• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINAJAUAN TEORITIS

E. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Menurut Sumodiningrat dalam bukunya Prof. Ahmad Rofiq, pemberdayaan dimaksudkan sebagai upaya

20Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 133.

meningkatkan kemampuan rakyak mampu mewujudkan kemampuan dan kemandirian. 21

Konsep pemberdayaan berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, kesadaran tentang ketergantungan dari yang lemah dan tertindas kepada yang kuat dan yang menindas dalam masyarakat. Kedua, kesan dari analisis tentang lemahnya posisi tawar menawar masyarakat terhadap negara dan tekno struktur (dunia bisnis). Dan ketiga, paham tentang strategi untuk “lebih baik memberikan kail dari pada ikan” dalam membantu yang lemah, dengan perkataan lain mementingkan pembinaan keswadayaan dan kemandirian. Kesemuanya itu dilakukan dengan menfokuskan upaya-upaya pengembangan dan pembangunan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia.

Pemberdayaan pada dasarnya menyangkut lapisan bawah atau lapisan masyarakat yang miskin yang dinilai tertindas oleh sistem dan dalam struktur sosial. Upaya pemberdayaan ini menyangkut beberapa segi:

1. Penyadaran tentang dan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasikan persoalan yang menimbulkan kesulitan hidup dan penderotaan yang dialami oleh golongan itu.

2. Penyadaran tentang kelemahan maupun potensi yang dimiliki, sehingga menimbulkan dan meningkatkan kepercayaan kepada diri sendiri untuk keluar dari persoalan dan guna memecahkan permasalahan serta

mengembangkan diri.

3. Meningkatkan kemampuan menejemen sumber daya yang telah

21Ahmad Rofiq, Kompilasi Zakat, (Semarang: Balai Penelitian dan Pengambangan Agama Semarang, 2010), h. 23.

ditemukenali.

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, dan akses terhadap permintaan. Ekonomi adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.

2. Dasar Hukum Pemberdayaan Ekonomi

Terkait dengan pemberdayaan, dasar hukum pemberdayaan ekenomi terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.

a. Al-Qur’an

Allah swt berfirman dalam QS. At-Taubah/ 9:105:

ِمِلَٰع َٰلَِإ َنوُّدَُتَُسَو ِۖ

َنوُنِم ۡؤُمۡلٱَو ۥُهُلوُسَرَو ۡمُكَلَمَع َُّللَّٱ ىََيََسَف ْاوُلَمۡعٱ ِلُقَو

ِةَدَٰهَّشلٱَو ِبۡيَغ لٱ ۡ

َنوُلَمۡعَ ت ۡمُتنُك اَِبِ مُكُئِ بَ نُ يَ ف

Terjemahnya:

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan nyata, lalu diberitaka-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjaan”

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa ayat tersebut merupakan ancaman dari Allah swt terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-Nya. Amal mereka akan ditampilkan Allah swt. kepada Rasulullah dan kaum Mu’minin.

Dasar hukum ini jika dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi adalah Allah memberikan manusia anugerah berupa sumber penghidupan dan al’hikmah yaiyu kepahaman dan kecerdasan sehingga manusia tetap bertawakal dan bersyukur kepada Allah swt.22

b. Hadis

Adapun hadis yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi yaitu sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Muslim sebagai berikut:

Artinya:

“Dari ‘Aisyah ra. bahwa Rasullah saw, bersabda: “Ya Allah barangsiapa menguasai salah satu urusan umatku lalu menyusahkan mereka maka berilah kesusahan padanya”. (HR. Muslim).

22M. Nasib Ar’Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Cet. 2: Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 340

Pemberdayaan ekonomi dapat terealisasi jika terjadi kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Dalam kerja sama tersebut haruslah tercipta rasa kebersamaan, rasa saling mengasihi dan saling percaya.

3. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi

Tujuan pemberdayaan ekonomi adalah membantu seseorang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang ingin miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.23

Dari tujuan di atas, pemberdayaan dapat diartikan sebagai sebuah usaha dan proses dalam membantu supaya seseorang itu dapat mandiri dalam menciptakan keputusan-keputusan atas dirinya, yang terkait antara hubungan seseorang tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Pemberdayaan juga bertujuan untuk menggerakkan potensi atau daya yang dimiliki oleh individu sebagai anggota masyarakat, tetapi tentunya pemberdayaan ini juga harus diikuti oleh usaha perbaikan pranata-pranata pendukungnya untuk menuju kesejahteraan ekonomi.

Di antara upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) dimana pondasi utamanya keadilan sosial. Pardigma pembangunan terkait dengan keadilan sosial

23Lili Bariadi dan Muhammad Zen, Zakat dan wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h. 64.

memfokuskan pada unsur kesetaraan, kerjasama, dan upaya saling berbagi dalam masyarakat. Prinsip pemberdayaan ini memberikan landasan tersedianya akses ekonomi bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.24

Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberayakan dirinya akan mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga akan meningkatkan kemakmurannya. Untuk melihat kemajuan ekenomi menurut MA Manan ada tiga hal yang menjadi tolak ukur pemberdayaan ekonomi yaitu:

pertama, pendapatan perkapita tinggi, kedua, pendapatan perkapita terus naik.

Ketiga, kenaikan terus menerus dan mandiri. Kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan indikator tertinggi untuk menilai kemajuan ekonomi. Karena kemandirian menunjukkan keberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah ekonomi, dan ini berarti tujuan pemberdayaan ekonomi tercapai.25

4. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak amil zakat, inilh yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.

24Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 32.

25N. Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Manajemen Zakat, (Ciputat, Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), h. 56.

Perlu dipikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan ini good governance diibaratkan sebagai pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat, dan usahawan swasta.

Dalam kondisi ini mengetengahkan tiga pilar yang harus diperhatikan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat yang hendaknya menjalin hubungan kemitraan yang selaras.

Pola pemberdayaan dana zakat, infak, sedekah di Baznas yaitu;

1. Bentuk konsuntif-karikatif dalam hal ini dimaksudkan bahwa zakat hanya diberikan kepada orang satu kali atau se saat saja

2. Bentuk produktif-karikatif, ialah penyaluran zakat yang disertai dengan target merubah dari keadaan penerimah dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzaki. Target ini merupakan target besar yang mungkin tidak dapat dengan mudah atau di dalam waktu serta dalam waktu yang singkat.26

5. Konsep Pemberdayaan Ekonomi

Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat

26(Musyfikah Ilyas, 2020: 72)

mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut: (1) bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2) pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat yang pengusaha pinggiran; (3) kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan legitimasi; dan (4) kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai.27

Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada umumnya adalah dengan yang biasa disebut “zakat produktif”. Pokok gagasan adalah menolong golongan miskin tidak memberi “ikan” melainkan dengan

“kail”. Kalau zakat diberikan semata- mata untuk konsumsi, maka pertolongan ini bersifat sementara. Tapi lkalau diberikan untuk membatu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka perlongan untuk mambantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan bisa membatu yang bersangkutan untuk keluar dari situasi kemiskinan itu sendiri.

27Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, h. 204.

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang menekankan analisis dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang di amati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Dilihat dari sudut pandang di atas maka, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang mana penelitian ini menitik beratkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan.

Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti, yaitu dari pandangan para tokoh masyarakat maupun informan yang lain terhadap analisis zakat produkif terhadap pemberdayaan ekonomi mustahik dengan tujuan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

2. Lokasi Penelitian

Dalam Penyusunan skripsi ini peneliti memilih lokasi penelitian di Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

B. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain pendekatan empiris. Karena dalam menggunakan pendekatan kualitatif data hasil penelitian diperoleh secara

langsung, misalnya wawancara dan observasi, sehingga dapat disimpulkan sebagaimana adanya. Dan dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan Syar’I yaitu pendekatan yang menelusuri syariat Islam seperti al-Qur’an, hadist, Ijma dan fatwa yang relevan dengan masalah yang di bahas.

