• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBINAAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL ANAK DI YAYASAN ISLAM MEDIA KASIH TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PEMBINAAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL ANAK DI YAYASAN ISLAM MEDIA KASIH TANGERANG"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

KASIH TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Endah Novianti (11160520000054)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(2)
(3)
(4)
(5)

Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, di bawah bimbingan Suparto, M.Ed, Ph.D, 2021.

Perilaku sosial anak yang negatif merupakan salah satu problem yang senantiasa muncul di tengah-tengah masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang dan membawa akibat-akibat buruk tersendiri sepanjang masa yang sulit dicari ujung pangkalnya, sebab kenyataannya perilaku sosial yang negatif telah merusak nilai-nilai norma yang ada di masyarakat serta merusak nilai-nilai agama. Upaya pengendalian terhadap peningkatan perilaku sosial negatif perlu dilakukan untuk menekan dan mencegah kasus perilaku sosial negatif yang terus meningkat seperti mencuri, putus sekolah, dan tawuran. Salah satu upaya menanganinya adalah dengan memberikan pembinaan agama terhadap anak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembinaan agama dari Djamaludin Anchok merupakan membimbing, mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi manusia. Sehingga menjadi pedoman bagi tingkat laku orang tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Teknik dalam pengumpulan data yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pelaksanaan program pembinaan agama pada lokasi penelitian berjalan dengan efektif. Penelitian ini juga menemukan indikator keberhasilan penerapan program pembinaan agama oleh lembaga penelitian dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik, kedisiplinan beribadah dan mampu bersosialisasi.

Kata Kunci: Pembinaan Agama, Perilaku Sosial, Anak Asuh.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta alam yang dengan cara-Nya telah memudahkan rangkaian proses pembuatan skripsi dengan judul “ Metode Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang” ini. Shalawat bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat, Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya.

Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada manusia yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu mendukung dalam segala keadaan, yakni Ibunda Nining Ningrum, semoga segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi ladang pahala yang mengantarkannya menuju surga yang abadi. Aamiin. Tidak lupa juga kepada Ayahanda Taufiq Ichsan, semoga senantiasa Allah beri kesehatan dan keberkahan dalam hidup. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya, penulis tujukan untuk kakak tersayang, Siti Fachrana yang telah memberikan motivasi, tidak lupa adikku Aulia Gani Nabila dan Muhammad Ramdani. Dan Allah-lah sebaik-baik pemberi balasan atas kebaikan kalian.

(7)

ii

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:

1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga Allah membalas segala kebaikannya, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti menempuh pendidikan jenjang strata satu ini.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti sehingga mendapatkan referensi yang diperlukan.

(8)

iii

7. Keluarga besar Yayasan Islam Media Kasih Tangerang yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri balasan terbaik. Aamiin.

8. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah member warna dan makna selama peneliti menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah mudahkan segala urusan kalian. Aamiin.

9. Sahabatku, Dwi Sarifathul Arnia, Rika Damayanti dan Inti Wulan Mustika Wati yang telah bersama selama 8 tahun, memberi motivasi dan ikhlas menemani dalam perjuangan hidup. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian.

Aamiin.

10. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi selama peneliti menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah menjaga kalian. Aamiin.

(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR …...……….... i

DAFTAR ISI ……....…...………...………….. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 14

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 15

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 17

F. Metode Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan Agama 1. Pengertian Pembinaan ... 34

2. Pengertian Agama ... 37

3. Pengertian Pembinaan Agama ... 38

4. Tujuan Pembinaan Agama ... 39

5. Aspek-aspek Pembinaan Agama ... 41

6. Metode Pembinaan Agama ... 42

7. Materi Pembinaan Agama ... 52

8. Media Pembinaan Agama ... 61 B. Perilaku Sosial

(10)

v

1. Pengertian Perilaku Sosial ... 64

2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Sosial ... 69

3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial ... 72

4. Pembentukan Perilaku Sosial ... 77

B. Sosial 1. Perubahan Sosial ... 78

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial ... 80

C. Anak 1. Pengertian Anak ... 83

2. Kebutuhan Dasar Anak ... 85

3. Tingkat Perkembangan Anak ... 86

4. Tugas Perkembangan Anak ... 89

D. Kerangka Berpikir ... 91

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG A. Sejarah Yayasan Islam Media Kasih ... 92

B. Visi dan Misi ... 93

C. Tujuan ... 94

D. Program atau Kegiatan ... 95

E. Fasilitas ... 97

F. Struktur Kepengurusan ... 98

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data Informan……….………...…...… 99

(11)

vi

B. Temuan Lapangan ... 103

BAB V PEMBAHASAN A. Metode Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak Asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang ………...………. 108

B. Gambaran Perilaku Sosial Anak Asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang …....………113

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan …...……….………... 129

B. Implikasi ………... 130

C. Saran ………...…. 131

DAFTAR PUSTAKA ……….... 133 LAMPIRAN

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan karunia Allah SWT yang sangat besar arti dan fungsi bagi kehidupan keluarga.

Keluarga dan lingkungan masyarakat berperan penting untuk perubahan dan pembentukan diri anak.

