• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

4. Strategi Fundraising: Cabang Ilmu Pemasaran

Fundraising atau kegiatan menghimpun dana yang dilakukan sebuah

lembaga atau perusahaan adalah garda terdepan yang bertujuan untuk

menyampaikan informasi dan berkomunikasi langsung dengan

masyarakat/konsumen123. Hasil dari interaksi komunikasi ini akan membentuk

citra lembaga/perusahaan di benak masyarakat yang dapat bersifat positif dan negatif.

Pembentukan citra lembaga yang bertujuan menarik simpati dan dukungan merupakan bagian dari strategi-strategi pemasaran yang biasa dilakukan oleh sebuah perusahaan, lembaga, atau organisasi tertentu. Tidak hanya membentuk citra sebab kegiatan fundraising juga erat kaitannya dengan pemuasan konsumen/masyarakat. Masyarakat atau konsumen yang merasa puas dalam jangka panjang akan menjadi golongan mereka yang setia dan tak menutup kemungkinan membantu memasarkan produk atau kegiatan lembaga kepada orang lain dengan hal-hal yang positif. Oleh karena itulah strategi fundraising pada intinya merupakan cabang ilmu pemasaran dengan unsur-unsur aktivitas memasarkan dan menjual produk serta memenuhi kualitas sesuai kebutuhan masyarakat/konsumen.

Aktivitas pemasaran berpangkal pada kebutuhan pembeli yang belum terpenuhi mulai dari produk, kualitas, harga, kemudahan memperoleh kebutuhan bahan baku, kepuasan konsumen membeli produk, dan sebagainya. Ada beberapa hal lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen/masyarakat di antaranya harga, lokasi, distribusi, dan lain-lain. Oleh karena itu penyusunan strategi pemasaran yang komprehensif harus bisa dilakukan oleh pemasar, penjual, pengusaha atau pihak-pihak yang berkepentingan secara optimal.

123

71

Kata pemasaran dalam definisi124 dijelaskan sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan serta mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk. Pemasaran bersandar pada konsep inti, seperti: kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran; dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar (marketer) dan prospek. Menurut

Murti Sumarni dalam buku Manajemen Pemasaran Bank125 disebutkan bahwa

strategi pemasaran mengandung tiga unsur penting yaitu strategi pasar sasaran, strategi posisi bersaing, dan strategi marketing mix yang efektif untuk melayani nasabah atau konsumen.

Strategi pemasaran juga erat hubungannya dengan kepuasan konsumen.

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan126. Banyak

perusahaan yang berfokus pada kepuasan tinggi karena konsumen yang merasa puas biasanya sulit untuk mengubah pikirannya dan berpindah ke produk lain. Dengan penempatan strategi pemasaran dan strategi penghimpunan yang tepat sasaran akan menjadi penentu utama hubungan konsumen, kesetiaan, dan kepuasan menggunakan suatu produk atau layanan tertentu.

Penjelasan tentang definisi strategi pemasaran menarik kesimpulan bahwasanya strategi pemasaran erat kaitannya dengan produsen, pemasar (marketer) dan konsumen. Pemasar (marketer) menjadi bagian dari tim penjualan yang bertujuan meningkatkan pendapatan dari produk-produk yang dilepas oleh produsen ke pasar. Dan fundraising atau strategi utama untuk menghimpun dana merupakan bagian langsung dari tim pemasaran (marketing team) yang terjun langsung secara aktif di lapangan untuk memperkenalkan produk-produk atau program yang diusung.

124

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 1 Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

Kontrol, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1997), hlm. 8.

125Faradis, Jauhar. 2010. “Analisis Strategi Penghimpunan Wakaf Uang Tunai (Studi Kasus Badan Wakaf Uang Tunai Majelis Ulama Indonesia Yogyakarta”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, tidak diterbitkan, hlm. 47.

126

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 1 Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

72

C. Strategi Pemasaran dan Kearifan Lokal 1. Konsep Kearifan Lokal

Seiring perkembangan zaman banyak hal berubah dan beradaptasi. Salah satunya ragam pola pikir manusia, adat istiadat, budaya, atau orientasi minat mengikuti perubahan yang semakin kompleks. Satu yang tidak berubah hanyalah agama dan kepercayaan sebab tuntunan-tuntunan yang tercantum dalam ayat-ayat suci Alquran dan hadits senantiasa mengikuti perkembangan zaman tanpa mengubah konteks kesucian berdasarkan firman Allah Ta’ala di dalamnya. Tentunya hal ini pun menjadi salah satu bukti otentik yang ‘suci, sakral’ dengan makna kesejatian diri dari seorang manusia yang mengaku dirinya muslim.

Perubahan dan perkembangan yang dialami manusia dalam konteks keseharian lantas memunculkan satu istilah ‘arif atau kearifan’. Penjelasan mengenai kata ini akan diuraikan dalam paragraf berikutnya mengenai definisi konsep kearifan lokal. Bila ditelusuri penggunaannya dalam bahasa Arab, kata ‘arif’ bermakna orang arif yang bijaksana yang berasal dari akar kata ma’rifah atau ma’ruf (kebaikan-kebaikan, kebajikan). Dan penjelasan akar kata ini seiring sejalan dengan ‘urf sebagai bagian dari metode istinbath dalam hukum Islam127. Definisi yang dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf bahwa ‘urf ialah sesuatu yang dikenal oleh manusia dan berlaku kepadanya baik berupa perkataan, perbuatan, atau meninggalkan sesuatu.

Keterkaitan antara ‘urf ini kemudian membentuk sebuah konsep yang dinamakan kearifan lokal sebagai acuan bagi manusia dalam bertindak. Tidak berlebihan pula apabila dikatakan kearifan lokal sendiri mengikat masyarakat ‘yang meyakininya’ sebagai bagian worldview masyarakat di suatu tempat, terutama di masa modern seperti sekarang.

Istilah kearifan lokal atau juga biasa disebut local wisdom terdiri dari dua suku kata, ‘kearifan (wisdom)’ dan ‘lokal (local)’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata kearifan terambil dari kata arif yang artinya bijaksana, cerdik pandai, berilmu, tahu, dan mengetahui. Sedangkan kearifan sendiri maknanya kebijaksanaan, kecendikiaan. Kata lokal yang bersanding dengan

127

Addiarrahman, Mengindonesiakan Ekonomi Islam Formulasi Kearifan Lokal Untuk

73

kearifan mengandung arti setempat, terjadi (berlaku, ada, dan lain-lain) di satu tempat saja, atau tidak merata.

Definisi yang dikemukakan Sartini128 yang berasal dari kata-kata tersebut

menjelaskan kearifan lokal sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh

masyarakatnya. Definisi lain dari Putu Oka Ngakan129 menyebutkan bahwa

kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya secara arif. Sehingga dari

definisi-definisi ini bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep kearifan lokal130

merupakan nilai-nilai kearifan, kebijaksanaan yang ada di suatu tempat, diketahui dan diyakini oleh masyarakatnya secara umum sehingga menjadi tradisi atau istiadat (‘urf) bagi mereka.

Kearifan lokal yang dianut masyarakat hingga saat ini mampu bertahan dan tidak lekang tergerus arus zaman dan globalisasi yang begitu kuat karena ada beberapa ciri yang melandasinya, yaitu:

1) Kearifan lokal memiliki kemampuan bertahan terhadap budaya luar 2) Kearifan lokal memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur

budaya luar

3) Kearifan lokal memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli

4) Kearifan lokal memiliki kemampuan mengendalikan, dan

5) Kearifan lokal mampu memberi arah pada perkembangan budaya. Dalam definisi lainnya tentang kearifan lokal131 yakni mengetahui segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan, dan senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang

128Definisi Sartini dalam “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat”,

Jurnal Filsafat, Vol.37, Agustus 2004, hlm. 111 disadur dari buku Addiarrahman, Mengindonesiakan Ekonomi Islam Formulasi Kearifan Lokal Untuk Pengembangan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 28.

129

Putu Oka Ngakan dalam buku Andi M.Akhmar dan Syarifudin, Penjelasan Tentang

Kearifan lokal, lilawatyy95.blogspot.co.id/2013/01/penjelasan-tentang-kearifan-lokal.html?m=1,(online), diakses tanggal 9/12/2016.

130

Addiarrahman, Mengindonesiakan Ekonomi Islam Formulasi Kearifan Lokal Untuk

Pengembangan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 29. 131

Pengertian Kearifan Lokal Secara Umum,

http://www/pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kearifan-lokal-secara-umum/, (online), diakses pada tanggal 9/12/2016.

74

cukup lama (secara turun temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk, antara lain:

 Pola pikir masyarakat yang berbudi pekerti baik.

 Perasaan mendalam terhadap tanah kelahiran.

 Bentuk perangai/tabiat masyarakat kebanyakan pada daerah tertentu yang akan

tetap melekat dan dibawa saat berbaur dengan kelompok

masyarakat/lingkungan yang berbeda.

 Filosofi hidup masyarakat tertentu yang mendarah daging dan tetap lekat meski

telah lama hidup di perantauan.

 Keinginan besar untuk tetap menjalankan adat/tradisi yang telah lama diikuti secara turun temurun.

Di samping itu walaupun memiliki beberapa ciri khas yang membuat kearifan lokal tetap bertahan, kekuatan ini diyakini pula berasal dari keyakinan (akidah dan iman Islam) serta kepercayaan yang masih terus melekat di masyarakat. Tindak lanjut upaya penguatan ini ialah adanya interaksi, komunikasi, dan silaturrahim yang tercipta antara para tetua masyarakat dengan pemerhati masyarakat untuk terus mensosialisasikan keragaman budaya, adat istiadat, pola pikir, behaviour, serta usaha-usaha untuk senantiasa menjaga harga diri dan martabat bangsa melalui diskusi-diskusi membangun yang membahas

keanekaragaman perbedaan kearifan lokal di beberapa wilayah di Indonesia132.