C. Sumber Dan Jenis Data 1. Sumber Primer

Sumber Primer adalah sumber data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yang diperoleh langsung melalui wawancara kepada pengelola zakat dan mustahik, observasi tentang sistem penyaluran zakat produktif untuk pemberdayaan ekonomi mustahik di Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

2. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder yaitu sumber yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Biasanya data yang diperoleh dari buku-buku dan dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer, dalam hal ini buku-buku yang berkaitan dengan sistem penyaluran zakat produktif untuk pemberdayaan ekonomi.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang data dan informasi diperoleh dari kegiatan lapangan kerja penelitian. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data di lapangan sebagai berikut:28

1. Observasi

Panduan observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan.

Dimana Pengamatan bisa dilakukan kepada sesuatu benda, keadaan, kondisi, situasi, kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku seseorang.29 Dalam hal ini peneliti menggunakan alat perekam (Tep Recorder) dan kamera.

Observasi adalah teknik untuk menggumpulkan data sesuai dengan hasil penelitian tentang obyek peneltian yang sedang dilakukan. Observasi adalah suatu proses yang kompleks, terdiri dari berbagai proses biologis dan psikologis melalui diskusi menggunakan indera.

2. Wawancara

Wawancara yang akan diberikan kepada informan untuk memberikan suatu keterangan mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh penulis, yaitu dengan menggunakan metode wawancara bebas. Metode wawancara digunakan oleh peneliti adalah untuk menanyakan suatu pertayaan kepada sasaran yang diinginkan dan untuk menilai keadaan siswa yang menjadi objek penelitian.

Dalam hal ini peneliti menggunakan alat perekam (Tep Recorder) dan kamera.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dengan cara melihat benda-benda tertulis, ataupun pengumpulan benda-benda-benda-benda tertulis seperti buku-buku, arsip, dokumen dengan menggunakan catatan harian dan alat tulis lainnya. Dalam hal ini

28 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: bumi Aksara, 2003), h. 117.

29 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Grafika Jaya, 2016) h.

135.

peneliti menggunakan kamera.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada teknik pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1 Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca berbagai buku literature dan hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

2 Penelitian lapangan (Field reseach), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung kelapangan (lokasi) penelitian, di mana penulis langsung melakukan penelitian pada yang akan diteliti.

F. Tehnik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai keadaan-keadaan nyata sekarang dan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode berfikir yang penulis gunakan dalam menganalisis data adalah dengan metode berfikir induktif, yaitu berangkat dari faktor-faktor yang khusus dan peristiwa-peristiwa kongkrit, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum untuk ditarik kesimpulan. Proses penelitian ini berangkat dari data empirik menuju kepada suatu teori konkrit dari hasil penelitian tersebut. Jadi, metode ini menggambarkan, menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Sedangkan caranya setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai

dengan kerangka penelitian.30

30Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1986), h. 172.

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah dan Profil BAZNAS Kota Kendari

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Kendari di bentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 dengan tugas pokoknya adalah menyelenggarakan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) sesuai dengan ketentuan syariah dan perundang-undangan yang berlaku. Sejak BAZDA berubah menjadi BAZNAS walikota mengangkat pengurus BAZNAS yaitu Bapak Ir. Musaddar Mapasomba sejak tahun 2013, sesuai perintah dari UU bahwa harus orang yang bukan PNS maka di usullah kembali pengurusan BAZNAS, yang terpilih menjadi pengurus adalah Drs. H. Alimuddin K pada tahun 2015 sampai sekarang.31

Kota Kendari sebagai salah satu kota dikawasan Tengah Indonesia yang pesat perkembangannya dihadapkan pada persoalan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat kecil. Untuk itu diperlukan suatu tindakan nyata untuk mengentaskan kemiskinan. Maka BAZNAS Kota Kendari ikut serta dalam melakukan hal tersebut dengan turun langsung ke lapangan yang membutuhkan.