Perubahan yang terjadi meliputi segi kehidupan manusia yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Rentang usia anak ini dibagi menjadi empat bagian yaitu usia nol sampai satu tahun adalah masa bayi di mana ia belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata, usia dua sampai lima tahun adalah masa anak yang sangat egosentris, selain itu anak belum mampu berbicara fasih, usia enam sampai sebelas tahun adalah masa anak sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan, sehingga apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak di usia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan usia dua belas sampai tujuh belas tahun adalah masa peralihan anak- anak menuju masa dewasa, pola pikir dan tingkah laku anak akan mencontoh orang orang dewasa. Pada masa ini anak harus diberi kesempatan untuk memecahkan masalah secara positif, harus dihargai keberadaan

(13)

identitas diri dan harga diri.1 Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti anak dengan usia dua belas sampai tujuh belas tahun.

Anak dengan rentang usia dua belas sampai tujuh belas tahun dapat dikatakan sebagai remaja awal.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Hurlock dalam pembagian masa remaja, ia membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal sebelas sampai tujuh belas tahun dan masa remaja akhir enam belas sampai delapan belas tahun.

Masa-masa remaja adalah masa di mana individu sedang dalam pencarian jati diri atau identitas diri. Dalam pencarian jati diri tersebut remaja memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar tentang lingkungan sekitarnya yang mereka anggap sebagai hal-hal yang baru. Dalam keadaan pencarian identitas ini, remaja lebih sering berpatokan pada dunia luar dan lingkungan sosial di sekitar mereka, sehingga dengan keadaan emosional yang masih labil remaja mudah terpengaruh oleh dunia luar yang akan membentuk kepribadian mereka kelak.

Dalam kajian pisikologi perkembangan remaja antara lain dapat diamati dari perilaku remaja bersangkutan. Perilaku adalah semua kegiatan atau

1Damaiyanti Mukhripah, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 78.

(14)

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Perilaku merupakan aktivitas atau tindakan yang terbentuk karena pengaruh dari faktor perkembangan dalam diri dan faktor perkembangan sosial individu di lingkungan sekitarnya. 2 Menurut George Ritzer perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan pada tingkah laku.3

Perilaku sosial mewakili kontinum exterm pada sebuah rangkaian yang dapat menjelaskan sebagai perilaku positif dan negatif. Perilaku sosial merupakan suatu tindakan yang memiliki manfaat bagi orang lain seperti keluarga dan masyarakat. Di antara manfaat tersebut menurut Mohamad Asrori, yaitu adanya kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Perilaku sosial merupakan perilaku yang dimiliki oleh diri manusia, namun perilaku ini tidak dibawa ketika manusia itu dilahirkan akan tetapi perilaku sosial ini terbentuk melalui proses interaksi antarindividu dengan lingkungan sosialnya. Soetjipto Wirosarjono

2Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 35.

3Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta), hlm. 15.

(15)

mengatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial yang ada. Perilaku sosial terbentuk dan ada karena manusia melihat dan memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan lingkunganya.4

Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai penyebab perilaku sosial remaja. Menurut Mash &

Wolfn perilaku sosial remaja disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor biologis bisa berupa faktor genetik atau bawaan dan motif biologis seperti kebutuhan makan dan minum, kebutuhan seksual, serta kebutuhan melindungi diri dari bahaya. Sedangkan faktor sosio psikologis berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia, kemampuan kognitif yang merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, serta kemampuan konatif yang merupakan aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.5

4Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 36.

5Radi Susanto, Perilaku Sosial Remaja di Kelurahan Lubuk Durian Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara, Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, hlm. 14.

(16)

Sedangkan faktor dari luar (eksternal) adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu, antara lain keluarga, sekolah, dan lingkungan.

Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dapat berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim, dan cuaca serta faktor ekonomi individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik pada perilaku seseorang. Begitu juga jika kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai bentuk perwujudan dari perasaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca juga mempengaruhi perilaku seseorang. Di sini perilaku timbul sebagai bentuk penyesuaian diri yang sedang berlangsung. Selanjutnya adalah faktor ekonomi dari individu, faktor ini merupakan faktor dalam perilaku seseorang, keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadikan seseorang berbuat nekat dan semaunya tanpa memperdulikan orang lain.

Seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku.6

Salah satu faktor eksternal yang banyak mempengaruhi perilaku sosial adalah keluarga. Proses

6Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2013), hlm. 78.

(17)

sosialisasi pertama kali diperkenalkan di dalam lingkungan keluarga melalui pembinaan yang diberikan orang tua untuk anaknya. Pembinaan anak merupakan proses yang paling penting, karena fungsi pembinaan anak di dalam keluarga yaitu mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat.

Pembinaan anak dalam keluarga memberikan keyakinan beragama, nilai budaya yaitu mencakup nilai norma dan aturan-aturan pergaulan dalam bermasyarakat dan sikap yang menjadi pegangan kehidupan bermasyarakat, beragama, dan bernegara.7

Sebagai warga negara anak perlu mendapatkan perhatian khusus dengan pembinaan sikap dan perilaku. Dengan demikian untuk membentuk kedewasaan pada diri anak dibutuhkan interaksi sosial.8 Dalam proses pembinaan tanpa interaksi sosial tidak akan terjadi keberlangsungan. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan individu dengan individu lain, di mana terjadi saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu.9 Perilaku sosial

7 Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam MembantuAnak Mengembangkan Anak, (Jakarta: Rinneke Cipta, 1998), hlm. 2.

8Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Jakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 106.

9Gerungan, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Offsite, 2000), hlm.57.

(18)

berhubungan erat dengan perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Anak berperilaku sosial yang sesuai dengan masyarakat diperoleh dari kematangan dan proses belajar dari berbagai stimulus yang diberikan lingkungannya. Tatanan lingkungan yang baik dan sehat dapat membantu mengembangkan konsep dalam diri anak dan mendukung proses sosialisasi menjadi optimal. Kesuksesan tujuan tersebut tidak mungkin terjadi begitu saja tanpa adanya keterlibatan keluarga dan lingkungan di sekitar anak. Pada umumnya pembinaan anak dilakukan di dalam keluarga.

Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama yang memberikan tuntunan serta contoh-contoh bagi setiap anak.10 Oleh sebab itu, keluarga yang utuh sangat diperlukan bagi setiap anak.

Dalam perkembangan anak tidak lepas dari peran orang dewasa di sekitarnya, hal ini agar anak mampu berperilaku sosial yang baik. Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan anak- anaknya tentang kehidupan. 11 Oleh sebab itu, pembinaan pada anak merupakan hal yang urgen,

10Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta:

CV. Rajawali, 1992), hlm.27.

11T.O. Ihromi, Sosiologi Keluarga, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 30.

(19)

karena Allah ta'ala langsung yang membebankan tanggung jawab ini kepada kedua orang tua. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat At-Tahrim ayat 6:

اَهُدوُق َو ا ًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفنَأ ۟ا َٰٓوُق ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي َنوُصْعَي َّلَّ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َٰٓ َلَم اَهْيَلَع ُةَراَج ِحْلٱَو ُساَّنلٱ نو ُرَم ْؤُي اَم َنوُلَعْفَي َو ْمُه َرَمَأ َٰٓاَم َ َّللَّٱ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.12

Dari surah At-Tahrim ayat 6 terdapat makna yaitu pentingnya orang tua mempersiapkan diri dalam mendidik anak, karena pada dasarnya orang tua harus memberikan pembinaan keagamaan, metode pembinaan termasuk cara penanaman iman kepada anak sehingga terdapat hubungan timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua wajib bertanggung jawab atas amanah yang telah dititipkan Allah yaitu anak, bertanggung jawab menjaga keluarga adalah

12Al-Qur'an Terjemahan, Kementrian Agama RI, (Bandung: CV Darus Sunnah, 2015), hlm.196.

(20)

dengan cara mendidik, mengajar, memerintahkan mereka dalam segala aspek kehidupan sebagai bekal di akhirat dan membantu untuk bertakwa kepada Allah dan melarang dari maksiat kepada Allah.13 Lebih utamanya orang tua mempunyai peran penting untuk keselamatan anak. Penanaman nilai-nilai agama dan akhlak sejak kecil menjadi prioritas bagi anak untuk bekal menghadapi pergaulan di masyarakat. Namun, masih banyak orang tua yang belum memberikan bimbingan intensif yang memang dibutuhkan oleh anak agar menjadi manusia yang dapat berperilaku sosial yang sesuai dengan norma yang ada di lingkungan.

Komunikasi yang buruk di keluarga akan mengikis nilai-nilai keagamaan. Anak yang kurang bimbingan agama di keluarga akan menentukan perilaku sosialnya. Perilaku sosial anak menjadi hal yang penting sebagai proses bersosialisasi. Apabila bimbingan agama mereka semakin turun, kemungkinan besar mereka akan bersikap yang tidak sesuai dengan peraturan di masyarakat.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat

13 Nur Kholish Rif'ani, Dasyatnya Mendidik Anak Gaya Rasulullah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2015), hlm.31.

(21)

930 anak terlantar dari berbagai latar belakang.

Mereka ditelantarkan karena masalah kesejahteraan sosial, korban konflik sosial, bencana alam dan perperangan. Ini baru kasus yang dilaporkan ke KPAI, sebagian besar kasus anak-anak terlantar banyak yang tidak dilaporkan.14

Berdasarkan data tersebut menunjukkan anak membutuhkan bantuan, baik berupa materil dan non- materil. Mereka membutuhkan bukan hanya sekedar pembinaan agama, tetapi juga membutuhkan bimbingan intens yang membuat mereka mampu melindungi dan menempatkan diri di lingkungan mayarakat. Pembinaan keagamaan juga dibutuhkan agar mereka menjadi anak yang kuat iman, berpengetahuan islam dan kuat mental sehingga mereka dapat memunculkan kepercayaan diri untuk berperilaku sosial di masyarakat.

Dalam UU RI No. 3 tahun 1997 bahwa anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan dari negara atau orang atau badan.15 Salah satunya diasuh oleh badan atau lembaga kesejahteraan sosial yaitu panti asuhan. Dalam hal ini yang

14David Setyawan,"Anak

Terlantar",https://www.kpai.go.id/berita/kpai-pemerintah-harus-jamin- perlindungan-sosial-anak-terlantar, (diakses pada 9 September 2020).

15UU Peradilan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), hlm. 53.

(22)

menggantikan peranan orang tua di panti asuhan adalah pengasuh yang memberikan kebutuhan dan pembinaan keagamaan pada anak. Panti asuhan adalah salah satu rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim, piatu, dan terlantar.16 Panti asuhan akan memberikan pembinaan secara jasmani dan rohani yang sangat diperlukan sejak dini guna memberikan arah, pandangan hidup dan berperilaku di masyarakat.

Pada dasarnya anak yang ada di panti asuhan memiliki latar belakang yang tidak sama karena mereka datang dengan masalah yang berbeda-beda.

Jadi anak yang berada di panti asuhan diharapkan menjadi lebih baik lagi dalam berprilaku, karena baiknya seseorang dilihat dari seseorang itu berperilaku. Dengan kata lain, perkembangan anak dalam berperilaku sosial tergantung pada pola pembinaan yang diberikan. Maka dari itu fungsi dari pembinaan di panti asuhan yaitu agar anak-anak diterima oleh masyarakat dan berperilaku tidak keluar dari ajaran agama.

