• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyrakat Melalui Credit Union ( CU )

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH YAYASAN SADA AHMO

4.2. Pemberdayaan Masyrakat Melalui Credit Union ( CU )

Pada tahun 1990-an merupakan awal didirikan YSA oleh sejumlah orang yang prihatin dengan keberadaan suku Pakpak yang banyak termarjinalisasi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga ini untuk mengetahui seluk beluk masyarakat yang tinggal di Kabupaten Dairi terutama suku yang baru di ketahui banyak ketimpangan dan jarang orang mengetahui soal keberadaanya. Pada hal suku Pakpak

47

80

ini sebagai suku asli termarjinalisasi di tanahnya sendiri. Kondisisi masyarakat yang sangat memprihatinkan, khusunya perempuan pedesaan, tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan48. Perempuan desa dianggap sangat lemah karena sangat terhalang ruang gerak mereka dalam melakukan aktivitasnya disebabkan budaya yang patut terhadap kaum laki-laki. Inilah yang mempersulit perempuan dalam mendapatkan akses terhadap keuangan dalam memenuhi kebutuhan.

Pendekatan YSA sebagai upaya memasuki masyarakat yang termarjinalisasi sebenarnya tidak hanya untuk memenuhi syarat penelitan saja. Akan tetapi berangkat dari pendekatan yang dilakukan sebenarnya juga ingin mengubah pola pikir masyarakat terutama perempuan yang tinggal dilingkungan pedesaan untuk memenejemen keuangan sebagai usaha penuntasan kemiskinan yang mengakibatkan marjinalisasi. Pendekatan ini dilakukan supaya perempuan mendapatkan kebebasaan dalam melakukan aktivitasnya membangkitkan potensi yang dimilikinya agar menjadi hasil yang bisa meningkatkan keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pada awalnya masyarakat khususnya perempuan sangat meragukan YSA yang menggunakan CU sebagai alat untuk melakukan penguatan perempuan dengan program yang dibentuk oleh orang-orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Perempuan menganggap, CU tidak berbeda dengan koperasi lainnya, yang hanya mengumpulkan dana dari masyarakat. Mereka menganggap upaya yang dilakukan YSA tidak jelas pertanggung jawabannya dan jarang sekali CU mengalami perkembangan49. Keraguan yang timbul pada perempuan yang tinggal di pedesaan

48 Wawancara : Riana Padang, 7 September 2014.

49

81

tidak bisa dipungkiri lagi karena latarbelakang kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Banyak pihak yang memperlakukan perempuan desa sangat tidak adil jika diperhatikan banyak kejadian-kejadian yang terjadi di Kabupaten Dairi.

Pandangan perempuan terhadap pengorganisasian yang menggunakan program CU ini sudah buruk, karena memang banyak lembaga atau koperasi yang menggelapkan keuangan dalam kelompok masyarakat yang kemudian terjadi pemutihan tanpa mendapatkan penyelesaian. Dengan kejadian seperti yang diketahui masyarakat, hal itu membuat mereka lebih was-was dengan program yang serupa muncul dilingkungan Kabupaten Dairi. Masyarakat yang tinggal dilingkungan Kabupaten Dairi khusunya bagi perempuan desa ingin menghindari kejadian yang serupa. Mereka sangat teliti untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan masyarakat.

Umumnya perempuan pedesaan sangat kesulitan untuk mendapatkan pinjaman. Ketika keluarga butuh uang mendesak, misalnya ada keluarga yang sakit, perempuan harus mengandalkan pinjaman. Perempuan kurang memiliki budaya menabung karena mereka tidak memiliki pendapatan yang harus ditabung. Dapat diketahui bahwa keterbelakangan perempuan dalam memenejemen keuangan itu juga menunjukkan bahwa penuntasan kemiskinan yang terpinggirkan belum seluruhnya dinikmati bangsa Indonesia. Masih banyak masyarakat pedesaan yang masih sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Perempuan pedesaan dalam mendapatkan uang untuk kepentingan mendesak, perempuan sering terjebak kepada rentenir (pemberi pinjaman) yang membungakan uangnya dengan konsep yang dibuat oleh rentenir itu sendiri. Tetapi karena kebutuhan

82

itu untuk kepentingan mendesak mau tidak mau peminjaman uang sering dipaksakan oleh perempuan. Pada hal konsep yang di buat rentenir dengan suku bunga yang lumayan tinggi akibatnya perempuan tidak sanggup melunasi pinjamannya kepada rentenir. Dengan kesepakatan antara rentenir yang membungakan uang kemudian akan menyita atau mengambil barang milik perempuan itu untuk melunasi pinjamannya50. Hal itulah yang sering terjadi kepada masyarakat yang masih merasakan kemiskinan menjadi korban para pemilik uang karena perempuan tidak mendapat akses dalam mendapatkan uang secara mendadak.

