• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN DRAINASE JALAN DI BANDUNG TIMUR

Dalam dokumen Semnas Teknik Sumber Daya Air (Halaman 111-128)

Dini Handayani

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

dini.handayani41@gmail.com

Abstrak

Operasional saluran drainase jalan harus diperhatikan agar dapat berfungsi dengan optimal. Tidak beroperasinya saluran drainase jalan yang sesungguhnya dan hanya berfungsi menampung air limpasan air hujan di badan jalan, dapat menyebabkan kerusakan pada konstruksi jalan. Bertumpuknya sampah daun, ranting, dahan, tertutupnya saluran penghubung dari inlet ke saluran drainase tepi jalan, atau bahkan dinding saluran yang runtuh dapat menyebabkan terhentinya fungsi dari saluran tersebut. Metodologi yang digunakan, yaitu dengan persiapan kerja, pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data.

Berdasarkan pengamatan di Kota Bandung yang dilakukan, secara umum kondisi drainase pada ruas jalan tersebut dalam kondisi baik dan sedang, kecuali pada ruas KM6+600 yang mengalami kerusakan. Sedangkan untuk Kabupaten Bandung, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum kondisi drainase pada ruas tersebut dalam kondisi baik. Kecuali, pada ruas KM 15+000 s.d. KM 15+100 dan KM 40+200 s.d. KM 40+300 mengalami kerusakan.

Tampak bahwa program pemeliharaan drainase yang terencana sangat dibutuhkan walaupun sistem drainase telah dirancang untuk meminimalisasi pemeliharaan. Seluruh fasilitas drainase harus ditandai dengan jelas dan dipetakan (baik, sedang, rusak) untuk meyakinkan bahwa bangunan tersebut dapat dimasukkan ke dalam data base tidak hilang ketika dilakukan pemeriksaan (inspeksi).

Kata Kunci: Inspeksi Drainase Jalan, Pemetaan (baik, sedang, rusak) Kondisi Drainase Jalan, Bandung Timur

LATAR BELAKANG

Sistem jaringan drainase merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam pengembangan wilayah perkotaan, agar kota dapat terlihat lebih indah, bersih tertata dan bebas genangan banjir. Sistem jaringan drainase perkotaan yang tidak baik akan merugikan kota dan masyarakat, karena mengganggu lingkungan, menghambat transportasi, menggangu kesehatan dan memberikan dampak buruk terhadap sosial dan ekonomi.

Untuk memastikan bahwa sistem jaringan drainase berfungsi sebagaimana semestinya maka kegiatan evaluasi jaringan drainase merupakan tahapan yang harus dilakukan sebagai bagian dari proses manajemen drainase. Evaluasi jaringan drainase dapat berupa kegiatan inspeksi, baik untuk bentuk inspeksi fisik drainase dan faktor lain yang menunjang sistem drainase jaringan seperti perubahan penggunaaan lahan dan jumlah penduduk.

Ide dasar kegiatan inspeksi jaringan drainase adalah pengendalian periodik atas jaringan drainase terbangun pada ruas-ruas jalan dengan tujuan untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang terkait dengan kinerja jaringan drainase. Inspeksi jaringan drainase merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja dari jaringan drainase.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah kebutuhan sistem kontrol dan pengendalian yang informatif, akurat dan berkelanjutan dari sistem drainase yang ada di Bandung Timur khususnya. Mengingat selama ini masih lemahnya sinkronisasi antara jaringan drainase dengan komponen infrastruktur lain yang tidak jarang mengakibatkan kerusakan prasarana yang telah lebih dulu ada karena

96 tidak adanya informasi yang akurat, kelangkaan arsip/dokumen, atau perencanaan dan pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang. Hal ini dapat diatasi dengan sistem metode pengarsipan data. Informasi yang disajikan meliputi kondisi eksisting jaringan drainase beserta komponennya, kondisi ideal yang direncanakan maupun juga informasi kewilayahan sebagai dasar utama dalam memetakan setiap data dan informasi kewilayahan sebagai dasar utama dalam memetakan setiap data dan informasi dari obyek yang ditentukan. Untuk itu dalam rangka pembangunan dan pemeliharaan sistem jaringan drainase diperlukan catatan atau data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

METODOLOGI STUDI

Metodologi yang digunakan, yaitu dengan persiapan kerja, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.

1. Metode Persiapan Kerja

Dalam pelaksanaan kegiatan Inspeksi Drainase Jalan menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan studi dan pengkajian data atau informasi terdahulu serta pendekatan survei lapangan pada jaringan drainase. Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penyusunan database drainase yang dilaksanakan dengan membuat agenda pelaksanaan, studi literatur, pembentukan dan penugasan tim/personil.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang perlu dikumpulkan antara lain:

 Data infrastruktur (jaringan drainase, jaringan jalan)

 Data fasilitas umum yang ada

 Data persebaran drainase mencakup kondisi saluran, panjang saluran, penampang saluran, site saluran, nama jalan yang ada di Jalan Nasional di BandungTimur, kebijakan maupun rencana-rencana yang pernah dilakukan, peta-peta wilayah (peta administrasi, peta jaringan drainase, jaringan jalan dan peta persebaran fasilitas umum

Data-data yang dikumpulkan dalam kegiatan Inspeksi Drainase Jalan ini diperoleh dengan 2 (dua) metode yaitu sebagai berikut.

 Data Primer

Data ini diperoleh melalui kegiatan survei lapangan dan pengukuran terhadap parameter jaringan drainase di beberapa wilayah yang dilalui Jalan Nasional di Bandung Timur.

 Data Sekunder

Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan atau menghimpun dokumen yang berhubungan dengan jaringan drainase baik tentang proyek/kegiatan, kebijakan maupun rencana-rencana yang pernah dilakukan, peta-peta wilayah (peta administrasi, peta jaringan drainase, peta jaringan jalan dan peta persebaran fasilitas umum).

3. Metode Pengolahan Data

Beberapa tahap pengolahan data yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

 Penyiapan peta-peta dasar berupa peta administrasi, peta jaringan drainase, peta jaringan jalan dan peta persebaran fasilitas umum di Jalan Nasional di Bandung Timur;

 Pengkajian data sekunder kondisi jaringan drainase hasil pelaksanaan kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya;

 Proses entri data-data berupa sebaran jaringan drainase hasil dari kegiatan survei lapangan dan dipadukan dengan peta-peta yang sudah ada;

 Penyesuaian data hasil survey lapangan;

 Penyusunan struktur database dalam bentuk tabular dari data hasil kegiatan survey lapangan;

97

 Pembuatan dan penyusunan database dari hasil survey lapangan lainnya. 4. Metode Penyajian Data

Penyajian data dan sistem informasi sebagai produk akhir dari pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan menggunakan beberapa hal berikut:

 Tabel-tabel atribut tentang kondisi jaringan drainase;

 Peta-peta wilayah dengan kedetailan skala yang disesuaikan;

 Pelaporan;

Sedangkan untuk penyajian data tabular menggunakan Microsoft Excel.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan pengumpulan data pada Jalan Nasional di Bandung Timur. Pertama, di ruas jalan A.H. Nasution pada Ruas KM6+500 sampai dengan KM6+700 dan Ruas KM11+400 sampai dengan KM11+600. Berhasil dikumpulkan dan dikompilasi untuk pekerjaan Inspeksi Drainase Jalan. Lokasi dan hasil pengamatannya sebagai berikut.

: Lokasi Survey

98 : Lokasi Survey

Gambar 2. Peta Lokasi Survey Drainase Di Kota Bandung KM 11+400 s.d KM 11+600 Tabel 1. Ruas kanan KM 6+500 s/d KM 6+700, KM 11+400 s/d KM 11+600

Titi k. Nama Jalan Kordinat Ting gi (m) Panja ng (m) Leb ar (m) Kondisi Jenis Kerusakan Letak Konstruksi Kordinat awal Kordinat Akhir Ba ik Seda ng Rus ak Diatas Permuk aan Dibawa h Permuk aan Terbu ka Tertut up 1 Jl. A.H Nasutio n Km 6+500 S: 6;54;14.1076 9 S: 6;54;14.4899 0,84 100 0.1 V v v E: 107;39;51.05 30 E: 107;39;55.27 7 Jl. A.H Nasutio n Km 6+600 S: 6;54;14.4899 S: 6;54;14.8743 2 0'84 100 0,1 V Beton hancur v v E: 107;39;55.27 7 E: 107;39;57,48 30 2 Jl. A.H Nasutio n Km 11+400 S: 6;54;58.9419 S: 6;54;58.9540 0,8 100 0,8 v Beton Retak v v E: 107;42;17.98 2 E: 107;42;17.79 49 Jl. A.H Nasutio n Km 11+500 S: 6;54;58.9540 S: 6;54;14.8743 2 0,8 100 0,8 v endapan lumpur v v E: 107;42;17.79 49 E: 107;39;57,48 30

Tabel 2. Ruas kiri KM 6+500 s/d KM 6+700, KM 11+400 s/d KM 11+600

Tit

ik. Nama Jalan

Koordinat Tin ggi (m) Panj ang (m) Le bar (m) Kondisi Jenis Kerusakan Letak Konstruksi Koordinat Awal Koordinat Akhir Ba ik Sed ang Rus ak Diatas Permu kaan Dibaw ah Permu kaan Terb uka Tertu tup 1

Jalan A.H Nasution

KM 6 + 500 S 06⁰ 54' 13,8" S 06⁰ 54' 14,2" 0,6 100 1,2 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 39' 51,1" E 107⁰ 39' 54,2" Besi Copot

Jalan A.H Nasution

KM 6 + 600 S 06⁰ 54' 14,2" S 06⁰ 54' 14,6" 0,6 100 1,2 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 39' 54,2" E 107⁰ 39' 57,5" Tutup Saluran Hancur 2

Jalan A.H Nasution Ujung Berung KM 11 + 400 S 06⁰ 54' 58,7" S 06⁰ 55' 01,0" 1,5 100 4,2 V Timbunan Endapan V V V E 107⁰ 42' 18,4" E 107⁰ 42' 20,7"

Jalan A.H Nasution Ujung Berung KM 11 + 500 S 06⁰ 55' 01,0" S 06⁰ 55' 02,9" 0,8 100 0,8 V Timbunan Endapan V V 107⁰ 42' 20,7" E 107⁰ 42' 22,0"

99 Pengamatan yang dilakukan di Kota Bandung dilakukan pada Jalan A.H. Nasution pada Ruas KM6+500 sampai dengan KM6+700 dan Ruas KM11+400 sampai dengan KM11+600. Jenis kerusakan yang terjadi berupa tutup beton hancur ini dapat disebabkan oleh posisi penutup yang tidak tepat atau sering dilewati kendaraan bermotor, terutama sepeda motor yang melewati penutup beton tersebut.

Konstruksi drainase di ruas jalan tersebut merupakan drainase tertutup. Dengan bentuk konstruksi tertutup, terdapat beberapa kondisi yang menjadi perhatian. Hal ini agar drainase tersebut dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Permasalahan yang ada pada konstruksi drainase jenis tertutup diantaranya:

1. Jumlah inlet yang tidak sesuai dengan standar yang ada

2. Terdapat instalasi kabel, baik itu kabel telekomunikasi maupun kabel listrik 3. Adanya endapan lumpur dan sampah

Drainase di Jl. A.H Nasution Km 6+500 Drainase di Jl. A.H Nasution Km 6+500

100 Endapan Lumpur Endapan sampah

Gambar 3. Kondisi drainase Jl. A.H. Nasution KM 6+500 s/d KM 6+700

Tutup Drainase besi kanal U Tutup Drainase beton bertulang

101 Endapan Lumpur Endapan sampah

Gambar 4. Kondisi drainase Jl. A.H. Nasution KM 11+400 s/d KM 11+600

Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bandung dilakukan inspeksi drainase di ruas Jalan Raya Cibiru, Jalan Raya Rancaekek, Jalan Bypass Paracakan Muncang, dan Jalan Raya Nagreg. Lokasi dan hasil inspeksinya sebagai berikut.

: Lokasi Survey

102 : Lokasi Survey

Gambar 6. Peta lokasi survey drainase di Kabupaten Bandung KM 23+ 700 s.d KM 15 + 900

: Lokasi Survey

103 : Lokasi Survey

Bandung, 17 September 2016 104

Tabel 3. Ruas kanan KM 15+000 s/d KM 15+200, KM 23+700 s/d KM 23+900, KM 28+400 s/d KM 28+600, KM 40+200 s/d KM 40+400

Nama Jalan Kordinat Tinggi (m) Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Jenis Kerusakan Letak Konstruksi

Kordinat awal Kordinat akhir Baik Sedang Rusak Diatas

Permukaan

Dibawah

Permukaan Terbuka Tertutup

Jl. Raya Cibiru Kab. Bandung Km 15+000

La 6;55;59.3466 La 6;55;59.5562

0,6 100 0,6 V

Dinding saluran rusak

v v

Lo 107;43;32.1267 Lo 107;43;35.3606

Dasar saluran rusak longsoran talus benton hancur Jl. Raya cibiru Kab. Bandung Km 15+100 La 6;55;59.5562 La 6;56;1.0804 0,69 100 0,56 V Tertimbun sampah v v Lo 107;43;35.3606 Lo 107;43;38.3292 tertimbun endapan beton hancur Jl. Raya Rancaekek Kab. Bandung Km 23+700 La 6;57;43;.3219 La 6;57;44.1634 1,4 100 0,66 v tertimbun endapan v v Lo 107;47;33.4323 Lo 107;47;36.2692 Jl. Raya Rancaekek Kab. Bandung Km 23+800 La 6;57;44.1634 La 6;57;45.1104 1,4 100 0,66 v tertimbun endapan v v Lo 107;47;36.2692 Lo 107:47;39.2317 Jl. Bypass Paracakan muncang Kb. Bandung Km 28+400

La 6;58;8.5610 La 6;58;11.2809 tidak ada Drainase

Lo 107;50;2.0194 Lo 107;50;3.5991 Jl. Bypass Paracakan

muncang Kb. Bandung Km 28+500

La 6;58;11.2809 La 6;58;14.2813 tidak ada drainase Lo 107;50;3.5991 Lo 107:50;4.9609 Jl. Raya Nagreg Kab. Bandung Km 40+200 La 7;2;13.6290 La 7;2;15.8978 0,74 100 0,6 v V Beton hancur v v Lo 107;54;27.9588 107;54;30.0561 Jl. Raya Nagreg Kab. Bandung Km 40+300 La 7;2;15.8978 La 7;2;16.3934 0,6 100 0,6 V

Dinding saluran hancur

v v

107;54;30.0561 Lo 107;54;33.2120

Dasar saluran hancur Beton hancur timbunan sampah

Bandung, 17 September 2016 105

Tabel 4. Ruas kiri KM 15+000 s/d KM 15+200, KM 23+700 s/d KM 23+900, KM 28+400 s/d KM 28+600, KM 40+200 s/d KM 40+400

. Nama Jalan Koordinat Tinggi (m) Panjan g (m) Leba r (m) Kondisi Jenis Kerusakan Letak Konstruksi

Koordinat Awal Koordinat Akhir Bai

k Sedan g Rusa k Diatas Permukaan Dibawah

Permukaan Terbuka Tertutup

Jalan Raya Cibiru KM 15 + 000 S 06⁰ 55' 59,5" S 06⁰ 55' 59,1" 0,6 100 0,7 V Timbunan Endapan V V V E 107⁰ 43' 32,3" E 107⁰ 43' 35,1" Timbunan Sampah Tutup Saluran Hancur Jalan Raya Cibiru

KM 15 + 100 S 06⁰ 55' 59,1" S 06⁰ 56' 00,5" 0,6 100 0,7 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 43' 35,1" E 107⁰ 43' 38,0" Timbunan Sampah

Tutup Saluran Hancur Jalan Raya Rancaekek

KM 23 + 700

S 06⁰ 57' 42,3" S 06⁰ 57' 43,3"

0,1 100 0,9 V Timbunan Endapan V V V

E 107⁰ 47' 33,2" E 107⁰ 47' 36,3" Timbunan Sampah

Jalan Raya Rancaekek KM 23 + 800 S 06⁰ 57' 43,3" S 06⁰ 57' 44,4" 0,1 100 0,9 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 47' 36,3" E 107⁰ 47' 39,4" Timbunan Sampah

Jalan Bypass Parakan Muncang Cicalengka KM 28 + 400 S 06⁰ 58' 08,2" S 06⁰ 58' 10,8" 0,9 100 0,6 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 50' 02,4" E 107⁰ 50' 04,1" Timbunan Sampah Tertutup Tumbuhan Liar Jalan Bypass Parakan

Muncang Cicalengka KM 28 + 500 S 06⁰ 58' 10,8" S 06⁰ 58' 13,8" 0,8 100 0,8 V Timbunan Endapan V V E 107⁰ 50' 04,1" E 107⁰ 50' 05,3" Timbunan Sampah

Jalan Raya Nagrek KM 40 + 200

S 07⁰ 02' 13,5" S 07⁰ 02' 15,7"

0,6 100 0,5 V Dinding Saluran Tergerus

Air V V

E 107⁰ 54' 28,0" E 107⁰ 54' 30,7" Jalan Raya Nagrek

KM 40 + 300

S 07⁰ 02' 15,7" S 07⁰ 02' 16,0"

0,8 100 0,6 V Timbunan Sampah V V

Bandung, 17 September 2016 106

Drainase pasangan batu kali Drainase Beton Bertulang

Drainase terbuka Tutup saluran beton hancur

Drainase Tersumbat sampah Inlet tertutup endapan lumpur Gambar 9. Kondisi Drainase Jl. Raya Cibiru Km 15+000 s/d Km 15+200

Bandung, 17 September 2016 107

Drainase terbuka Drainase terbuka

Endapan lumpur Saluran ditumbuhi rumput liar

Saluran inlet tertutup sampah Saluran tertimbun endapan lumpur Gambar 10. Kondisi Drainase Jl. Raya Rancaekek Km 23+700 s/d Km 23+900

Bandung, 17 September 2016 108

Drainase tertimbun endapan lumpur Saluran di tumbuhi rumput liat

Saluran Drainase ditutupi timbunan sampah Saluran di tutupi tumbuhan liar

Ruas kanan tidak ada Drainase Ruas kanan tidak ada Drainase Gambar 11. Kondisi Drainase Di Jl. Bypass Parakan Muncang Km 28+400 s/d Km 28+600

Bandung, 17 September 2016 109

Drainase beton bertulang Drainase Beton Bertulang

Tutup beton Drainase berlubang Tutup saluran dan dindind saluran hancur

Drainase di tumbuhi tanaman liar Talud saluran runtuh Gambar 12. Kondisi Drainase Di Jl. Raya Nagreg Km 40+200 s/d Km 40+400

Pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Bandung dilakukan pada Jalan Raya Cibiru KM 15+000 sampai dengan KM 15+100, Jalan Raya Rancaekek KM 23+700 sampai dengan KM 23+800, Jalan

Bandung, 17 September 2016 110

Bypass Pacarakan KM 28+400 sampai dengan KM 28+500, dan Jalan Raya Nagrek KM 40+200 sampai dengan KM 40+300. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum kondisi drainase pada ruas tersebut dalam kondisi baik. Kecuali, pada ruas KM 15+000 s.d. KM 15+100 dan KM 40+200 s.d. KM 40+300 mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi berupa tutup beton hancur, dinding saluran hancur, longsoran talut, dan dasar saluran mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam, diantaranya beban yang terlalu besar, desain drainase yang tidak sesuai, atau material yang teragregasi karena aliran air dalam drainase.

Konstruksi drainase di ruas jalan tersebut merupakan drainase tertutup. Dengan bentuk konstruksi tertutup maka terdapat beberapa kondisi yang menjadi perhatian agar drainase tersebut dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Permasalahan yang ada pada konstruksi drainase jalan tertutup diantaranya;

1. Jumlah inlet yang tidak sesuai dengan standar yang ada dan tidak berfungsi 2. Penutup beton yang rusak

3. Adanya endapan lumpur dan sampah

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan di Kota Bandung yang dilakukan, secara umum kondisi drainase pada ruas jalan tersebut dalam kondisi baik dan sedang, kecuali pada ruas KM6+600 yang mengalami kerusakan. Sedangkan untuk Kabupaten Bandung, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum kondisi drainase pada ruas tersebut dalam kondisi baik. Kecuali, pada ruas KM 15+000 s.d. KM 15+100 dan KM 40+200 s.d. KM 40+300 mengalami kerusakan.

Tampak bahwa program pemeliharaan drainase yang terencana sangat dibutuhkan walaupun sistem drainase telah dirancang untuk meminimalisasi pemeliharaan. Seluruh fasilitas drainase harus ditandai dengan jelas dan dipetakan untuk meyakinkan bahwa bangunan tersebut tidak hilang ketika dilakukan pemeriksaan.

Rekomendasi

Drainase sangat penting diperhatikan dalam menjaga akar kinerja jalan seperti yang diharapkan. Drainase yang buruk sering menyebabkan kerusakan jalan. Diagnosa kerusakan jalan yang terkait dengan drainase sangat penting dilakukan sebelum melakukan perbaikan dengan pengerasan. Umumnya, drainase diperbaiki dengan memasang drainase samping jalan di bawah perkerasan atau dengan membersihkan drainase yang telah ada. Akan tetapi, jika kondisi sedemikian parah, perbaikan total diperlukan. Diharapkan terjadi perubahan pola drainase dan tambahan fasilitas drainase.

Berikut kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga fungsi drainase agar bekerja sesuai dengan yang direncanakan.

1. Inspeksi periodik saluran drainase

Program inspeksi pemeliharaan harus meliputi inspeksi seluruh permukaan, parit, dan saluran- saluran untuk meyakinkan bahwa semua berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan. Jika saluran, culvert/inlet, atau outlet tersumbat karena tertutup lumpur, kotoran, semak-semak, atau material lainnya, harus segera dilakukan pembersihan dan perbaikan.

2. Membersihkan drainase

Drainase harus terhindar dari sampah dan material lain yang menghambat saluran air. Kegiatan pembersihan sampah dapat dilakukan oleh Kementerian dan Dinas terkait, atau juga dapat melibatkan peran serta masyarakat. Selain sampah, drainase juga harus bebas dari jaringan kabel,

Bandung, 17 September 2016 111

baik itu kabel telekomunikasi maupun kabel listrik. Akibatnya, perlu adanya koordinasi dengan pihak terkait agar perencanaan drainase atau jaringan kabel tidak merugikan semua pihak.

3. Menutup area genangan

Genangan air akibat aliran air hujan yang terhambat dapat mengakibatkan kerusakan perkerasan jika tidak dikendalikan. Air yang menggenang ini bila meresap ke bawah lewat retakan atau lubang di perkerasan akan melunakkan tanah dasar dan komponen perkerasan.

4. Memeriksa aliran lewat gorong-gorong

Aliran air lewat gorong-gorong harus selancar mungkin. Bagian pintu masuk gorong-gorong drainase harus bebas dari kotoran sedimen dan vegetasi. Struktur penghalang atau kotoran sampah dan lumpur harus diberikan di bagian hulu inlet yang terbuka.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, serta Kepala Balai Teknik Lalu intas dan Lingkungan Jalan yang telah mendukung penelitian inspeksi drainase jalan ini sehingga dapat terwujud makalah ini.

REFERENSI

A policy on Geometric Design of Highway and Sreets, Washington D.C., American Association of State and TransportationOfficials,AASHTO, 2001

Guidance on management of Highway Drainage Assets, November 2012, London Pedoman Pd.T-02-2006-B Perencanaan Drainase Jalan, Departemen Pekerjaan Umum Perancangan Drainase Jalan Perkotaan, No. 05/BM/ 2013

Perencanaan Sistem Drainase untuk Jalan, Rencana Induk Pelatihan Jalan Nasional dan Propinsi (NPRMTP ), Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum,2000

Perencanaan Teknik Jalan Raya, Penuntun Praktis, Shirley L.Hendarsin, Politeknik Negeri Bandung- Jurusan Teknik Sipil,2000

PerMen Pekerjaan Umum 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

PerMen Pekerjaan Umum 05 / PRT / M / 2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan

PerMen Pekerjaan Umum No.12/ PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Drainase Perkotaan PP 34/2006 tentang Jalan

Road Drainage Asset management in Pierce County, 2014 Road and Street Maintenance Supervisors Conference.

Road Drainage Design Manual, Department of main Road, Queenlands Government, 2002 Tata CaraPerencanaan Umum Drainase Perkotaan, SNI 06 – 2406 – 1991

Tata Cara Penerapan Drainase Berwawasan Lingkungan di Kawasan Permukiman, Petunjuk Teknis 15- 2002

Tata Cara Perencanaan Drainase Permukiman Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994 Undang-undang 38/2004 tentang Jalan

Bandung, 17 September 2016 112

ASPEK PENGELOLAAN TEKNOLOGI IPAL KOMUNAL BERBASIS

Dalam dokumen Semnas Teknik Sumber Daya Air (Halaman 111-128)