Panti asuhan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang ini berdiri pada tahun 1991 dibentuk

16Irwandi, Pengembangan Life Skill Penghuni Panti Asuhan At- Taqwa Muhammadiyah Kenagarian Koto Rambatan Kabupaten Tanah Datar, Jurnal, hlm. 3.

(23)

sebagai wadah untuk menjembatani kasih sayang umat terhadap sesama melalui mensejahterakan anak yatim, piatu, dan anak terlantar. Anak-anak yang ditampung di Panti Asuhan Yayasan Islam Media Kasih adalah anak dengan usia antara tujuh bulan sampai dua puluh tiga tahun. Latar belakang anak keluarga dan lingkungan mereka dari keluarga pemulung atau pengemis jalanan, keluarga yang sering melakukan KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), anak yang tidak mempunyai ayah (yatim), tidak mempunyai ibu (piatu), tidak mempunyai ayah dan ibu (yatim piatu) dan anak dari keluarga tidak mampu yang secara ekonomi tidak mampu memberikan penghidupan yang layak untuk anak. Di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang setiap individu diperlakukan sama, dengan kata lain setiap individu diberikan pembinaan keagamaan yang sama oleh pengasuh. Namun, dalam penanganan individu diperlakukan berbeda sesuai dengan masalah yang dihadapi pada setiap anak.17

Penyelenggara pembinaan di panti asuhan Yayasan Islam Media Kasih ini di bawah pimpinan Ustadzah Dewi Alamsyah yang sudah memiliki sejarah panjang mengenai karakter anak asuh.

17Wawancara dengan Abdul Aziz, Selaku Sekretaris Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 7 Juni 2020 13:53 WIB

(24)

Terutama mengenai kebutuhan mental, pembentukan budi pekerti, penumbuhan perilaku sosial, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak asuh.18 Anak asuh dibimbing untuk menciptakan rasa kepedulian, saling membantu, dan tolong menolong.

Perilaku sosial yang baik dibentuk dengan tujuan agar para anak asuh dapat berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Karena di masyarakat sangat penting mempunyai kepedulian sosial untuk menciptakan rasa saling membutuhkan dan menghormati antarsesama. Maka dari itu, diperlukan sebuah pembelajaran atau pembinaan yang dapat membentuk adab yang berlaku di masyarakat.

Pembinaan keagamaan yang diberikan di panti asuhan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang antara lain pengajaran membaca dan menghafal Al Quran yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat subuh dan magrib, kajian yang dilakukan seminggu dua kali setiap hari Senin dan Jumat, muzakarah adab-adab muslim dilaksanakan setiap hari setelah shalat isya, taklim kitab fadhilah amal yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat ashar dan subuh, taklim hikayat sahabat Nabi setiap hari setelah shalat isya dan i'tikaf

18Media Kasih, Profil Media Kasih,

https://mediakasih.com/tentang, (diakses pada 13 Desember 2020).

(25)

di masjid khusus putra yang dilaksanakan sebulan sekali. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan membentuk perilaku sosial yang beradab baik kepada anak seusianya, orang tua, dan masyarakat.19

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui pembinaan agama yang dilakulan oleh pembina di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang untuk membentuk perilaku sosial anak asuh dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga peneliti akan meneliti tentang "Metode Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang."

B. Identifikasi Masalah

Persoalan pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang sangat berhubungan dan dapat dipengaruhi serta dapat ditentukan oleh banyak hal, antara lain:

1. Pembina agama sangat berpengaruh besar dalam pembinaan agama untuk anak asuh dengan latar belakang yang berbeda-beda di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

19Wawancara dengan Abdul Aziz, Selaku Sekretaris Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 7 Juni 2020 13:53 WIB

(26)

2. Perilaku anak asuh sebelum di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang dalam menghadapi masalah.

3. Latar belakang anak asuh sebelum di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

4. Belum adanya penelitian pembinaan agama di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang sehingga harus diketahui lebih lanjut.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi hanya pada persoalan tentang pembinaan agama yang diberikan oleh pembina agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang. Pembatasan ini bertujuan agar penelitian tidak meluas, lebih terarah, jelas dan memberikan hasil yang maksimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana metode pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang?

2. Bagaimana pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang?

(27)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui metode pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

2. Untuk mengetahui tentang pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

Berikut adapun manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat akademis dan praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan akademik bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Bimbingan Penyuluhan Islam, serta pemahaman konsep penyuluhan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi Yayasan Islam Media Kasih Tangerang untuk mengembangkan pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak asuh.

(28)

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Meninjau dari penelitian sebelumnya yang mengambil tema tentang pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial. Peneliti menemukan tinjauan terdahulu, berikut beberapa penelitian yang mengambil tema pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial.

