Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air 2016, Perwujudan Ketahanan Air, Pangan dan Energi
dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Kemandirian Ekonomi :
17 September 2016 : prosiding. Universitas Jenderal Achmad Yani : Jurusan Teknik Sipil,
2016
xii, xxx halaman; 21 x 29,7
ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x
1.
Sumber Daya Air
–
Seminar 1. Judul
Reviewer
1.
Doddi Yudianto, Ph.D
2.
Yessi Nirwana K, Ph.D
3.
Olga Pattipawaej, Ph.D
4.
Dr. Waluyo Hatmoko
5.
Dr. Ariani Budi Safana
Editor
1.
Steven Reinaldo Rusli, S.T., M.T., M.Sc
2.
Obaja Triputera, S.T., M.T.
The statements and opinion expressed in the papers are those of the authors themselves and do not
necessarily reflect the opinion of the editors and organizers. Any mention of company or trade name
does not imply endorsement by organizers
ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x
Copyright 2016, Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung
Not to be commercially reproduced by any meants without permission
Printed in Bandung, Indonesia, September 2016
i
PRAKATA
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya,
Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air dengan tema PERWUJUDAN KETAHANAN AIR, PANGAN
DAN ENERGI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN
KEMANDIRIAN EKONOMI dapat dilaksanakan dengan baik pada hari Sabtu, 17 September 2016 di
Auditorium dr. Hindarto Joesman – UNJANI – Cimahi. Tema tersebut merupakan perwujudan dari dukungan civitas akademika dan peneliti bidang sumber daya air terhadap program yang dijalankan pemerintah yaitu NAWACITA.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi maka kebutuhan air semakin meningkat terutama untuk keperluan domestik dan industri. Sementara itu, peningkatan alih fungsi lahan untuk keperluan permukiman, komersial, dan industri menyebabkan semakin banyaknya daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia menjadi kritis. Kondisi tersebut disebabkan juga oleh lemahnya penegakan hukum, kurang efisiennya tata kelola, dan perilaku masyarakat yang sering kali mengabaikan pentingnya kelestarian air dan lingkungan, sehingga menimbulkan konflik kepentingan pada pemanfaatan air.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi mengharuskan pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur yang bertentangan dengan konsep pelestarian lingkungan. Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan informasi, pengetahuan dan konsep untuk menciptakan inovasi yang mendukung pemerintah dalam mewujudkan pembangunan nasional. Inovasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan sumber daya air yang saat ini membutuhkan perhatian khusus dari seluruh kalangan termasuk didalamnya akademisi, peneliti, praktisi, pengamat lingkungan dan masyarakat.
Penyelenggaraan Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air diharapkan menjadi salah satu acara untuk bertukar informasi dan pengetahuan antara seluruh pemangku kepentingan di bidang sumber daya air. Pada acara ini diharapkan dapat diperoleh ide/gagasan dalam pengelolaan sumber daya air yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian ekonomi di Indonesia.
Seminar ini terselenggara berkat kerjasama antara 12 instansi yaitu: (1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani; (2) Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan; (3) Program Sipil Studi Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung; (4) Jurusan Teknik Sipil Universitas Langlangbuana; (5) Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional; (6) Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha; (7) Departemen Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung; (8) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air; (9) Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Cabang Jawa Barat; (10) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (DPSDA) Provinsi Jawa Barat; (11) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum; dan (12) Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung.
Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar ini. Semoga seminar ini dapat memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan di bidang sumber daya air dalam menentukan kebijakan yang mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan kemandirian ekonomi.
Bandung, September 2016
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ... i
DAFTAR ISI ... ii
SAMBUTAN KETUA PANITIA ... v
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI ... vi
SEKILAS TENTANG SEMINAR ... vii
Latar Belakang ... vii
Tujuan ... vii
Tema ... vii
Sub Tema ... viii
Peserta ... viii
Sekretariat ... viii
Tim Reviewer... viii
Susunan Kepanitiaan ... ix
A. Pengarah : ... ix
B. Panitia Pelaksana ... ix
SUSUNAN ACARA SEMINAR ... ix
UCAPAN TERIMA KASIH ... xi
SUB TEMA : KONSERVASI SUMBER DAYA AIR PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN SARANA TEKNOLOGI ABSAH BAGI PENYEDIAAN AIR BAKU MANDIRI, STUDI PERENCANAAN KECAMATAN BEKASI UTARA KOTA BEKASI (Mohammad Imamuddin) ... 1
ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN AIR SUNGAI SA‘DAN TERHADAP KUALITAS AIR PDAM TORAJA UTARA (Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, Karatego) ... 17
PANEN AIR HUJAN – KELOLA AIR HUJAN – LINDUNGI AIR TANAH (Susilawati, Nisanson) ... 29
STUDI PEMENUHAN AIR BAKU KOTA DAN KABUPATEN KUPANG – NTT (Marthen Y. Haning, Robertus Wahyudi Triweko, Salahudin Gozali) ... 35
RE-USE AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN MENGGUNAKAN MEMBRAN GUNA MENGURANGI DAYA RUSAK AIR DI PULAU UNTUNG JAWA DKI JAKARTA (Mohammad Imamuddin) ... 46
