• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA KENDARI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS) KOTA KENDARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Prodi Hukum Keluarga Islam Jurusan Peradilan

Pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

Oleh :

RAMADAN NIM. 10100117132

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ramadan

NIM : 10100117132

Prodi : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah dan Hukum

Judul Skripsi : “Analisis Penyaluran Zakat Produktif Terhadap BPemberdayaan Ekonomi Mustahik Pada Badan Amil BZakat Nasional (BAZNAS) Kota Kendari”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 26 Juli 2021 16 Dzulhijjah 1442 Penyusun,

Ramadan 10100117132

(3)

iii PROPOSA;

(4)

iv

KATA PENGANTAR مسب الله نمحرلا

ميحرلا

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jejang strata satu (S1) Fakultas Syari’ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabiyullah, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya, nabi yang telah membawa kita dari era jahiliyah ke era Islamiyah.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian skripsi ini tidak luput dari dukungan, perhatian dan doa yang tulus dari orang-orang terkasih, sehingga segala rintangan dapat penulis hadapi dan lalui. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian skripsi ini, terkhusus ayahku H. Ladawa dan ibuku Hj. Aida yang penulis cintai dan sayangi untuk ketulusan dan kesabarannya dalam menasehati, mendidik, membimbing serta doa yang tak terputus untuk kebaikan penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudaraku: Syawal, Salmiana, Wa iya, Amba Asyifa beserta keluarga besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih yang terdalam juga penulis haturkan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM);

(5)

vi

2. Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM);

3. Ibu Dr. Hj. Patimah, M.Ag. selaku Ketua Jurusan dan bapak Drs. H.

Muhammad Jamal Jamil, M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan Peradilan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM);

4. Ibu Dr. Musyfikah Ilyas, S. H. I., M. H. I. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Fatmawati, M. Ag.. selaku pembimbing II. Kedua dosen yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan dan semangat selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Alimuddin, M. Ag. selaku penguji I dan bapak Muhammad Anis, S. Ag., M. Ag. selaku penguji II. Kedua dosen yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji, memberikan masukan serta arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen, staf dan pegawai Prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM);

7. Seluruh pihak terkait di BAZNAS Kota Kendari dan beberapa responden yang telah menerima dan bersedia meluangkan waktunya;

8. Patner Indar Suryani yang telah membantu dan men-support penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman HKI D, sahabat PMII, saudara-saudaraku alumni Al- Amanah dan Darussalam angkatan 2017, senior dan saudara-saudaraku yang ikhlas memberikan arahan, bimbingan dan doanya.

9. Serta pihak-pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

(6)

vii

Atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya, penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi segala amal kebaikan mereka dan membalasnya dengan ganjaran yang baik.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis harapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca.

Makassar, 26 Juli 2021 16 Dzulhijjah 1442 Penulis,

Ramadan 10100117132

(7)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI...viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINAJAUAN TEORITIS ... 13

A. Pengertian Zakat Produktif ... 13

B. Dasar Hukum Zakat Produktif ... 17

C. Bentuk-bentuk Zakat Produktif ... 20

D. Tujuan dan Hikmah Zakat Produktif ... 22

E. Pemberdayaan Ekonomi ... BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Pendekatan Penelitian ... 32

C. Sumber dan Jenis Data ... 33

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

(8)

ix

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 35

F. Tehnik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

B. Sistem Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq di BAZNAS Kota Kendari ... 41

C. Pemberdayaan Zakat Produktif untuk Peningkatan Ekonomi Mustahiq di BAZNAS Kota Kendari ... 48

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi Penelitian ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 65

PEDOMAN WAWANCARA ... 73

RIWAYAT HIDUP...74

(9)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Konsonan Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب ba b Be

ت ta t Te

ث sa s es (dengan titik di atas)

ج jim j Je

ح ha h ha (dengan titk di bawah)

خ kha kh ka dan ha

د dal d De

ذ zal z zet (dengan titik di atas)

ر ra r Er

ز zai z Zet

س sin s Es

ش syin sy es dan ye

ص sad s es (dengan titik di

bawah)

ض dad d de (dengan titik di

bawah)

ض dad d de (dengan titik di

bawah)

(10)

xi

ط ta t te (dengan titik di bawah)

ظ za z zet (dengan titk di

bawah)

ع ‘ain ‘ apostrop terbalik

غ gain g Ge

ف fa f Ef

ق qaf q Qi

ك kaf k Ka

ل lam l El

م mim m Em

ن nun n En

و wau w We

ه ha h Ha

ء hamzah , Apostop

ي ya y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

(11)

xii

Fathah a a

Kasrah i i

Dammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي fathah dan ya ai a dan i

و fathah dan wau au a dan u

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

َ ا atau َ ي fathah dan alif atau ya

a a dan garis di atas

َ ي kasrah dan ya i i dan garis di atas

dammah dan

wau

u u dan garis di atas

4. Tā’ marbūṫah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah

(12)

xiii

[t]. Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu transliterasinya dengan [h].

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid (َ ّ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Jika hurufَي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ﹻ), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah(i).

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

(13)

xiv

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al- Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-katatersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

9. Lafz al-Jalalah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a- ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teksmaupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

(14)

xv B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

SWT = subhanahu wa ta’ala SAW = sallallahu alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salam

M = Masehi

H = Hijriah

SM = Sebelum Masehi

l = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w = Wafat tahun

QS = Qur’an Surah

HR = Hadits Riwayat

(15)

xvi ABSTRAK Nama : Ramadan

Nim : 10100117132

Judul : Analisis Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Kendari

Dalam penelitian ini membahas tentang analisis zakat produktif dan bagaimana peran BAZNAS Kota Kendari dalam menyalurkan dana zakat produktif untuk pemberdayaan dan peningkatan ekonomi mustahiq. Dalam hal ini pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana sistem penyaluran zakat produktif pada BAZNAS Kota Kendari (2) bagaimana pemberdayaan ekonomi untuk peningkatan ekonomi mustahiq di BAZNAS Kota Kendari.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah feed kualitatif research, sedangkan pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui literatur dan artikel yang sesuai dengan penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Sistem penyaluran zakat poduktif pada BAZNAS Kota Kendari yaitu berupa modal usaha yang diberikan kepada mustahiq guna peningkatan ekonomi contohnya usaha kecil menengah, pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan juga mempunyai binaan rumah makan BAZNAS Kota Kendari, yang dikelolah oleh mustahiq yang menerima dana zakat produktif. (2) Pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Kendari untuk peningkatan ekonomi mustahiq yaitu dengan program penyaluran zakat produktif melalui ekonomi, pendidikan, kesehatan, dakwah dan sosial keagamaan.

