• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN GANGGUAN DENGAR

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

ALGORITMA PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA

7. Hendarmin,H. Gangguan Pendengaran Pada

2.3 PEMERIKSAAN GANGGUAN DENGAR

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

78

ga r p u t a l a ya n g t e l a h d i ke muka ka n s e j a k s a t u a b a d ya n g l a l u k ur a ng d i r ni na t i o l e h

audiologist. Dalam kondisi keterbata sa n pengadaa n sa ra na ala t diagnost ik el ektroni k seperti ele ktroa kust ik imitans, garpu tala apabila dilakukan dengan tehnik yang benar dan cara

interpretasi yang tepat sangat membantu

diagnostik audiologi disamping pemeriksaan audiometri rutin

Prinsip pemeriksaan dengan garpu tala adalah membandingkan antara hantaran udara (AC = air conduction) dan hantaran tulang (BC = bone conduction). Pada hantaran udara menggunakan telinga luar dan tengah untuk menghantarkan bunyi ke koklea dan seterusnya. Hantaran ini dianggap jalan yang lazim untuk transmisi bunyi.

Pada hantaran tulang (BC), tulang tengkorak dibuat bergetar dengan jalan menempelkan benda yang bergetar secara periodik, misalnya garpu tala.

Rangsang yang dihantarkan tulang diduga

menggetarkan cairan koklearis tanpa melewati telinga luar dan tengah. Bekesy (1932) memperlihatkan bahwa pola getaran koklearis adalah sama tanpa memandang apakah bunyi dihantarkan melalui tulang atau udara. Uji hantaran tulang telah dianggap sebagai suatu alat untuk mengukur integritas koklearis dan struktur di atasnya. Pendengaran hantaran tulang yang normal jelas mengisyaratkan fungsi koklearis, saraf dan batang otak yang normal pula. Jika kornponen sensorineural (BC) normal, sedangkan seluruh sistem (AC)

terganggu (BC>AC), maka gangguan diduga

maupakan akibat kerusakan bagian sistem lainnya, yaitu telinga tengah dan atau telinga luar yang fidak terukur dengan ternuan hantaran tulang yang normal. Sebaliknya bila hantaran tulang tidak lebih peka dari hantaran udara (BC≤AC), maka gangguan total diduga sebagai akibat kerusakan atau perubahan pada mekanisme koklearis atau retrokoklearis. Akan tetapi sejumlah peneliti, dipelopori oleh Tonndorf telah menantang kebenaran interpretasi tidak adanya

perbedaan udara atau tulang ini. Mereka

mendemonstrasikan adanya peningkatan arnbang hantaran tulang yang timbul sekunder dari gangguan-gangguan telinga tengah.

Tes garpu tala sebaiknya dilakukan dalarn ruangan yang sepi karena bunyi penyerta (ambient noise) dapat mempengaruhi hasil secara signifikan. Garpu tala umumnya terbuat dari besi, magnesium, atau alumunium. Terdiri dari dua buah kaki seperti U dengan batang untuk memegang garpu tala yang tipenya bervariasi. Jenis garpu tala yang paling sering digunakan adalah jenis 512 hingga 256 Hz. Meskipun garpu tala 256 menghasilkan lebih banyak overtone dari garpu tala 512 Hz (Samuel & Eitelberg), penggunaan klinisnya telah menunjukkan bahwa jenis ini lebih smitif dalam mendeteksi gap udara - tulang

dibandingkan dengan garpu tala 512 Hz (Srankiewicz dan Mowry, 1979; Doyle, Anderson dan PiJI. 1984; Browning dan Swan.1988). Arah gelombang suara garpu tala harus sesuai dengan aksis kanalis aurikularis eksternus ( sejajar dengan bidang frontal ). Garpu tala tidak boleh diketukkan pada permukaan yang keras karena hal ini dapat menghasilkan overtone yang memberikan hasil false positif selain kemungkinan merusak garpu tala (Samuel and Eitelberg. 1989). Garpu tala sebaiknya diketukkan perlahan pada lutut, siku, atau bantalan karet keras. Mengetukkan garpu tala juga sebaiknya dilakukan pada jarak 2/3 dari percabangan untuk meminimalisir distorsi suara yang dihasilkan.

