diselesaikan pada 2019 dengan peniliti Ari Khusnan Nasruddin. Judul penelitian beliau adalah Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo.

Rumusan masalah yang menjadi landasan adalah 1) Bagaimana strategi pengorganisasian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah Islamiyah tanggulangin Sidoarjo? 2) Bagaimana strategi penyampaian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah Islamiyah tanggulangin Sidoarjo? 3) Bagaimana strategi pengelolaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah Islamiyah tanggulangin Sidoarjo?

Hasil penelitian yang telah beliau selesaikan adalah 1) Strategi pengorganisasian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo memerlukan persiapan yang cukup matang. Mulai dari pemilihan isi materi, penetapan materi dan materi prasyarat, yang akan dimasukkan ke dalam penyusunan rencana pembelajaran dengan pemilihan metode yang sesuai, sampai pada proses kegiatan dalam pembelajaran untuk menunjukkan kepada peserta

9 Nurul Fajeri, Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Belopa Kabupaten Luwu, (Skripsi, UM Makassar, 2019)

(30)

didik hubungan keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, prinsip dalam pembelajaran. 2) Strategi penyampaian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam menerima dan merespon kegiatan pembelajaran. Siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Fiqih yang dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Tergantung dari materi yang sedang dipelajari pada saat itu. 3) Strategi pengelolaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo yang meliputi kegiatan penjadwalan, pembuatan cacatan kemajuan belajar siswa, motivasi belajar dan kontrak belajar mampu meningkatkan hasil belajar siswa. karena siswa merasa senang dan tidak bosan. Pembelajarannya dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Terlihat mereka menjadi lebih rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar.10 5. Karya tulis berbentuk skripsi atas nama Hadis yang telah diselesaikan pada

tahun 2020 berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII Di MTs Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.

10 Ari Khusnan Nasruddin, Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019)

(31)

Rumusan masalah penelitian beliau adalah apakah ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar IPA siswa Kelas VII di MTs Muhammadiyah Kalosi? Hasil penelitian beliau menyimpulkan pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dilihat dari hasil rata-rata atau mean pretest dan posttest yaitu pretest 63. 84% sedangkan posttest 81.12%. Pengaruh ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA. Sebelum digunakannya model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran IPA, sering kali ditemukan siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan guru didepan kelas, bercerita dengan siswa lain atau mengerjakan tugas pelajaran lain. Hal ini terlihat pada hasil belajar yaitu 11 siswa yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 44%

dari 25 siswa. Setelah adanya penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran IPA, siswa lebih pahampembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada hasil belajar siswa yaitu 12 siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 48% dari 25 siswa.11

Adapun penelitian terdahulu yang telah digambarkan secara umum dapat disajikan melalui tabel berikut,

11 Hadis, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTLl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII Di MTs Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang, (Skripsi, UM Makassar 2020)

(32)

Tabel 2.1

Persamaan, Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Terkini No. Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4

1 Nurlaili Nafiah (2017) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fiqih Berbasis CTL Pada Siswa Kelas X Di MA Daar Al- Hikmah Seputih Mataram Lampung Tengah”

1. Penerapan model CTL 2. Berhubungan

dengan fiqih 3. Pendekatan

kualitatif

1. Pengembangan modul sebagai media

pembelajaran

2 Ma‟rul Amin (2018) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX D Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Sinjai

1. Penerapan model CTL 2. Berhubungan

dengan fiqih

1. Pendekatan kuantitatif

3 Nurul Fajeri (2019) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Negeri 1 Belopa Kabupaten Luwu

1. Penerapan model CTL 2. Berhubungan

dengan fiqih

1. Fokus penelitian meminimalisir hambatan

4 Ari Khusnan Nasruddin (2019) Judul penelitian adalah

Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo

1. Penerapan model CTL 2. Berhubungan

dengan fiqih

1. Pendekatan kuantitatif

5 Hadis (2020) dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTLl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII Di MTs Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang

1. Penerapan model CTL

1. Pendekatan Kuantitatif

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan lima penelitian terdahulu. Persamaannya terletak pada pembelajaran melalui model Contextual

(33)

Teaching And Learning (CTL). Adapun perbedaannya sekaligus menjadi kebaharuan pada penelitian ini dimana pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) memfokuskan pada kajian perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Kajian Teori

Bagian kajian teori ini peneliti membahas teori yang digunakan dalam penelitian secara luas dan mendalam, guna memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang akan dipecahkan sesuai dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian.12 Beberapa teori yang akan peneliti bahas yakni pembelajaran fiqih, perencanaan pembelajaran fiqih, pelaksanaan pembelajaran fiqih, evaluasi pembelajaran fiqih dan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).

1. Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran berasal dari kata kerja yaitu belajar yang menjadi kata sifat dengan tambahan konsonan “pem” dan “an”. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya13

Kegiatan pembelajaran merupakan penyaluran pengetahuan, penyaluran nilai, dan penyaluran keahlian yang dilakukan secara terencana oleh pendidik yang diorientasikan pada tujuan untuk melakukan perubahan

12 Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmah IAIN Jember, 46.

13 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, (Ponorogo: Wade Group, 2016), h.13

(34)

pada kemampuan peserta didik.14 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar15

Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran kondusif.

Tidak lagi teacher center melainkan student center sehingga proses belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paradigma selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan guru (teacher center) sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa (student center) sehingga guru akan mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan siswanya hanya pasif.16

Kemudian pengertian selanjutnya adalah fiqih. Fiqih menurut bahasa adalah al-fahm (pemahaman), yang pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan hadits- hadits ahkam. Para fuqoha mengkaji hukum dan menginterpretasikan hukum-hukum tersebut bukan membuat hukum namun Allah SWT yang membuatnya.17 Fiqih berarti memahami dan mengetahui wahyu (baik al Qur‟an maupun al-Sunnah) dengan menggunakan penalaran akal dan metode tertentu sehingga diketahui bahwa ketentuan hukum dari mukallaf (subjek hukum) dengan sumber hukum (dalil-dalil) yang rinci.18

Secara garis besar, Fiqih memuat dua hal pokok yang merupakan

14 Hafsah, Pembelajaran Fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2016), h.19

15 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

16 Muhammad Afandi, et al., Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, h.4

17 Hafsah, Pembelajaran Fiqih, h. 3

18 Hidayatullah, Fiqih, (Banjarmasin: UI Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 2019), h.2

(35)

ibadah kepada Allah SWT. Pertama, tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang hamba dalam hubungannya dengan Allah sang penciptanya, atau disebut dengan ibadah secara langsung („ibadah mahdah), sehingga sering disebut dengan Fiqih Ibadah. Kedua, tentang apa yang yang harus dilakukan oleh seorang hamba dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya, atau disebut ibadah tidak langsung („ibadah ijtima„iyyah), sehingga sering disebut Fiqih Muamalah. Obyek pembahasan dalam Ilmu Fiqih adalah perbuatan mukallaf ditinjau dari hukum syara‟

yang tetap bagi seseorang. Fiqih membahas tentang thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, akad, jual beli, riba, mudharabah, gadai, Wali Nikah, Putusnya Perkawinan, Hudud, Qishash, Ta‟zir, imamah, ar-ra‟iyah, dan lain sebagainya agar dapat mengerti tentang hukum syara‟ dalam segala perbuatan ini.19

Tujuan dalam mempelajari fiqih adalah, pertama, memberi pemahaman-pemahaman agama Islam. Kedua, memahami ketetapan hukum Islam terkait dengan perbuatan manusia. Ketiga, untuk memperdalam pengetahuan agama bidang aqidah, ibadah, muamalah dan lainnya sehingga tidak buta arah dalam menjalankan kehidupan. Dengan mempelajari fiqih berarti mempelajari dan memahami hukum Islam yang terkait seluk beluk kehidupan umat manusia.20

Pendidik dituntut untuk professional dan totalitas dalam mengajar agar tercapai segala kompetensi yang telah ditentukan. Dengan begitu