Implikasi dari penelitian ini yaitu : (1) Dalam hal penyaluran zakat produktif BAZNAS Kota kendari harus memproduksi produk sendiri guna mempermudah mustahiq meningkatkan perekonomian. (2) Pemberdayaan zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Kendari seharusnya mengawasi mustahiq dalam mengelolah dan mengembangkan usahanya.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Zakat adalah ibadah Ma’aliyah ijma’iyah (ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan masyarakat) dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang merupakan pokok ajaran Islam, ia merupakan salah satu rukun Islam yang keempat di samping shalat, puasa, dan haji. Umat Islam Indonesia sangat mementingkan ibadah shalat, puasa dan haji, tetapi kurang perhatian terhadap zakat.1 Padahal zakat dan shalat banyak ditulis dalam Al-Qur’an, misalnya dalam QS. At- Taubah/ 9:11: menyebutkan.

م ۡوَقِل ِتَٰيٓ ۡلۡٱ ُلِ صَفُ نَو ِِۗنيِ دلٱ ِفِ ۡمُكُنَٰوۡخِإَف َةٰوَكَّزلٱ ْاُوَ تاَءَو َةٰوَلَّصلٱ ْاوُماَقَأَو ْاوُبَتَ نِإَف َنوُمَلۡعَ ي

Terjemahnya:

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat- ayat itu bagi kaum yang mengetahui”.

Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan zakat adalah lambang keharmonisan hubungan dengan sesama manusia. Jadi, zakat bukan hanya sebatas urusan hamba dengan Allah SWT, namun merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta yang perlu diberdayakan secara optimal untuk memperbaiki ekonomi mustahiq. Sepanjang perhatian umat Islam dengan zakat tidak seimbang dengan shalat, puasa, dan haji maka kesadaran sosial umat tidak akan berkembang baik.

Ajaran zakat ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya

1Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, (Cet. 1, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walosongo Semarang, 2012), h. 8-9.

(17)

kekuatan sosial ekonomi umat. Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ekonomi dan duniawi. Oleh karena itu setiap muslim yang memiliki harta dan memenuhi syarat-syarat tertentu diwajibkan mengeluarkan zakat untuk diberikan kepada fakir miskin atau yang berhak, dengan syarat-syarat yang ditentukan sesuai ajaran Islam. Jadi, zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu orang miskin.

Zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah), tetapi juga dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu mekanisme distribusi kekayaan. Dengan kata lain, di samping membersihkan jiwa dan harta benda, zakat juga merupakan pendapatan yang ampuh dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

Adapun Nash Al-Qur’an yang pelaksanaan zakat tercantum dalam QS.

At- Taubah ayat: 60.

ِباَقِ رلٱ ِفَِو ۡمُُبُوُلُ ق ِةَفَّلَؤُم ۡ

لٱَو اَهۡ يَلَع َينِلِمَٰع ۡ

لٱَو ِينِكَٰسَم ۡ

لٱَو ِءٓاَرَقُف ۡلِل ُتَٰقَدَّصلٱ اََّنَِّإ۞

ِفَِو َينِمِرَٰغ ۡ لٱَو

ةَضيِرَف ِِۖليِبَّسلٱ ِنۡبٱَو َِّللَّٱ ِليِبَس ميِكَح ٌميِلَع َُّللَّٱَو َِِّۗللَّٱ َنِ م ٗ

ٗ

Terjemahnya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Zakat bukanlah sekedar sumbangan melainkan suatu langkah untuk membantu majunya perekonomian umat. Zakat sebagai pemberdayaan ekonomi mustahiq tentu penyalurannya tidak hanya terbatas untuk kehidupan konsumtif bagi para mustahiq saja, akan tetapijuga mampu memberdayakan mustahiq secara langsung untuk kelangsungan hidup bahkan kemajuan perekonomian mustahiq.

(18)

Badan Amil Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan. Tujuan zakat mempunyai sasaran sosial untuk membangun satu sistem ekonomi yang mempunyai kesejahteraan dunia dan akhirat, dan tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif melainkan mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan dalam jangka panjang.

Sehubungan dengan itu penyaluran zakat tidak hanya sebatas pada kegiatan- kegiatan tertentu saja jangka pendek (kegiatan konsumtif) karena penggunaan zakat konsumtif hanya dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat jangka pendek, dan keadaan darurat saja. Tetapi zakat dapat pula disalurkan untuk kegiatan jangka panjang untuk mengurangi pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.

Kaitan dengan dana zakat digunakan ke arah produktif kegiatan produksinya bisa sekian macam bentuk. Yusuf al-Qardhawi sebagaimana diambil dari buku Saifudin Zuhri menegaskan bahwa harta zakat diperbolehkan untuk mendirikan pabrik atau perusahaan-perusahaan, di mana kepemilikan dan keuntungannya diperuntukkan untuk fakir miskin sehingga keperluan mereka dapat tercukupi untuk sepanjang masa.2

Potensi untuk pemberdayaan ekonomi mustahik dengan menciptakan masyarakat yang berjiwa wirausaha dapat terwujud apabila dihimpun, dikelola, dan didistribusikan oleh badan atau lembaga yang amanah dan profesional. Di Indonesia saat ini ada organisasi atau lembaga pengelolaan zakat. Keberadaan organisasi tersebut diatur dalam UU No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dilakukan oleh badan yang berbentuk pemerintah atau lembaga yang

2Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Cet. 12: Jakarta: Litera Antar Nusa, 2011), h. 39.