Garpu Tala Tes Rinne

Tes Rinne pertama kali dilakukan oleh Adolf Rinne dari Gottingen pada tahun 1855. Sekalipun HuIzing (1985) menemukan bahwa Polansky (1842) telah terlebih dahulu, menjabarkan prinsip tes yang digunakan. Hasil tes garpu tala yang dikenal sebagai Rinne positif dan negatif untuk penma kalinya dikemukakan oleh Lucae dalam suatu pertemuan ahli otologi di London pada tahun 1882. Terdapat dua variasi dari tes ini yaitu: metode perbandingan kerasnya suara dan metode perbandingan ambang. Metode perbandingan keras suara mcrupakan metode yang lebih sering digunakan. Garpu tala dibunyikan dan dipegang dengan ujung sejajar maupun tegak lurus dengan sumbu CAE (Swnuel dan Eitelberg.1989) dengan jarak sekitar 2,5 cm dari CAE. Selama melakukan tes Rinne dianjurkan untuk melepas kacamata, giwang atau anting yang dapat mengganggu penempatan garpu tala di mastoid . kurangnya tekanan garpu validitas hasil interpretasi. di tulang mastoid dapat menyebabkan suara akan terdengar lebih keras melalui butaran udara sehingga dapat mengganggu validitas hasil interpretasi. Pemeriksa harus melakukan konfirmasi bahwa pasien dapat mendengar bunyi garpu tala 'di depan telinga'. Garpu tala kemudian diletakkan sedemikian rupa sehingga pangkaInya menekan os.mastoid. Tempat yang baik untuk meletakkan garpu tala dengan posisi ini adalah area yang datar dan tidak berwribut di posterosuperior CAE. Penempatan garpu tala diatas proc.mutoideus akan memberikan hasil yang salah (false results) karena kurang luasnya daerah kontak antara pangkal garpu tala dan tulang. Pinna tidak boleh bersentuhan dengan garpu garpu tala. Tekanan berlawanan diberikan pada sisi kepala yang berlawanan dengan tangan peineriksa yang bebas.

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

79

Perneriksa harus mengkonfirmasi bahwa pasien mendengar suara 'di belakang telinga' dan menanyakan pasien apakah suara terdengar lebih keras di depan atau di belakang telinga.

Tes Rinne

Pada telinga dengan mekanisme hantaran normal (telinga normal atau pada gangguan pendengaran sensorineural), suara hantaran udara akan terdengar lebih keras dari hantaran tulang. Hal ini disebut hasil tes positif, sekalipun terdapat kesalahan pengertian apabila hasil digambarkan sebagai hantaran udara lebih baik dari hantaran tulang. Apabila hantaran tulang terdengar lebih keras dari hantaran udara, hasil disebut Rinne negatif dan hal ini menandakan komponen

konduktif yang signifikan pada gangguan

pendengaran. Jika hantaran udara sama dengan hantaran tulang, sekalipun hal ini juga dapat

mengindikisikan adanya gangguan pendengaran

konduktif, sekalipun hal ini disebabkan olch pasien yang tidak dapat menentukan suara mana yang terdengar lebih keras.

Perneriksa harus, rnewaspadai 'Rinne false negatif yang dapat terjadi pada gangguan pendengaran sensorineural yang parah pada telinga uji. Pada kasus ini, rangsang hantaran tulang akan terdengar pada telinga yang tidak diuji, sehingga hantaran tulang terdengar lebih keras dari hantaran udara. Keadaan ini umumnya dapat diidentifikasi menggunakan tes Weber. Apabila tes suara klinis mengindikasikan adanya gangguan pendengaran unilateral, tes Weber harus dilakukan sebelurn tes Rinne.