M. Dhiyauddin Abdul Choir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2016. Dengan judul Pembinaan Anak Asuh dalam Pembentukan Perilaku Sosial di Panti Asuhan Daarul Hikmah Borobudur Kabupaten Magelang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku sosial setelah mengikuti proses pembinaan keagamaan di Daarul Hikmah. Di dalam skripsi berisi tentang bagaimana pembinaan agama yang dilakukan di Panti Asuhan Daarul Hikmah untuk membentuk perilaku sosial anak asuh. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa pembinaan agama di Panti Asuhan Darul Hikmah berupa pengetahuan, praktik ritual, pembinaan mental dan skill, sehingga pembinaan agama berpengaruh terhadap pembentukan perilaku sosial anak asuh seperti peduli, peka, menjaga kebersamaan, jujur dan bertanggungjawab. Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti mampu memberikan

(29)

data yang jelas atas penelitiannya. Kekurangan penelitian ini adalah kurangnya kerangka teori yang dipakai, penulis hanya mencantumkan pengertian pembinaan dan perilaku saja.20

M. Sudaryanto, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, tahun 2019. Dengan judul Pembinaan Anak Asuh Terhadap Pembentukan Perilaku Sosial Keagamaan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa di Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pembinaan yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar Lampung dalam pembentukan perilaku sosial anak asuh. Dalam penelitian ini faktor pendukung pembentukan perilaku sosial anak asuh didapat dari pengurus, peran masyarakat sekitar panti dan lokasi panti yang strategis. Hasil dari penelitian ini adalah pembinaan agama dan dukungan sosial dari pengurus serta masyarakat sekitar panti dapat membentuk perilaku sosial anak asuh yang menunjukkan nilai positif. Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian

20M. Dhiyauddin Abdul Choir,Pembinaan Anak Asuh dalam Pembentukan Perilaku Sosial di Panti Asuhan Daarul Hikmah Borobudur Kabupaten Magelang, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).

(30)

ini memiliki daya tarik sendiri untuk membacanya dan tidak banyak pemborosan kata. Kekurangan dari penelitian ini adalah masih banyak kalimat yang tidak menggunakan EYD dengan baik dan benar.21

Siti Nisrima, Universitas Unsyiah Aceh, tahun 2016. Dengan judul Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bentuk pembinaan perilaku sosial remaja oleh Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pengurus saat memberikan pembinaan. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk pembinaan perilaku sosial remaja di Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh berupa nasihat, motivasi dan percontohan.

Pembinaan perilaku sosial di Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh berhasil membentuk anak asuh yang saling menolong dan hidup rukun.

Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti dapat memaparkan data yang diinginkan dan pembaca dengan cepat dapat memahami isi dari penelitian ini.

21M. Sudaryanto, Pembinaan Anak Asuh Terhadap Pembentukan Perilaku Sosial Keagamaan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa di Bandar Lampung, (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019).

(31)

Kekurangan dari penelitian ini adalah ada sedikit penulisan yang kurang rapi.22

Sri Izawati, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, tahun 2011. Dengan judul Hubungan antara Pembinaan Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan As-Shohwah Kecamatan Tampan Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembinaan akhlak dengan perilaku sosial anak saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pembinaan akhlak anak di Panti Asuhan tergolong sangat baik dengan presentase 87, 38% dan perilaku sosial anak di Panti Asuhan tergolong baik. Ada hubungan yang signifikan antara pembinaan akhlak dengan perilaku sosial diperoleh skor sebesar 0, 508, lebih besar dari nilai table “r”

product moment pada taraf signifikan 5% yaitu 0.349 dan pada taraf signifikan 1% yaitu 0,449. Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti mampu memberikan data yang jelas atas penelitiannya. Kekurangan

22Siti Nisrima,Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh, (Aceh: Universitas Unsyiah Aceh, 2016).

(32)

penelitian ini adalah adanya kata yang diulang-ulang sehingga terjadi pemborosan kata.23

Melia Kristiyani, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, tahun 2016. Dengan judul Hubungan Pola Pembinaan dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan Filadelfia Kabupaten Boyolali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pola pembinaan dengan perilaku sosial anak asuh saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang positif antara pola pembinaan dengan perilaku sosial anak dengan skor 95, 545%. Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis dapat menyajikan data dengan jelas atas temuannya. Kekurangan dari penelitian ini adalah penulis mencantumkan latar belakang masalah yang kurang mendalam.24

G. Metode Penelitian

Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap masalah yang akan diteliti, serta tujuan yang akan

23 Sri Izawati,Hubungan antara Pembinaan Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan As-Shohwah Kecamatan Tampan Pekanbaru, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011).

24Melia Kristiyani,Hubungan Pola Pembinaan dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan Filadelfia Kabupaten Boyolali, (Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya, 2016).

(33)

dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian: seperti perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan. Yang akan menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dengan begitu, pendekatan kualitatif mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.25 Dan kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

Peneliti pun memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan menggunakan

25Herdiansyah Haris, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012), hlm. 18, Cet, Ke-3.

(34)

wawancara dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.26 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang yang beralamatkan di Jl. Mutiara, RT 001/04 No. 13, Cipadu, Kec. Larangan, Kota Tangerang, Banten 15155. Pengambilan data penelitian dimulai pada 7 Juni 2020 dan berakhir pada 10 Maret 2021.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah sembilan orang, terdiri dari tiga orang anak asuh dengan usia dua belas sampai tujuh belas tahun, lima orang pengurus di yayasan dan satu orang pembina agama (Ustadzah Pimpinan di Yayasan Islam Media Kasih). Objek penelitian ini adalah pembentukan perilaku sosial anak yang ada di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

3. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber dari mana data ini

26Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3, 1998), hlm. 32.

(35)

diperoleh. 27 Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.28 Data primer dihasilkan dari wawancara dengan responden yaitu lima orang pengurus di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, satu orang pembina agama di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang dan tiga orang anak asuh dengan rentang usia dua belas sampai tujuh belas tahun.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan.29 Sumber data kedua dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen, catatan- catatan, jurnal, artikel dan buku-buku.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi atau pengamatan

27Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129

28Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:

Kencana, 2010), hlm. 122.

29Ibid., hlm. 171.

