BAB II. KAJIAN TEORI
3. Reformasi Kurikulum di Indonesia
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan dan menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pendidikan (Dikti, 2012: 65). Pengertian lain diungkapkan
oleh Bambang (2007) bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Peneliti mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan tujuan serta isi dari pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan di Indonesia, salah satunya dicapai dengan melakukan
pergantian atau perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum berkali-kali
dilakukan di Indonesia dari masa ke masa. Pembaharuan kurikulum perlu
kurikulum, selain itu kurikulum juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman
yang senantiasa cenderung berubah (Dikti, 2012: 65). Trianto (2009: 54-71)
menjelaskan bahwa perubahan kurikulum terjadi dari masa orde lama hingga
masa orde reformasi.
a. Kurikulum SD di Masa Orde Lama
Kurikulum pertama pada awal kemerdekaan yaitu rencana pelajaran 1947 atau
menggunakan istilahLeer plan (Trianto, 2006: 54). Leer Planberasal dari bahasa
Belanda yang berarti rencana pelajaran (Rentjana Pelajaran) dan merupakan
istilah yang populer dari pada menggunkan istilah curriculum yang berasal dari
bahasa Inggris (Muzamiroh, 2013: 40-41). Trianto (2006: 55) menyebutkan
bahwa susunan rencana pelajaran 1947 sangat sederhana karena hanya memuat
dua hal pokok. Kedua hal pokok tersebut ialah daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Kurikulum 1947 ini tidak
lagi ditujukan kepada kolonial Belanda, maka dari itu kurikulum ini bersifat
politis dan merupakan pengganti dari sistem pendidikan kolonial Belanda.
Pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani merupakan hal yang diutamakan dalam rencana pelajaran
1947 dari pada pendidikan pikiran (Muzamiroh, 2013: 41).
Dikti (2012: 71) menambahkan kurikulum yang ada pada masa orde lama,
yakni kurikulum 1952. Kurikulum 1952 merupakan penyempurnaan dari
dengan kehidupan sehari-hari dan sudah mengacu pada kurikulum nasional.
Kurikulum 1952 berfungsi untuk membimbing para siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (Hidayat, 2013: 111).
Rencana pelajaran pada kurikulum 1952 dibuat lebih rinci di setiap
pelajarannya, sehingga disebut dengan Rencana Pelajaran Terurai 1952
(Muzamiroh, 2013: 42). Silabus mata pelajaran yang digunakan dalam kurikulum
1952 ini dibuat dengan sangat jelas.
b. Kurikulum SD di Masa Orde Baru
Dunia pendidikan pada masa orde baru melaksanakan perubahan kurikulum
sebanyak empat kali, yaitu dimulai dari kurikulum 1968, 1975, 1984, dan 1994
(Tianto, 2006: 56). Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum yang
artinya adalah materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan
kurikulum sekolah lanjutan (Trianto, 2006: 57). Kurikulum 1968 terdiri dari 9
mata pelajaran yang hanya memuat mata pelajaran pokok saja. Materi pelajaran
yang disajikan tidak dikaitkan dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Muatan materi pelajaran tersebut bersifat teoritis dan sangat
dipengaruhi oleh ilmu perkembangan teknologi dan psikologi yang ada pada masa
akhir 1960-an. Kurikulum 1968, kemudian mengalami penyempurnaan pada
tahun 1975. Kurikulum 1968 berganti menjadi kurikulum 1975.
Muzamiroh (2013: 44) menjelaskan supaya lebih efisien dan efektif, maka
kurikulum 1975 lebih ditekankan pada tujuannya. Kurikulum 1975 dikenal
Muzamiroh (2013) juga menjelaskan bahwa kurikulum 1975 banyak memperoleh
kritikan karena guru dibuat sibuk dengan menuliskan tujuan yang akan dicapai
dalam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 1975 didasari konsep
Struktural, Analisis, Sintesis (SAS) (Trianto, 2006: 58). Siswa menjadi pintar
karena paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata
pelajaran di sekolah. Dampak dari kurikulum 1975 adalah banyak guru
menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas administrasi, seperti membuat
TIU, TIK dan lain-lain (Trianto, 2012). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
pada kurikulum ini dirinci sesuai dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). PPSI merupakan instruksi bagi individu dalam belajar yang
terdiri atas urutan dan desain tugas yang progresif (Uno, dalam Dikti, 2012: 87).
Penilaian dilakukan pada setiap akhir pelajaran menjadikan kurikulum ini sebagai
pembeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya yang hanya memberikan
penilaian pada akhir semester saja.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat serta tuntutan pengetahuan dan teknologi
yang ada pada kurikulum 1975 hingga menjelang 1983 terus mengalami
kemerosotan (Dikti, 2012: 89). Kurikulum 1975 berakhir dan akhirnya digantikan
dengan kurikulum 1984. Muzamiroh (2013: 45) mengatakan bahwa kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Kurikulum 1984 lebih mengutamakan
pendekatan proses, namun faktor tujuan juga tetap diperhatikan dan sama
pentingnya. Kurikulum 1984 disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Siswa
diposisikan sebagai subyek belajar dari hal-hal yang bersifat mengamati,
proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). Penerapan konsep CBSA ternyata tidak berjalan dengan lancar. beberapa
sekolah kurang mampu dalam menerapkan konsep tersebut.
Pemerintah melakukan penyempurnaan kurikulum 1984 menjadi kurikulum
1994 yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional (Muzamiroh, 2013: 45). Perubahan pembagian waktu
pelajaran terjadi pada kurikulum ini, yaitu dari sistem semester ke sistem
caturwulan yang nantinya dibagi menjadi tiga tahap dalam satu tahunnya.
Pembagian waktu pelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam
menerima materi pelajaran yang cukup banyak.
Pelaksanaan kurikulum 1994, yang mengalami pembagian waktu menjadi
caturwulan ternyata tidak cukup membantu. Materi yang cukup banyak tidak
terasa ringan. Materi yang cukup banyak justru menjadikan beban belajar bagi
siswa.
c. Kurikulum SD di Masa Orde Reformasi
Kurikulum pada masa orde reformasi juga melakukan perubahan kurikulum
sebanyak dua kali, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau
Kurikulum 2004 merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Trianto, 2006:
62). UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang
TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan dan pendidikan nasional
mendasari lahirnya kurikulum sebagai respon dari tuntutan reformasi (Majid,
2014: 21). Kurikulum ini mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan
(Muzamiroh, 2013: 47). Kemampuan yang terpenting adalah kemampuan siswa
dalam mencapai kompetensi sesuai dengan yang diharapkan.
Kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu
pernyataan mengenai apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau
dilakukan siswa dalam setiap setiap tingkatan kelas sekaligus untuk mengetahui
kemajuan siswa menjadi lebih kompeten (Majid, 2014: 24). Becker Gordon
(dalam Majid, 2014: 23) menyatakan kompetensi mengandung beberapa aspek,
yaitu knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interest. Knowledge
(pengetahuan) adalah kesadaran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dalam bidang kognitif. Understanding (pengertian) adalah kemampuan yang
dimiliki guru dalam memahami aspek kognitif yang dimiliki oleh siswa. Skills
(keterampilan) merupakan kemempuan yang dimiliki guru untuk melaksanakan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Value (nilai) adalah suatu standar
perilaku yang dimiliki oleh guru. Interest (minat) merupakan minat yang dimiliki
guru untuk memancing motivasi siswa. Kurikulum KBK merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 1994. Keunggulan Kurikulum KBK dibandingkan
Tabel 2.1
Perbedaan Kurikulum KBK dan Kurikulum 1994
Subjek 1994 KBK
Yang Utama Penguasaan materi Hasil belajar dan kompetensi. Paradigma
Pembelajaran
Versi UNESCO: belajar mengetahui, belajar untuk bertindak, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi diri sendiri.
Silabus Ditentukan seragam dengan sekolah lain
Peran dari guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, silabus menjadi tanggung jawab guru.
Jumlah Jam Pelajaran
40 jam per minggu 32 jam per minggu. Metode
Pembelajaran
Katrampilan proses Tercipta metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif,dan menyenangkan. Dan juga lahir metode lain yaitu pembelajaran kontekstual.
Sitem Penilaian
Memfokuskan pada aspek kgnitif
Memadukan keseimbangan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tabel 2.1 menjelaskan jumlah jam pelajaran pada kurikulum 1994 lebih
banyak dibandingkan dengan kurikulum KBK. Kurikulum 1994 hanya
mengutamakan penguasaan materi, berbeda halnya dengan kurikulum KBK yang
mengutamakan hasil belajar dan kompetensi. Sistem penilaian pada kurikulum
1994 difokuskan pada aspek kognitif saja, sedangkan pada kurikulum KBK sistem
penilaian dilakukan dengan memadukan keseimbangan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Kurikulum KBK dianggap memperoleh hasil yang kurang sempurna,
sehingga perlu dilakukan penyempurnaan. Hasil yang kurang sempurna
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Muslich dalam Muzamiroh, 2013 : 48). Faktor
yang pertama yaitu konsep KBK belum dipahami dengan benar oleh guru
sehingga penjabaran materi dan program pengajaran tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kedua, guru mengalami kebingungan dalam penerapannya karena
draf kurikulum terus menerus mengalami perubahan. Ketiga, guru hanya
mengandalkan pengalaman yang telah dimiliki untuk mengajar karena belum
menunjukkan reformasi pendidikan yang terjadi di Indonesia sejak masa orde
lama, orde baru, sampai orde reformasi.
Tabel 2.2 Reformasi Kurikulum
Tahun Nama Kurikulum Ide pokok
Orde Lama 1947
Rencana Pembelajaran 1947
Memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Garis-garis besar pengajarannya pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan murid mempelajari
1952 Rencana pelajaran terurai 1952
Rencana pelajaran pada setiap mata pelajaran dibuat lebih rinci
Orde Baru
1968 Kurikulum 1968
Pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.
1975 Kurikulum 1975
Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Kurikulum 1975 mempertegas tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran.
1984 Kurikulum 1984
Dalam kurikulum 1984 siswa diposisikan sebagai subyek belajar dari hal-hal yang bersifat mengamati,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
1994 Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan proses. Kurikulum ini pun dimasukkan muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerahnya.
Orde Reformasi
2004
Kurikulum 2004
Kurikulum ini menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2006 Kurikulum 2006
Strategi pengembangan dalam kurikulum 2006 mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran tematik dan model pendekatan mata pelajaran.
Tabel 2.2 menunjukkan reformasi kurikulum yang terjadi sejak masa orde
lama, orde baru, hingga orde reformasi. Reformasi kurikulum yang terjadi pada
masa orde lama yakni pada tahun 1947 dan tahun 1952. Nama kurikulum pada
tahun 1947 yaitu rencana pembelajaran 1947, sedangkan tahun 1952 yaitu rencana
pelajaran terurai 1952. Reformasi kurikulum yang terjadi pada masa orde baru
Reformasi kurikulum yang terjadi pada orde reformasi yaitu kurikulum 2004 dan
kurikulum 2006.