Pada metode perbandingan arnbang, garpu tala diletakkan pada tulang di atas mastoid. Pasien dirninta untuk mengangkat tangan apabila ia mendengar suara hingga suara fidak terdengar lagi. Ketika pasien menurunkan tangan sebagai tanda ia tidak dapat mendengar suara uji lagi, garpu tala segera dipindahkan ke depan CAE. Jika tidak ada komponen konduktif pada gangguan pendengaran, pasien dapat mendengar suara lagi, hal ini disebut hasil positif. Metode ini lebih jarang digunakan karena memakan waktu lebih lama dan lebih rentan terhadap pengaruh suara penyerta ambient sound. Metode ini juga kurang sensitif daripada metode perbandingan keras suara (Browning dan Swan. 1989).

Masking pada telinga yang tidak diuji terkadang dilakukan. Namun hal ini tidak dianjurkan karena menambah sumber kesalahan pada tes. Apabila usap tragal digunakan, pemeriksa tidak dapat yakin apakah masking yang adekuat telah dicapai. Jika kotak suara Barany digunakan, maka hampir dipastikan ada masking berlebih yang akan mengarah ke over masking telinga yang diuji (Swan. 1989). Sebagai tarnbahan, penggunaan kedua bentuk masking ini mungkin akan mempengaruhi tekanan berlawanan yang dilakukan perneriksa peda sisi kepala yang berlawanan. kerasnya suara yang terdengar pada hantaran tulang dipengaruhi oleh tekanan garpu tala pada tulang.

Tes Rinne memberikan petunjuk adanya kornponen konduktif pada gangguan pendengaran. Jika digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran konduktif tes Rinne memiliki spesifitas yang tinggi, namun sensitivitasnya rendah (Crowley dan Ka~1966;Wilson

dan Woods. 1 975;Stanklewiez dan

Mowry.1979;Capper, Slack dan Maw.1987; Browning dan Swan. 1988). Para penyusun ini menunjukkan bahwa sensitivitas, tes Rinne tidak mencapai 90% hingga gap udara-tulang mencapai 30dB, sekalipun spesifisitas tes ini melebihi 95% , tes ini sangat jarang menunjukkan hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara tanpa adanya gap udara-tulang diatas IOdB. Maka gap udara tulang yang kecil (hingga 30dB) seringkali tidak dapat dideteksi oleh tes Rinne, walaupun tes ini merupakan indikator yang reliabel adanya gangguan pendengaran konduktif. Titik dimana tes Rinne cenderung negatif adalah pada gap udara-tulang sekitar 18dB (Sheehy, Gardner dan Hambley, 197 1; Golabek dan Stephens. 1979; Capper, Slack dan Maw. 1987). Hal ini mengindikasikan titik dimana tes Rinne akan memberikan 50% hasil negatif; respon pasien bervariasi pada gap udara-tulang di sekitar titik ini.

Semakin tinggi frekuensi garpu tala semakin berkurang kepekaan tes Rinne untuk identifikasi gangguan konduktif. Penelitian menunjukkan hasil yang cukup signiflkan bahwa hasil tes garpu tala frekuensi 128-256 Hz cenderung lebih mudah menghasilkan tes Rinne negatif daripada positif. Frekunsi lebih besar dari 256 Hz menunjukkan hasil tes Rinne yang kurang reliabel dan frekuensi 2048 Hz tidak banyak membantu diagnostik gangguan konduktif.

Nilai ketepatan tes Rinne cukup tinggi pada anak-anak, apabila besar A-B gap mencapai 35 dB atau lebih. Hilyard dkk melakukan skrining pendengaran pada 920 anak dengan memakai garpu tala frekuensi 1000 Hz, didapati hasil tes Rinne negatif pada 207 anak

akan tetapi tes garpu tala dilakukan tanpa

menggunakan masking.

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

80

Tes Weber

Tes ini dinamakan sesuai Ernest Heinrich Weber (1834), seorang profesor di anatomi dan fisiologi dari Leipzig. Sebenarnya Weber tidak mengernukakan metode yang selama ini dipakai dalarn klinik dengan memakai namanya. Fenomena yang dikemukakannya adalah mengenai lateralisasi hantaran tulang kearah telinga yang disumbat. Menurut Weber apabila kita sedang berbicara atau menyanyi, kemudian telinga dengan jari tangan maka suara akan terdengar lebih keras di telinga tersebut.

