• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai Pemersatu dan Pemerkokoh Bangsa

Muhammad Kaulan Karima, M. Pd

C. Sebagai Pemersatu dan Pemerkokoh Bangsa

Perkembangan zaman yang semakin pesat, khususnya pada teknologi informasi akan memberikan dampak positif dan negatif. Untuk itu, perlu cara yang jitu untuk mengarahkan perubahan yang terjadi ke arah yang positif. Permasalahan yang diakibatkan oleh canggihnya teknologi informasi saat ini mencakup dekadensi moral seperti pemerkosaan disertai dengan pembunuhan, kenakalan siswa-siswi sekolah dasar dan menengah, apalagi fenomena yang belakang terjadi kasus

pembunuhan siswa terhadap gurunya, anak membunuh orang tua kandungnya, narkoba, pergaulan bebas, dll.

Celakanya, permasalahan tersebut berasal dari sebagian besar para pelajar atau generasi muda sebagai penerus pe-mimpin bangsa Indonesia. Menurut Warsono (2010) kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kita semua. Di tengah kondisi bangsa yang sedang terpuruk secara ekonomi, moralitas generasi muda juga terpuruk. Keterpurukan moralitas generasi muda tentu saja sangat mengkawatirkan, sebab merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. Tidak terbayangkan seandainya di masa mendatang negara ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermoral, mungkin negara ini akan semakin kacau, bahkan “bubar” dikarenakan generasi penerus bukan sebagai pemersatu dan pemerkokoh malah sebaliknya.

Di Indonesia tingkat kenakalan remaja yang melanggar hukum tidaklah sedikit. Berdasarkan data dari KOMNAS-HAM, terdapat 811 kasus pelanggaran hukum (index offenses) yang dilakukan oleh remaja dan jumlah remaja yang ber-hadapan dengan hukum sebesar 136.000 orang. Jenis tindak kenakalan yang dilakukan meliputi tawuran, kekerasan, pelecehan seksual, narkotika & miras, perjudian, pencurian, penganiayaan berat, pembunuhan, dan lain-lainnya. (https:// library. binus. ac. id/eColls/eThesisdoc/Bab1/ 2014-1-00722PS%20Bab1001. pdf.

Berdasarkan Human Development Report tahun 2015 kualitas sumber daya manusia bila dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, Indonesia berada pada

peringkat yang cukup memprihatinkan yaitu pada peringkat 113 di dunia. Sangat jauh bila dibandingkan dengan negara terdekat yaitu Singapura yang berada pada peringkat 5, Brunei Darussalam berada pada peringkat 30, Malaysia peringkat 59, dan Thailand ditingkat 87 (Anshori, 2017: 107). Melihat kondisi dan data di atas, maka bangsa Indonesia harus terus berbenah dalam meningkatkan mutu SDM nya terkhusus generasi muda.

Sebagai generasi muda tidak boleh berpangku tangan, tanpa ada partisipasi dalam mewujudkan agenda perubahan bangsa. Tuntutan bagi generasi muda untuk bergerak, dikarenakan generasi muda adalah sosok yang memiliki jiwa intelektualitas. Sebagai entitas masyarakat, generasi muda juga berusaha kritis terhadap kondisi masyarakatnya dan berusaha mengungkapkan realitas dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, dan menyampaikan langsung kepada para penguasa dan mampu mengambil kebijakan. Pada akhirnya generasi muda menjadi tumpuan bagi rakyat untuk terus menyuarakan perubahan.

Dalam rangka optimalisasi pengembangan sumberdaya manusia (SDM) serta mencerdaskan dan menyelesaikan masalah kehidupan bangsa dalam mencapai masa depan yang gemilang, pemudalah solusi terbaiknya, karena pemudalah generasi penerus yang akan memperjuangkan estapet kepemimpinan yang unggul menuju Indonesia Maju dan Bermartabat di kancah dunia. Untuk itu, berbagai usaha terus dikembangkan dalam mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya dalam menciptakan

cita-cita suci tersebut.

