• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

2. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Wakaf Tunai di Lembaga Wakaf

Menurut Juhaya S. Praja141 dalam bukunya Ekonomi Syariah, upaya

menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berakar dari masyarakat dapat dilakukan menggunakan tiga teori dasar, yakni:

a. Enabling atau membangkitkan. Penggunaan teori enabling pada dasarnya untuk membangkitkan kemauan masyarakat yang banyak dipengaruhi oleh persepsi dan pengetahuan atas diri dan lingkungannya. b. Empowering atau memampukan. Teori empowering ini bertujuan agar

masyarakat menjadi mampu atau bahkan lebih mampu dengan dibekali pengetahuan dan bantuan materiil.

141

80

c. Protection atau perlindungan. Teori ini bertujuan untuk memberikan proses penguatan dan perlindungan terhadap masyarakat dengan memberikan jalan keluar untuk beberapa kesulitan yang sedang dihadapi.

Pelaksanaan ketiga teori di atas bisa dilakukan apabila lembaga wakaf melakukan dakwah bi al-lisan dengan mengajak dan mensosialisasikan program-program wakaf tunai yang lembaga miliki baik secara lisan dengan mengadakan kajian-kajian keagamaan atau sekedar langsung mengundang masyarakat calon waqif datang di acara-acara yang lembaga miliki yang berupa proyek nyata pemberdayaan yang dihasilkan dari dana wakaf yang berhasil terkumpul. Kemudian menggunakan strategi penghimpunan dana yang tepat sasaran menggunakan berbagai macam teknik pendekatan. Terakhir dengan menjaga konsistensi para waqif untuk kembali dan terus kembali mensukseskan program wakaf tunai dengan sokongan bantuan dana.

Rozalinda seorang dosen sekaligus peneliti pada Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang pernah melakukan penelitian tentang aktivitas pemberdayaan masyarakat melalui program wakaf yang dimiliki oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI), Baitul Maal Muamalat (BMM), dan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Penelitian yang beliau lakukan menggaris bawahi beberapa program wakaf produktif yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, seperti142:

a. Program Wakaf Produktif Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Rozalinda menemukan bahwa TWI cenderung melakukan investasi secara langsung ke objek wakaf di samping ke sektor riil menggunakan akad

mudharabah, muzara’ah, dan ijarah. Beberapa bentuk pengelolaan

wakaf produktif yang kemudian menghasilkan pemberdayaan di salurkan ke beberapa sektor, antara lain:

 Wakaf Peternakan. TWI melakukan program wakaf ini bekerjasama

dengan jejaring Dompet Dhuafa seperti Kampung Ternak di Bogor dan Sukabumi. Hasilnya ialah program ini sukses memberdayakan

142

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 262-338.

81

peternak dan memiliki mitra di berbagai kota di Indonesia. Selain itu Kampung Ternak juga aktif mendistribusikan hewan kurban, melakukan riset, pendidikan dan pelatihan (diklat), dan pendampingan di sektor peternakan.

 Wakaf Perkebunan. Program wakaf ini dilakukan TWI di dua daerah,

yakni di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan untuk perkebunan karet dan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah untuk perkebunan cokelat dan kelapa. Wakaf pohon karet di Desa Lubuk Tuba Lahat Sumatera

Selatan bekerjasama dengan LPEU Insan Kamil dimana

penanamannya sendiri sudah dilakukan sejak September 2007 sampai Januari 2008. Hasilnya program ini sukses menghimpun kelompok tani yang berada di kawasan tersebut sebanyak 39 orang petani miskin

yang memiliki lahan perkebunan. Masing-masing mereka

mendapatkan hak pengelolaan ½ ha dengan akad muzara’ah. Sedangkan melalui perkebunan kakao (cokelat) dan kelapa hasilnya disalurkan untuk biaya operasional SMU Pertama Mansamat serta telah berhasil menyerap tenaga kerja setempat.

 Wakaf Usaha Perdagangan. Dalam program ini TWI bermitra dengan

para pedagang kecil maupun menengah dengan menerapkan kontrak

qirad atau mudharabah. Program produktif yang juga dikembangkan

ialah dengan menggandeng entrepreneur yang sukses di bidang usaha perdagangan serta menjalin kerjasama dengan BMT Nusya Tuban sebagai Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren). Hasil keuntungan produktifnya untuk menutupi biaya operasional Pondok Pesantren Ibnu Syakur. Bahkan kerjasama ini telah memberikan hasil surplus bagi BMT dan TWI serta berdampak bagi ekonomi pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Selain itu upaya pemberdayaan lainnya di bidang ini adalah dengan memberikan pendampingan dan pembinaan kewirausahaan beserta mental spiritual untuk tetap berusaha dengan cara yang halal.

 Wakaf Sarana Niaga. Program ini dilakukan karena TWI diberikan

82

kendaraan, dan wakaf nontunai lainnya. TWI kemudian

membangun/mendirikan sarana niaga berupa pertokoan, permesinan, kendaraan untuk disewakan kepada pihak ketiga. Hasil penyewaan digunakan untuk beragam kegiatan sosial sesuai permintaan pewaqif.

Wakala. Wakala ialah produk pengelolaan mata uang dinar dan

dirham yang masuk dalam jaringan TWI dan menjadi salah satu infrastruktur mendasar dalam sistem ekonomi Islam yang bebas dari sistem ribawi. Dinar dan dirham ini diproduksi oleh PT Logam Mulia Indonesia anak perusahaan PT Aneka Tambang sesuai standar WITO (World Islamic Trading Organization) yang bisa digunakan untuk membayar zakat, investasi dan tabungan, sebagai alat tukar, dan mata uang yang bebas dari inflasi.

TWI mendistribusikan dana wakaf mayoritas untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Bahkan dengan menyediakan program pendidikan gratis di sekolah Smart Ekselensia Indonesia (yang didirikan oleh Dompet Dhuafa) yang dibeli dari wakaf uang tahun 2003. Selain itu TWI dengan Dompet Dhuafa juga mendirikan Institut Kemandirian sebagai lembaga pelatihan kewirausahaan dan keterampilan untuk pengusaha kecil. TWI juga mendirikan Lembaga Kesehatan Cuma-cuma (LKC) di daerah Ciputat Tangerang, Banten pada tahun 2001 yang bertujuan membantu kaum dhu’afa di bidang layanan kesehatan tanpa biaya sepeser pun. Untuk bidang layanan sosial lainnya TWI menyalurkan dana wakaf untuk mendirikan Wisma Mualaf, Rumah Cahaya-yang bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena (FLP) dan didedikasikan bagi masyarakat umum untuk mendapatkan bacaan-bacaan bermutu dan bermanfaat, pembangunan masjid-masjid di wilayah terpencil, dan mencanangkan proyek Wakaf

City di Parung, Bogor sebagai bagian dari program Kawasan

Pengembangan Masyarakat Terpadu Dompet Dhuafa Zona Madina. b. Program Wakaf Produktif Baitul Maal Muamalat. Baitul Maal Muamalat

(BMM) mengeluarkan suatu produk pengelolaan wakaf uang yang disebut dengan Waktumu atau Wakaf Tunai Muamalat. Bentuk

83

pengelolaan wakaf tunai produktif yang dilakukan BMM, sebagai berikut:

 Wakaf tunai berjangka. BMM mengeluarkan program wakaf tunai

yang berjangka satu tahun dalam bentuk Syar’i Peduli dengan nominal Rp. 2.000.000,-. Sasaran program ini adalah masyarakat pemilik tabungan syar’i yang ingin mewakafkan bagi hasil tabungan mereka.

 Wakaf tunai pemberdayaan. BMM mengeluarkan program wakaf

tunai pemberdayaan dimana seseorang yang mengajukan permohonan bantuan harus memenuhi persyaratan dengan merekrut minimal 5 (lima) orang waqif dengan nilai nominal minimal Rp. 100.000,-. Kedua program wakaf yang dimiliki BMM bekerjasama dengan

BRIngin Life dimana nasabah pemegang premi diajak untuk

mewakafkan sebagian dananya sebagai wakaf dari premi yang disetorkan.

Penghimpunan dana wakaf tunai yang dimiliki BMM yang berasal dari dana nasabah selanjutnya diperuntukkan bagi orang miskin dan untuk biaya operasional (sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan Baitul Maal Muamalat) akan tetapi dan tersebut hingga saat ini memang belum pernah disalurkan untuk sektor ekonomi. Mayoritas dana wakaf yang diperoleh disalurkan untuk bidang pendidikan seperti memberikan beasiswa kepada siswa sekolah menengah (Madrasah Ibtidaiyah) sisanya dana tersebut hanya diinvestasikan pada deposito Bank Muamalat dalam dua skema, 1) menggunakan skema bagi hasil pada BMT dan koperasi syariah serta lembaga keuangan lain berbasis syariah, dan 2) investasi dalam bentuk reksadana syariah, obligasi syariah, dan saham syariah.

c. Wakaf Produktif di Pondok Modern Darussalam Gontor. Wakaf di Pondok Modern Gontor sejak awal merupakan bagian tak terpisahkan sebagai relasi hubungan antara kiai, santri, dan masyarakat sekitar. Wakaf produktif yang ada di Pondok Modern Gontor memiliki peruntukkan dan tujuan sendiri, yakni:

84

Wakaf uang (cash waqf) yang berasal dari infaq wali santri yang

ditujukan untuk pondok. Wakaf uang ini selanjutnya tidak digunakan langsung untuk operasional pondok melainkan diberdayakan melalui unit-unit usaha milik pondok. Bahkan dengan wakaf ini walaupun negara mengalami reses ekonomi tidak banyak mempengaruhi kegiatan pondok karena Gontor sendiri telah memiliki usaha-usaha kemandirian yang semakin mantap.

 Wakaf Gontor. Maksudnya ialah memilih dan menetapkan pengurus

yang bertugas untuk mengelola dan mengembangkan wakaf dengan komposisi yang kuat. Hal ini dikarenakan faktanya saat ini wakaf yang telah lama dikenal dan dipraktikkan di Indonesia belum optimal terfokus pada kegiatan keagamaan dan sosial termasuk pendidikan pondok pesantren dan dakwah Islamiyah.

Pembentukan Wakaf Gontor dan wakaf-wakaf produktif lainnya dalam akumulasi yang cukup besar dari para wali santri selanjutnya digunakan untuk memberdayakan Pondok Modern Gontor kembali. Aktivitas pemberdayaan yang dilakukan Gontor dilakukan dengan dua cara, 1) memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dilaksanakan di Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat (PLMPM), serta 2) meningkatkan pemberdayaan unit-unit usaha milik Gontor yang terkoordinasi dalam Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren).

Ada sebanyak 23 unit usaha Pondok Modern Gontor yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pondok. Bahkan sektor-sektor pemberdayaan yang dikelola Gontor saat ini meliputi sektor-sektor pertanian dan perkebunan, sektor usaha dan perdagangan, sektor industri (home industry), dan sektor jasa dan pelayanan yang bermanfaat bukan hanya bagi kesejahteraan pondok (santri, pengajar, pimpinan pondok) tetapi juga berimplikasi bagi masyarakat sekitarnya.

Saat ini yang amat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat hasil pengelolaan dana wakaf Gontor yaitu berupa bantuan dana

85

pembangunan dan rehabilitasi lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan di desa-desa sekitar Gontor. Tidak hanya itu Gontor juga memberikan bantuan untuk rehabilitasi tempat ibadah, perbaikan infrastruktur jembatan, jalan, kantor desa, saluran air, lapangan, dan lain-lain serta menyediakan tenaga-tenaga juru dakwah, khatib, pembina pengajian dan majelis-majelis taklim di desa sekitar pondok. Di bidang kesehatan Gontor juga mendirikan Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) dengan program pemeriksaan gratis, pengobatan murah, dan menyediakan obat generik yang terjangkau. Tidak hanya itu Gontor juga membantu membangun apotek dan penyediaan obat-obatan yang bisa menghabiskan biaya mencapai ratusan juta rupiah.

Melalui program wakaf yang semakin digencarkan oleh beberapa lembaga yang ada tidak tertutup kemungkinan terciptanya pemberdayaan bagi masyarakat di seluruh aspek kehidupan. Banyak contoh nyata aksi pemberdayaan yang selama ini sudah dicapai baik pemberdayaan wakaf internasional maupun nasional. Salah satu kunci keberhasilan yang bisa dilakukan hanyalah dengan meningkatkan manajemen penghimpunan dana termasuk strategi-strategi proaktif fundraising yang bisa dilakukan oleh lembaga wakaf tersebut. Wakaf sebagai salah satu instrumen finansial Islam bila dihadirkan dalam jangkauan yang lebih luas akan semakin dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik, mewujudkan tata sosial yang berkeadilan, serta mampu menciptakan kestabilan politik, pertahanan, dan keamanan negara.

Kehadiran lembaga pengelola wakaf sekaligus sebagai upaya mewujudkan nazhir yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Lembaga ini juga ikut serta mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang bermakna ikut serta mewujudkan pemberdayaan di masyarakat atau dengan kata

lain menjadi penggerak ekonomi umat. Sasaran dari lembaga wakaf143 ialah

seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan berwakaf dan para mauquf

‘alaih yang menjadi sasaran program-program pemberdayaan yang lembaga

143

86

miliki. Senada dengan tujuan tersebut maka lembaga-lembaga wakaf harus meningkatkan profesionalitas manajemen wakaf selaku pengelola wakaf melihat dari beberapa aspek seperti kemampuan pengorganisasian, kualitas personel (tim yang bergerak aktif di lapangan) dan sistem, serta manajemen yang amanah dan profesional (salah satunya manajemen penghimpunan dana dan strategi-strategi penghimpunan yang dimiliki) dengan struktur organisasi yang efektif.