• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

6. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Anak dipandang sebagai salah salah satu sumber untuk menentukan apa yang

akan dijadikan bahan ajar selanjutnya supaya kemampuan dasar anak dapat

dikembangkan dengan baik. Kemampuan dasar anak dapat dikembangkan dengan

merancang kurikulum dan pembelajaran tematik (Majid, 2014: 4). Pembelajaran

tematik merupakan suatu strategi yang melibatkan beberapa mata pelajaran,

sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna (Majid, 2014: 4).

Pendapat lain dikemukakan oleh Depdiknas (dalam Trianto, 2011: 147) bahwa

pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa. Tema dalam pembelajaran tematik ini

maksudnya ialah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti

pembicaraan atau pembahasan dalam kegiatan pembelajaran (Hajar, 2013: 22).

Peneliti menyimpulkan pendapat dari para ahli bahwa pembelajaran tematik

adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa

mata pelajaran, sehingga siswa akan memperoleh pengalaman yang bermakna.

Depdiknas (2009: 8) menyebutkan ada tiga landasan diterapkannya

pembelajaran tematik. Landasan tersebut antara lain landasan filosofis, landasan

psikologis, dan landasan yuridis. Penjelasan mengenai ketiga landasan tersebut

Tabel 2.5

Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Filosofis Landasan Psikologis Landasan Yuridis

a. Progresivisme, aliran ini memandang bahwa proses pembelajaran lebih ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. b. Konstruktivisme, kunci utama dalam pembelajaran adalah pengalaman langsung siswa. c. Humanisme, melihat siswa dari keunikan/kekhasannya, potensi, dan motivasi yang dimilikinya.

a. Psikologi perkembangan, psikologi ini diperlukan untuk menentukan isi dari materi pembelajaran yang disajikan agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa. b. Psikologi belajar, diperlukan untuk mengetahui bagaimana suatu materi disajikan dan bagaimana siswa mempelajarinya.

a. UU No. 23 Tahun 2002 pasal 9 tentang perlindungan anak yang menyebutkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan bakat dan minatnya agar pribadi dan tingkat kecerdasannya berkembang dengan baik. b. UU No. 20 Tahun 2003 bab

V pasal 1-b tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat minat dan

kemampuannya.

Tabel 2.5 menjelaskan bahwa pembelajaran tematik memiliki tiga landasan.

Landasan pertama yaitu landasan filosofis yang berisi teori-teori para ahli sesuai

dengan pembelajaran tematik. Landasan kedua yaitu landasan psikologis yang

berisi tentang teori psikologi berdasarkan pembelajaran tematik. Landasan yang

ketiga yaitu landasan yang berisi tentang Undang-Undang yang mendasari

lahirnya pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik, kini diterapkan pula pada kurikulum 2013. Kurikulum

yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat karena kurikulum 2013 ini

berbasis tematik integratif. Nuh (dalam Muzamiroh, 2013: 111) mengemukakan

bahwa kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya untuk mempersiapkan genarasi

Indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus

memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar

menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi. Kurikulum 2013

pelajaran pada kurikulum 2013 akan dikurangi sehingga tidak lagi membebani

siswa. Muzamiroh (2013: 119) mengungkapkan bahwa harapan dari kurikulum

2013 ini adalah untuk menyiapkan generasi yang handal, inovatif dan berkarakter.

b. Keuntungan dan kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik mempunyai banyak keuntungan.

Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain: a) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu

tema tertentu, b) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, c)

pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, d)

kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata

pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, e) siswa mampu lebih merasakan

manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas

(Depdiknas, 2009: 7).

Berbagai keuntungan juga diungkapkan oleh Trianto (2011: 160) antara lain:

a) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar. b)

Menghilangkan batas semu antarbagian kurikulum dan menyediakan pendekatan

proses belajar yang integratif. c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada

siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong

untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan

belajar. e) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar

kelas. f) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga

Peneliti menyimpulkan keuntungan dari pembelajaran tematik berdasarkan

penjelasan dari para ahli. Keuntungannya adalah pembelajaran lebih berpusat

pada siswa, dimana siswa belajar, mencari, memecahkan masalah serta

bertanggung jawab untuk menentukan keberhasilannya. Kenyataannya,

pembelajaran tematik tidak hanya memberikan berbagai keuntungan saja

melainkan juga memberikan berbagai keterbatasan. Puskur (dalam Trianto, 2009:

90-91) mengidentifikasi adanya keterbatasan dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik. Keterbatasan tersebut meliputi aspek guru yang diharuskan supaya

memiliki wawasan yang luas, kreatif, percaya diri dan mampu mengembangkan

materi yang akan disajikan. Penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang

kajian tertentu saja, maka dari itu guru dianjurkan untuk banyak membaca buku

agar pengetahuan dan informasi yang dimiliki semakin banyak.

Pembelajaran tematik menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan

akademik dan kreativitas yang baik. Tuntutan ini terjadi karena pembelajaran

tematik lebih menekankan pada kemampuan analitik (menghubungkan), asosiatif

(menghubung-hubungkan), aksploratif dan elaboratif (menemukan dan

menghubungkan). Sarana dan sumber pembelajaran tematik terbatas pada

wawasan yang belum berkembang. Pengembangan wawasan dapat dilakukan

dengan cara memperbanyak bahan bacaan. Keterbatasan selanjutnya yaitu ditinjau

dari aspek kurikulum. Kurikulum yang digunakan lebih berorientasi pada

pemahaman peserta didik. Aspek penilaian, dibutuhkan cara penilaian yang

menyeluruh (komprehensif) yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik

menyeluruh ini menjadi tugas dan tuntutan bagi guru untuk mempersiapkan teknik

dan prosedur pelaksanaan yang akan digunakan. Keterbatasan yang terakhir,

apabila ditinjau dari aspek suasana pembelajaran. Suasana pembelajaran tematik

masih mengutamakan bidang kajian tertentu sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki oleh guru.

Beberapa keterbatasan yang telah dipaparkan perlu diperhatikan oleh para

guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Keterbatasan

tersebut perlu dipelajari oleh guru supaya penerapan pembelajaran tematik dapat

terwujud.

Dokumen terkait