(36)

langsung, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut dilakukan untuk memperoleh data secara fakta dan akurat dengan mendatangi langsung subjek penelitian. Adapun penjelasan dari teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat partisipatif ataupun nonpartisipatif.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan pengamatan secara nonpartisipatif, yang di mana peneliti tidak ikut berpartisipasi pada aktifitas yang dikerjakan oleh kelompok yang diteliti, dengan kata lain peneliti hanya menempatkan dirinya sebagai penonton.

Peneliti melakukan observasi di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang pada tanggal 7 Juni 2020 dan pada tanggal 2 Maret 2021.

Pada observasi pertama, peneliti bertemu dengan salah satu pengurus di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang yaitu Bapak Abdul Aziz, untuk menjelaskan maksud tujuan dan juga penelitian apa yang akan diamati selama melakukan penelitian skripsi. Saat observasi

(37)

pertama waktu dan gerak peneliti terbatas, karena Indonesia baru dilanda covid-19 dan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang membatasi tamu yang berkunjung ke yayasan. Pada kunjungan ini, peneliti hanya mendapatkan informasi mengenai program-program yang ada di yayasan dan jumlah anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

Pada observasi kedua, peneliti mengamati lingkungan di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang dan melihat berbagai aktivitas anak- anak asuh di yayasan. Peneliti melihat empat anak asuh berumur sekitar dua belas sampai tujuh belas tahun yang sedang belajar private matematika di ruang belajar yang sudah disediakan oleh yayasan.

Ketika ada salah satu anak yang tidak mengerti dengan materi matematika, lalu temannya membantu menjelaskan pelajaran matematika kepada teman yang belum paham. Saat pengamatan kedua, peneliti membawa buah tangan yaitu pisang dan kue bolu. Anak-anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang tidak berani mengambil makanan tersebut sebelum meminta izin ke pengurus yayasan, setelah diizinkan anak asuh mengambil dua buah pisang lalu ia berbagi dengan anak asuh lainnya. Peneliti

(38)

melihat juga anak asuh yang membuang sampah pada tempatnya. Selama peneliti observasi di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, peneliti tidak mendapatkan perilaku buruk anak asuh, mereka saling berbagi, menolong, main bersama dan menjaga kebersihan dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan mendapatkan informasi. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan mengadakan wawancara menurut Lincold dan Guba yang dikutip oleh Lexy, antara lain: mengontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi).30

30Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 186.

(39)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang tentang Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak. Wawancara secara langsung ini ditunjukkan kepada sembilan informan, terdiri dari enam pengurus yayasan ( Ustadzah Dewi Alamsyah sebagai pemimpin dan pembina di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, Bapak Aziz, Ibu Harsiwi, Bapak Amir, Ibu Etih dan Ibu Heni sebagai pengurus di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang) dan tiga anak asuh yaitu Salma Mahdiyah (dua belas tahun), Maulida Tuh Zahra (tiga belas tahun), serta Rina Kartika (lima belas tahun).

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah terjadi. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

(40)

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.31 Adapun dokumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dokumen tulisan berupa sejarah yayasan dan dokumen gambar berupa foto-foto saat penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya, menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 32 Sedangkan menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus hingga datanya mencapai titik jenuh.33 Berikut diuraikan beberapa

31Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 240.

32Ibid., hlm. 248.

33Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffary, 2019), hlm. 123.

(41)

tahapan dalam menganalisis data model interaktif ini.34

a. Reduksi Data

Redaksi data berarti membuat rangkuman, memilih tema, fokus terhadap yang dituju, membuat kategori dan pola. Reduksi data merupakan bentuk analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan.

Pada penelitian ini, setelah data tentang pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Media Kasih Tangerang diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti yang dianggap relevan dalam penelitian ini.

b. Display Data

Display data merupakan proses penyajian data setelah dilakukan reduksi. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar, bagan, hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga mudah dipahami pembaca.

Pada penelitian ini, setelah data mengenai pembinaan agama dalam pembentukan perilaku

34Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffary, 2019), hlm. 123-124

(42)

sosial anak di Yayasan Media Kasih Tangerang terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.

c. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, kesimpulan juga harus menghasilkan temuan baru di bidang ilmu yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat berupa deskriptif tentang suatu objek atau fenomena yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori baru.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi ke dalam enam bab yang mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan kajian terdahulu,

(43)

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti memaparkan teori- teori terkait penelitian di antaranya teori tentang pembinaan agama, teori perilaku sosial, anak, pembentukan prilaku sosial anak dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN YAYASAN ISLAM

MEDIA KASIH TANGERANG

Terdiri dari latar belakang berdirinya Yayasan Islam Media Kasih, Visi misi dan tujuan Yayasan Islam Media Kasih, struktur Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, Fasilitas Yayasan Islam Media Kasih Tangerang dan kegiatan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Memuat data dan juga temuan yang didapatkan selama penelitian di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, terdiri dari: Deskripsi informan, temuan lapangan (latar belakang dan berhasil atau tidaknya pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak.

(44)

BAB V ANALISIS

Merupakan analisis teori dan data hasil dari penelitian mengenai pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, hasil wawancara terhadap subyek dan juga hasil observasi yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan, implikasi dan saran.

(45)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Agama

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari bahasa Arab yaitu kata

"bina" artinya bangunan. Setelah memakai bahasa Indonesia yang diberikan awalan "pe" dan akhiran

"an" menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti pembaharuan, tindakan, sempurnanya usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.35

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.36 Dengan adanya pembinaan manusia dapat berubah menjadi lebih baik.

