• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pengertian Perilaku Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi kebersamaan dengan orang lain. Teori Psikoanalisa misalnya, menyatakan bahwa manusia memiliki pertimbangan moral sosial (super ego) ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan berperilaku. Sedangkan ilmu humaniora menjelaskan realitas sosial sebagai sebuah organisme hidup dalam bentuk teori-teori sosial tentang kehidupan manusia dalam bentuk masyarakat.76

76 Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 4.

Menurut Hurlock, perilaku sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat.

Lebih lanjut lagi, perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang. 77 Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial.78

Menurut teori psikososial maupun teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa perilaku yang ada pada diri seseorang berlandasan pada pertimbangan-pertimbangan moral kognitif.

Selanjutnya, masalah aturan, norma, nilai, etika, akhlak dan estetika adalah hal-hal yang sering didengar dan selalu dihubungkan dengan konsep moral

77 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 261.

78Ibid, hlm. 262.

ketika seseorang akan menetapkan suatu keputusan perilakunya.79

Dalam diri setiap insan terdapat dua faktor utama yang sangat menentukan kehidupannya, yaitu fisik dan ruh. Pemahaman terhadap kedua faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana seseorang berperilaku dalam realitas kehidupannya. Kedua faktor ini memiliki ruang dan dimensi yang berbeda. Jika yang pertama adalah sesuatu yang sangat mudah untuk diindra, tampak dalam bentuk perilaku, namun pada faktor yang kedua hanya dapat dirasakan dan menentukan terhadap baik buruknya suatu perilaku.80

Dalam hadist Nabi dipaparkan:

ُتْلَأَس : َلاَق ، ِ ي ِراَصْن َََلأْا ِناَعْمَس ِنْب ِسا َّوَّنلا ِنَع ، ِمْثِلإْا َو ِ رِبْلا ِنَع َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِهـّٰللا َل ْوُس َر ْيـِف َكاَح اَم ُمْثِلإْا َو ، ِقُلُخـْلا ُنْسُح ُّرِبْلَا : َلاَقَف ٌمِلْسُم ُها َو َر . ُساَّنلا ِهْيَلَع َعِلَّطَي ْنَأ َتْه ِرَك َو َك ِرْدَص

79 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 26.

80Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 103.

Dari An Nawwas Ibnu Sam’an ra. telah menceritakan, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab: kebajikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang bergejolak di dadamu, sedangkan kamu tidak suka bila ada orang lain yang mengetahuinya. (HR. Muslim).81

Hadist di atas memberikan penjelasan kepada kita, tentang kebaikan dan dosa. Di mana setiap perilaku manusia tidak akan pernah lepas dari dua hal tersebut.

Di sinilah fisik dan ruh saling bekerja. Perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. 82 Karena pada hakikatnya individu memiliki keunikan masing-masing yang membedakan satu dengan yang lain.

Inilah yang disebut manusia sebagai makhluk individu.

Perilaku seseorang didorong oleh motivasi. Pada titik ini motivasi menjadi daya penggerak perilaku (the energizer) sekaligus menjadi penentu perilaku.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku.83 Perilaku juga

81Al Hafizd Ibnu Hadjar Al ‘Asqalani, Bululughul Maram, terj.

Hamim Thohari Ibnu M. Dailimi, (Jakarta: Al Birr, 2002), hlm. 520.

82 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 230.

83 Abdul Rahman Saleh, Psikologi; Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 182.

merupakan hasil interaksi antara karakteristik kepribadian dan kondisi sosial serta kondisi fisik lingkungan.

Istilah sosial memiliki arti yang berbeda-beda sesuai pemakaiannya. Istilah sosial pada ilmu sosial merujuk pada objeknya, yaitu masyarakat. Selain itu, sosial itu berkenaan dengan perilaku interpersonal individu, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.84

Perilaku sosial termaktub dalam hadits Rasulullah SAW yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari:

“Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Setiap ruas sendi dari seluruh manusia itu wajib atasnya sedekah pada setiap hari saat matahari terbit. Engkau mendamaikan orang yang bersengketa dengan cara yang adil adalah sedekah. Menolong seseorang pada kendaraannya lalu mengangkatnya di atas kendaraannya itu atau mengangkatkan barang-barangnya di sana, itupun sedekah, ucapan yang baik juga sedekah, dan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi sholat juga merupakan sedekah, menyingkirkan

84Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 27.

benda yang berbahaya dari jalan termasuk sedekah pula.” (Muttafaq ‘alaih)85

Hadits di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa perbuatan sosial yang kita perbuat dihitung sebagai sedekah di dalam agama. Banyak hal sepele menurut manusia, tapi pada hakikatnya mampu menjadikan manusia itu lebih dipandang sebagai manusia karena perilaku sosialnya. Perilaku sosial adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat.86

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Perilaku sosial seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu potensi yang memang sudah ada pada diri individu yang dibawanya sejak lahir.

85Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim,terj. Al-Lu'lu' wal Marjan, (Semarang: Pustaka Nuun, 2012), hlm. 179.

86 Abdul Syani, Sosiologi (Sistematika, Teori dan Terapan), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 57.

Menurut Jusuf menyebutkan bahwa faktor internal yang berpengaruh terhadap perilaku sosial yaitu:

1). Harga diri (self esteem) yaitu sejauh mana individu memandang dan menghargai dirinya sendiri, sehingga ia mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Harga diri merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan individu dengan individu lain serta untuk menyesuaikan diri individu.

2). Faktor kecerdasan (intelligence) yaitu kemampuan secara kognitif yang dimiliki oleh individu. Seseorang dapat berperilaku baik, bergaul secara efektif apabila ia memiliki inteligensi tinggi, terutama inteligensi sosial.

Seseorang yang memiliki inteligensi sosial dapat bergaul secara baik dengan masyarakat. Ia mudah berkawan dan memahami hubungan manusia.

Melalui kemampuan ini individu mampu menangkap pesan-pesan dari suatu perilaku serta mampu memahami perilaku sosial yang harus ditampakkan dalam melakukan hubungan sosial.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari pengalaman atau lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku sosial antara lain sebagai

berikut:87

1). Keluarga, keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

2).Sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mandiri dan mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

3). Teman sebaya, dalam pergaulannya dengan teman sebaya, anak dituntut untuk mampu mengikuti apa yang menjadi aturan dalam kelompok sebayanya. Secara langsung atau tidak langsung anak akan meniru perilaku yang dilakukan oleh teman-temannya.

4). Media massa, perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi memudahkan orang untuk memperoleh informasi dan komunikasi dengan cepat. Namun hal tersebut

87W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2002), hlm. 154.

tidak hanya mempunyai dampak positif, tetapi juga berdampak negatif terhadap perkembangan pribadi sosial remaja. Media massa berupa perangkat komunikasi seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan sebagainya, mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku sosial anak.

3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial

Bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.

Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu:88

a. Kecenderungan Perilaku Peran

1). Sifat pemberani dan pengecut secara sosial.

Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan

88W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2002), hlm. 154.

membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga.

Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya.

2). Sifat berkuasa dan sifat patuh

Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung.

Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.

3). Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif

secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.

4). Sifat mandiri dan tergantung

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.

b. Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan Sosial

1). Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain.

Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

2). Suka bergaul dan tidak suka bergaul

Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian.

Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.

3). Sifat ramah dan tidak ramah

Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedangkan orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.89

4). Simpatik atau tidak simpatik

Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

c. Kecenderungan perilaku ekspresif

1). Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerjasama)

89W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2002), hlm. 152.

Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

2). Sifat agresif dan tidak agresif

Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung atau pun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal.

Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.

3). Sifat kalem atau tenang secara sosial

Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.

4). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri.

Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.90

90W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2002), hlm. 152.

4. Pembentukan Perilaku Sosial

Baron dan Byrne berpendapat ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang yaitu:91

a. Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh dengan perilaku seperti itu.

Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial seseorang karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

b. Proses kognitif

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap

91Rusli Ibrahim, Landasan Psikologi Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas, 2001), hlm. 29.

perilaku sosialnya.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.

d. Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi

Misalnya, seseorang yang berasal etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada di lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

C. Sosial

1. Perubahan Sosial

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Maciver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di

dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material.92

Gillin dan Gillin mendefinisikan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat.

Menurut Talcott Parsons, masyarakat akan mengalami perkembangan menuju masyarakat transisional. Masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama yaitu primitif, intermediat, dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons dikembangkan lagi ke dalam subklasifikasi evolusi sosial sehingga menjadi 5 tingkatan yaitu primitif, advanced primitif and arcchaic, historis internediate, seedbed sociaties and modern sociaties. Parsons menyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural (pendidikan), kehakiman (integrasi), pemerintahan (pencapaian tujuan) dan ekonomi (adaptasi).93

92 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.