(19)

didirikan oleh masyarakat. Adapun lembaga pengelolaan zakat tersebut adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

Dana zakat untuk kegiatan produktif untuk jangka panjang, yang mana akan lebih optimal dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) dan sejenisnya, karena sebagai organisasi yang terpercaya untuk penyaluran, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.

Dengan demikian penulis tertarik meneliti pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari, dimana Badan Amil Zakat menyalurkan dana zakat untuk kegiatan produktif. Dari program-program yang ada di BAZNAS Kota Kendari setidaknya bisa memunculkan usaha untuk pemberdayaan ekonomi mustahik.

Dengan berkembangnya usaha dengan modal yang berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja dan berkembangnya usaha bagi para mustahik. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi. Berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang maupun jasa, meningkatkannya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari dalam mengelola, mendistribusikan, mendayagunakan dan menyalurkan dana zakat itu menjadi

(20)

dana zakat produktif untuk bantuan modal usaha, sentral ternak, lapak sampah terpadu, pemberdayaan kampung nelayan, pemberdayaan perempuan, dan latihan kerja dalam rangka pemberdayaan ekonomi para mustahiknya.

Dana zakat yang disalurkan oleh BAZNAS Kota Kendari pada tahun 2015 Mengenai zakat produktif yaitu sebesar Rp. 95.000.000,00, untuk 95 orang. Dana tersebut digunakan untuk membantu mustahik yang membutuhkan bantuan modal. Adapun jumlah zakat yang ditasyarufkan sebesar Rp. 229.667.885,00.

Dengan segala potensi yang ada pada zakat sebagai salah satu instrumen penurunan tingkat kemiskinan, maka penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyaluran dana zakat sangat penting. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan informasi lebih tentang potensi zakat dan bagaimana zakat dapat berperan dalam mengentaskan kemiskinan.3

Oleh karena itu, dengan adanya program pendayagunaan dana zakat produktif yang dikelola BAZNAS Kota Kendari dapat berdaya guna dan tepat guna dalam upaya pemberdayaan ekonomi para mustahik di Kota Kendari.

Sehubungan dengan hal tersebut saya sebagai penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ANALISIS ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA KENDARI.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus penelitian

3BAZNAS Sampaikan 6 Pencapaian Sukses Pada Rakornas Zakat 2019,” Situs Resmi BAZNAS (29 Juni 2019)

(21)

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami penelitian ini, peneliti memberikan batasan dan cakupan penelitian baik dari segi rentang waktu maupun jangkauan wilayah obyek penelitian yang terkait judul “Analisis Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Kendari)”. Oleh karena itu, penelitian ini terfokus pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

2. Deskripsi Fokus

Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istlah dalam judul skripsi “Analisis Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Kendari”.

1. Analisis adalah sebuah penguraian pada pokok atas bagiannya dan penelaan itu sendiri, serta hubungan antara bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman arti dari keseluruhan. Hukum Islam mengatur segala bentuk ibadah dalam beragama, baik itu ibadah mahda dan ibadah gairuh mahda maka dari itulah ibadah mahda yang menjadi rukun Islam dalam Agama mewajibkan kita untuk mengeluarkan Sebagian dari hart akita untuk dizakati kepada orang yang berhak menerimanya. Baik itu zakat fitrah maupun zakat mal dan juga zakat produktif (zakat yang disalurkan kepada mustahik dalam bentuk modal usaha. Dalam hal zakat produktif juga menjadi salah satu penyaluran dan penditribusian zakat untuk membantu perekonomian mustahik dan juga bisa mengurangi kemiskinan.

(22)

2. Zakat Produktif adalah pemberian zakat yang dapat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan uasaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus- menerus.

3. Badan Amil Zakat Nasional adalah Lembaga yang melakukan pengelolaan, penyaluran, pendistribusian, dan juga pemberdayaan zakat secara nasional.

BAZNAS merupakan Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

C. Rumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana analisis zakat produktif terhadap pemberdayaan ekonomi mustahik pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Kendari. Dan juga bagaimana peran BAZNAS dalam memberdayakan dana zakat produktif guna peningkatan ekonomi musthiq di Kota Kendari.

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Sistem Penyaluran Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari?

2. Bagaimana Pemberdayaan Zakat Produktif Untuk Peningkatan Ekonomi Mustahik di Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari?

(23)

D. Kajian Pustaka

Kajian putstaka dalam skripsi ini bertujuan untuk memberikan penjelasan bahwa masalah pokok yang dibahas sesuai dengan teori yang ada dan juga hasil penelitian terdahalu, dan hanya mengacu kepada zakat produktif.

Adapun penelitian ilmiah atau skripsi yang membahas tentang zakat produktif dan perbedaan dengan judul peneliti yaitu:

1. Feri Anggriawan “Zakat Produktif Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan”. (Studi kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat di Dompet Peduli Umat Darul Tauhid Kota Metro). Penelitian ini secara rinci telah menjelaskan upaya pengentasan kemiskinan dengan mengelolah dan mendidtribusikan zakat produktif secara maksimal.

Sehingga pendistribusian zakat produktif dapat memberikan dampak yang sangat baik, salah satunya sebagai cara pengentasan kemiskinan umat jika pendistribusian dan pengelolaan zakat produktif dilaksanakan secara efektif dan tepat sasaran.

2. Sintha Dwi Wulan “Analisis Peran Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Studi Kasus Pada Rumah Zakat Kota Semarang). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mengetahui sistem penghimpunan, pengelolaan dan pemberdayaan dana zakat di Rumah Zakat Kota Semarang. Untuk menganalisis pengaruh dana zakat produktif terhadap modal, omset, dan keuntungan laba usaha. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa

(24)

usaha dengan metode hibah atau qordhul hasan. Menunjukan bahwa adanya pengaruh antara pemberian bantuan modal terhadap perkembangan modal, omset, dan keuntungan usaha sebelum dan setelah menerima bantuan modal usaha.