Secara terminologi pembinaan adalah suatu upaya, usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,

35Proyek Penerangan Khutbah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, (Jakarta: DEPAG, 1984), hlm.8.

36Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 152.

(46)

mengarahkan, mengembangkan, suatu kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu mengerti dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat.37

Pengertian pembinaan hampir sama dengan bimbingan dan penyuluhan. Secara harfiah bimbingan dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan, atau menuntut orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang. Penyuluhan diartikan sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan memanfaatan sosial. Penyuluhan diartikan juga sebagai tempat menerangi, menasihati atau memberi kejelasan kepada orang lain, memahami atau mengerti tentang hal yang dialaminya.38

Pengertian pembinaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

37Ibid.,

38M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 18.

(47)

a. Menurut Masdar Helmy. Pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang kemasyarakatan.39

b. Menurut Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN.

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspek-aspeknya.40 c. Menurut Jumhur dan Moh. Suryo. Pembinaan

adalah suatu proses yang membantu individu melalui usaha sendiri dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar dia memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.41

Beberapa pengertian pembinaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan adalah upaya yang

39 Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat,(Semarang: IAIN Semarang, 2001), hlm. 31.

40Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta: Direktorat Pembina-pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983), hlm. 2.

41Jumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1987), hlm. 25.

(48)

diberikan kepada individu untuk menemukan kemampuannya agar memperoleh manfaat bagi individu dan lingkungan sekitar di masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu, pembinaan penting bagi setiap manusia agar menjadikan pribadi yang lebih baik lagi.

2. Pengertian Agama

Masyarakat Indonesia biasa mengenal Agama dengan kata "din" bahasa Arab dan kata "religi" dalam bahasa Latin. Adapun kata Agama terdiri dari "a" tidak dan "gama" pergi, yang mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.42 Secara istilah agama adalah mempercayai adanya yang Maha Mengetahui, Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani.43

Sedangkan agama menurut M. Natsir adalah suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor- faktor, yaitu percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup, percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rasul- Nya, percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia, percaya dengan hubungan ini dapat

42Harun Nasution, ed., Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:

Djambatan, 1994), hlm. 9.

43M. Razak, Dinul Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), hlm. 60.

(49)

mempengaruhi hidupnya sehari-hari, percaya bahwa dengan matinya seseorang hidup rohnya tidak berakhir, percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan dan percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.44 Jadi menurut penulis agama adalah pedoman hidup bagi setiap manusia dalam menjadi kehidupannya dan sebagai bekal keselamatan di akhirat.

3. Pengertian Pembinaan Agama

Pembinaan agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, guna tercapainya pribadi yang lebih berkompeten dan mempunyai wawasan luas, yang selalu berpegang teguh pada nilai- nilai Islam, demi terciptanya keselamatan di dunia dan di akhirat.45 Pembinaan agama Islam dapat dipahami sebagai proses usaha yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pembinaan agama menurut Djamaludin Anchok adalah membimbing, mengarahkan, atau membangun

44Etika Rahmawati, "Peralihan Agama dan Akibat Hukumnya", Iqtisad, Vol. 5 No. 1, Juni 2018, hlm. 7.

45Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.40.

(50)

nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi manusia, yaitu nilai-nilai keagamaan berupa ajaran- ajaran agama kepada orang lain. Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi orang tersebut. Pembinaan agama yaitu proses masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang lain.46

Dengan demikian dapat disimpulkan, pembinaan agama adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terus menerus yang dilakukan oleh pembina agama kepada sasaran sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri yang berguna untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

4. Tujuan Pembinaan Agama

Kegiatan pembinaan agama Islam dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan Islam kepada peserta pembinaan dengan tujuan meningkatkan kualitas diri dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Pembinaan agama yang dilaksanakan secara konsisten dapat mengubah tingkah laku, memperbaiki akhlak, menambah pengetahuan, keahlian dan keterampilan.

46Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke – 4, hlm. 77.

(51)

Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib, tujuan pembinaan keagamaan antara lain:

a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.

c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya.

d. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan baik.47 Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaibani tentang pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu:

1) Tujuan individual

Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.

2) Tujuan sosial

Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

47Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 82.

(52)

3) Tujuan profesional

Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu.48

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan agama adalah pemberiaan bimbingan untuk membantu dan merubah pribadi seseorang menjadi lebih baik sehingga tercapai perubahan yang melahirkan perilaku atau perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai agama.

5. Aspek-aspek Pembinaan Agama

Pada dasarnya kegiatan pembinaan agama dilaksanakan untuk menghasilkan perilaku terbina agar menjadi lebih baik lagi, selain itu supaya terbina mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap. Oleh karena itu, sasaran pembinaan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain:49

a. Aspek kognitif, adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Sasaran pembinaan pada aspek ini adalah

48Armai Arief, Pengantar Ilmu dan MetodologiPendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25

49 Deni Arisandi, Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik,http://arisandi.com/aspek-kecerdasan-kognitif-afektif-dan- psikomotorik. Diakses pada 9 November 2020.

(53)

untuk melatih seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir.

b. Aspek afektif, mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Sasaran pembinaan dalam aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki sikap tertentu.

c. Aspek psikomotorik, kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu.

Aspek-aspek tersebut penting untuk peserta di suatu lembaga khusus anak yang memiliki kenyataan tidak dapat pembinaan langsung oleh orang tua agar anak memiliki pengetahuan, dapat mengelola emosi, minat dan dapat melakukan kegiatan atau keterampilan fisik di lingkungannya.