Menurut Hulzing (1973), Schmalz (1846) adalah orang pertama yang menjelaskan aplikasi klinis tes ini. Tujuan tes Weber adalah untuk mendeteksi koklea dengan fungsi yang lebih balk. Sebuah garpu tala (biasanya 512 atau 256 Hz) digetarkan dan ditempatkan pada garis tengah kepala pasien. Tempat yang umum digunakan adalah dahi, batang hidung, vertex, dan incisor atas. Dari semua tempat ini, batang hidung merupakan tempat yang dianjurkan karena kulit antara tulang dan garpu tala paling tipis;vertex hanya dapat digunakan pada pasien dengan kebotakan. Pasien ditanya apakah suara terdengar lebih balk pada satu telinga atau sama pada kedua telinga (umumnya disebut terdengar di tengah kepala). Pada pasien dengan pendengaran normal, suara terdengar di tengah, selain normal, suara akan terdengar pada koklea dengan fungsi lebih balk, kecuali bila ada komponen konduktif gangguan pendengaran pada pasien. Pada kasus ini, jika fungsi koklea simetris, suara akan terdengar lebih keras pada telinga dengan

gangguan konduktif, atau apabila ada gangguan

konduktif bilateral, suara akan terdengar lebih keras pada telinga dengan komponen konduktif yang lebih besar. Alasan yang mendasari pernyataan ini kompleks.

Menurut Tonndorf (1964), kasus – kasus diskontinuitas osikuler dan fiksasi Osikuler bunyi akan terdengar lebih keras pada telinga.

Kami membuat hipotesis bahwa pada kasus

diskontinuitas osikuler, telinga tengah terisi massa sehingga terjadi penurunan resonansi frekuensi. Pada kasus – kasus dengan sumbatan CAE, efek oklusi dapat terjadi,sehingga mengakibatkan bunyi terdengar lebih keras pada telinga yang tersumbat. Sayangnya, hasil tes Weber tidak selalu sesuai dengan hasil audiometri nada murni (Stankiewicz dan Mowry.I979;Capper,Slack dan Maw.1987) dan hasil yang 'salah' didapatkan pada 25% pasien dengan gangguan pendengaran unilateral, sehingga sulit untuk secara teoritis memprediksi pada telinga mana pasien akan mendengar suara lebih keras. Keterbatasan tes Weber lainnya adalah sulit dinilai pada kasus dengan tuli campur. interpretasi pada praktek adalah tidak mungkin, dan tes Weber sebaiknya hanya dilakukan pada kasus gangguan pendengaran unilateral.

Tes Weber

Fenomena yang dikemukakannya adalah mengenai lateralisasi hantaran tulang kearah telinga yang disumbat. Menurut Weber apabila kita sedang berbicara atau menyanyi, kemudian telinga dengan jari tangan maka suara akan terdengar lebih keras di telinga tersebut.

Tes Schwabach

Tes yang diperkenalkan pertama kalinya oleh Dagabard schawabach, seorang ahli bedah telinga dari Jerman pada tahun 1890, digunakan untuk menilai kemampuan persepsi mendengar melalui hantaran tulang subyek yang diperiksa dibandingkan dengan pemeriksa. Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera

dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga

pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila

pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebib dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa

Prinsipnya untuk menilai kemampuan persepsi mendengar melalui hantaran tulang subyek yang diperiksa dibandingkan dengan pemeriksa.

T e s B i n g

Tes Bing yang dikemukakan oleh Alfred Bing pada tahun 1891, didasarkan pada prinsip bahwa oklusi CAE akan membuat suara hantaran tulang

terdengar lebih keras pada c,linga dengan

mekanisme konduksi normal. Fenomena ini

pertama kali dijelaskan oleh 'A-heatstone (1827).

Prinsip: oklusi CAE akan membuat suara hantaran tulang terdengar lebih keras pada telinga dengan mekanisme konduksi normal.