Sikap terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; yaitu mempersiapkan dan mewujudkan pemimpin yang unggul dari generasi muda harus menjadi program prioritas umat Islam, kalau Islam sebagai rahmatan

lil ‘alamin tetap dan terus bertahan di bumi Indonesia. Hal

inilah, yang menjadi pertimbangan bagi Al Ittihadiyah untuk membentuk atau mengaktifkan kembali generasi muda Al Ittihadiyah yang saat ini diberi nama Barisan Muda Al Ittihadiyah.

Barisan Muda Al Ittihadiyah adalah suatu badan Otonom dari Al Ittihadiyah yang diresmikan pada Musya-warah Kerja Nasional (Mukernas) Al Ittihadiyah pada tahun 2018 yang lalu, sebelumnya dinamai dengan Generasi Muda Al Ittihadiyah (Gema-AI). Banyak kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Gema-AI selama ini dalam mempersatukan dan memperkokoh ummat.

Sejatinya, Barisan Muda Al Ittihadiyah yang relatif baru, tetapi tidak menyurutkan semangat juang dalam mem-persatukan dan memperkokoh ummat. Semenjak disahkan-nya Barisan Muda Al Ittihadiyah Sumatera Utara langsung mengadakan Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Islam se-Sumatera Utara yang menghadirkan peserta dari seluruh kabupaten-kota se Sumatera Utara. Kemudian, di tahun 2019 ini Barisan Muda Al Ittihadiyah Kota Tebing Tinggi, Deli Serdang, dan kabupaten/kota lainnya siap untuk dilantik.

Hal di atas menunjukkan optimisme dan komitmen Barisan Muda Al Ittihadiyah untuk terus berkiprah dalam

mempersatukan dan memperkokoh ummat. Untuk itu, Barisan Muda Al Ittihadiyah sebagai penerus bangsa harus terus meningkatkan potensi melalui kegiatan-kegiatan ke-ummatan, sebagi pemersatu dan pemerkokoh bangsa.

Ditambah lagi Indonesia di tahun 2019 ini berada di tahun Politik, dimulai dari pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Presiden/Wakil Presiden. Artinya, di tahun 2019 ini merupakan momentum besar bagi bangsa Indonesia dan terkhusus umat Islam dalam menentukan pemimpin yang akan membawa perubahan bagi bangsa, negara, dan agama.

Apabila momentum ini disia-siakan dengan memilih pemimpin yang tidak amanah, tidak adil, maka kita hanya menunggu kehancuran dan kebinasaan. Untuk itu, Barisan Muda Al Ittihadiyah harus mampu memberikan kontribusi, baik dari literasi tentang politik terkhusus bagi generasi muda, maupun ikut serta dalam kontestasi tersebut.

Para generasi muda Islam harus berpolitik. Namun jangan dikuasai hawa nafsu ketika berpolitik. Ketika orang tergoda hawa nafsu, harta, materi, kekuasaan dan wanita dijadikan segalanya, maka akan menutup mata dan hati terhadap moral dan akhlak Islam. Rakus ter hadap harta dan kekuasaan akan merusak kepemimpinan dalam Ormas Islam. Karena itu, politik boleh saja, asalkan bermoral Islami. Perbaiki kaderisasi, perjelas idealisme, buat garis perjuangan, tampilkan kedamaian dan kerahmanan Islam.

Kontribusi Barisan Muda Al Ittihadiyah untuk ummat, bukanlah persoalan yang mudah, membutuhkan semangat

yang kokoh untuk memperbakinya. Semangat untuk memperbaiki dengan saling tolong-menolong ini merupakan perintah Allah Swt, sebagaimana firman-Nya;

Artinya:“Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebaikan dan takwa, tetapi jangan tolong-tolongan dalam berbuat dosa dan permusuhan» (Q. S. al-Maidah: 2).

Dorongan untuk memperbaiki ummat, merupakan hal yang sangat mulia, akan tetapi dalam hal mempersatukan ummat bukanlah pekerjaan mudah seperti “membalikkan telapak tangan”, harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah nasib satu kaum sebelum merekasendiri yang merubahnya’’ (Q. S. al-Ra’d: 11).

Untuk itu, harus dimulai dari dalam Al Ittihadiyah itu sendiri dalam mempersiapkan generasi penerusnya dalam mempersatukan dan memperkokoh ummat. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwa-lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q. S. al-Hasyr: 18).

Dalam mempersatukan dan memperkokoh ummat dibutuhkan strategi yang efektif atau membutuhkan strategi dakwah yang tepat. Untuk itu, Barisan Muda Al-lttihadiyah harus dapat menentukan pola dakwah yang benar-benar menyentuh keperluan umat Islam, baik dakwah dengan pengajian, majelis ta’lim dan tabligh), maupun dakwah melalui media cetak, elektronik, dan tidak terlepas pula dakwah dengan aksi sosial. Keterpaduan strategi ini sudah harus dapat dikola-borasikan antara satu dengan lainnya.

Di sisi lain, sebagai organisasi keagamaan, Barisan Muda Al lttihadiyah bertanggung jawab memajukan pemi-kiran dan kecerdasan ummat melalui pendidikan. Dimana saat ini, Al Ittihadiyah sudah memiliki perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Labuhanbatu Utara. Peran Pengurus Barisan Muda Al Ittihadiyah di Perguruan Tinggi ini sudah dimaksimalkan bahkan pengelola/pengurus, dosen-dosen adalah berasal dari Pengurus Barisan Muda Al Ittihadiyah Sumatera Utara. Dikarenakan Pengurus Al Ittihadiyah

semuanya berasal dari akademisi yang berpendidikan Starata Dua (S2).

Hal ini menunjukkan, betapa besarnya harapan bangsa kepada Barisan Muda Al Ittihadiyah dalam mempersatukan Ummat dan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan bermartabat. Untuk itu para generasi Al Ittihadiyah perlu menata ulang visinya dalam menjangkau peran strategis umat sebagai warga negara dan warga dunia baru di abad ke-21. Berbagai kelemahan seperti kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diatasi dengan keyakinan utuh, kerja tangkas dan semangat jihad yang suci.

D. Penutup

Barisan Muda Al Ittihadiyah merupakan generasi penerus yang harus mampu mempersatukan dan memper-kokoh ummat. Jangan sampai ummat terpecahbelah, saling hujat-menghujat. Satukan ummat yang terpecah-pecah, kokohkan iman ummat yang telah goyah. Untuk itu, Barisan Muda Al Ittihadiyah harus terus memperbaiki dirinya, manajemen pengkaderannya, serta mengoptimalkan kegiatan-kegiatannya.

Harapan dan cita-cita yang diharapkan dari Barisan Muda Al Ittihadiyah sebagai Penerus, Pemersatu, dan

Pemer-kokoh Bangsa adalah agar Terwujudnya Pemimpin Muda Islam yang Tangguh, Optimis, Cerdas, dan Religius”. (TopCeR).

E. Daftar Pustaka

Anzizhan & Syafaruddin (Ed), 2006, Al Ittihadiyah: Menjalin

Kebersamaan Membangun Bangsa, Jakarta: Hijiri

Pustaka Utama

Azhar, Bachroem, et. al. 1960, Peringatan ulang Tahun ¼

Abad Al Ittihadiyah, Medan, Panitia Besar Kongres ke

X Alittihadiyah.

Bakry, Oemar. 1984. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiara.

https://library. binus. ac. id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2014-1-00722-PS%20Bab1001. pdf.

Kuntowijoyo. 1997. Identitas Politik Umat Islam: Mizan

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an. Bandung Mizan.

Siddik, Dja’far dan Ja’far, 2017, Al Ittihadiyah: Delapan

Dasawarsa Menerangi Nusantara, Medan: Perdana

Publishing.

Usiono dan Ahmad Sukri Sitorus (Ed), 2015, Kontribusi

Ormas Islam Dalam MewujudkanUmat Islam berkeung-gulan di abad ke-21, Perdana Publishing: Medan.

PERAN STRATEGIS AL ITTIHADIYAH