93 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 350.

Dalam perspektif materialis, teknologi sangat determinan dalam perubahan sosial. Tokoh teknokratis ini adalah Thorstein Veblen. Veblen melihat teknologilah yang mewarnai tatanan sistem sosial.

Karena itu, ia mengajukan preposisi bahwa perilaku manusia mencerminkan perkembangan teknologi dan ekonominya. Statemen Veblen ini secara implisit mengisyaratkan kemampuan teknologi dalam mempengaruhi perilaku manusia.94

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial

Mempelajari perubahan masyarakat perlu diketahui sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya perubahan masyarakat, dapat karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan atau karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara lain:

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk, 2. Penemuan-penemuan baru,

3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam

94 Ibid, hlm. 359.

tubuh masyarakat itu sendiri.

Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara lain:

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia,

2. Peperangan dengan negara lain,

3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.95

Ada juga faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan, antara lain:

1. Kontak dengan kebudayaan lain, 2. Sistem pendidikan yang maju,

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju,

4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang, 5. Sistem masyarakat yang terbuka,

6. Penduduk yang heterogen,

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

8. Orientasi ke depan,

9. Nilai meningkatnya taraf hidup.96

Selain itu ada juga faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan:

95 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.

96 Ibid, hlm. 352

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, 3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis,

4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,

5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,

6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing, 7. Hambatan ideologis,

8. Kebiasaan, 9. Nilai pasrah

Adapun proses-proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, saluran-saluran perubahan yang dilalui oleh suatu proses perubahan, disorganisasi (disintegarsi) dan reorganisasi (reintegarsi). Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan bagian dari satu kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma dan nilai dalam masyarakat, dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga masyarakat. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang

baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.97

D. Anak

1. Pengertian Anak

Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan “ Turunan yang kedua atau manusia yang masih kecil."98 Dari pengertian tersebut bahwa anak merupakan manusia yang masih kecil yang merupakan turunan kedua. Karena anak merupakan manusia yang masih kecil tentu ia masih dapat tumbuh dan berkembang baik dari segi fisik maupun psikis.

Selanjutnya anak dipandang sebagai manusia dewasa dalam bentuk-bentuk ukuran kecil, untuk memberi pemahaman yang jelas berikut ini dikemukakan oleh A. Muri Yusuf dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan bahwa “Anak adalah manusia kecil yang sedang tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental."99Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa anak merupakan manusia kecil yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental.

97Ibid, hlm. 330.

98Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hlm. 50.

99Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1982), hlm. 39.

Kemudian dalam proses perkembangannya, anak sebagai subjek yang sedang tumbuh dan berkembang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Siti Partini Suardinan bahwa:

“Pada dasarnya anak merupakan subyek yang sedang tumbuh dan berkembang sejak saat konsep di mana sel sperma laki-laki membuahi ovum di uterus sampai saat kematian. Organisme terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa awal kehidupannya pertumbuhan itu bersifat sangat cepat dan mencolok dan tidak berdaya sama sekali, melalui tahap merangkak, berdiri dan akhirnya berjalan dapat dicapai dalam waktu satu sampai dua tahun."100

Dengan adanya ketidakberdayaan dan belum mengenal apa-apa, maka anak dapat diserahkan atau dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya khususnya orang tua. Dengan demikian, anak merupakan manusia yang masih kecil yang berada pada taraf perkembangan. Di mana awal kehidupannya ia tidak mengenal sesuatu apapun sehingga dapat diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang positif atau negatif.

100 SitiPartini Suardiman, Psikologi Pendidikan Studing, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hlm. 18.

2. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar:101

a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh) Meliputi:

1) Pangan / gizi

2) Perawatan kesehatan dasar 3) Tempat tinggal yang layak 4) Sanitasi

5) Sandang

6) Kesegaran jasmani / rekreasi

b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (Asih) Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu / pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.

Berperannya kehadiran orang tua terutama ibu sedini dan selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan spikis sedini mungkin. Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan

101 Hervira Alifiani P.,Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain No. 1, Jurnal,(Bandung: ITB), hlm. 3.

kepercayaan dasar (basic trust).

c. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembanga mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

3. Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti, karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan:102

a. Usia bayi (nol sampai satu tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis.

Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa

102Damaiyanti, Mukhripah, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 78.

yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung

Dokumen terkait