Cara pemeriksaan: sebuah garpu tala yang digetarkan diletakkan pada os.mastoid seperti pada tes Rinne. Seperti juga tes Rinne, terdapat dua metode: perbandingan ambang dan perbandingan keras suara. Pada metode perbandingan ambang, pasien diminta untuk me n g a n g k a t t a n g a n

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

81

s e l a m a i a m a s i h d a p a t m e n d e n g a r s u a r a . K e t i k a p a s i e n m engindikasikan bahwa suara sudah tidak terdengar lagi, pemeriksa menutup CAE dengan t e k a n a n j a r i p a d a t r a g u s . J i k a p a s i e n d a p a t m e n d e n g a r s u a r a k e mb a l i , h a l i n i mengindikasikan mekanisme konduksi berfungsi (Bing positif) dan apabila pasien tidak dapat mendengar suara kembali disebut Bing negatif. Pada metode perbandingan keras sua r a , B i la li a ng t e li nga di t ut up da n di buka b er ga nt i a n sa at p e na la ya ng b er get ar ditempelkan pada mastoid, maka telinga normal akan menangkap bunyi yang mengeras dan ( B i n g p o s i t i f ) . H a s i l s e r u p a a k a n d i d a p a t p a d a g a n g g u a n p e n d e n g a r a n sensorineural, namun pada pasien dengan perubahan mekanisme konduktif seperti penderita otitis media atau otosklerosis, tidak menyadari adanya perubahan kekerasan bunyi tersebut (Bing negatif).

Tes Bing

Tes Gelle

Prinsip tes Gelle berdasarkan pada fenomena yang pertama kalinya ditemukan oleh Wheatstone pada tahun 1827 , kemudian dikembangkan penggunaannya dalam klinik oleh Gelled seorang ahli bedah otologi dari Paris . Fenomena tersebut berupa

penurunan persepsi kekerasan suara yang

dihantarkan melalui hantaran tulang apabila

tekanan di kanalis aurikularis ekstemus

ditingkatkan . Efek tersebut didapati pada kondisi fungsi konduktif normal, tetapi tidak ada beda persepsi suara pada kasus ankilosis stapes. Tes ini banyak dipakai untuk inenilat gangguan konduktif pada kasus otosklerosis. Tehnik:Garpu tala yang sudah digetarkan diletakkan di mastoid. Tekanan di kanalis aurikularis ekstemus diubah-ubah dan dinilai ada atau tidaknya perubahan persepsi suara yang terdengar melalui hantaran tulang. Dipakai 'Pulitzer hag' atau otoskop pneumatik untuk menaikkan tekanan di depan membrana timpani. Selain itu dapat juga dipakai metode menutup Hang telinga dengan jari seperti tes Bing, tetapi tes Bing dilakukan hanya sekedar menutup liang telinga, sedangkan tes Gelled dengan meningkatkan tekanan ke arah membrana timpani melalui liang telinga.

Interpretasi : kenaikan tekanan di kanalis aurikularis ekstemus akan menurunkan persepsi mendengar melalui hantaran tulang apabila kondisi membrana

timpani utuh dan mobilitas osikula auditiva normal. Pada telinga normal, perubahan tekanan

di kanalis aurikularis eksternus akan

mengakibatkan fluktuasi persepsi suara. Pada kondisi fiksasi atau diskontinuitas tulang pendengaran, perubahan tekanan kearah membrana timpani tidak menyebabkan fluktuasi persepsi suara. Penting diperhatikan dalam melakukan tes Gelled untuk fiksasi kepala dengan 'headrest' agar kepala tidak bergeser pada saat pemberian tekanan di kanalis aurikularis ekstemus

Prinsip: fenomena berupa penurunan persepsi kekerasan suara yang dihantarkan melalui hantaran tulang apabila tekanan di kanalis aurikularis ekstemus ditingkatkan . Efek tersebut didapati pada kondisi fungsi konduktif normal, tetapi tidak ada beda persepsi suara pada kasus ankilosis stapes. Tes ini banyak dipakai untuk menilai gangguan konduktif pada kasus otosklerosis.

Cara pemeriksaan:

Garpu tala yang sudah digetarkan diletakkan di mastoid. Tekanan di kanalis aurikularis ekstemus diubah-ubah dan dinilai ada atau tidaknya perubahan persepsi suara yang terdengar melalui hantaran tulang. Dipakai 'Pulitzer hag' atau otoskop pneumatik untuk menaikkan tekanan di depan membrana timpani. Selain itu dapat juga dipakai metode menutup Hang telinga dengan jari seperti tes Bing, tetapi tes Bing dilakukan hanya sekedar menutup liang telinga, sedangkan tes Gelle dengan meningkatkan tekanan ke arah membrana timpani melalui liang telinga.

Interpretasi: kenaikan tekanan di kanalis aurikularis ekstemus akan menurunkan persepsi mendengar melalui hantaran tulang apabila kondisi membrana timpani utuh dan mobilitas osikula auditiva normal. Pada telinga normal, perubahan tekanan

di kanalis aurikularis eksternus akan

mengakibatkan fluktuasi persepsi suara. Pada kondisi fiksasi atau diskontinuitas tulang pendengaran, perubahan tekanan kearah membrana timpani tidak menyebabkan fluktuasi persepsi suara. Penting diperhatikan dalam melakukan tes Gelle untuk fiksasi kepala dengan 'headrest' agar kepala tidak bergeser pada saat pemberian tekanan di kanalis aurikularis ekstemus.

Tes Lewis

Tes Lewis sangat berharga pada kasus tuli campur dengan komponen konduktif yang minimal dan membrana timpani utuh. Interpretasi hasil tes Lewis sebaiknya dilakukan dengan kombinasi hasil tes Gelled dan Bing.

Tehnik: Garpu tala diletakkan di prosesus mastoid sampai suara tidak terdengar lagi kemudian dipindahkan di tragus dengan cara menekan tragus sehingga kanalis aurikularis

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

82

eksternus tertutup.

Penilaian tes Lewis: apakah subyek mendengar kembali suara garpu tala.

Interpetasi: Tes Lewis hanya untuk menilai apakah suara akan terdengar kembali dengan penempatan garpu tala di tragus apabila pada saat penempatan garpu tala di prosesus mastoid tidak terdengar lagi. Dalam kondisi membrana timpani utuh dan ada fiksasi osikula auditiva, pemindahan garpu tala ke tragus tidak akan membuat suara terdengar kembali. Kondisi

kelainan telinga tengah selain fiksasi tulang

pendengaran akan membuat suara terdengar lagi pada saat garpu tala di letakkan di tragus.

Tes Lewis

Rangkuman beberapa tes garpu tala Tes Garpu tala pada Tuli Nonorganik1,2,3,4

Tes Teal

S u b y e k y a n g m e n g a t a k a n m e n d e n g a r s u a r a m e l a l u i h a n t a r a n t u l a n g a k a n t e t a p i

menya ngkal mendengar melalui hantaran

udara dapat dilakukan me tode Teal. Cara pemeriksaan:

Dipakai dua buah garpu tala dengan frekuensi yang sa ma akan tetapi hanya satu yang

digetarkan. Garpu tala yang digetarkan

diletakkan di depan telinga yang dikeluhkan tidak mendengar dan garpu t a l a y a n g t i d a k d i g e t a r k a n d i l e t a k k a n d i p r o s e s u s m a s t o i d t e l i n g a s i s i y a n g s a m a . T e s dilakukan dengan mata tertutup, sehingga subyek yang di tes tidak mengetahui ada dua buah g a r p u t a l a ya n g s a l a h s a t u n ya d i l e t a k k a n d i d e p a n t e l i n g a . S u b ye k h a n ya me r a s a k a n a d a garpu

tala ya ng me ne mpel di mastoid. T anpa me nyadari bahwa sebe na rnya b unyi ya ng ada b e r a s a l d a r i g a r p u t a l a y a n g d i g e t a r k a n d i d e p a n t e l i n g a y a n g d i k e l u h k a n t i d a k d a p a t me ndengar, s ub yek a kan me laporka n me ndengar s uara (s ub ye k me nduga suara berasal dari garpu tala yang menempel di mastoid yang tidak digetarkan).

Tes Stenger

P r i n s i p : s ua r a na d a mu r ni d e n ga n i n t e n s i t a s ya n g sama diberikan secara bilateral melalui earphone maka akan terjadi penyatuan (fusi) p e r s e p s i me nd e nga r d i p us a t p e nd e nga r a n s e nt r a l s e hi n gga ha n ya a ka n t e r d e n ga r s e b a ga i s a t u s u a r a d i t e n g a h - t e n g a h k e p a l a .

C a r a P e m e r i k s a a n :

T e s St e nger me ngguna ka n d ua gar p u t a la de nga n i nt e nsi t a s ya ng b e r b e d a . K e d u a g a r p u t a l a t e r s e b u t d i g e t a r k a n d a n m a s i n g - m a s i n g d i l e t a k k a n d i d e p a n l i a n g t e l i n ga . B e r d a s a r k a n fe no me n a T a r c ha no w, ma k a s ua r a d a r i ke d u a ga r p u t a l a t e r s e b ut h a n y a a k a n t e r d e n g a r s e b a g a i s a t u s u a r a , y a i t u s u a r a d e n g a n i n t e n s i t a s y a n g l e b i h k e r a s . A p a b i l a d i d e p a n t e l i n g a s u b y e k y a n g m e n g e l u h p e n d e n g a r a n n y a k u r a n g d i b e r i k a n s u a r a g a r p u t a l a d e n g a n i n t e n s i t a s y a n g l e b i h k e r a s , m a k a p a d a k a s u s t u h o r g a n i k s u b y e k a k a n me l a p o r k a n me n d e n g a r d i s i s i t e l i n g a ya n g n o r ma l s e k a l i p u n i n t e n s i t a s n ya l e b i h l e ma h P a d a t u l i n o n o r g a n i k , s u b y e k y a n g s e b e n a r n y a m e n d e n g a r s u a r a d i s i s i t e l i n g a d e n g a n i n t e n s i t a s y a n g l e b i h t i n g g i a k a n m e n y a n g k a l m e n d e n g a r s u a r a d i s i s i t e l i n g a t e r s e b u t ( s i s i t e l i n ga ya n g d i ke l u h k a n p e nd e n g a r a n n ya k ur a n g ) .

Reabilitas dan Validitas1,2,3,4

Denga n berula ng -ula ng mela kukan uj i penala secara cer ma t, pe meri ks a dapat menjadi ahli dalam pemakaiannya. Masalah rcliabilitas (atau dapat diulang) timbul dari pe nilaia n yang sala h baik ole h pasie n manap un pe meri ks a me ngena i " saat tidak la gi terdengar" di mana bunyi perlahan-lahan menghilang. Uji-uji ini makin sulit dilaksanakan pada anak dan pasien dengan perhatian yang terbatas.

Klinisi harus menghindari penggunaan penala frekuensi rendah (128 dan 256 Hz) karena

memerlukan pengendalian kebisingan

lingkungan, misalnya dalam ruangan kedap suara yang biasanya tidak ditemukan pada praktek dokter biasa. Untuk alasan fisik, Basil uji B ing yang bermanfaat biasanya akan lebih baik bila menggunakan penala 500 Hz dan bukannya 1000

Dr. Yussy Afriani Dewi, Mkes, SpTHT-KL Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS

83

atau 2000 Hz.

Kesalahan yang lazim terjadi pada uji Rinne dan Schwabach disebabkan oleh sifat - sifat hantaran tulang. Getaran penala yang ditempelkan pada mastoid kanan tidak hanya menggetarkan tulang temporal kanan, tapi juga seluruh kepala; dengan demikian telinga kiri juga terangsang pada saat yang sama. Peredaman melintasi kepala adalah minimal. Pada uji Rinne, jawaban terhadap stimulus hantaran tulang akan merefleksikan telinga dengan hantaran tulang yang lebih baik,