6. Metode Pembinaan Agama 1. Segi Strategi

Dari strategi terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode vertikal dan horizontal, di antaranya:50

a) Metode vertikal

Metode vertikel ialah kegiatan penyuluhan yang dimulai dari atas ke bawah (to down) atau dari bawah

50 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta:

1987), hlm.39-40.

(54)

ke atas (bottom up). Dari atas ke bawah (top down) ialah usaha penyuluhan agama dengan terlebih dahulu mendekati orang yang berpengaruh (key respon) di suatu kelompok masyarakat, baru kemudian mengadakan penyuluhan kepada anggota masyarakatnya. Dari bawah ke atas (bottom up) ialah kegiatan penyuluhan mulai dari lapisan paling bawah dari suatu kelompok masyarakat kemudian merambat ke lapisan di atasnya.

b) Metode horizontal

Metode horizontal ialah kegiatan penyuluhan dalam suatu wilayah kemudian diusahakan dapat memengaruhi wilayah atau kelompok-kelompok lainnya.

2. Segi Sifat

Dari segi sifatnya ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi atau pencontohan.51

a) Metode Ceramah

Setiap metode mengajar ada kekurangan dan kelebihan, tetapi yang terpenting sebagai seorang

51 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta:

1987), hlm. 39-40.

(55)

pembina adalah metode yang akan digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai, bahan yang akan diajarkan, serta jenis kegiatan belajar yang diinginkan.

Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan pengajaran melalui penerangan dan penuturan lisan oleh pembina kepada yang terbina tentang suatu topik materi. Dalam ceramahnya, pembina dapat menggunakan alat bantu atau alat peraga seperti gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain.

Peran peserta dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok- pokok penting yang dikemukakan oleh pembina.52

Menurut Abuddin Nata, “Bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan secara langsung dihadapan peserta didik.” 53 Sedangkan menurut Sholeh Hamid dalam bukunnya Edutaiment mengatakan bahwa “metode ceramah adalah metode yang memang sudah ada sejak adannya pendidikan.”54

52 Mu’awanah, Strategi Pembelajaran Cet 1, (Kediri: Stain Kediri Press, 2011), hlm. 27.

53 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 181.

54Sholeh Hamid, Metode Edutaiment, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 209.

(56)

Metode ceramah ini termasuk metode yang paling banyak digunakan karena biaya murah dan mudah dilakukan, memungkinkan banyak materi yang disampaikan, adannya kesempatan bagi pembina untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat dilakukan secara sederhana. Mengajar dengan metode ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran, peserta dapat memahami apa yang disampaikan oleh pembina dengan cara mendengarkan apa yang telah pembina ucapkan.

1). Kelebihan metode ceramah a. Praktis dari sisi persiapan b. Efisien dari sisi waktu dan biaya

c. Dapat menyampaikan materi yang banyak d. Mendorong pembina untuk menguasai materi e. Lebih mudah mengontrol kelas

f. Peserta tidak perlu persiapan

g. Peserta langsung menerima ilmu pengetahuan 2). Kelemahan model ceramah

a. Pembina lebih aktif sedangkan peserta pasif karena perhatian hanya terpusat pada pembina

b. Peserta seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh pembina, meskipun peserta ada yang bersifat kritis karena pembina dianggap selalu benar

(57)

c. Peserta akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena dalam metode ini, hanya pembina yang aktif dalam proses pemberian materi, sedangkan para peserta hanya duduk diam mendengarkan penjalasan yang telah diberikan oleh pembina.

b). Metode Tanya Jawab

Metode ini dapat dikatakan sebagai metode lanjutan dari metode ceramah, yaitu proses tanya jawab antara pembimbing dan penerima manfaat yaitu terbimbing.

Sifatnya memang sama dengan metode ceramah dalam hal sama-sama menggunakan lisan. Hanya bedanya dalam metode ceramah peran aktif hanya berada pada pembimbing agama, sedangkan tanya jawab peran aktif adalah timbal balik.

1). Kelebihan metode tanya jawab

a. Lebih mengaktifkan peserta dibandingkan dengan metode ceramah

b. Peserta akan lebih cepat mengerti , karena memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti sehingga pembina dapat menjelaskan kembali

c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta dalam menjawab dan mengemukakan pendapat d. Mengetahui perbedaan pendapat antar peserta dan pembina, dan akan membawa kearah suatu diskusi

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah ada;ah: “Apakah penerapkan model pembelajaran kooperatif pada pelajaran geografi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V Ш semester genap SMP

Berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, belum ada penelitian yang berkaitan dengan aplikasi teknologi e-book sebagai salah satu sumber belajar

Hal ini terjadi karena upah ( ijarah) yang diberikan kondektur bus tidak diawali dengan kesepakatan melaikan dengan keterpaksaan karena permintaan paksa para calo.

KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAIA KABUPATEN

Telah melaksanakan penelitian pada perusahaan UD Dua Merpati Junrejo-Batu dengan judul skripsi “Analisis Varian Biaya Produksi untuk Mengukur Tingkat Efisiensi Biay

Pengingkaran pertimbangan superego yang sudah melekat dalam diri Hasan ternyata memunculkan keresahan ketika Hasan kembali berada pada lingkungan dunia lama, yakni

Nilai lamda dilihat dari estimasi yang telah distandarisasi (standardized estimates) menunjukkan bahwa nilai terbesar adalah terdapat logo halal dalam kemasan

Analisis kemampuan bertanya siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep pencemaran lingkungan menggunakan kurikulum 20135. Universitas Pendidikan Indonesia |