3. Arif (Pengelolaan Zakat Secara Produktif sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan” (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di Dusun Tarukan, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang). Fakultas Syari’ah, STAIN Salatiga, 2012. Penelitian ini membahas bagaimana zakat didistribusikan kepada mustahik hanya berupa uang dan makanan pokok. Namun pendistribusian ini tidak berdampak baik terhadap perekonomian mustahik. Sehingga muncul gagas zakat produktif, pendidtribusian zakat ini diwujudkan seekor kambing untuk alternatif solusi pengentasan kemiskinan. Keberhasilan tersebut dikarenakan sebagian besar para mustahikmampu mengembangankan ternak kambing yang mereka terima untuk dikembang biakkan.

4. Herwindo Ghora dan Nisful Laila, “Zakat Produktif Untuk Meningkatkan Kinerja Produksi, dan Religiusitas Mustahik”. (Studi pada Badan Amil Zakat Nasional Jawa Timur). Penelitian ini membahas tentang zakat prduktif yang disalurkan oleh BAZNAS Jawa Timur memiliki peranan meningkatkan kinerja produksi mustahik, dikarenakan zakat produktif yang disalurkan dalam bentuk modal usaha kepada mustahik dapat meningkatkan indikator-indikator kinerja

(25)

yang telah ditentukan. Adapun indikator-indikator nya yaitu , pertama indikator utama yaitu indikator kuantitatif adalah perubahan jumlah kuantitas bahan baku, kuantitas output produksi yang dilakukan.

Kedua, indikator tambahan yaitu pengeluaran tambahan produksi (Factory Overhead). Selain itu dalam penelitian ini juga didpatkan peningkatan motivasi dalam berproduksi dan religiusitas mustahik setelah mendapatkan penyaluran zakat produktif.

5. Fiki Sevila, “Pengelolaan Zakat Produktif dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”. (Studi Kasus Badn Amil Zakat Lampung Tengah). Penelitian ini menyimpilkan bahwa zakat produktif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan peneliti pada Badan Amil Zakat Lampung Tengah sudah dapat menjlankan tugasnya dengan benar yaitu membantu masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan dana zakat, akan tetapi masih ada beberapa hal yang harus dibenahi oleh kedua pihak bagi pengelola Badan Amil Zakat Lampung Tengah dn mustahiq zakat yang mendapatkan bantuan modal usaha.

Berdasarkan penelitian yang telah digambarkan tersebut, terdapat beberapa persamaan yakni sama-sama membahas tentang zakat produktif dan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti akan lakukan yaitu dapat dilihat dari hasil penelitian yang lebih ditekankan pada sistem penyaluran zakat produktif dan pemberdayaan ekonomi mustahiq untuk peningkatan ekonomi.

(26)

Dengan demikian ditegaskan bahwa yang penelitian yang berjudul Analisis Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari belum pernah diteliti sebelumnya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan penelitian ini memiliki tujuan:

a) Untuk mengetahui bagaimana Sistem Penyaluran Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

b) Untuk mengetahui bagaimana Pemberdayaan Zakat Produktif untuk Peningkatan Ekonomi Mustahik di Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis, penlitian ini sebagai ilmu pengetahuan dan diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyaluran dan pemberdayaan zakat produktif untuk peningkatan ekonomi mustahik di Badan Amil Zakat Nasional di Kota Kendari. Selain itu diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan penulisan penelitian ini menjadi baik, sehingga proses pengkajian akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.

b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar S.H pada Fakultas Syariah UIN

(27)

Alauddin Makassar.

(28)

13 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Zakat Produktif

Kata zakat berasal dari kata zaka yang mempunyai pengertian berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut lisan Arab, arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari segi bahasa adalah suci, tumbuh, berkah dan terpuji yang semuanya digunakan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Zakat dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang yang diwajibkan Allah swt diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.4

Zakat adalah salah satu rukun diantara rukun-rukun Islam. Zakat hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur’An dan Hadis. Oleh karena itu barang siapa yang mengeluarkan zakat berarti ia membersihkan dirinya dan mensucikan hartanya sehingga pahalanya bertambah dan hartanya diberkahi oleh Allah.

Allah berfirman dalam QS. at-Taubah/ 9:103:

ةَقَدَص ۡمِِلَِٰوۡمَأ ۡنِم ۡذُخ ۡمُهُرِ هَطُت ٗ

ُ تَو نَكَس َكَتٰوَلَص َّنِإ ِۖۡمِهۡيَلَع ِ لَصَو اَِبُ مِهيِ كَز ِۗۡمَُّلِ ٗ

َُّللَّٱَو ٌعيَِسَ

ٌميِلَع

Terjemahnya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.5

4Irsyad Andriyanto, Pemberdayaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ummat, Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol 1, No 2, Desember 2014.

5Kementrian Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma, 2016), h.

189.

(29)

Menurut penafsiran Ibnu Kasir atas firman Allah swt dalam Qs. at-Taubah ayat 103, bahwasannya Allah swt memerintahkan Rasulnya memungut zakat dari umatnya umtuk mensucikan dan membersihkan mereka dari zakat tersebut. Dan Allah swt juga memerintahkan agar Rasulullah berdoa dan beristghfar bagi mereka yang menyerahkan zakatnya.6

Zakat ialah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

Ibadah zakat jika ditunaikan dengan baik maka kita akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan serta mensucikan jiwa kita, mengembangkan serta memberkahkan harta yang kita dimiliki. Di sisi lain, zakat juga merupakan salah satu bentuk ibadah yang lebih mengedepankan nilai sosial disamping membawa pesan ritual dan spiritual.7

Pengertian zakat menurut bahasa dan istilah mempunyai hubungan yang erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci, dan baik.

Sedangkan menurut ketentuan umum Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syari‟at Islam.8

Zakat juga suatu lembaga sosial dalam masyarakat Islam. Tujuan zakat meratakan jurang antara si kaya dan si miskin (to have and have not), dimana yang punya berkewajiban memberikan bantuan kepada yang tidak punya.

6Ibnu Katsir, Terjemahan Singkat Ibnu Katsir. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1988), jilid IV

7Musyfikah Ilyas, “Pendayagunaan Zakat Produktif Perspektif Hukum Islam”, jurnal Iqhtishaduna, vol. 2 no. 3 (2020): h. 71.

8Undang-undang Republik nomor 23 tahun 2011, pasal 1 ayat 2 tentang pengelolaan zakat.

(30)

Sebaliknya yang tidak punya berhak menerima harta (bantuan) dari yang punya.

Diatas telah dijelaskan mengenahi berbagai definisi zakat menurut bahasa dan istilah dimana zakat sebagai ibadah umat Islam. Oleh karena itu, zakat merupakan konsekuensi akidah yang ditunaikan dengan membayar sejumlah kekayaan yang dimilikinya. Dengan berzakat seseorang telah menunaikan kewajibannya dan juga telah membersihkan hartanya, dan lebih dekat dengan Allah swt. Zakat juga dapat berkembang menjadi konsep kemasyarakatan, dimana seseorang dapat melaksanakan kehidupan bermasyarakat, termasuk didalam masalah ekonomi, dan zakat mampu mengangkat derajat fakir miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya.

Kata Produktif secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris “productive”

yang berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga, yang mempunyai hasil baik.Secara umum produktif berarti “banyak menghasilkan karya atau barang”. Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang dapat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya.

Sedangkan secara istilah zakat produktif merupakan zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi, yaitu untuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik. Dan juga merupakan pengelolaan dan penyaluran zakat produktif yang mempunyai efek jangka panjang bagi para penerima zakat.9

Zakat produktif juga merupakan zakat yang diberikan kepada fakir miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha produktif

9Nasrullah,“Regulasi Zakat dan Penerapan Zakat Produktif Sebagai Penunjang Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Penelitian Sosiologi Keagamaan. (Inferensi), vol. 9, No. 1, h. 6.

(31)

yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang mustahik akan bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dimana beliau memberikan harta zakat untuk digunakan sahabatnya sebagai modal usaha.10

Zakat produktif itu sendiri merupakan zakat yang diberikan kepada mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi, yaitu muntuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktivitas mustahiq.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpilan bahwa zakat produktif adalah pendayagunaan zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode dalam menyampaikan zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, sesuai dengan tujuan dan syara’. Zakat produktif dimaksud agar mustahik dapat berusaha dan bekerja lebih maksimal dalam memenuhi kebuuhan hidupnya serta agar dapat menghilangkan sifat bermalas- malasan dengan hanya mengharapkan bantuan dari orang lain. Dan diharapkan mustahik dapat meningkatkan pendapatannya sehingga mereka tidak lagi jadi mustahik tetapi selanjutnya dapat menjadi muzakki.

B. Dasar Hukum Zakat Produktif

Di dalam al- Qur’an dan Hadits banyak ditemukan yang membahas tentang Zakat. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 43:

َينِعِكَّٰرلٱ َعَم ْاوُعَكۡرٱَو َةٰوَكَّزلٱ ْاوُتاَءَو َةٰوَلَّصلٱ ْاوُميِقَأَو

Terjemahnya:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang

10Nurnasrina, P. Adiyes Putra, kegiatan Usaha Bank syari’ah, (Yogyakarta: Kalimedia 2017), h. 209.

(32)

yang ruku”.

Hukum zakat adalah wajib bagi umat muslim yang mampu. Bagi orang yang melaksanakannya aka mendapatkan pahala, sedangkan yang meninggalkan akan mendapat dosa. Pengulangan perintah tentang zakat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu kewajiban agama yang harus diyakini. Hukum zakat itu wajib mutlak dan tak boleh atau sengaja ditunda waktu pengeluarannya, apabila telah mencukupi persyaratan yang berhubungan dengan kewajiban itu. Zakat juga merupakan pilar yang ketiga dari rukun Islam yang lima dan kedudukannya sama dengan rukun islam yang lain.

Dalam hukum Islam, ada dua kategori hukum Islam, yaitu hukum Islam yang bersifat tetap dan yang bersifat elastis. Hukum Islam yang bersifat tetap tersebut, tidak mengalami perubahan sepanjang masa. Kategori yang bersifat tetap adalah biasanya hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah mahdah. Sedangkan hukum yang bersifat elastis biasanya mengalami tranformasi seiring berubahnya zaman, kondisi dan kebiasaan-kebiasaan.11

Hukum zakat juga telah dijelaskan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 dan Pasal 2 tentang zakat, yang berbunyi: zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam, dasar hukumnya diantaranya. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah/ 9:103.

ةَقَدَص ۡمِِلَِٰوۡمَأ ۡنِم ۡذُخ نَكَس َكَتٰوَلَص َّنِإ ِۖۡمِهۡيَلَع ِ لَصَو اَِبُ مِهيِ كَزُ تَو ۡمُهُرِ هَطُت ٗ

ٌعيَِسَ َُّللَّٱَو ِۗۡمَُّلِ ٗ

ٌميِلَع .

11Abdi Wijaya, “Perubahan Hukum Dalam Pandangan Ibnu Qayyim”, Jurnal al-Daulah, vol. 6 No. 2 (2017). hal. 387.

(33)

Terjemahnya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Dengan hakikatnya harta itu milik Allah, maka manusia itu hanyalah khalifah Allah, maka manusia wajib melaksanakan perintah-Nya mengenahi harta itu. Dan diantara perintah itu adalah perintah zakat baik zakat fitrah maupun zakat mal. Dan karena harta itu bermacam-macam, dan cara memperolehnya juga bermacam-macam, baik dengan cara yang mudah maupun yang sulit maka jenis harta dan kadar zakatnya berbeda-beda. Dengan dasar diatas, zakat itu adalah ibadah sosial yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam dengan syarat-syarat tertentu.

Harta zakat dibagikan bukan karena kemurahan hati, tetapi adalah hak bagi orang-orang yang diatur dalam Qur;an surah At- Taubah ayat: 60. Sedangkan Dasar hukum formalnya sebagai berikut:

1) Dengan telah dicabut Undang-Undang No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, maka dasar hukum yang berlaku adalah Undang- Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

3) Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No D-291 Tahun 2000 tantang pedoman teknis Pengelolaan Zakat.

4) Undang-Undang RI No 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang No 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Dalam UU ini diatur bahwa zakat yang dibayarkan oleh wajib pajak baik perseroan maupun pribadi pemeluk agama Islam atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang telah

(34)

dikukuhkan dapat dikurangkan dari penghasilan Kena Pajak.

5) Pedoman Pengelolaan Zakat, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Depag, 2003.12

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Zakat ini merupakan babak baru dalam perkembangan sistem zakat di Indonesia, khususnya terkait tata cara pengelolaannya. Melihat amanat yang ada dalam pasal 42 undang- undang 23 tahun 2011 tersebut lebih banyak mengarah kepada pengaturan kelembagaan penghimpunan dana zakat dari pada pengaturan objek zakat, sehingga multi tafsir dari redaksi undang-undang tersebut menjadi perdebatan dikalangan pemerhati zakat.13

Dasar hukum zakat telah di jelaskan bahwa wajib hukumnya bagi orang yang telah memenuhi syarat, wajib zakat itu buat semua orang muslim yang mempunyai harta cukup atau lebih. Dan dosa bagi orang yang menunda atau meninggalkan zakat, karena zakat merupakan rukun terpenting dalam rukun Islam setelah sholat. Zakat dan shalat didalam Al- Qur’an dan Hadis dijadikan lambang keseluruhan ajaran Islam. Bagi mereka yang menolak membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras sebagai akibat kelalaiannya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan zakat produktif disini adalah pendayagunaan zakat secara produktif. Hukum zakat produktif pada sub ini dipahami hukum mendistribusikan atau memberikan dana zakat kepada mustahik secara produktif. Dana zakat diberikan dan dipinjamkan untuk dijadikan modal usaha bagi orang fakir, miskin, dan orang-orang yang lemah.

12Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, (Cet. 1. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2012), h. 39.

13Andi Safriani, “Tanggung Jawab Negara Terhadap Pengelolaan Zakat Menurut UU No 23 Tahun 2011 Tentang Zakat”, Jurnal Jurisprudenti, Vol. 3. No. 2. (2016). h. 9.

(35)

Al-Qur’an, al-Hadis, dan Ijma‟ tidak menyebutkan secara tegas tentang cara memberikan zakat apakah dengan cara konsumtif atau produktif. Dapat dikatan tidak ada dalil naqli dan sharih yang mengantur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada para mustahik. Ayat 60 surah at- Taubah, oleh sebagian besar ulama‟ dijadikan dasar hukum dalam pendistribusian zakat.

Namun ayat ini hanya menyebutkan pos-pos dimana zakat harus dialokasikan.

Tidak menyebutkan cara pemberian zakat kepada pos-pos tersebut.

Mengenahi dasar hukum zakat produktif yang tidak dijelaskan dalil naglinya, maka hukum Islam menunjukan bahwa dalam menghadapi masalah- masalah yang tidak jelas rinciannya dalam Al-Qur’an atau petunjuk yang ditinggalkan Nabi Muhammad saw. penyelesaiannya dengan metode Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap berpedoman pada Al- Qur’an dan Hadis untuk mengatasi permasalahan sosial sesuai perkembangan zaman.

C. Bentuk-Bentuk Zakat Produktif

Dalam penyaluran zakat produktif ada dua bentuk zakat produktif diantaranya yaitu:

1. Zakat Produktif Tradisioanal yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif. Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukaran dan sebagainya. Pemberian zakat dalam bentuk ini akan dapt mendorong orang menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

2. Zakat Produktif Kreatif yaitu semua penyaluran dan pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun membantu atau

(36)

menambah modal seseorang pedagang atau pengusaha kecil.14

Dari pembagian bentuk-bentuk zakat produktif diatas dapat diharapkan arah dan kebijakan penyaluran dan pengelolaan zakat produktif dapat berhasil sesuai dengan sasaran yang dituju. Adapun maksud arah dan kebijakan penyaluran dan pengelolaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam rangka memanfaatkan hasil-hasil pengumpulan zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas dan tepat.

Beberapa ulama modern dan ilmuwan telah mencoba menginterpretasikan zakat dalam perspektif yang lebih luas mencangkup edukasi, produktif, dan ekonomis. Dalam kehidupan sosial sekarang, pengelolaan dan penyaluran zakat produktif untuk mustahik harus mencangkup berbagai aspek-aspek diantaranya yaitu:

a. Pembangunan sarana dan prasarana pertanian sebagai tumpuan pemberdayaan dan kesejahteraan ekonomi mustahik.

b. Pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi pada pemberdayaan dan peningkatan ekonomi mustahik.

c. Penyelanggara sentra-sentra pendidikan keterampilan dan kejuruan untuk mengatasi penganguran.

d. Pemberian modal usaha kepada mustahik sebagai langkah awal mendirikan usaha.

e. Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan bagi setiap warga atau rakyat yang membutuhkan.

14Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Cet. 1. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), h. 78-80.

