• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Motivasi untuk Meningkatan Pariwisata di Rantepao Toraja Utara

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MA (Halaman 197-200)

Suzanna Josephine L.Tobing1, Posma Sariguna Johnson Kennedy2 1,2

Fakultas EkonomiUniversitas Kristen Indonesia, Jakarta 1

yosephine.tobing@uki.ac.id, 2posmahutasoit@gmail.com

Abstrak

Toraja Utara mulai dikenal secara nasional sebagai daerah pariwisata dengan wilayah pegunungan yang khas seperti wilayah di atas awan. Karena itu kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan bertujuan memberikan motivasi untuk memperbaiki pelayanan jasa pariwisata kepada turis yang mulai banyak berdatangan, terutama wisatawan domestik. Ide ini diawali ketika terjadi pertemuan antara Universitas Kristen Indonesia dengan Bupati Toraja Utara. Bupati dan universitas saling menawarkan dijalinnya kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat serta mengajak untuk berkunjung ke Toraja Utara untuk melihat pariwisata yang ada.Dalam pelaksanaan kegiatan peserta sangat antusias dalam mendengarkan transfer pengetahuan khususnya mengenai pemasaran jasa untuk pariwisata. Diskusi yang terjadi dinamis karena keingintahuan dari peserta bagaimana sebaiknya meningkatkan pendapatan mereka dari layanan mereka kepada wisatawan secara baik tanpa memaksa.

Kata Kunci: Motivasi; Pariwisata; Toraja Utara.

Pendahuluan33

Kabupaten Toraja Utara terletak antara 2°-3° lintang selatan dan 119°-120° bujur timur. Pada sebelah utara, Toraja Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Provinsi Sulawesi Barat, di sebelah selatan dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah timur dengan daerah Kota Palopo dan Kabupaten Luwu, sebelah Barat dengan Propinsi Sulawesi Barat. Di tengah Kota Rantepao sebagai ibukota Kabupaten Toraja Utara melintang sungai terpanjang yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu sungai Saddang. Jarak antara Kota Rantepao dengan Kota Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, tercatat sekitar 329 km, untuk sampai ke ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dari Kabupaten Toraja Utara melalui kabupaten Tana Toraja Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sidrap, Kota Pare-Pare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros. Luas wilayah Kabupaten Toraja Utara tercatat 1.151,47 km persegi, dibagi menjadi 21 wilayah kecamatan. Kecamatan Baruppu dan Kecamatan Buntu Pepasan merupakan 2 Kecamatan terluas dengan luas masingmasing 162,17 km persegi dan 131,72 km persegi, penjumlahan luas dari dua kecamatan tersebut adalah mencapai 25,52 persen dari seluruh wilayah Toraja Utara. Sementara kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Tallunglipu dengan luas 0,82 km persegi.

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi, yang didefenisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun dalam wilayah tersebut. PDRB Toraja Utara menurut harga berlaku periode 2013-2016 setiap tahunnya mengalami perkembangan yang relatif baik, PDRB Toraja Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 sekitar Rp 6,822 milyar rupiah berkembang sebesar 16,02 persen dari tahun 2015, Kontribusi terbesar disumbangkan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor seebesar 21,82 persen, sementara Lapangan Usaha Jasa Perusahaan memberikan kontribusi relatif paling kecil sebesar 0,08

33

Data statistik diambil dari Badan Pusat Statistik Toraja Utara, Kabupaten Toraja Utara dalam Angka 2017, dan Kecamatan Rantepao dalam Angka 2017

188

persen. Sejak Toraja Utara terbentuk sebagai salah satu daerah otonomi, pertumbuhan ekonominya relative cukup baik, Pada periode 2013-2016 pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 8,31 persen, Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Toraja Utara sebesar 8,21 persen relatif meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 7,65 persen.

Penduduk Kabupaten Toraja Utara tahun 2016 berjumlah 225.516 jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan, dengan jumlahpenduduk terbesar yakni 26.635 jiwa mendiami Kecamatan Rantepao. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk laki-laki adalah 113.291 jiwa sementara jumlah penduduk perempuan adalah 112.225 jiwa. Hal ini juga tercermin pada angka rasio jenis kelamin yang mencapai angka 101, ini berarti, dari setiap 100 orang perempuan terdapat 101 laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2016 telah mencapai 196 jiwa/km². Kecamatan terpadat terdapat di Kecamatan Rantepao, dengan tingkat kepadatan mencapai 2.588 jiwa/km², sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah Kecamatan Baruppu yaitu 34 jiwa/km².

Penduduk Usia Kerja di Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2016 berjumlah 146.774 jiwa yang terdiri dari 73.088 Laki-laki dan 73.686 perempuan. Dari seluruh penduduk usia kerja, yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 99.167 jiwa

atau 67,54 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk KabupatenToraja Utara bekerja di sektor pertanian yang berjumlah 63.868 orang atau 66,47 persen dari jumlah penduduk yangbekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan dan jasa kemasyakatan, sosial, dan perorangan (jasa-jasa) yaitu sebesar 10.166 orang dan 10.106 orang.