Dana ZIS yang terkumpul pada BAZNAS Kota Kendari dari masyarakat mampu (muzakki) pendayagunaannya akan dititik beratkan pada program pendidikan, program pemberdayaan ekonomi, program kesehatan, program social keagamaan, serta bantuan kepada Fakir miskin, Amil, Muallaf, dan Fii Sabilillah.

31http://baznaskota.kendari.go.id/profil/sejarah.(Kendari : 6 juni 2021).

Sebagai lembaga pemerintah non struktural yang bersifat mandiri dalam mengelolah dana umat, BAZNAS Kota Kendari berusaha secara konsisten memegang teguh amanah secara akuntabel, kredibel, tranparan serta didukung oleh tata kelola manajemen yang profesional dan dukungan system informasi/teknologi yang baik melalui informasi manajemen Baznas (SIMBA).

2. Visi Misi BAZNAS Kota Kendari

Adapun visi dan misi BAZNAS Kota Kendari yaitu:

VISI:

“Masyarakat Islam Kota Kendari Sadar dan Taat Menunaikan Zakat”

MISI:

1) Meningkatkan kesadaran umat Islam untuk berzakat melalui amil zakat resmi (BAZNAS dan LAS).

2) Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.

3) Menumbuh kembangkan pengelola/amil zakat yang amanah, transparan, professional, dan terintegrasi; mewujudkan pusat data zakat Kota Kendari.

4) Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.32

32http://baznaskota.kendari.go.id/visimisi.(Kendari: 6 juni 2021).

3. Sturuktur Organisasi BAZNAS Kota Kendari Gambar I Struktur Organisasi

Berdasarkan keputusan Ketua BAZNAS No. 24 Tahun 2018

KETUA

4. Program Kerja BAZNAS Kota Kendari

a. Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang berkewajiban berzakat.

b. Meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah BUMN/BUMD, perbankan, organisasi social/keagamaan, serta masyarakat Islam secara umum di Kota Kendari;

c. Pemberdayaan yang terencana dan berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup mestahik menjadi muzaki;

d. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi muzakki dan mustahik Baznas;

e. Menerapkan system tata kelola yang professional dan akuntabel yang fokus terhadap pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

5. Program Penyaluran Zakat Infak Sedekah (ZIS) BAZNAS Kota Kendari a. Program Pendidikan

1) Bantuan beasiswa anak mustahiq yang berprestasi (bantuan berkelanjutan)

2) Pembentukan/bantuan rumah singgah bagi anak terlantar/terabaikan:

3) Bantuan pembinaan hafidz/hafidzah;

4) Bantuan pembinaan qari/qariah.

b. Program Ekonomi

1) Bantuan modal usaha kepada kelompok pedagang kaki lima/bakulan (per kecamatan/kelurahan);

2) Bantuan ternak sapi/kambing/ayam kepada petani miskin (per- kecamatan/kelurahan);

c. Program Kesehatan

1) Bantuan biaya pengobatan kesehatan kepada keluarga miskin usia lanjut;

2) Bantuan pengobatan gratis/khitanan massal pada masyarakat saat momen-momen tertentu;

3) Pengadaan klinik kesehatan/pengobatan.

d. Program Dakwah

1) Bantuan untuk guru BTQ 2) Bantuan untuk imam masjid e. Program social kemanusiaan

1) Bantuan bencana alam;

2) Bantuan perbaikan rumah tinggal bagi keluarga miskin usia lanjut.

BAZNAS Kota Kendari mengharapkan pada semua lapisan masyarakat Kota Kendari untuk mendukung program-program tersebut dalam rangka mewujudkan “Kendari Sebagai Kota Bertakwa” dan masyarakat yang “Taat Beragama, Cerdas, Mandiri dan Sejahtera Lahir Batin”.

B. Sistem Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Di BAZNAS Kota Kendari

Penyaluran Zakat Produktif adalah pendistribusian harta dari orang-orang kelebihan kepada orang-orang yang kekurangan harta (mustahiq) dalam bentuk barang-barang produktif atau bentuk pemberian modal bergilir, baik untuk permodalan proyek sosial, maupun sebagai modal usaha untuk menjalankan usaha, untuk membantu atau bagi pembangunan usaha para

pedagang atau pengusaha kecil.