19 Hidayatullah, Fiqih, h.3

20 Nurliana, Fiqih Ibadah, (Pekanbaru: LPPM STAI Diniyah, 2021), h.15

(36)

diharapkan pendidik mampu merencanakan pembelajaran kemudian melaksanakan rumusan tersebut dengan baik dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah terlaksana

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan di laksanakan dalam waktu tertentu.21

Pengertian yang dikutip dari sumber lain menyatakan perencanaan pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta melalui langkah- langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.22

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah melewati identifikasi sebagai langkah awal sebelum melaksanakan suatu proses pembelajaran.

Beberapa rancangan yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya:

21 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, (Sukoharjo: Pradina Pustaka, 2021), h.1

22 Farida Jaya, Perencanaan Pmebelajaran, (Medan: FTIK UIN Sumatera Utara, 2019), h.8

(37)

1) Merumuskan Tujuan Pelajaran

Tujuan pembelajaran berkaitan erat dengan hasil belajar yang akan mengarahkan kepada sasaran yang akan dicapai siswa.

Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai dalam bentuk pengetahuan, sikap dan psikomotorik.23

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dikuasai oleh siswa atau tentang tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu. Jadi, tujuan pembelajaran harus menunjukkan tingkah laku akhir atau hasil perbuatan (product) yang dituntut dapat dilakukan siswa sebagai bukti usaha belajarnya telah berhasil.24

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebuah tujuan akan memberikan arah terhadap hasil dari sebuah rencana. Dengan begitu membangun rencana haruslah dengan landasan yang esensial agar segala bentuk pelaksanaan dilaksanakan dengan maksimal.

2) Pengorganisasian Materi Ajar

Materi pembelajaran merupakan pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilan, atau konteks keilmuan suatu mata pelajaran.25 Sumber lain

23 Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: LPPPI , 2019), h.67

24 Farida Jaya, Perencanaan Pmebelajaran, h.47

25 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Sidoarjo: Muhammadiyah University Press, 2009), h. 43

(38)

mengemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.26

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah

a) Relevan terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar

b) Konsisten terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam materi c) Materi yang disajikan harus memadai kompetensi dasar yang

diajarkan tidak lebih dan tidak kurang27 3) Pemilihan Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.28 Sumber belajar adalah segala hal yang dijadikan sumber untuk mendukung, memperjelas, dan mengembangkan materi pelajaran yang disajikan.29 Sumber belajar terdiri dari dua hal, yaitu:

a) Manusia, yaitu mereka yang memiliki kapasitas dalam

26 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019), h.55

27 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, h.56

28 Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran: Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Mitra Abadi, 2014), h.137

29 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h. 64

(39)

bidangnya untuk membantu dalam menjelaskan materi

b) Non-manusia, yaitu lingkungan (alam, sosial), laboratorium, perpustakaan, museum, media cetak maupun media elektronik.30

4) Pengorganisasian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.31 Medium atau media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.32

Media pembelajaran terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

a) Media visual yaitu media yang memanfaatkan indera penglihat contohnya buku, gambar, peta dan lainnya

b) Media audio yaitu media yang memanfaatkan indera pendengar contohnya rekaman suara, radio dan lainnya c) Media audio-visual yaitu media yang memanfaatkan indera

penglihat dan pendengar contohnya film, televisi, video dan lainnya33

5) Pemilihan Model Pembelajaran

30 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h. 64

31 Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, h.155

32 Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran: Teoritis dan Praktis, h.206

33 Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, h.65

(40)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.34 Diuraikan dalam sumber lain model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar35

Mengacau pada Permendikbud nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, dijelaskan bahwa model pembelajaran haruslah berbasis pada aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta lebih mengacu pada makna alami, sesuai fitrah manusia.36

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam tahap pelaksanaan terdapat upaya menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk secara sadar berperan serta dan terlihat dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan, tingkah laku atau suasana yang diatur atau diciptakan oleh guru dengan merangsang dan

34 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.113

35 Ida Randiningsih, Perencanaan Pembelajaran MI, h.71

36 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.116

(41)

menantang siswa secara penuh, pengelolaan kelas yang baik akan menggerakkan terjadinya proses interaksi belajar mengajar yang baik pula.37 berikut kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran.