Luas wilayah Kabupaten Toraja Utara adalah sebesar 115.147 Ha, terdiri dari 15.342 Ha lahan sawah, 78.518 Ha lahan pertanian bukan sawah dan 21.287 Ha lahan bukan pertanian. Pada Tahun 2016 terdapat peningkatan luas lahan sawah sebesar 0,56 persen dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis pengairan lahan, sawah di Kabupaten Toraja Utara telahdiairi dengan tiga jenis sistem pengairan, yaitu jenis pengairan PU, Pengairan Non PU dan tadah hujan. Mayoritas lahansawah di Toraja Utara menggunakan jenis pengairan tadah hujan.

Terdapat beberapa jenis tanaman di Toraja Utara pada subsektor pertanian, seperti tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. Tanaman didominasi oleh tanaman padi sawah, hal ini dikarenakan luas sawah untuk melakukan penanaman padi sawah sangat besar, namun tingkat produktivitasnya sangat tergantung kepada factor cuaca. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor pendukung di Kabupaten Toraja Utara. Hal ini disebabkan oleh produksi kopi arabika dan kopi robusta yang menjadi produk unggulan di Toraja Utara. Selain itu produksi kakao juga menjadi salah satu produk unggulan di Toraja Utara.

Jenis populasi ternak yang diusahakan di Toraja Utara berupa ternak besar dan kecil, serta unggas. Populasi ternak di Toraja Utara di dominasi oleh hewan Babi dan Kerbau. Hal ini dikarenakan hewan tersebut menjadi salah satu syarat untuk upacara adat seperti perkawinan dan pesta kematian.Ikan merupakan salah satu bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani, merupakan komoditas yang tidak banyak terdapat di Kabupaten Toraja Utara. Biasanya untuk memenuhikebutuhan ikan, Kabupaten Toraja Utara memasoknya dari daerah tetangga misalnya Kota Palopo dan Kabupaten Luwu.Namun demikian usaha budidaya ikan di Toraja Utara menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh sebagian penduduk. Budidaya ikan dilakukan di dua tempat, yaitu di kolam dan di sawah. Mayoritas penduduk Toraja Utara melakukan budidaya ikan sekaligus dilokasi penanaman padi sawahnya, hal ini menjadi salah satu keunikan Toraja Utara.

Pembangunan kepariwisataan ditunjukkan pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan

189

mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat di daerah wisata. Jumlah hotel dan akomodasi lainnya pada keadaan tahun 2016, ada sebanyak 4 unit hotel bintang satu,2 unit hotel bintang tiga, 4 unit hotel bintang tiga, 3 unit hotel bintang empat dan 31 unitakomodasi lainnya.

Toraja Utara mulai dikenal secara nasional sebagai daerah pariwisata dengan wilayah pegunungan yang khas seperti wilayah di atas awan. Karena itu kegiatam Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan bertujuan memberikan motivasi untuk memperbaiki pelayanan jasa pariwisata kepada turis yang mulai banyak berdatangan, terutama wisatawan domestik.

Target dan Luaran

Pariwisata sudah merupakan pemasukan yang penting bagi perekonomian Toraja Utara, karena itu luaran dan manfaatyang ingin dicapai pada pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah :

 Bagi masyarakat Rantepao, meningkatkankesadaran dan kesiapan dalam pelayanan kepada para turis sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi mereka yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.

 Bagi pemerintah daerah Toraja Utara, meningkatkan profesionalitas dalam penyediaan kebutuhan- kebutuhan turis baik infrastruktur maupun akomodasi dalam rangka meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dalam bidang pariwisata.

 Bagi Universitas Kristen Indonesia, menunaikan salah satu tridarma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat, melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah Toraja Utara, serta meningkatkan citra universitas di mata masyarakat.

Luaran yang ditargetkan adalah Laporan Pengabdian Masyarakat kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia (LPPM UKI) serta Prosiding PkM melalui call of paper.

Tinjauan Pustaka

Menurut Biro Pusat Statistik, pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pergarakan manusia yang melakukan pergerakan/perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggal ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang didorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.[BPS] Haynes dan Fryer (2000) menjelaskan bahwa terdapat dua hal yang dapat ditawarkan kepada para wisatawan, yaiu produk (product) dan layanan (services). Produk wisata merupakan cakupan keseluruhan produk yang diperuntukkan bagi seseorang atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Jasa pelayanan merupakan layanan yang diterima wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. Produk pariwisata atau yang dapat dikatakan sebagai tujuan wisata tidak dapat tercipta dengan sendirinya, melainkan merupakan perpaduan dari berbagai sektor. Terdapat tiga komponen dasar pembentuk produk pariwisata dan tujuan wisata, yaitu daya tarik wisata, amenitas dan aksesibilitas, Daya tarik

(attraction) merupakan keunggulan yang dimiliki suatu daerah yang dapat digunakan untuk "menjual" daerah tersebut sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang untuk melakukan kegiatan wisata. Amenitas merupakan kenyamanan yang didukung oleh berbagai kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Ketersediaan sarana dan prasarana maupun fasilitas penunjang kegiatan pariwisata dapat berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan pariwisata di suatu daerah.

Gunn (2002) menyatakan inti dari pengembangan pariwisata adalah daya tarik. Daya tarik dapat diciptakan atau memanfaatkan potensi-potensi yang telah ada pada daerah tersebut, seperti keindahan alam (pemandangan, air terjun, sungai, pantai dan lain-lain). Akan tetapi daya tarik tanpa

190

didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana, serta tanpa didukung oleh akses yang memadai tidak akan menjadikan kegiatan pariwisata di daerah tersebut berkembang. Oleh karena itu, suatu konsep integrasi mengenai destinasi sangatlah penting dalam usaha mendukung perkembangan sektor pariwisata. Pariwisata muncul berdasarkan perpaduan berbagai fenomena dan hubungan yang timbul dari interaksi antara wisatawan, industri, pemerintah dan masyarakat. Pengembangan pariwisata tidak bisa terlepas dari unsur lain, tidak hanya sekedar objek wisatanya saja. Unsur yang tidak dapat dipisahkan adalah ketersediaan jaringan sarana prasarana yang memungkinkan wisatawan mencapai tujuannya, fasilitas penunjang dan kegiatan pelayanan yang memungkinkan wisatawan memenuhi kebutuhannya serta menikmati kunjungannya. Selain itu, aspek kelembagaan, segi keamanan dan ketertiban, aspek budaya juga merupakan salah satu daya tarik. Secara umum, fungsi dan sistem pariwisata sebagai jantung dari pengembangan dan pelaksanaan pariwisata, terdiri dari dua hal utama, yaitu permintaan (demand) atau pasar sebagai wisatawan yang berkunjung, dan penawaran (supply)

sebagai destinasi wisata itu sendiri. Permintaan dan penawaran suatu kegiatan pariwisata merupakan kekuatan utama dalam perencanaan pariwisata. Perencanaan dalam pengembangan pariwisata harus dapat dijalankan dengan kedua kekuatan tersebut.

pada waktu yang bersamaan. Permintaan (supply), sebagai pasar, menentukan apa yang diinginkan wisatawan, kebutuhan dan kemampuan wisatawan dalam membayar. Pasar dapat dikategorikan, namun akan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu. Penawaran (demand)

hams dikembangkan, tidak hanya sebagai tanggapan dari pasar tetapi juga sebagai salah satu faktor geografi dan pengelolaan yang berhubungan dengan daerah tujuan wisata.

Sebagai komponen permintaan, World Tourism Organization (WTO) membagi wisatawan ke dalam dua bagian, yaitu domestic visitors dan international visitors. International Visitors adalah penduduk dari suatu negara yang mengunjungi negara lain. Domestic Visitors, yaitu penduduk yang bepergian dalam suatu negara dalam waktu tidak lebih dari satu tahun, dengan tujuan bukan untuk mencari nafkah. Domestic Visitors dikelompokkan menjadi dua, yaitu domestic tourist dan domestic excursionists. Domestic tourist adalah penduduk bepergian setidaknya menginap satu malam (24 jam) dan tidak lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk kesenangan, rekreasi, liburan, olahraga, bisnis, mengunjungi teman, misi, pertemuan, konferensi, kesehatan, pendidikan dan keagamaan. Domestic excursionists, yaitu penduduk bepergian kurang dari 24 jam. Elemen permintaanditentukan oleh pasar yang lebih identik dengan kebutuhan dari wisatawan itu sendiri. Pasar merupakan komponen permintaan yang sangat penting. Tanpa volume dan wisatawan, yang memiliki keinginan dan kemampuan dalam melakukan perjalanan wisata, kegiatan pariwisata tidak akan dapat dikembangkan dan berkembang. (Chadwick, 1987)

Lea (1988) menjelaskan lima elemen utama yang merupakan penawaran (supply) yaitu: Daya tarik (attractions) dikategorikan sebagai daya tarik alami (danau, pantai, air terjun, dan lain-lain), buatan (waduk, jembatan, dan lain-lain) maupun kultural yang dimilik oleh suatu daerah seperti budaya, kesenian, dan lain-lain; Transportasi (transport) yang memiliki hubungan yang cukup dekat antar pengembangan pariwisata dengan sektor trasnportasi; Akomodasi (accomodation) yang lebih mengarah kepada tempat untuk tinggal bagi para wisatawan selagi melakukan pejalanan wisata seperti hotel dan guest hous; Fasilitas dan pelayanan pendukung (supporting facilities and services) meliputi berbagai jenis fasilitas dan pelayanan pendukung seperti restoran, toko, bank, tempat beribadat dan pusat pelayanan medis; serta Infrastruktur (infrastructure) sebagai pendukung pengembangan pariwisata. Seluruh komponen dari penawaran menjadi hal yang sangat penting dalam suatu sistem pariwisata yang terbentuk. Keseluruhan komponen yang terdapat didalam penawaran harus saling terkait dan hams dalam keadaan seimbang. Ketidakseimbangan atau perubahan dalam salah satu komponen dapat mempengaruhi komponen lainnya.

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MA (Halaman 197-200)