Penyaluran juga merupakan sesuatu yang disalurkan atau sebuah pemberian baik dalam bentuk material maupun nonmaterial, dan juga berarti sebuah ulur tangan yang disalurkan kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Oleh karena itu, kata menyalurkan mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahiq secara konsumtif dan produktif.

Penyaluran dana zakat ini sesuai dengan delapan ashnaf (golongan) yang berdasarkan QS. At-Taubah/9:60 yang terjemahnya:.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt telah menyebutkan orang-orang yang wajib menerima zakat, yang disebut sebagai 8 ashnaf yang terdiri atas: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, ghorimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Akan tetapi dengan melihat kondisi saat ini, riqab atau memerdekakan budak sudh tidak ada lagi sehingga penyaluran hanya menjadi tujuh golongan.

Adapun sistem penyaluran zakat produktif di BAZNAS Kota Kendari dibagi menjadi tiga prioritas yaitu sebagai berikut:

a. Prioritas pertama yang terdiri atas fakir, miskin, amil, muallaf yang bentuk pemberiannya berupa uang dan bantuan pokok yang sangat dibutuhkan yang diserahkan langsung ke mustahiq.

b. Prioritas kedua fi sabilillah yang biasanya diberikan kepada anak sekolah atau pelajar yang kurang mampu berupa beasiswa, akan

tetapi beasiswa tidak langsung diberikan seluruhnya kepada pelajar tersebut melainkan dipakai untuk membayar langsung kesekolah yang bersangkutan.

c. Prioritas ketiga yaitu berupa modal usaha yang diberikan kepada mustahiq guna meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi.

Pengelolaan zakat bisa ditempuh dengan dua jalan diantaranya: pertama, menyantuni masyarakat dengan pemberian dana (zakat) yang bersifat konsumtif atau dengan cara yang kedua, pemberian modal yang bersifat produktif, agar diolah serta dikembangkan. Pengelolaan zakat secara konsumtif adalah pengumpulan serta pendistribusian yang dilakukan dengan maksud dapat memenuhi kebutuhan dasar ekonomi oleh para mustahik dengan pemberian bahan makanan dan sebagainya serta bersifat pemberian untuk dikonsumsi secara langsung, tetapi masih sangat kurang membantu didalam jangka panjang, oleh karena itu diberdayakan pengelolaan zakat secara produktif merupakan pengelolaan zakat dengan maksud pendayagunaan atau dilakukan dengan cara memberikan bantuan berupa modal kepada pengusaha yang lemah, pembinaan dengan memberikan keterampilan untuk usaha, memenuhi kebutuhan untuk produksi kepada mereka yang memiliki keahlian dan skil, pendidikan gratis, dan sebagaainya, supaya bisa dapat membantu kemampuan ekonomi mustahiq.33 1. Penyaluran Zakat di BAZNAS Kota Kendari

Adapun jumlah mustahiq penerima zakat menurut delapan ashnaf

33(Musyifikah Ilyas, 2020: 72)

(golongan) yang berhak menerima zakat di Kota Kendari sebagai berikut:

Tabel I

Data: Penyaluran Zakat Menurut Ashnaf (dalam orang) BAZNAS Kota Kendari Tahun Fakir

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa penyaluran zakat menurut ashnf di BAZNAS Kota Kendari mulai tahun 2017 sampai 2019 mereka hanya memprioritaskan penyaluran zakat kepada 5 golongan karena menurut hasil wawancara yang dilkukan dengan bapak H. Alimuddn K. Yang mengatakan:

Dalam penyaluran zakat ini kami proritaskan kepada Fakir miskin, amil, muallaf dan fii sabilillah karena kalau riqab sekarangkan sudah tidak ada perbudakan jadi

Dalam penyaluran zakat ini kami proritaskan kepada Fakir miskin, amil, muallaf dan fii sabilillah karena kalau riqab sekarangkan sudah tidak ada perbudakan jadi

Dokumen terkait