1) Membuka Pelajaran

Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional siswa sehingga memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilalui.38 Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan :

a) Menarik perhatian peserta didik, b) Memotivasi peserta didik,

c) Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,

d) Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau

e) Menanggapi situasi kelas.39 2) Menjelaskan Pelajaran

37 Mu‟awanah, Strategi Pembelajaran, (Kediri: STAIN Kediri Press, 2011), h. 89

38 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h.43

39 Fitri Siti Sundari, et al., Keterampilan Dasar Mengajar, (Bogor: PGSD Universitas Pakuan, 2020), h.26

(42)

a) Pengertian Menjelaskan Pelajaran

Penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab akibat, atau antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.40 Menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.

b) Tujuan Menjelaskan Pelajaran

Tujuan menjelaskan materi pelajaran adalah:

(1) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

(2) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.

(3) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

(4) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.41

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah

„menjelaskan‟ merupakan sebuah skill atau keterampilan yang

40 Dadang Sukirman, Pembelajaran Microteaching, (Jakarta: Kementerian Agama, 2012), h.248

41 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, h.43

(43)

harus dimiliki oleh pendidik sebagai penunjang dalam berinteraksi dengan peserta didik demi tercapainya kandungan nilai yang terdapat pada proses transfer of knowledge dan transfer of value.

c) Menerapkan Model Pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran merupakan teknik dalam menyampaikan materi dengan ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah tertentu. Model yang digunakan dalam penilitian ini adalah pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan Tujuan Dan Memotivasi Siswa Untuk Belajar

2) Menyampaikan Materi Pelajaran

3) Mengorganisasi Siswa Ke Dalam Kelompok-Kelompok Untuk Belajar

4) Membimbing Siswa Dan Bekerja

5) Mengevaluasi hasil analasis siswa dan memberikan reward42

d) Menggunakan Media Pembelajaran

Media pembelajaran menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran, sebagai sarana bagi guru untuk menyampaikan materi secara langsung kepada siswa dan menjadi lebih

42 Ade Haerullah dan Said Hasan, Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta:

Lintas Nalar, 2017), h.68

(44)

memahami materi tersebut.

1) Memotivasi Minat

Merangsang peserta didik untuk berani melakukan sebuah tindakan yang berguna dan sesuai minat dan bakat.

2) Menyajikan Informasi

Sebagai sarana untuk menyajikan informasi berupa pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang peserta didik

3) Pemberi Instruksi

Sebagai pemberi manfaat berupa perbaikan kemampuan diri maupun mental peserta didik dan dalam bentuk aktivitas nyata dalam proses pembelajaran.43

3) Menutup Pembelajaran

Menutup pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk ”mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa.44 Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.45 Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru

43 Saringatun Mudrikah, et al., Perencanaan Pembelajaraan di Sekolah Teori dan Implementasi, h.1 44

Dadang Sukirman, Pembelajaran Microteaching, h.238

45 Fitri Siti Sundari, et al., Keterampilan Dasar Mengajar, h.29

(45)

antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh peserta didik membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan.

a) Meninjau kembali, yakni usaha guru memberikan gambaran umum yang menyeluruh tentang bahan yang sudah disajikan, sehingga konsep/informasi yang diterima peserta didik tidak terpilah-pilah satu dengan yang lainnya. Komponen ini dapat ditampilkan melalui kegiatan merangkum kegiatan/materi inti pelajaran, membuat ringkasan materi yang baru disajikan.46 b) Salah satu cara untuk mengetahui apakah siswa mendapatkan

gambaran yang utuh tentang suatu konsep yang diajarakan adalah dengan penilaian, Yang dapat dilakukan guru dengan memberi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk.

1) Mendemonstrasikan keterampilan 2) Mengaplikasikan ide baru

3) Mengekspresikan pendapat 4) Memberi tugas-tugas47 c. Evaluasi Pembelajaran

Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional istilah istilah tersebut sebenarnya

46 Rabukit Damanik, et al., Keterampilan Dasar Mengajar Guru, (Medan: UMSU Press, 2021), h.124

47 Helmiatai, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, h.50

(46)

berbeda satu sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

Tes merupakan pemberian tugas dalam bentuk soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan dari hasil pelaksanaan tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya.

Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.48 Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.49 Dengan kata lain, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Secara etimologi “ evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qiamah atau al- taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdiraltarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian

48 Asrul, et al., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), h.2

49 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.2

(47)

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan Pendidikan.50

Evaluasi adalah sebuah mekanisme yang sangat penting untuk dapat menilai tingkat progresivitas pembelajaran yang telah dilakukan.

Evaluasi ini akan menjadi bahan yang sangat signifikan untuk bisa melakukan langkah-langkah perbaikan di masa mendatang pada saat suatu program akan dimulai kembali. Karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting, evaluasi ini pun menjadi bagian dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan juga dalam Standar Nasional Pendidikan.51

Evaluasi dalam penelitian ini menerapkan evaluasi formatif.

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai evaluasi berkelanjutan yang biasanya dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.52 Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar-mengajar.53 Bentuk penilaian formatif pada penelitian ini melalui teknik tes dan teknik non-tes observasi sebagai infomasi penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik.

1) Teknik Tes

50 Idrus L. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, (Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 9, No 2, Agustus 2019), h. 922, DOI: dx.doi.org/10.35673/ajmpi.v9i2.427

51 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020), h,6

52 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, h.50

53 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, h,101

(48)

a) Tes Uraian atau essai

Secara ontology tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melui uraian uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa54

b) Tes Objektif

Pada dasarnya, tes objektif adalah tes yang mempunyai ukuran tes yang terukur, terstruktur, dan mampu menghindarkan adanya subjektivitas dari evaluator pada saat penilaian. Pada tes ini, item tesnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, sehingga anak didik menampilkan keseragaman data baik yang menjawab benar maupun yang menjawab salah.55

c) Tes Lisan

Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian.

Perbedaannya terletak dalam segi pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dengan testi. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat- pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan.56

54 Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, h.271

55 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, 165

56 Innana, et al., Evaluasi Pembelajran: Teori dan Praktek, (Makassar: Tahta Media Group, 2021), h.65

(49)

d) Tes Tindakan

Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.57

2) Teknik Non-Tes a) Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Maknanya adalah bahwa observasi merupakan sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik berbagai fenomena yang diamati dan diselidiki.58

57 Asrul, et al., Evaluasi Pembelajaran, h.51

58 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, h,188

(50)

b) Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan informasi tentang siswa melalui komunikasi pribadi adalah sesuatu yang sangat penting, karena hal ini akan menumbuhkan sikap afektif yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru akan menunjukkan apa yang anak didik harus pelajari melalui interaksi bersama mereka. Dalam kaitan inilah wawancara sangat penting menjadi instrumen evaluasi dalam pembelajaran.59

c) Skala Sikap

Angket merupakan suatu alat evaluasi yang digunakan untuk mengungkap latar belakang peserta didik atau orangtua peserta didik, menemukan berbagai kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar, dan lain-lain.60

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) a. Pengertian

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, model CTL menjadi salah satu alternatif untuk dapat

59 Haryanto, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dan Manajemen, h,194

60 Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2019), h.51

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Boiler Kelas Dua

Kelengkapan yang harus dibawa pada saat Pembuktian Kualifikasi adalah ”BERKAS ASLI” file Dokumen Penawaran (Dokumen Penawaran Harga, Administrasi dan Teknis) serta

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Misalkan kita ingin mendefinisikan trigger untuk menghapus semua data pembelian manakala data barang yang sesuai—diindikasikan melalui primary key dan foreign

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan