• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taman Literasi, Peningkatan Modal Sosial dan Interaksi Warga, serta Pengembangan Fungsi Transformatif Taman Kota di Kota Depok

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MA (Halaman 143-146)

Wahidah R Bulan

Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta

wr.bulan@gmail.com

Abstrak

Taman literasi merupakan kegiatan strategis karena dapat menyelesaikan dua permasalahan sekaligus: peningkatan kemampuan literasi warga dan optimalisasi pemanfaatan taman. Peningkatan kemampuan literasi penting karena rendahnya kondisi literasi masyarakat, sedangkan optimalisasi pemanfaatan taman urgen mengingat kehadiran taman kota meningkat signifikan dan belum diikuti upaya memaksimalkan pemanfaatannya. Taman kota baru dimanfaatkan untuk memenuhi ruang terbuka hijau, tempat ber-olahraga dan bermain, serta untuk mempercantik kota (estetika kota). Pengembangan fungsi taman kota ke arah fungsi yang lebih transformatif perlu mengingat pembangunan taman kota menghabiskan dana tidak sedikit. Lebih dari itu pengembangan fungsi taman kota ke arah fungsi transformatif dalam jangka panjang dapat berkontribusi bagi peningkatan kemandirian warga guna mewujudkan warga kota yang berdaya dan sejahtera. Kegiatan baca buku di taman menjadi salah satu alternatif optimalisasi pemanfaatan taman karena melalui kegiatan taman literasi interaksi (langsung) sosial warga dapat ditingkatkan; yang pada gilirannya meningkatkan modal sosial dan kesiapan warga berpartisipasi.

Kata-kata Kunci: fungsi transformatif; kemampuan literasi masyarakat; optimalisasi pemanfaatan taman; taman literasi; taman kota.

Pendahuluan

Rendahnya minat baca masyarakat merupakan salah satu isu penting yang perlu mendapat perhatian banyak pihak. Sebagaimana data UNESCO tahun 2012, indeks tingkat membaca orang Indonesia hanya 0,001, yang bermakna bahwa dari 1.000 penduduk hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius. Dengan rasio ini berarti, diantara 250 juta penduduk Indonesia hanya 250.000 yang mempunyai minat baca. Bandingkan dengan jumlah pengguna internet yang mencapai 88,1 juta pada 2014. Data UNDP juga menunjukkan kondisi kurang-lebih sama. Angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen, sementara Malaysia sudah mencapai 86,4 persen.

Kondisi literasi siswa-siswi Indonesia juga tidak menggembirakan sebagaimana hasil tes dan survey Programme for International Student Assessment (PISA), yaitu studi internasional yang diinisiasi oleh negara OECD (Organization for Cooperation Economic and Development) untuk melihat perfoma siswa-siswi berusia 15 tahun untuk materi sains, matematika, dan membaca. Menurut studi terakhir PISA yang dilakukan pada tahun 2015 (studi dilakukan tiap tiga tahun sekali sejak tahun 2000) dan yang baru saja dirilis Desember 2016 lalu, performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah untuk sains, matematika, maupun membaca. Untuk membaca, studi yang melibatkan 540.000 siswa tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat 61 dari 69 negara yang diteliti3, naik sedikit dibanding studi serupa pada tahun 2012 dimana posisi Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang diteliti. Namun demikian masih menempatkan Indonesia pada kelompok dengan

3

http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/230/Overview-of-the-PISA-2015-results-that-have- just-been-Released.html.

134

penguasaan materi rendah dan peningkatan skor pun tidak signifikan, yaitu hanya naik satu poin dari 396 di tahun 2012 menjadi 397 poin pada tahun 2015.4

Kondisi literasi siswa SD kita juga kurang lebih sama. Menurut laporan bank Dunia No.16369-IND (Education in Indonesia from Crisis to Recovery), tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7, di bawah Filipina sedikit yang mendapat skor (52,6) namun tertinggal jauh dari Thailand (65,1) dan Singapura (74,0). Kondisi ini tak jauh berbeda dengan data studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang dilakukan lebih lampau, yaitu pada tahun 2006. Siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia hanya menempati posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampail, yaitu hanya sedikit lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan, namun ketinggalan dari seluruh negara ASEAN.

Begitu pula dengan kondisi literasi siswa SLTA. Berdasarkan data Center for Social Marketing (CSM) sebagaimana dilansir pada Juli 2012, jumlah buku wajib yang dibaca siswa SLTA di Indonesia hanya 0 buku. Berbeda jauh dengan 12 negara lainnya yang disurvey, yaitu: Amerika Serikat 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, dan Thailand 5. Data dari dalam negeri pun menunjukkan kondisi serupa meski tidak spesifik terkait dengan siswa SLTA dan jumlah buku wajib yang dibaca. Perpustakaan Nasional misalnya melansir data jumlah buku yang dibaca masyarakat Indonesia, yang sangat rendah dibandingkan negara lain. Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun, sementara penduduk di negara-negara anggota ASEAN rata-rata membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Angka tersebut kian timpang jika disandingkan dengan data dari Negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun atau warga Jepang yang membaca 10-15 buku setahun.

Data lain tentang kondisi literasi dan sekaligus merupakan data yang paling mutakhir, dikeluarkan oleh World's Most Literate Nations pada tahun 2016. Menurut , Studi deskriptif yang disusun oleh Central Connecticut State University dnegan menguji sejumlah aspek mencakup lima kategori, yaitu: perpustakaan, koran, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer; Indonesia berada pada peringkat literasi dinomor kunci. Berada pada posisi kedua terbawah dari 61 negara yang ditelitia atau hanya lebih baik dari Bostwana, sebuah negara kecil di kawasan selatan Afrika.5

Terpanggil untuk berkontribusi meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, sejumlah warga melakukan kegiatan literasi diantaranya dengan mendirikan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) di rumah, di posyandu, bahkan di taman-taman kota di Kota Depok yang belakang banyak bermunculan mengingat pembangunann taman kota menjadi salah satu program prioritas walikota yang saat ini menjabat. Meskipun taman bacaan atau perpustakaan tidak lazim ada di taman mengingat sifat buku yang rentan terhadap panas dan hujan, dalam prakteknya kegiatan taman literasi mulai banyak ditemui termasuk di Kota Depok. Satu diantaranya sebagaimana dikelola oleh pegiat literasi di Kota Depok, yang menyelenggarakan kegiatan Baca Buku di Taman Lembah Gurame (dikelola secara bersama oleh Yayasan Warga Peduli Lingkungan, Pustaka 42 yang dikelola oleh seorang pensiunan Perpustakaan Daerah Pemda DKI, dan seorang pemuda pemilik TBM Alfabet6). Kegiatan yang berlangsung tiap Minggu pagi ini sudah berjalan sejak awal tahun 2015 dan dikunjungi tak kurang dari 50 orang dari berbagai usia dalam setiap kegiatannya. Pada waktu-waktu tertentu jumlah pengunjung bahkan dapat mendekati angka 100 orang, terutama pada akhir bulan atau pada saat libur sekolah.

4 http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami- peningkatan. 5 http://www.femina.co.id/trending-topic/peringkat-literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah 6

135

Dengan memperhatikan antusiasme masyarakat, kegiatan tersebut kemudian coba dikembangkan ke Taman Lembah Mawar, terutama karena taman kota yang hanya berjarak 200 meter dari Lembah Gurame tersebut telah selesai dibangun dan resmi dibuka untuk umum pada 1 Desember 2016 lalu. Adalah Relawan Baca Buku di Taman (RBBT)7 sebagai pihak yang menginisasi upaya tersebut, yang kemudian menjadi mitra penulis. Selain RBBT pihak lain yang ikut berperan dan juga dijadikan mitra adalah Forum TBM Kota Depok, yaitu institusi yang menaungi seluruh TBM yang ada di Kota Depok. Berikut informasi lengkap mengenai kedua mitra tersebut.

Gambar 1. Kegiatan Baca Buku di Taman Lembah Gurame.

Relawan Baca Buku di Taman (RBBT) adalah komunitas literasi di taman yang dibentuk pada November 2016 melalui intervensi penulis dalam kegiatan pengabdian masyarakat UPN

―Veteran‖ Jakarta pada tahun 2016. Adapun tujuan pembentukannya adalah untuk mendukung

kegiatan literasi di taman yang sudah berlangsung di Lembah Gurame, terutama dalam hal penyediaan SDM (relawan literasi). Selain itu pembentukan RBBT juga dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan taman literasi, bukan hanya di Taman Lembah Gurame akan tetapi di taman-taman kota lainnya di Kota Depok (dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat capaian yang difokuskan lebih kepada pengembangan kegiatan taman literasi di Taman Lembah Mawar). Sedangkan Forum TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Kota Depok, yaitu organisasi payung yang dibentuk guna mewadahi seluruh TBM yang ada di Depok. FTBM dijadikan mitra mengingat institusi yang dibentuk pada Januari 2017 melalui intervensi pengusul dalam kegiatan Pameran Literasi Kota Depok (sub kegiatan Ayo Baca Buku di Taman yang dilaksanakan pada 17 Januari 2017 lalu di Lembah Gurame), aktif melakukan upaya peningkatan kerja-kerja kelembagaan seluruh institusi literasi yang ada di Depok. Sebagaimana tercantum dalam profilnya, FTBM dibentuk guna mewujudkan masyarakat Kota Depok cinta literasi dengan misi-misi sebagai berikut: (1) meningkatkan jumlah TBM-TBM di Kota Depok, (2) mengembangkan (institusi dan SDM) TBM di Kota Depok menjadi TBM yang profesional melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan semisal pelatihan, workshop, seminar, dan lain-lain, (3) menjalin kerjasama dengan multi pihak guna memajukan literasi di Kota Depok (pemerintah, swasta, komunitas literasi, termasuk penerbit dan took buku). Untuk mewujudkan visi-misi tersebut FTBM

7

Relawan Baca Buku di Taman merupakan kelompok sosial yang pembentukannya (pada November 2016) difasilitasi oleh penulis melalui kegiatan pengabdian masyarakat pada tahun 2016, yang dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan upaya pengembangan kegiatan baca buku di taman yang relatif belum banyak dilakukan di Depok.

136

mempunyai sejumlah program, yaitu: (1) Pendataan TBM di Kota Depok (sedang berlangsung), (2) Kongkow Literasi atau diskusi rutin pegiat literasi (sudah terlaksana beberapa kali), (3) Donasi Buku (SIBUK) (sedang berlangsung), (4) Bantuan buku kepada TBM di Kota Depok yang memerlukan, (5) Kampanye literasi, (6) Lomba Literasi (story telling, menulis, membuat resensi buku, mendongeng, dll), dan (7) penambahan TBM di Kota Depok hingga berjumlah 50 pada tahun 2018 (saat ini baru berjumlah 19 TBM).

Sedangkan mengenai dipilihnya kegiatan taman literasi sebagai fokus kegiatan, didasarkan pada pertimbangan bahwa tren pembangunan kota kini berkembang ke arah green city, dimana salah satu pilarnya adalah tersedianya taman kota. Hal ini menyebabkan jumlah taman terus meningkat yang juga terjadi di Kota Depok, yaitu ditargetkan hingga tahun 2021 dapat dibangun 63 taman terpadu ditiap kelurahan. Akan tetapi, meski semangat pemerintah daerah membangun taman kota meningkat, hal tersebut sayangnya tidak diikuti dengan mengupayakan optimalisasi pemanfaatannya. Taman kota di Kota Depok baru difungsikan untuk fungsi ekologis (penyediaan ruang terbuka hijau)8, fungsi estetika (mempercantik kota), dan sebagian kecil fungsi sosial seperti untuk tempat berekreasi, bermain, dan berolah-raga. Mengingat pembiayaan pembangunan taman kota tidaklah sedikit, sebagai contoh untuk pembangunan Taman Lembah Mawar di Kota Depok dengan luas 13.200 meter persegi, dihabiskan tak kurang empat milyar dana (dari APBN, Kementerian PUPR) atau setara dengan pembangunan 58 ruang kelas (satu ruang kelas diperkirakan menghabiskan dana 70 juta rupiah), upaya optimalisasi pemanfaatan taman haruslah dilakukan. Dalam konteks itulah upaya optimalisasi pemanfaatan taman untuk aneka kegiatan strategis (multi fungsi) sebagaimana telah dilakukan mitra perlu didukung, karena dapat memberi added value atas dana yang dikeluarkan Negara.

Terkait dengan strategi meningkatkan kemampuan literasi warga, kedua mitra melakukannya dengan pentahapan berikut, yaitu pertama meningkatkan minat baca masyarakat, dilanjuntukan dengan mengembangkan masyarakat gemar membaca, dan terakhir barulah budaya baca masyarakat diasumsikan dapat diwujudkan (lihat gambar). Dalam konteks meningkatkan minat baca buku masyarakat, strategi yang dilakukan mitra adalah dengan mendekatkan buku kepada masyarakat. Buku diupayakan ada ditempat-tempat dimana warga beraktifitas dan berkegiatan, seperti di mall, di lingkungan tempat tinggal, termasuk di taman-taman kota mengingat minat warga untuk datang ke taman kini semakin meningkat. Dengan menghadirkan buku dan kegiatan baca buku di taman warga diharapkan terbiasa melihat buku dan kegiatan baca buku, yang pada tahap berikutnya diharapkan dapat tertarik membaca buku (mulai tumbuh minat membaca). Jika hal ini dilakukan secara intensif warga akan menjadi gemar membaca buku dan pada gilirannya budaya baca buku di masyarakat diharapkan akan terwujud.

8

Sebagaimana diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 yang menetapkan bahwa perlu dialokasikan 30% dari luas wilayah kota untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).

minat

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MA (Halaman 143-146)