Pendekatan yang dilakukan sehingga YSA memahami dinamika perempuan dalam keuangan. Pendekatan inilah yang menjadi motor YSA untuk lebih mudah mengajak masyarakat terutama perempuan untuk lebih aktif dalam berdiskusi dalam kelompok yang dibentuk oleh orang-orang yang perduli terhadap masyarakat yang termarjinalisasi. Dalam kegiatan berdiskusi inilah banyak diberikan pemahaman kepada perempuan supaya mereka lebih mudah untuk dikembangkan oleh pendampingan Yayasan Sada Ahmo.

Pendekatan yang dilakukan dapat mengetahui banyak permasalahan masyarakat terutama perempuan. YSA terdorong untuk memprakarsai program pembentukan CU yang diharapkan dapat mengatasi masalah pununtasan kemiskinan yang membuat perempuan tidak dapat mengumpulkan uang dalam melengkapi kebutuhan hidup. Upaya yang dilakukan berupa penguatan perempuan dalam memberdayakan masyarakat dalam bentuk program CU. Harapan YSA kepada

50

83

perempuan mampu memenejemen keuangan dalam melengkapi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Pada awalnya Yayasan Sada Ahmo membagun CU untuk perempuan dengan harapan perempuan lebih aktif mengikuti kegiatan kelompok agar lebih memahami tentang CU dan dapat merespon dengan baik. Ketekunan dan kesabaran untuk mendampingi perempuan-perempuan desa yang tidak memahami pentingnya menabung telah dilakukan oleh YSA. Agar kepercayaan mereka dalam pengorganisasian untuk penguatan perempuan melalui CU tidak minim, supaya dengan muda perempuan memperoleh perubahan karena mampu mengembangkan potensi yang selama ini tidak dikembangkan di tengah-tengah masyarakat termasuk dilingkungan keluarga.

Yayasan Sada Ahmo memulai program CU untuk perempuan di Desa Tinada Kecamatan Salak pada tahun 1992. Mereka mengangkat nama dengan CU perempuan berdasarkan penelitian yang dilakukan YSA terhadap masyarakat yang banyak mengalami marjinalisasi karena kemiskinan, perempuan juga sering mengalami ketimpangan yang terjadi di masyarakat dalam relasi sosial antara perempuan dan laki-laki. Ketimpangan ini muncul dalam ketidakadilan gender dalam relasinya dengan laki-laki51.

Penguatan perempuan yang dilakukan juga untuk menghindari segala bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam kelompok masyarakat sampai kepada keluarga. Harapan YSA dengan melakukan penguatan perempuan dibidang ekonomi, perempuan akan memiliki posisi tawar dalam relasinya dengan laki-laki dan keluarga

84

besarnya. Sehingga menimicu kesetaraan dalam masyarakat. Bahkan dapat memberikan apresiasi di dalam maupun di luar lingkungan keluarga. Penguatan perempuan dalam program CU menunjukkan bahwa perempuan mampu berkreasi, sehingga mereka mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan keadialan.

Dalam perjalanan pendampingan Yayasan Sada Ahmo kepercayaan perempuan dalam pengorganisasian mulai berkembang. Hal ini menunjukkan perempuan sudah mengalami peningkatan berdiskusi antar kelompok maupun ke YSA. Semula banyak memiliki keraguan dan hanya di tanggapi sedikit orang dari sekian banyak masyarakat yang termajinalisasi. Tetatap proses itu tidak selamanya dipandang kurang baik oleh perempuan karena sudah mendapatkan penyadaran dan motivasi dari pendampingan Yayasan Sada Ahmo.

Kumudian setelah berjalan kegiatan progaram tersebut seiring berjalannya waktu. Program ini juga berkembang dengan membentuk kelompok CU yang baru dan menyebar ke wilayah pedesaan yang ada di Kabupaten Dairi. Dalam kelompok CU mereka banyak belajar, bukan hanya belajar memenejemen keuangan lagi tetapi wawasan perempuan pun sudah bertambah. Dapat diketahui kebebasan berpendapat sangatlah dihormati di dalam kelompok. Agar setiap perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam lingkungan sosial.

Nilai-nilai demokrasi yang mengutamakan mufakat dan untuk kepentingan bersama, benar-benar diterapkan. Proses pengambilan kesimpulan sangat partisipatif, dan mengutamakan kepentingan anggota dan senantiasa bisa di evaluasi setiap tahunnya untuk kepentinggan anggota. Dalam perjalanannya CU sudah diyakini oleh masyarakat sebagai penguatan ekonomi berbasis kerakyatan.

85

Pendampingan Yayasan Sada Ahmo terhadap CU dalam mengembangkan masyarakat pada dasarnya dilakukan secara terpisah52. Dalam pengelolahannya hanya perdesa. Kelompok dalam desa ini mengelola CU dangan anggota-anggota yang sudah merupakan bagian dari kelompok desa dampingan YSA. Hal ini membuat perputaran uang dalam kelompok minim. CU yang berbasis ekonomi kerakyatan ini mulai bergerak dengan mengubah perputaran uang dalam mayarakat. Pada pembentukan kelompok sebelumnya juga sudah menamkan nilai-nilai demokrasi sehinggi kebebasan dan kesepekatan yang di bentuk CU digabungkan menjadi satu menejemen keuangan. Sehingga diberikan nama CU besar (CUP)

CU besar ( CUP ) berada di sidikalang, yang sekarang ini ibu kota dari Kabupaten Dairi. Penggabungan yang dilakukan juga membuat memenejemen keuangan CU lebih propesional, Karena dalam CU besar ini tidak lagi hanya mengelola keuangan satu desa melainkan seluruh CU dampingan YSA dalam lingkungan Kabupaten. Penggabungan CU ini berhasil dan uang yang dikelola di dalam menejemen keuangan mencapai milyar53. Keberhasilan program CU besar dalam menabungkan uang masyarakat terutama perempuan pedesaan menunjukkan keberhasialan mereka dalam mengembangkan kapasitas yang dimiliki perempuan, mereka juga mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga dapat menabung yang secara rinci hasil dari penyimpanan sangat cukup banyak untuk ukuran masyarakat yang hidup dilingkungan desa di Kabupaten Dairi. Jauh berbeda jika

52 Astanaria Ginting, Pesada menulis di usia 20 tahun melayani dan menguatkan dengan

semboyan “ Sinceritas et simplicitas” Cetakan pertama: Restu printing-Indonesia, 2010, hal. 28

53

86

diingat kembali kehidupan perempuan desa yang termarjinalisasi kerena ruang gerang yang dimiliki serba minim.

Penguatan perempuan yang dilakukan dalam masyarakat khususnya perempuan yang tinggal di wilayah Pakpak merupakan upaya Yayasan Sada Ahmo dalam menuntaskan kemiskinan yang memberikan penguatan terhadap masyarakat agar dapat lepas dari marjinalisasi. Perempuan dalam mengelola menejemen keuangan baik dalam keluaga, lingkungan sosial juga dapat berpatisipasi penuh. Sehingga perempuan dalam kelompok CU tidaklah lemah.

Setelah beberapa lama dampingan Yayasan Sada Ahmo berjalan dengan lancar. Program YSA juga dalam mendampingi program CU tidak lagi mengharapkan tunjangan dari YSA, program ini berjalan tanpa campur tangan YSA apalagi yang berhubungan keuangan yang dicapai oleh kegiatan perempuan. Perkembangan yang sangat luar biasa dalam penguatan perempuan dampingan YSA yang hampir mencapai nilai-nilai yang sangat baik dari lembaga lain yang berada di Kabupaten Dairi.

Pembentukan CU besar ( CUP ), hal itu menunjukkan pelepasan dampingan Yayasan Sada Ahmo. Dalam arti CU tersebut dimandirikan oleh YSA, karena dianggap sudah propesional dan kuat. CU besar sudah mendapatkan sumber dana tersendiri, tinggal melanjut operasional dalam pengutan perempuan di dalam masyarakat. Pengelolaan program CU yang sangat propesional dapat mengangkat perempuan sebagai kebanggaan di tengah-tengah masyarakat yang selama ini sangat susah memberikan ruang gerak perempuan pedesaan yang tinggal dilingkungan wilayah Kabupaten Dairi.

87

BAB V

Dokumen terkait