(37)

f. Jaminan hidup orang-orang invalid, jompo, yatim piatu, dan orang yang tidak mempunyai pejkerjaan.

g. Pengadaan sarana dan prasarana yang erat hubungannya dengan usaha peningkatan ekonomi mustahik.15

D. Tujuan, dan Hikmah Zakat Produktif 1. Tujuan Zakat Produktif

Tujuan utama zakat produktif yaitu berupaya untuk menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang miskin menjadi berkecukupan selama-lamanya, mencari pangkal penyebabnya, serta mengusahakan agar orang- orang miskin tersebut mampu memperbaiki kehidupan mereka.16

Zakat produktif merupakan salah satu perangkat sosial-ekonomi Islam yang tidak saja bernilai ibadah juga bersifat sosial. Sebagaimana syari’at Islam yang lainnya, zakat juga memeliki tujuan yang muliah antara lain yaitu memujudkan keadilan dan pemerataan ekonomi dan juga mengikis kemiskinan dan kecemburuan sosial.17

Sedangkan Menurut Mardani tujuan zakat produktif ialah sebagai berikut:

1) Meningkatkan derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharamin, ibnu sabil, dan mustahik lainnya.

3) Membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

4) Menghilangkan sifat kikir dan membersihkan diri dari sifat dengki dan iri

15M. Arif Mufriani, Akuntansi dan Manajemen zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 106-109.

16Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, h. 89-90.

17El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 13.

(38)

dalam hati orang miskin.

5) Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.18

Tujuan zakat produktif dilihat dari pendapat-pendapat tersebut adalah mensucikan diri, dari kotorran dan dosa, memurnikan jiwa, menolong, membantu, dan membangun kaum dhuafa yang lemah dan menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

Selain itu tujuan zakat produktif yaitu Tujuan zakat di antaranya yaitu:

1. Mengangkat derajat fakir dan miskin serta membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan.

2. Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para mustahiq.

3. Menjembatani jurang pemisah antara kaya si yang miskin di dalam suatu masyarakat.

4. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama kepada mereka yang punya harta.

5. Mendidik masyarakat supaya berdisiplin menunaikan kewajiban serta menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.19

2. Hikmah Zakat Produktif

Hikmah yang dapat dipetik dari praktik zakat produktif adalah

18Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.

349-350.

19Nur Taufiq Sanusi, “Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Iqtishaduna, Vol. 2 no. 2 (2020), h. 74.

(39)

pemberdayaan sumber manusia (SDM) dan terjadinya komunikasi yang dapat menghilangkan menara si miskin dengan si kaya. Adapun hikma zakat produktif diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagai bentuk perwujudan keimanan kepada Allah swt, selain itu juga merupakan perwujudan dan rasa syukur kita kepada Allah swt, memupuk akhlak mulia dengan menumbuhkan rasa kemanusian yang tinggi, menghilang sifat rakus, kikir dan matrealis, membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki, serta memupuk ketenangan hidup.

b. Sebagai bentuk etika bisnis yang benar, bahwa didalam harta yang kita peroleh dari kegiatan usaha maupun bisnis didalamnya terkandung hak milik orang lain pula.

c. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan umat Islam seperti sumber dana untuk pembangunan masjid madrasah dan lain-lain.

d. Melindungi masyarakat dari kemiskinan akibat kemelaratan.

e. Sebagai instrumen pemerataan pendapatan dalam membangun kesejahteran mustahik.20

E. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Menurut Sumodiningrat dalam bukunya Prof. Ahmad Rofiq, pemberdayaan dimaksudkan sebagai upaya

20Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 133.

(40)

meningkatkan kemampuan rakyak mampu mewujudkan kemampuan dan kemandirian. 21

Konsep pemberdayaan berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, kesadaran tentang ketergantungan dari yang lemah dan tertindas kepada yang kuat dan yang menindas dalam masyarakat. Kedua, kesan dari analisis tentang lemahnya posisi tawar menawar masyarakat terhadap negara dan tekno struktur (dunia bisnis). Dan ketiga, paham tentang strategi untuk “lebih baik memberikan kail dari pada ikan” dalam membantu yang lemah, dengan perkataan lain mementingkan pembinaan keswadayaan dan kemandirian. Kesemuanya itu dilakukan dengan menfokuskan upaya-upaya pengembangan dan pembangunan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia.

Pemberdayaan pada dasarnya menyangkut lapisan bawah atau lapisan masyarakat yang miskin yang dinilai tertindas oleh sistem dan dalam struktur sosial. Upaya pemberdayaan ini menyangkut beberapa segi:

1. Penyadaran tentang dan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasikan persoalan yang menimbulkan kesulitan hidup dan penderotaan yang dialami oleh golongan itu.

2. Penyadaran tentang kelemahan maupun potensi yang dimiliki, sehingga menimbulkan dan meningkatkan kepercayaan kepada diri sendiri untuk keluar dari persoalan dan guna memecahkan permasalahan serta

mengembangkan diri.

3. Meningkatkan kemampuan menejemen sumber daya yang telah

21Ahmad Rofiq, Kompilasi Zakat, (Semarang: Balai Penelitian dan Pengambangan Agama Semarang, 2010), h. 23.

(41)

ditemukenali.

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, dan akses terhadap permintaan. Ekonomi adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.

2. Dasar Hukum Pemberdayaan Ekonomi

Terkait dengan pemberdayaan, dasar hukum pemberdayaan ekenomi terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.

a. Al-Qur’an

Allah swt berfirman dalam QS. At-Taubah/ 9:105:

ِمِلَٰع َٰلَِإ َنوُّدَُتَُسَو ِۖ

َنوُنِم ۡؤُمۡلٱَو ۥُهُلوُسَرَو ۡمُكَلَمَع َُّللَّٱ ىََيََسَف ْاوُلَمۡعٱ ِلُقَو

ِةَدَٰهَّشلٱَو ِبۡيَغ لٱ ۡ

(42)

َنوُلَمۡعَ ت ۡمُتنُك اَِبِ مُكُئِ بَ نُ يَ ف

Terjemahnya:

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan nyata, lalu diberitaka-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjaan”

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa ayat tersebut merupakan ancaman dari Allah swt terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-Nya. Amal mereka akan ditampilkan Allah swt. kepada Rasulullah dan kaum Mu’minin.

Dasar hukum ini jika dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi adalah Allah memberikan manusia anugerah berupa sumber penghidupan dan al’hikmah yaiyu kepahaman dan kecerdasan sehingga manusia tetap bertawakal dan bersyukur kepada Allah swt.22

b. Hadis

Adapun hadis yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi yaitu sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Muslim sebagai berikut:

Artinya:

“Dari ‘Aisyah ra. bahwa Rasullah saw, bersabda: “Ya Allah barangsiapa menguasai salah satu urusan umatku lalu menyusahkan mereka maka berilah kesusahan padanya”. (HR. Muslim).

22M. Nasib Ar’Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Cet. 2: Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 340

(43)

Pemberdayaan ekonomi dapat terealisasi jika terjadi kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Dalam kerja sama tersebut haruslah tercipta rasa kebersamaan, rasa saling mengasihi dan saling percaya.

3. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi

Tujuan pemberdayaan ekonomi adalah membantu seseorang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang ingin miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.23

Dari tujuan di atas, pemberdayaan dapat diartikan sebagai sebuah usaha dan proses dalam membantu supaya seseorang itu dapat mandiri dalam menciptakan keputusan-keputusan atas dirinya, yang terkait antara hubungan seseorang tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Pemberdayaan juga bertujuan untuk menggerakkan potensi atau daya yang dimiliki oleh individu sebagai anggota masyarakat, tetapi tentunya pemberdayaan ini juga harus diikuti oleh usaha perbaikan pranata-pranata pendukungnya untuk menuju kesejahteraan ekonomi.

Di antara upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) dimana pondasi utamanya keadilan sosial. Pardigma pembangunan terkait dengan keadilan sosial

23Lili Bariadi dan Muhammad Zen, Zakat dan wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h. 64.

(44)

memfokuskan pada unsur kesetaraan, kerjasama, dan upaya saling berbagi dalam masyarakat. Prinsip pemberdayaan ini memberikan landasan tersedianya akses ekonomi bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.24

Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberayakan dirinya akan mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga akan meningkatkan kemakmurannya. Untuk melihat kemajuan ekenomi menurut MA Manan ada tiga hal yang menjadi tolak ukur pemberdayaan ekonomi yaitu:

pertama, pendapatan perkapita tinggi, kedua, pendapatan perkapita terus naik.

Ketiga, kenaikan terus menerus dan mandiri. Kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan indikator tertinggi untuk menilai kemajuan ekonomi. Karena kemandirian menunjukkan keberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah ekonomi, dan ini berarti tujuan pemberdayaan ekonomi tercapai.25

4. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak amil zakat, inilh yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.

24Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 32.

25N. Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Manajemen Zakat, (Ciputat, Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), h. 56.

(45)

Perlu dipikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan ini good governance diibaratkan sebagai pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat, dan usahawan swasta.

Dalam kondisi ini mengetengahkan tiga pilar yang harus diperhatikan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat yang hendaknya menjalin hubungan kemitraan yang selaras.

Pola pemberdayaan dana zakat, infak, sedekah di Baznas yaitu;

1. Bentuk konsuntif-karikatif dalam hal ini dimaksudkan bahwa zakat hanya diberikan kepada orang satu kali atau se saat saja

2. Bentuk produktif-karikatif, ialah penyaluran zakat yang disertai dengan target merubah dari keadaan penerimah dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzaki. Target ini merupakan target besar yang mungkin tidak dapat dengan mudah atau di dalam waktu serta dalam waktu yang singkat.26

5. Konsep Pemberdayaan Ekonomi

Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat

26(Musyfikah Ilyas, 2020: 72)

(46)

mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut: (1) bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2) pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat yang pengusaha pinggiran; (3) kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan legitimasi; dan (4) kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai.27

Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada umumnya adalah dengan yang biasa disebut “zakat produktif”. Pokok gagasan adalah menolong golongan miskin tidak memberi “ikan” melainkan dengan

“kail”. Kalau zakat diberikan semata- mata untuk konsumsi, maka pertolongan ini bersifat sementara. Tapi lkalau diberikan untuk membatu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka perlongan untuk mambantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan bisa membatu yang bersangkutan untuk keluar dari situasi kemiskinan itu sendiri.

27Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, h. 204.

(47)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang menekankan analisis dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang di amati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Dilihat dari sudut pandang di atas maka, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang mana penelitian ini menitik beratkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan.

Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti, yaitu dari pandangan para tokoh masyarakat maupun informan yang lain terhadap analisis zakat produkif terhadap pemberdayaan ekonomi mustahik dengan tujuan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

2. Lokasi Penelitian

Dalam Penyusunan skripsi ini peneliti memilih lokasi penelitian di Badan Amil Zakat Nasional Kota Kendari.

B. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain pendekatan empiris. Karena dalam menggunakan pendekatan kualitatif data hasil penelitian diperoleh secara

Gambar

Tabel II
Tabel III

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan dana zakat produktif merupakan salah satu proses yang dilakukan oleh Badan Amil

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN.. Analisis Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan Studi Pada Badan Amil

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa peran zakat produktif dalam pemberdayaan ekonomi mustahiq di Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika Yogyakarta adalah melalui

Lembaga Amil Zakat Musa’adatul Ummah Al Ma’soem menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Bisnis MU (Pemberdayaan Ekonomi),

Yang dimaksud dengan fenomena-fenomena tersebut dalam penelitian ini adalah aktifitas terkait sumber daya manusia (SDM) amil dan pendistribusian zakat produktif

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan oleh lembaga amil kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan modal, bantuan dana zakat produktif sebagai modal untuk menjalankan

Penelitian tentang Pemberdayaan Umat Melalui Program Distribusi Zakat Produktif Pada BAZNAS Kabupaten Lumajang ini penting dilakukan untuk turut serta memberikan

Di antara para peneliti yang membahas tentang zakat produktif adalah Sudariyanto dalam penelitian yang berjudul Pendistribusian Dana Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat