• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

4. Pembentukan Perilaku Sosial

Baron dan Byrne berpendapat ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang yaitu:91

a. Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh dengan perilaku seperti itu.

Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial seseorang karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

b. Proses kognitif

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap

91Rusli Ibrahim, Landasan Psikologi Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas, 2001), hlm. 29.

perilaku sosialnya.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.

d. Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi

Misalnya, seseorang yang berasal etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada di lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

C. Sosial

1. Perubahan Sosial

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Maciver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di

dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material.92

Gillin dan Gillin mendefinisikan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat.

Menurut Talcott Parsons, masyarakat akan mengalami perkembangan menuju masyarakat transisional. Masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama yaitu primitif, intermediat, dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons dikembangkan lagi ke dalam subklasifikasi evolusi sosial sehingga menjadi 5 tingkatan yaitu primitif, advanced primitif and arcchaic, historis internediate, seedbed sociaties and modern sociaties. Parsons menyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural (pendidikan), kehakiman (integrasi), pemerintahan (pencapaian tujuan) dan ekonomi (adaptasi).93

92 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.

93 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 350.

Dalam perspektif materialis, teknologi sangat determinan dalam perubahan sosial. Tokoh teknokratis ini adalah Thorstein Veblen. Veblen melihat teknologilah yang mewarnai tatanan sistem sosial.

Karena itu, ia mengajukan preposisi bahwa perilaku manusia mencerminkan perkembangan teknologi dan ekonominya. Statemen Veblen ini secara implisit mengisyaratkan kemampuan teknologi dalam mempengaruhi perilaku manusia.94

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial

Mempelajari perubahan masyarakat perlu diketahui sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya perubahan masyarakat, dapat karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan atau karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara lain:

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk, 2. Penemuan-penemuan baru,

3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam

94 Ibid, hlm. 359.

tubuh masyarakat itu sendiri.

Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara lain:

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia,

2. Peperangan dengan negara lain,

3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.95

Ada juga faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan, antara lain:

1. Kontak dengan kebudayaan lain, 2. Sistem pendidikan yang maju,

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju,

4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang, 5. Sistem masyarakat yang terbuka,

6. Penduduk yang heterogen,

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

8. Orientasi ke depan,

9. Nilai meningkatnya taraf hidup.96

Selain itu ada juga faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan:

95 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.

96 Ibid, hlm. 352

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, 3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis,

4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,

5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,

6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing, 7. Hambatan ideologis,

8. Kebiasaan, 9. Nilai pasrah

Adapun proses-proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, saluran-saluran perubahan yang dilalui oleh suatu proses perubahan, disorganisasi (disintegarsi) dan reorganisasi (reintegarsi). Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan bagian dari satu kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma dan nilai dalam masyarakat, dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga masyarakat. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang

baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.97

D. Anak

1. Pengertian Anak

Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan “ Turunan yang kedua atau manusia yang masih kecil."98 Dari pengertian tersebut bahwa anak merupakan manusia yang masih kecil yang merupakan turunan kedua. Karena anak merupakan manusia yang masih kecil tentu ia masih dapat tumbuh dan berkembang baik dari segi fisik maupun psikis.

Selanjutnya anak dipandang sebagai manusia dewasa dalam bentuk-bentuk ukuran kecil, untuk memberi pemahaman yang jelas berikut ini dikemukakan oleh A. Muri Yusuf dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan bahwa “Anak adalah manusia kecil yang sedang tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental."99Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa anak merupakan manusia kecil yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental.

97Ibid, hlm. 330.

98Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hlm. 50.

99Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1982), hlm. 39.

Kemudian dalam proses perkembangannya, anak sebagai subjek yang sedang tumbuh dan berkembang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Siti Partini Suardinan bahwa:

“Pada dasarnya anak merupakan subyek yang sedang tumbuh dan berkembang sejak saat konsep di mana sel sperma laki-laki membuahi ovum di uterus sampai saat kematian. Organisme terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa awal kehidupannya pertumbuhan itu bersifat sangat cepat dan mencolok dan tidak berdaya sama sekali, melalui tahap merangkak, berdiri dan akhirnya berjalan dapat dicapai dalam waktu satu sampai dua tahun."100

Dengan adanya ketidakberdayaan dan belum mengenal apa-apa, maka anak dapat diserahkan atau dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya khususnya orang tua. Dengan demikian, anak merupakan manusia yang masih kecil yang berada pada taraf perkembangan. Di mana awal kehidupannya ia tidak mengenal sesuatu apapun sehingga dapat diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang positif atau negatif.

100 SitiPartini Suardiman, Psikologi Pendidikan Studing, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hlm. 18.

2. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar:101

a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh) Meliputi:

1) Pangan / gizi

2) Perawatan kesehatan dasar 3) Tempat tinggal yang layak 4) Sanitasi

5) Sandang

6) Kesegaran jasmani / rekreasi

b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (Asih) Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu / pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.

Berperannya kehadiran orang tua terutama ibu sedini dan selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan spikis sedini mungkin. Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan

101 Hervira Alifiani P.,Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain No. 1, Jurnal,(Bandung: ITB), hlm. 3.

kepercayaan dasar (basic trust).

c. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembanga mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

3. Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti, karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan:102

a. Usia bayi (nol sampai satu tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis.

Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa

102Damaiyanti, Mukhripah, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 78.

yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.

b. Usia pra sekolah (dua sampai lima tahun) Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak di bawah tiga tahun adalah sangat egosentris.

Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi padanya.

Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

c. Usia sekolah (enam sampai dua belas tahun) Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak di usia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.

Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3.000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.

d. Usia remaja (tiga belas sampai delapan belas tahun)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya.

Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

4. Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. 103 Tugas perkembangan bayi nol sampai dua tahun adalah berjalan, berbicara, makan-makanan padat, kestabilan jasmani.

103 Havighurst, Robert J., Human Development and Education, (New York: David Mckay Company, 1961), hlm. 56.

Tugas perkembangan anak usia tiga sampai lima tahun adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan sosial dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar, serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.

Tugas perkembangan usia enam sampai dua belas tahun adalah belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan lembaga.

Tugas perkembangan anak usia tiga belas sampai delapan belas tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri

berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

Jika dilihat dari perkembangan anak di atas, maka perkembangan anak berhubungan dengan pembentukan perilaku sosial anak di masyarakat.

E. Kerangka Berpikir

Gambar. 1 Simpulan Kerangka Berpikir

Anak asuh yang bertempat tinggal di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang adalah anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada anak yang berasal dari pemulung atau pengemis jalanan, keluarga yang sering melakukan KDRT, anak yang tidak mempunyai kedua orang tua dan anak dari keluarga tidak mampu yang secara ekonomi tidak mampu memberikan penghidupan. Saat awal mereka dititipkan di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, anak asuh memiliki perilaku sosial yang buruk, ada anak yang jorok tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan dan dirinya, tidak bisa mengontrol emosi, berkata kasar, dan suka mencuri barang milik yayasan dan anak asuh lainnya.

Pembinaan Agama

Metode Pembinaan Agama

Adanya perubahan

perilaku sosial anak asuh setelah mengikuti

Pembinaan Agama,

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Islam Media

Kasih

Berangkat dari kepedulian yang mendalam terhadap anak-anak di lingkungan kami di Desa Cipadu Kec.

Ciledug Kota Tangerang yang mengalami putus sekolah dikarenakan berbagai kendala seperti tidak adanya biaya mengingat mereka berasal dari keluarga tidak mampu atau anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua dan anak-anak terlantar yang tidak jelas keberadaan keluarganya. Yayasan Islam Media Kasih berusaha mengumpulkan anak-anak tersebut untuk dicarikan orang tua asuh yang dapat membiayai pendidikan serta kebutuhan sekolah mereka. Namun, mereka tetap tinggal di keluarga mereka masing-masing. Tanpa terasa jumlah anak-anak yang terkumpul sudah mencapai 150 anak dari tingkat SD, SMP, SMA yang terdiri dari anak yatim/yatim piatu/dhuafa dan Alhamdulillah Yayasan Islam Media Kasih berhasil mengumpulkan orang tua asuh sebanyak tiga puluh lima orang.

Berbagai kendala dialami oleh anak-anak itu di dalam menuntut ilmu, karena miskinnya keluarga mereka.

Walaupun uang sekolah dan kebutuhan sekolah sudah terpenuhi, tetapi mereka tetap memerlukan biaya untuk

kebutuhan sehari-hari sehingga pengurus menampung mereka di dalam lembaga permanen panti asuhan.

Pada tanggal 1 Juni 1991 melalui Akte Notaris Mirah Dewi Ruslim Sukmajaya, SH. No.1, resmi didirikan Yayasan “Media Kasih” (YMK). Yayasan Media Kasih kemudian disahkan oleh Pengadilan Negeri Tangerang dengan surat keputusan NO.: HT.01.05.13.1991/PN.TNG tertanggal 14 Juni 1991 sebagai badan hukum berbentuk yayasan.

Untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan perkembangan anak asuh secara intensif maka pengurus sepakat untuk mendirikan Panti Asuhan. Pada tanggal 4 Desember 1991 yayasan mendapatakan sumbangan wakaf dari Meiske Prasadja D. Soegoto berupa tanah seluas 1.000 meter persegi yang terletak di desa Cipadu RT 01/04 kecamatan Larangan, Tangerang. Kemudian, atas bantuan para dermawan dengan swadaya umat, secara bertahap pengurus dapat membangun gedung Panti Asuhan yang saat ini dapat menampung 75 anak asuh.104 B. Visi dan Misi Yayasan Islam Media Kasih

Visi

Ikut serta mewujudkan masyarakat adil dan makmur, berpengetahuan tinggi di bidang pendidikan formal dan

104Profil Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, dokumen yang didapatkan pada 11 Maret 2021.

spritual serta mencerdaskan bangsa dengan nilai kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.105 Misi

1. Mengembangkan lembaga kesejahteraan sosial yang profesional dalam pengasuhan dan pembinaan anak-anak yang terlepas dari pengasuhan orang tuanya untuk menjadi manusia yang mandiri dengan religiusitas tinggi, 2. Menjalin kerja sama yang sinergis dengan lembaga-lembaga lain yang terkait untuk meningkatkan kualitas pola asuh terhadap binaan Panti Asuhan,

3. Aktif dan berkesinambungan memberikan bantuan, perhatian dan dukungan sosial terhadap anak-anak yang membutuhkan, dan

4. Mengembangkan program pembinaan dan pengasuhan pada anak binaan dalam pendidikan agama dan pendidikan formal.106

C. Tujuan Yayasan Islam Media Kasih 1. Tujuan Lembaga

Menjadi lembaga yang mampu menjembatani kasih sayang umat terhadap sesama.107

105https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember 2020.

106https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember 2020.

2. Tujuan Pembinaan Anak Asuh

Membentuk insan yang mandiri, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, dan berguna bagi sesama umat dan agama, bangsa dan negara, demi mencapai keberhasilan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.108 D. Program atau Kegiatan Yayasan Islam Media

Kasih Tangerang

Di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang terdapat program, yaitu:109

1. Mencarikan orang tua asuh bagi anak asuh yatim/yatim piatu/remaja putus sekolah dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA dan sederajat,

2. Menghimpun dana ummat baik zakat, infaq dan shodaqoh untuk pembiayaan program pembinaan dan pengasuhan,

3. Melakukan pengasuhan dengan pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, dan papan) bagi anak asuh 4. Merujuk anak asuh kepada lembaga pendidikan di

berbagai jenjang pendidikan (baik formal maupun informal),

107https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember 2020.

108https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember 2020.

109Profil Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, dokumen yang didapatkan pada 11 Maret 2021.

5. Melakukan pembinaan dan pembekalan nilai agama Islam kepada anak asuh.

Adapun penjelasan dari kegiatan di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, sebagai berikut:110

1. Bidang Sosial

Yayasan Media Kasih Tangerang mempunyai program sosial yaitu santunan jompo yaitu dengan memberikan santunan kepada manula yang tidak mendapatkan perhatian lebih dari keluarganya. Janda dhuafa yaitu pemberian bantuan kepada istri yang ditinggal suaminya dan tidak mampu secara finansial, bantuan berupa bahan pangan.

2. Bidang Usaha

Penggemukan dan pembibitan domba qurban adalah peternakan domba yang dikelola oleh pengurus Yayasan Islam Media Kasih dan akan dipasarkan ketika tiba hari qurban. Usaha kue kering lebaran adalah produk rumahan yang dikelola oleh pengurus Yayasan Media Kasih dan dipasarkan saat menjelang lebaran. Produk frozen food (Kroket londo, samosa dan risol durian) yaitu makanan siap saji yang dikelola oleh pengurus Yayasan Media Kasih Tangerang.

Lembah taqwa group/family agri-outing & resort

110https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember 2020.

(Cipanas – Puncak) adalah sebuah resort yang dikelola oleh pengurus Yayaaan Media Kasih dan disewakan.

3. Bidang Agama

Pesantren Tahfidz Quran dan Majelis Ta’lim Cipadu Istiqomah. Program agama ini dapat diikuti oleh anak asuh dan masyarakat sekitar Yayasan Media Kasih Tangerang.

E. Fasilitas Yayasan Islam Media Kasih Tangerang

1. Mushola yayasan 1 ruang.

2. Asrama 2 bagunan, 15 kamar.

3. Aula 1 ruang.

4. Ruang konseling 1 ruang.

5. Kantor dan sekretariat yayasan 1 lokal.

6. Ruang belajar 1 ruang.

7. Ruang tamu atau ruang jenguk 1 ruang.

F. Struktur Kepengurusan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang

Pembagian tugas pengurus dan administrator di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang:111

1. Pimpinan Yayasan : Dewi Pudjiati Alamsyah

2. Bendahara : Harsiwi

111Observasi Penulis, Struktur Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, (Tangerang, 2 Maret 2021).

3. Sekretaris : Abdul Aziz 4. Bidang Pendidikan : Eti Patimah 5. Bidang Kerohanian : M. Yusuf

6. Humas : Mustanginun

7. Pengurus : 1. Salamah

2. Wartini 3. Warkiyah 4. Heni 5. Amirudin

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Identifikasi Informan

Dalam penelitian ini subjek penelitian berjumlah sembilan orang. Ibu Hj. Dewi Pudjiati Alamsyah sebagai pemilik dan pembina yayasan, lima orang pengurus yayasan yaitu Bapak Aziz, Bapak Amir, Ibu Etih, Ibu Harsiwi dan Ibu Heni serta tiga orang anak asuh yaitu Salma, Zahra dan Rani. Berikut adalah pemaparan mengenai gambaran umum informan dalam penelitian ini:

1. Pembimbing

a. Hj. Dewi Pudjiati Alamsyah

Ibu Dewi merupakan seorang pendiri Yayasan Islam Media Kasih Tangerang dan salah satu pembimbing agama di sana. Ibu Dewi juga adalah pendiri Yayasan Islam Media Kasih Aceh. Di usianya yang sudah menginjak enam puluh enam tahun, sampai saat ini beliau masih aktif mengurus yayasan dan membimbing anak asuh untuk selalu optimis menjalani hidup dan selalu menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Jargon yang selalu Ibu Dewi berikan kepada anak asuh yaitu "Dunia bahagia, akhirat surga", dalam artian kita tetap

mengejar dunia, tapi tidak lupa dengan tujuan utama yaitu surga.112

2. Pengurus a. Abdul Aziz

Pria berumur tiga puluh tahun ini bernama

Pria berumur tiga puluh tahun ini bernama

Dokumen terkait