iii STUDI PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN DAN KOMERSIAL DI KOTA DEPOK
(Finna Fitriana, Doddi Yudianto, Steven Reinaldo Rusli) ... 69
PENJERNIHAN AIR METODE PENYARINGAN PASIR DAN DESINFEKTAN ALAMI BUAH KELOR
(Hindra Jaya Zefran, Maria Christine Sutandi) ... 79
PENERAPAN METODE ECOTECH GARDEN DI PERUMAHAN TORAJA HOME LAND- TORAJA
UTARA
(Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, Sapardi Sapan Bungin) ... 86
PEMETAAN DRAINASE JALAN DI BANDUNG TIMUR
(Dini Handayani) ... 95
SUB TEMA 2 : TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR
ASPEK PENGELOLAAN TEKNOLOGI IPAL KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT
(Sri Darwati, Elis Hastuti, Fitrijani Anggraini) ... 112
KAJIAN NERACA AIR BENDUNGAN LEUWIKERIS KABUPATEN TASIKMALAYA JAWA BARAT
(Yonathan Leonard Prasha, Bambang Adi Riyanto) ... 124
TATA KELOLA AIR WADUK TILONG UNTUK IRIGASI LAHAN KERING
(Isak Mesah, Robertus Wahyudi Triweko, Susilawati) ... 134
STUDI PEMANFAATAN AIR BUANGAN PERMUKAAN PADA DAERAH PERKOTAAN SEBAGAI AIR IRIGASI
(Binsar Silitonga)... 143
STUDI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU SABU
(Aprianus M.Y. Kale, Robertus Wahyudi Triweko, Salahudin Gozali) ... 150
KAJIAN PEMANFAATAN AIR EMBUNG HAEKRIT SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN
(Victor Frederick, Doddi Yudianto) ... 156
MODEL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI WOLOWONA
(Bernadeta Tea, Robertus Wahyudi Triweko, Susilawati) ... 165
PENGEMBANGAN IRIGASI RAWA UNTUK KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SAMBAS - KALIMANTAN BARAT
(Roni Farfian, Agustin Purwanti) ... 174
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DRAINPILE DI SEI AHAS KALIMANTAN TENGAH
(Arif Dhiaksa, Ganggaya Sotyadarpita) ... 188
PENENTUAN KAPASITAS POMPA BERDASAR LUAS AREA GENANGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SPSS, STUDI KASUS DI DKI JAKARTA
iv
SUB TEMA 3 : MITIGASI BENCANA KEAIRAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN
TINJAUAN KINERJA FITUR-FITUR LOW IMPACT DEVELOPMENT PADA DRAINASE JALAN
(Dini Handayani) ... 211
KAJIAN INDEKS KEKERINGAN KEBASAHAN (SPI) TERHADAP NILAI OCEANIC NINO INDEX
(Levina, Wanny Adidarma, Putty Adila) ... 221
DATABASE PERINGATAN DINI BANJIR/KEKERINGAN TERINTEGRASI BERBASIS KONSEP
CASE-BASED-REASONING (CBR)
(Pian Sopian Amsori, Ade Karma, William Marcus Putuhena) ... 228
PENANGANAN BANJIR AKIBAT PENYALAHGUNAAN FUNGSI SISTEM DRAINASE
(Try Pujianta Putra, Maria Christine Sutandi)... 237
STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI HUJAN RENCANA SISTEM DRAINASE KAWASAN
PESONA SQUARE
(Irwandi, Doddi Yudianto, Obaja Triputra Wijaya) ... 248
KAJIAN PEREDAM ENERGI GANDA BENDUNG KRUENG PASEPROVINSI ACEH
(Santoso Hartanto, F.Yiniarti Eka Kumala, Slamet Lestari) ... 258
STUDI PERANCANGAN HIDRAULIK BANGUNAN PENGELAK PADA BENDUNGAN LEUWI KERIS TASIKMALAYA
(Christopher Andhika Putra, Bambang Adi Riyanto) ... 267
PEMODELAN HIDROGRAF BANJIR DI HEC-HMS DENGAN PARAMETER HIDROLOGI DARI HEC-GEOHMS STUDI KASUS PADA DAS BOGOWONTO
(Dini Sasri Wiyanti, Bambang Adi Riyanto) ... 276
MANAJEMEN BENCANA BANJIR AKIBAT KEGAGALAN BENDUNGAN (STUDI LOKASI BENDUNGAN BATUJAI, KABUPATEN LOMBOK TENGAH)
(Kukuh Prasetyo Pangudi Utomo, Parindra Ardi Wardhana) ... 295
EFEKTIVITAS ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR SECARA STRUKTURAL DI SUNGAI TEMBUKU, KOTA JAMBI
(Steven Reinaldo Rusli, Arisesar Hidayah, Doddi Yudianto) ... 317
STUDI PENGENDALIAN BANJIR PADA BATANG KURANJI PADANG SUMATERA BARAT DENGAN TANGGUL
v
Penyelenggaraan seminar ini merupakan kelanjutan dari rangkaian seminar tahun 2006-2010, Unjani menjadi tuan rumah pada tahun 2008. Atas kerjasama 5 instansi dan seminar 12 September 2015 di Itenas, yang sejak tahun 2015 terlaksana atas kerjasama yang baik antara 12 instansi, yaitu: Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Program Studi Teknik Sipil Universitas Parahiangan, Program Studi Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha, Jurusan Teknik Sipil Universitas Langlangbuana, Departemen Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, Dinas Pengelola Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia Cabang Jawa barar, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum dan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung.
Seminar mengambil tema ―Perwujudan Ketahanan Air, Pangan, dan Energi Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Kemandirian Ekonomi‖ dengan sub tema ―Konservasi Sumber Daya Air,
Tata Kelola Sumber Daya Air serta Mitigasi Bencana Keairan dan Pengembangan Energi Terbaharukan‖. Air merupakan sumber daya alam yang tidak akan pernah habis maka dari itu kewajiban kita untuk menjaga dari sisi kuantitas dan kualitasnya.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka aktivitas sosial ekonomi yang berdampak pada kebutuhan air, dengan berbagai bentuk permasalahannya sehingga diperlukan teknologi dan inovasi dalam konservasi meliputi: penyediaan dan distribusi air bersih, memanen air hujan, perlindungan air tanah, mengendalikan pencemaran air dengan cara merestorasi sungai, danau, dan waduk.
Tata kelola sumber daya air tidak kalah penting karena memerlukan beberapa hal meliputi manajemen konflik, kemitraan antar pemerintah dan swasta, sistem informasi, dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu manfaat air yaitu dapat dimanfaatkan tenaganya namun dengan adanya perubahan iklim maka kita harus berupaya untuk meminimalisir bencana yang timbul akibat banjir maupun kekeringan. Sehinggga diperlukan mitigasi bencana. Dengan berbagai teknologi dan inovasi apapun tentu tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan masyarakat agar dapat mandiri secara ekonomi.
Pada kesempatan ini segenap panitia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para undangan, pemakalah yang telah bersedia hadir dan berbagi ilmu untuk menambah wawasan para peserta seminar.
vi
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh.
Seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas ridho dan berkah yang dikaruniakan kepada kita semua untuk dapat menyelenggarakan Seminar Nasional pada pagi ini, perkenankanlah saya, atas nama Universitas Jenderal Achmad Yani menghaturkan selamat datang di kampus ini.
Hadirin yang saya hormati.
Manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal serta daya cipta, rasa, dan karsa mengemban amanah untuk mengelola bumi beserta sumber daya alam untuk kelangsungan dan kesejahteraan kehidupannya. Air dan lahan merupakan dua unsur utama penyangga kehidupan yang perlu dikelola dengan benar agar mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan kehidupan manusia. Ketahanan sumber daya air akan memegang peran sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan maupun ketahanan energi yang akan berperan besar di dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dan kesejahteraan rakyat suatu negara.
Peran ilmuwan, serta praktisi di bidang rekayasa rancang bangun sipil sangat penting dalam upaya pengelolaan sumber daya air dan lahan. Komunikasi, serta saling berbagi pengalaman di antara para ilmuwan, praktisi, serta para pemangku kepentingan tentu akan sangat menunjang akselerasi terwujudnya sistem pengelolaan yang berdayaguna dan berhasilguna.
Universitas Jenderal Achmad Yani menyambut baik, dan bertekad untuk mendukung segala upaya kemitraan dalam rangka merajut jejaring yang kuat dalam rangka mewujudkan ketahanan sumber daya air dan lahan melalui kegiatan-kegiatan ilmiah serta kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi lainnya.
Kemitraan antara Universitas Jenderal Achmad Yani, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Nasional, Universitas Langlang Buana, Universitas Katholik Parahyangan, Universitas Kristen Maranatha, Politeknik Negri Bandung, Puslitbang Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Balai Besar Wilayah Sungai Jawa Barat, Dinas Pengelola Sumber Daya Air Jawa Barat, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, dan Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia, yang telah terjalin selama ini merupakan salah satu bentuk wadah karya nyata upaya sinergis mewujudkan ketahanan sumber daya air.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya atas nama Universitas Jenderal Achmad Yani, menghaturkan selamat mengikuti Seminar, serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pemakalah kunci, para pemakalah, para peserta, para panitia, dan semua pihak yang telah berperanserta dalam penyelenggaraan Seminar Nasional ini.
Semoga Allah SWT. melimpahkan berkah dan karunia kepada kita semua, sehingga Seminar Nasional ini dapat memberikan manfaat besar bagi perwujudan ketahanan air, pangan dan energi, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kemandirian ekonomi di Indonesia.
Dengan mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim, Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air 2016, secara resmi saya nyatakan dibuka.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh.
Cimahi, 17 September 2016
vii
SEKILAS TENTANG SEMINAR
Latar Belakang
Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 2.500-3.000 mm/tahun, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan mendukung ketahanan air, pangan, dan energi secara nasional. Didukung dengan lahan yang subur, Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki kapasitas untuk mewujudkan swasembada pangan. Kemudian berdasarkan catatan DFID dan World Bank pada tahun 2007 diketahui pula bahwa total potensi listrik tenaga air di Indonesia adalah sebesar 76,7 GW dari 4,2 GW yang telah terbangun. Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa Indonesia saat ini justru dihadapkan pada kondisi sebaliknya.
Seiring dengan tingginya laju urbanisasi dan alih fungsi lahan baik untuk memenuhi kebutuhan permukiman, komersial, maupun industri, Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin sering mengalami bencana banjir dan kekeringan serta pencemaran air. Kondisi yang kian kritis pun terjadi sebagai konsekuensi dari konflik alokasi air, lemahnya penegakan hukum, kurang efisiennya tata kelola, dan perilaku masyarakat yang sering kali mengabaikan pentingnya kelestarian air dan lingkungan. Khususnya di wilayah perkotaan dimana masyarakat masih sangat tergantung pada air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, pemompaan air tanah yang berlebihan telah mengakibatkan penurunan permukaan tanah yang selanjutnya menyebabkan semakin luasnya genangan banjir. Peningkatan intensitas curah hujan sebagai salah satu dampak perubahan iklim pun kemudian dikuatirkan dapat berdampak pada gagalnya sistem drainase yang tersedia.
Di sisi lain, akibat pembangunan dan aktivitas ekonomi yang tidak merata, pemerintah Indonesia pun kini dihadapkan pada tantangan penyediaan infrastruktur. Pola kemitraan antara pemerintah dan swasta diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk melakukan percepatan pengadaan infrastruktur yang diperlukan. Praktik pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat diyakini sebagai salah satu pendekatan yang cukup efektif untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya air.
Tujuan
1. Sebagai media untuk berbagi pengalaman mengenai berbagai permasalahan dan solusi tentang perwujudan ketahanan air, pangan dan energi.
2. Sebagai media untuk mengkomunikasikan pemikiran tentang upaya-upaya perwujudan ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung pengembangan keilmuan di bidang teknik sumber daya air sekaligus masukan bagi para pengambil keputusan.
3. Sebagai media yang menyediakan kesempatan bagi para pemangku kepentingan untuk dapat berkolaborasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian ekonomi.
Tema
viii
Sub Tema
1. Konservasi Air
a. Penyediaan dan distribusi air bersih b. Pemanenan air hujan
c. Perlindungan air tanah
d. Pengendalian pencemaran air serta restorasi sungai, danau, dan waduk
2. Tata Kelola Sumber Daya Air
a. Manajemen konflik tata kelola Sumber Daya Air b. Kemitraan pemerintah dan swasta
c. Pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat
d. Pengelolaan sumber daya air berbasis sistem informasi dan teknologi tepat guna e. Pengelolaan sampah dan sanitasi
f. Pengelolaan irigasi, rawa, dan pantai
3. Mitigasi Bencana Keairan dan Pengembangan Energi Terbarukan
a. Manajemen banjir dan kekeringan b. Adaptasi perubahan iklim
c. Pemanfaatan tenaga air
Peserta
1. Instansi pemerintah, Konsultan, Kontraktor, dan Umum 2. Peneliti, LSM, Pemerhati masalah keairan, Anggota HATHI
3. Dosen dan Mahasiswa
Sekretariat
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Jl. Ir. H. Juanda No. 193, Bandung
Telepon : (022) 2501554
Faximile : (022) 2500163
Email : seminar.tsda.bdg@gmail.com
Tim Reviewer
1. Doddi Yudianto, Ph.D 2. Yessi Nirwana, Ph.D 3. Olga Pattipawaej, Ph.D
ix
SUSUNAN KEPANITIAAN
A. Pengarah :
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional, Bandung
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Direktur Politeknik Negeri Bandung
Dekan Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana
Dekan Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha
Dekan Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Ketua Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia Cabang Jawa Barat
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung
B. Panitia Pelaksana
Ketua I : Ir. Agustin Purwanti, M.T. - Unjani
Ketua II : Ir. Nur Fizili Kifli, M.T. - Pusair
Ketua III : Prof. Ir. Iwan K., M.Sc, Ph.D - HATHI
Ketua IV : Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. - ITB
Ketua V : Ir. Dra. Fauzia Mulyawati, M.T. - Unla
Bendahara : Ir. Yati Muliati, M.T. - Itenas
Sekretaris : Yuyun Fauzi - HATHI
Sekretariat : Ade Karma, S.Si., M.T. - Pusair
: Vini Nurbaniyah Efendi, S.Sos - Pusair
: Nia Marianti, A.Md - Pusair
: Rudi Resmiyadi, A.Md - Pusair
Seksi Dana : R. Yayat Yuliana, SE., MM. - BBWS Citarum
: Ir. Sudrajat, M.T. - BBWS Citarum
: Adenan Rasyid, S.T., M.T. - BBWS Citarum
: Sari Kurniawati, S.T. - BBWS Citarum
: Dr. Ir. Winskayati, Sp1 - HATHI Cab. Jabar
Seksi Publikasi : Joko Nugroho, Ph.D - ITB
: Widyaningtyas, Ph.D - ITB
: M. Bagus Adityawan, Ph.D - ITB
: Supardi, S.T. - ITB
x
: Lisa Surya Lestari, S.T. - DBMP Kota Bandung
: Drs. Bambang Suryaman - DBMP Kota Bandung
Seksi Perlengkapan : Ir. KRAPH Rono H., M.T. - Unjani
: Chairunissa, S.T., M.T. - Unjani
: Agus Juhara,S.T.,M.T. - Unjani
: Prima Sukma,S.T., M.T. - Unjani
Seksi Acara 1 : Ir. Robby Gunawan Yahya, M.T. - Unla
: Ig. Sudarsono, S.T., M.T. - Unla
: Ir. Eko Wahyu Utomo, M.T. - Unla
: Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. - HATHI Cab. Jabar
: Dian Indrawati, S.T., M.T. - Unjani
: Ririn Rimawan, S.T., M.T. - Pusair
: Petty Kartina, S.T. - Pusair
: Hany Agustiani, S.T., M.T. - Pusair
: Fransiska Yustiana, S.T., M.T. - Itenas
: Yedida Yosananto, S.T., M.T. - Itenas
Seksi Acara 2 : Ir. Bambang Adi Riyanto, M. Eng - Unpar
: Ir. Salahudin Gozali, Ph.D - Unpar
: Dini Dwi Maulani, S.T. - Unpar
: Ir. Setio Wasito, Sp. M.T. - HATHI Cab. Jabar
: Slamet Lestari, S.T., M.T. - Pusair
: Mirwan Rofiq, S.T. - Pusair
Seksi Konsumsi : Ir. Iin Karnisah, M.T. - Polban
: Ir. Asmawar Bakrie, M.T. - Polban
: Enung, ST., M.Eng - Polban
: Reni Rustini,S.E. - Unjani
Seksi Dokumentasi : Robby Yusak Talla,Ph.D - UK. Maranatha
: Ir. Maria Christine Sutandi, M.Sc. - UK. Maranatha
: Ir. Kanjalia Tjandrapuspa, M.T. - UKM
: Ir. Nana Nasuha, Sp1 - DPSDA Prov. Jabar
: Lusie Musianty, S.T., MPSDA - DPSDA Prov. Jabar
: Gemilang, S.T., MPSDA - DPSDA Prov. Jabar
: Ir. Helmi Faizal,Sp - DPSDA Prov. Jabar
Seksi Makalah/Prosiding : Doddi Yudianto, Ph.D - Unpar
xi
: Prof(R).Dr. Waluyo Hatmoko - Pusair
: Dr. Ariani Budi Safarina - Unjani
: Yessi Nirwana, Ph.D - Itenas
: Olga Pattipawaej, Ph.D - UKM
: Steven R. Rusli, S.T., M.T., M.Sc. - Unpar
ix
Waktu Acara Penyaji Tempat
08.00 - 08.30 Pendaftaran Ulang Panitia
Pembukaan MC
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Panitia
Laporan Ketua Panitia Ir. Agustin Purwanti, MT
Sambutan Rektor Unjani
Pembukaan Acara Secara Resmi oleh Rektor Unjani
Pe a aa Do’a Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T.
09.00 - 09.30 Keynote 1 Ir. Firdaus Ali, P.hD
09.30 - 10.00 Keynote 2 Dr.Ing. Ir. Agus Maryono
10.00 - 10.30 REHAT KOPI + Persiapan presentasi makalah Panitia
Sub tema Konservasi Sumber Daya Air Tata Kelola Sumber Daya Air Mitigasi Bencana Keairan dan Pengembangan Energi Terbarukan
Ruang: I Ruang: II Ruang: III
Moderator: Ir. Dra. Fauzia Mulyawati, M.T. Moderator: Ir. Nur Fizili Kifli, M.T. Moderator: Ir. Salahudin Gozali, Ph.D Notulis : 1) Yedida Yosananto, S.T., M.T. 2) Mirwan
Rofiq, S.T., MPSDA
Notulis : 1) Ig. Sudarsono, S.T., M.T. 2) Petty Kartina, S.T. Notulis : 1) Raiyyan 2) Hany Agustiani, S.T., M.T.
10.30 - 10.45 PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN SARANA TEKNOLOGI ABSAH BAGI PENYEDIAAN AIR BAKU MANDIRI
Mohammad Imamuddin
ASPEK PENGELOLAAN TEKNOLOGI IPAL KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT
Sri Darwati, Elis Hastuti, dan Fitrijani Anggraini
TINJAUAN KINERJA FITUR-FITUR LOW IMPACT DEVELOPMENT PADA DRAINASE JALAN Dini Handayani
10.45 - 11.00 ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN AIR SUNGAI SA’DAN TERHADAP KUALITAS AIR PDAM TORAJA UTARA Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, dan Karatego
KAJIAN NERACA AIR BENDUNGAN LEUWIKERIS KABUPATEN TASIKMALAYA JAWA BARAT
Yonathan Leonard Prasha dan Bambang Adi Riyanto
KAJIAN INDEKS KEKERINGAN KEBASAHAN (SPI) TERHADAP NILAI OCEANIC NINO INDEX Levina, Wanny Adidarma, dan Putty Adila 11.00 - 11.15 PANEN AIR HUJAN – KELOLA AIR HUJAN – LINDUNGI AIR
TANAH
Susilawati dan Nisanson
TATA KELOLA AIR WADUK TILONG UNTUK IRIGASI LAHAN KERING
Isak Mesah, Robertus Wahyudi Triweko, dan Susilawati
DATABASE PERINGATAN DINI BANJIR/KEKERINGAN TERINTEGRASI BERBASIS KONSEP CASE-BASED-REASONING
Pian Sopian Amsori, Ade Karma, dan William Marcus Putuhena
11.15 - 11.30 STUDI PEMENUHAN AIR BAKU KOTA DAN KABUPATEN KUPANG - NTT
Marthen Y. Haning, Robertus Wahyudi Triweko, dan Salahudin Gozali
STUDI PEMANFAATAN AIR BUANGAN PERMUKAAN PADA DAERAH PERKOTAAN SEBAGAI AIR IRIGASI Binsar Silitonga
PENANGANAN BANJIR AKIBAT PENYALAHGUNAAN FUNGSI SISTEM DRAINASE
Try Pujianta Putra dan Maria Christine Sutandi Witjaksono, M.Sc
08.30 - 09.00
Waktu
Auditorium dr. Hindarto Joesman
SUSUNAN ACARA SEMINAR
SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL TEKNIK SUMBER DAYA AIR
PERWUJUDAN KETAHANAN AIR, PANGAN DAN ENERGI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMANDIRIAN EKONOMI
x
11.30 - 11.45 RE-USE AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN MENGGUNAKAN MEMBRAN GUNA MENGURANGI DAYA RUSAK AIR DI PULAU UNTUNG JAWA DKI JAKARTA
Mohammad Imamuddin
STUDI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU SABU
Aprianus M. Y. Kale, Robertus Wahyudi Triweko, dan Salahudin Gozali
STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI HUJAN RENCANA SISTEM DRAINASE KAWASAN PESONA SQUARE Gregorius Irwandi, Doddi Yudianto, dan Obaja Triputra Wijaya
11.45 - 12.15 TANYA JAWAB TANYA JAWAB TANYA JAWAB
12.15 - 13.15 ISHOMA ISHOMA ISHOMA
Ruang: I Ruang: II Ruang: III
Moderator: Ir. Agustin Purwanti, M.T. Moderator: Ir. Yati Muliati, M.T. Moderator: Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. Notulis : 1) Fransiska Yustiana, S.T., M.T. 2) Mirwan
Rofiq, S.T., MPSDA
Notulis : 1) Ir. Robby Gunawan Yahya, M.T. 2) Petty Kartina, S.T.
Notulis : 1) Budpi 2) Hany Agustiani, S.T., M.T.
13.15 - 13.30 PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA SISTEM DRAINASE GEDUNG PUSAT PEMBELAJARAN ARNTZ-GEISE Rista Ghonyvia Dwi Rachmawati, Doddi Yudianto, dan Steven Reinaldo Rusli
KAJIAN PEMANFAATAN AIR EMBUNG HAEKRIT SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN
Victor Frederick dan Doddi Yudianto
KAJIAN PEREDAM ENERGI GANDA BENDUNG KRUENG PASE, PROVINSI ACEH
Santoso Hartanto, Slamet Lestari, dan F. Yiniarti Eka Kumala
13.30 - 13.45 STUDI PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN DAN KOMERSIAL DI KOTA DEPOK
Finna Fitriana, Doddi Yudianto, dan Steven Reinaldo Rusli
MODEL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA DAS WOLOWONA
Bernadeta Tea, Robertus Wahyudi Triweko, dan Susilawati
STUDI PERANCANGAN HIDRAULIK BANGUNAN PENGELAK PADA BENDUNGAN LEUWI KERIS TASIKMALAYA
Christopher Adhika Putra dan Bambang Adi Riyanto
13.45 - 14.00 PENJERNIHAN AIR METODE PENYARINGAN PASIR DAN DESINFEKTAN ALAMI BUAH KELOR Hindra
Jaya Zefran dan Maria Christine Sutandi
PENGEMBANGAN IRIGASI RAWA UNTUK KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SAMBAS - KALIMANTAN BARAT Roni Farfian dan Agustin Purwanti
PEMODELAN HIDROGRAF BANJIR DAS BOGOWONTO Dini Sasri Wiyanti dan Bambang Adi Riyanto
14.00 - 14.15 PENERAPANMETODEECOTECH GARDEN
DI PERUMAHAN TORAJA HOME LAND-TORAJA UTARA Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, dan Sapardi Sapan Bungin
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI DRAINPILE DI SEI AHAS KALIMANTAN TENGAH
Arif Dhiaksa dan Ganggaya Sotyadarpita
MANAJEMEN BENCANA BANJIR AKIBAT KEGAGALAN BENDUNGAN
Kukuh Prasetyo Pangudi Utomo dan Parindra Ardi Wardhana
14.15 - 14.30 PEMETAAN DRAINASE JALAN DI BANDUNG TIMUR Dini Handayani
PENENTUAN KAPASITAS POMPA BERDASAR LUAS AREA GENANGAN MENGGUNAKAN SOFWARE SPSS
Mohammad Imamuddin, Haryo Koco Buwono, dan Trijeti
EFEKTIVITAS ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR SECARA STRUKTURAL DI SUNGAI TEMBUKU, KOTA JAMBI Steven Reinaldo Rusli, Arisesar Hidayah, dan Doddi Yudianto
14.30 - 14.45 STUDI PENGENDALIAN BANJIR PADA BATANG KURANJI
PADANG SUMATERA BARAT DENGAN TANGGUL Reva Ayu Nadya dan Bambang Adi Riyanto 14.45 - 15.00
15.00 - 15.15
15.15 - 15.30 REHAT KOPI
Informasi Sertifikasi Keahlian HATHI Ir. Setio Wasito, Sp. M.T.
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dr. Firdaus Ali – Staf Khusus Menteri PUPR Bidang SDA
Staf Pengajar Universitas Indonesia
Dr-Ing. Agus Maryono – Pelopor Restorasi Sungai Indonesia
Staf Pengajar Universitas Gajah Mada
Ketua Himpunan Ahli Teknik Hidraulik (HATHI) Indonesia Pusat
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair)
Ketua Himpunan Ahli Teknik Hidraulik (HATHI) Indonesia Cabang Jabar
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum
Kepala Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan (BHGK) Pusair
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (Dinas PSDA) Prov. Jabar
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung
Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) - Cimahi
Rektor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) - Bandung
Rektor Universitas Langlangbuana (Unla) - Bandung
Rektor Universitas Kristen Maranatha (UKM) - Bandung
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) - Bandung
Rektor Institut Teknologi Nasional (Itenas) - Bandung
Direktur Politeknik Negeri Bandung (Polban) - Bandung
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani
Dekan Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan
Dekan Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana
Dekan Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Itenas
PT. Mitraplan Enviratama
PT. Innako Internasional Konsultindo
PT. Vitraha Consindotama
PT. Arga Pasca Rencana
PT. Bina Karya Persero
PT. Purnatama Kindoteknik
PT. Oseano Adhitaprasarana
PT. Sarana Bhuana Jaya
1
PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN SARANA TEKNOLOGI ABSAH BAGI
PENYEDIAAN AIR BAKU MANDIRI, STUDI PERENCANAAN KECAMATAN
BEKASI UTARA KOTA BEKASI
Mohammad Imamuddin1
1Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Imamuddin0001@gmail.com
Abstrak
Kondisi iklim di Indonesia saat ini adalah kondisi iklim yang tidak seimbang, di mana pada saat musim hujan terjadi limpahan air yang cukup banyak, sementara pada saat musim kemarau terjadi krisis air atau kekeringan. Berbagai upaya untuk mengatasi kekeringan telah dibangun salah satunya adalah dengan membuat bangunan Penampungan Air Hujan (PAH). Sistem PAH biasanya terdiri dari subsistem bidang tangkapan air hujan, sub sistem penghantar air dan subsistem tampungan air. Secara umum penggunaannya hanya berlangsung singkat. Bangunan ini yang dibuat dalam keadaan terbuka sehingga kotoran, debu, serangga atau binatang kecil sangat mudah masuk kedalamnya. PAH sendiri mempunyai permasalahan lain yaitu bisa menjadi berkualitas tidak baik, sebagai akibat dari cara penyimpanan air hujan yang tidak terlindungi. Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi merupakan penduduk terbesar di Kota Bekasi yang setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah penduduk 4,085 % dan mempunyai curah hujan maksimum 2373,75 mm/tahun tidak luput dari kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya. Oleh karena itu PAH yang ada baik tradisional, semi rasional maupun rasional, perlu ditingkatkan dengan dilakukan modifikasi secara kuantitas dan kualitas menjadi suatu bangunan yang disebut dengan ABSAH (Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan). Dasar kaidah dan filosofi dari pembuatan bangunan ABSAH ini adalah bangunan inovasi yang bersifat massal dan sederhana yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air di Bandung. Volumenya bisa dirancang secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air selama setahun dengan pasok air desain tertentu dan menghasilkan kualitas air yang baik serta mampu mereduksi banjir dan genangan di lokasi tersebut jika digunakan secara massal. Keuntungan yang dimiliki ABSAH yang dapat bersifat mandiri, dengan luas atap yang memadai dan jumlah penghuni yang ditetapkan, dapat digunakan secara menerus dari generasi ke generasi (bisa berlangsung lama). Teknologi ABSAH yang dibangun di bawah rumah tidak mengurangi tapak rumah dan dapat diterapkan di seluruh Indonesia untuk daerah-daerah yang mengalami kesulitan air di perkotaan.
Kata kunci : Teknologi ABSAH, Curah Hujan Tahunan, Luas Atap, Dimensi Bangunan
LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan ini. Berdasarkan lokasi air, maka air tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah (air tanah). Penggunaan air setiap harinya semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Air permukaan dan air tanah merupakan sumber air utama yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum, pertanian, industri, rumah tangga dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Namun demikian sampai saat ini sebagian besar kebutuhan air masih mengandalkan dari sumber air tanah.
2 ibukota, Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi menjadi daerah penyangga ibukota. Hal ini berpengaruh dalam penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi. Sebagian besar lahan di Kota Bekasi digunakan untuk tempat tinggal dan usaha..
Sebagai kecamatan penyangga ibukota yang juga mengalami perubahan tata guna lahan mempunyai problema tersendiri terhadap kebutuhan air bersih. Selama ini kebutuhan air bersih yang digunakan masyarakat Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi berasal dari sungai citarum dan air tanah. Dengan mempunyai kondisi alam Kota Bekasi pada daerah dataran dengan kemiringa antara 0 – 2 % dan ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut, Mempunyai curah hujan maksimum 2373,75 mm/tahun pada tahun 2010, sangat berpotensial memanfaatkan air hujan bagi meningkatkan ketersediaan air baku di Kota Bekasi
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penelitian ini adalah pertama menganalisa air hujan merupakan salah satu potensi ketersediaan air baku dalam peningkatan kebutuhan air bersih di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi, kedua menyusun suatu konsep teknologi yang tepat untuk pemanfaatan air hujan bagi pemenuhan kebutuhan air bersih, ketiga adalah melakukan desain dan perhitungan biaya untuk pelaksanaan pembangunan tersebut, keempat adalah memberikan masukan kepada penentu kebijakan bahwa penerapan pemanfaatan teknologi untuk pemanenan air hujan dapat dilaksanakan pada perumahan-perumahan di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah didapatkan suatu rekomendasi atau kesimpulan bahwa air hujan dapat dimanfaatkan sebagai alternative ketersediaan air baku yang dapat dilaksanakan secara mandiri dalam rangka peningkatan kebutuhan air bersih di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi.
METODOLOGI
3 Gambar 1. Bagan alir penelitian
HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya data tentang curah hujan.
2. Diperolehnya gambaran tentang rencana model tampungan.
3. Diperoleh satu desain perencanaan ABSAH.
4. Mendapatkan gambaran keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan tampungan memanfaatkan teknologi ABSAH
HASIL YANG DIHARAPKAN
Air Baku
Definisi air baku
Pengertian air baku adalah adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman dan sehat karena air rentan terhadap
Selesai Pengumpulan Data
Primer dan Sekunder Persiapan
Analisa jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih
masyarakat
Analisa hidrologi dan kapasitas tampungan
Pemilihan model simpanan air hujan
Detail desain dan anggaran biaya
4 penyebaran penyakit yang disebarkan melalui air (water borne desease). Adapun sumber air baku adalah air permukaan, mata air dan ait tanah. Sedangkan macam – macam air baku di alam adalah: air sungai, air danau/waduk,rawa, air tanah dan mata air serta air laut.
Air dapat dikatakan sebagai air bersih apabila memenuhi 4 syarat yaitu syarat fisik, kimia, biologis, radioaktif sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
1. Syarat fisik, ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau, dan rasa serta jernih. 2. Syarat Kimia, meliputi tidak terdapat bahan kimia tertentu seperti Arsen (As), besi (Fe), Fluorida (F),
Chlorida (C), kadar merkuri (Hg), dan lain – lain.
3. Syarat Biologis Syarat biologis air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme patogen maupun non pathogen seperti bakteri, virus, protozoa. Mikroorganisme coli digunakan sebagai indikator untuk mengetahui air telah terkontaminasi oleh bahan buangan organic.
4. Syarat Radioaktif Bahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif sangat membahayakan bagi kesehatan, dapat menimpa manusia melalui makanan atau minuman yang telah tercemar.
Dasar hukum penyediaan air baku
Pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu kepada dasar hukum yang berlaku. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Dalam Pasal 5, Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tersebut, dinyatakan bahwa sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Gambar 5 memperlihatkan Sistem Penyediaan Air Minum.
Gambar 2. Sistem penyediaan air minum
Sumber air baku
Sumber air baku berasal dari air permukaan, air bawah permukaan, dan mata air.
1. Air permukaan
Air permukaan yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku adalah air sungai, waduk, telaga, rawa, dan sumber air permukaan lainnya.
5 Air bawah permukaan adalah air yang bisa dimanfaatkan untuk sumber air baku yang berasal dari air tanah dalam (artesis) dan air tanah dangkal. Air tanah dangkal ini memiliki kedalaman 4 – 10 meter di bawah permukaan tanah.
3. Mata air
Mata air adalah sumber air baku yang keluar dari permukaan tanah tanpa menggunakan mesin, tetapi mata air ini biasanya terdapat di tepi – tepi bukit. Debit yang dikeluarkan oleh mata air relatif sama tiap waktunya karena debit mata air tidak terpengaruh langsung oleh air hujan yang turun di permukaan tanah
Bangunan air baku
Bangunan unit air baku merupakan unit bagian awal pada sistem penyediaan air baku. Bangunan ini disebut bak penangkap mata air (Broncapturing).
Broncapturing biasa digunakan untuk mengambil air dari mata air. Dalam pengumpulan mata air,
hendaknya dijaga supaya tanah tidak terganggu. Hal ini akan menyebabkan terganggunya konstruksi bangunan dan juga akan mempengaruhi kualitas mata air. Menurut Al Layla (1978), broncapturing
sebaiknya dilengkapi dengan perpipaan utama, valve dan manhole, sedangkan untuk mata air yang banyak mengandung pasir dibutuhkan bak pre-settling chamber. Konstruksi bangunan penangkap mata air pada umumnya terdiri atas:
1. Batu-batu kosong dan kerikil yang bersih 2. Batu bata
3. Lembaran plastik dengan ketebalan minimal 3 mm
4. Aspal/adukan semen
Penangkapan air dari sumber mata air harus menjaga kondisi tanah di sekitarnya. Air permukaan di dekat mata air tidak boleh meresap dan bercampur dengan mata air.
Syarat – syarat Bak Penangkap Mata Air (PMA) :
1. Bentuk PMA tidak mengikat, disesuaikan dengan topografi dan situasi lahan
2. Bangunan PMA diusahakan berbentuk elips bersudut tumpul atau empat persegi panjang.
3. Pipa keluar (Pipa Out Let) pada bak pengumpul dari bangunan PMA tidak boleh lebih tinggi dari muka asli sebelum dibangun PMA.
Pemahaman Mengenai Banjir
Definisi Banjir
Banjir dapat diberi batasan sebagai laju aliran yang relatif tinggi sehingga menyebabkan aliran sungai melebihi daya tampung suatu sungai. (Lee, 1988 : 243 - 257) Sehingga setiap ada limpasan air yang melebihi kapasitas sungai sudah dapat dikatakan banjir. Secara hidrologis banjir merupakan peristiwa alam biasa, bahkan sebagian besar dari daratan aluvial tempat manusia berada sekarang ini merupakan hasil dari proses banjir.
Dengan berkembangnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan lahan semakin meningkat pula. Seiring dengan majunya peradaban dan teknologi, menyebabkan terjadinya percepatan (akselerasi) pembukaan lahan - lahan baru. Daerah yang semula merupakan daerah resapan dan pengendali air berubah menjadi daerah pemukiman yang kedap air. Perubahan ini menyebabkan terjadi keseimbangan baru yang menyebabkan perubahan pola temporal hidrologi termasuk limpasan sungai.
Dataran Banjir
6 Penyebab / Sumber banjir
Banjir yang terjadi pada suatu wilayah disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut :
1. Berkurangnya kapasitas tampungan sungai akibat pendangkalan
Banjir terjadi karena berkurangnya luas profil pengaliran sungai akibat sudah sangat dangkalnya dasar sungai oleh pengendapan bahan-bahan padat yang terbawa oleh air yang berasal dari erosi, longsoran tebing sungai, bahan- bahan letusan gunung, sampah, bangunan-bangunan ilegal di sekitar sungai, dan pengaruh lainnya.
2. Penyempitan alur sungai
Selain pendangkalan karena sampah, alur sungai juga banyak mengalami penyempitan akibat bangunan ilegal seperti rumah-rumah penduduk, maupun bangunan-bangunan silang yang dibuat tanpa memperhatikan kaidah hidraulika aliran sungai (A. Suhud, 2004 : 83 - 84).
Bangunan silang yang terdapat di Kota Bandung, Khususnya di Kawasan Gedebage antara lain berupa jembatan jalan raya, jembatan kereta api, jembatan utilitas (PDAM, PLN, gas, & Telkom) memiliki gelagar yang menyentuh permukaan air sungai dan kurang memperhatikan prediksi banjir sehingga dapat mengganggu aliran terutama pada saat debit aliran sungai tinggi.
3. Kegiatan investasi di wilayah resapan (hulu DAS)
Meningkatnya investasi berupa pembangunan pada berbagai segmen DAS karena kebutuhan akan lahan baru (pemukiman, dan fasilitas publik) juga disinyalir merupakan penyebab banjir.
Gambar 3. Penyebab terjadinya banjir
Bencana banjir (Flood disaster)
Melalui materi seminar internasional Sustainable Infrastructure in Flood Endangered Areas, Bandung 6 - 9 Desember 2006, yang diselenggarakan oleh TU Berlin dan ITB dapat dihimpun informasi mengenai bencana banjir (flood disaster) sebagai berikut : Bencana didefinisikan sebagai suatu kejadian alami, atau karena kegiatan manusia, yang terjadi secara tiba – tiba atau bertahap, yang memberikan pengaruh terhadap suatu komunitas dimana harus ditindak lanjuti dengan tindakan luar biasa.
Pemahaman Mengenai Kekeringan
Tata ruang / peruntukan dataran banjir yang tidak sesuai
Tata ruang / pengelolaan DAS
Permukiman di bantaran sungai
Bangunan sungai / silang
Kenaikan muka air laut akibat ‖global warming‖
Amblesan tanah (Subsidence)
Pendangkalan
7 Berdasarkan penyebab dan dampak yang ditimbulkan, kekeringan diklasifikasikan sebagai kekeringan yang terjadi secara alamiah dan kekeringan akibat ulah manusia. Kekeringan alamiah dibedakan dalam 4 jenis kekeringan, yaitu :
1. Kekeringan Meteorologis
Kekeringan yang berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim di suatu kawasan. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
2. Kekeringan Hidrologis
Kekeringan yang berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunya elevasi air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah.
3. Kekeringan Agronomis
Kekeringan yang berhubungan dengan berkurangnya lengas tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologis.
4. Kekeringan Sosial Ekonomi
Kekeringan yang berkaitan dengan kondisi dimana pasokan komoditi ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi dan agronomi (pertanian). Adapun kekeringan akibat perilaku manusia utamanya disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan yang ada. Kekeringan jenis ini dikenal dengan nama Kekeringan Antropogenik, dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu :
a. Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.
b. Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia
Penyebab kekeringan
Kekeringan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya curah hujan saja, tetapi ada beberapa faktor lain yang berpengaruh, antara lain :
1. Faktor Meteorologi
Kekeringan yang disebabkan oleh faktor meteorologi merupakan ekspresi perbedaan presipitasi dari kondisi normal untuk suatu periode tertentu, karena itu faktor meteorologi bersifat spesifik wilayah sesuai dengan iklim normal di suatu wilayah. Selain dipengaruhi oleh dua iklim pulau Jawa juga dipengaruhi oleh dua gejala alam yaitu gejala alam La Nina yang dapat menimbulkan banjir dan gejala alam El Nino yang menimbulkan dampak musim kemarau yang kering.
2. Faktor Hidrologi
Pada saat ini kondisi hutan di Jawa Tengah cukup memprihatinkan dan pada tahun-tahun terakhir ini sering terjadi penjarahan hutan dan pemotongan pohon yang tidak terpogram, sehingga menyebabkan gundulnya tanah di daerah tangkapan air, hal ini menyebabkan bertambahnya koefisien run-off dan berkurangnya resapan air ke dalam tanah (infiltrasi). Kondisi ini sangat berpengaruh dengan berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah maka variabilitas aliran sungai akan meningkat dan pada musim kemarau berkurang pula debit air pada sungai-sungai sebagai sumber air yang menyebabkan kekeringan di bagian hilir sungai tersebut.
3. Faktor Agronomi
Kekurangan kelembaban tanah menyebabkan tanah tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu, karena itu apabila para petani tidak disiplin dan tidak patuh pada pelaksanaan Pola Tanam dan Tata Tanam yang telah disepakati dan merupakan salah satu dasar untuk perhitungan kebutuhan air, maka akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pemberian air untuk tanaman.
4. Faktor Prasarana Sumberdaya Air
8 Di sisi lain prasarana sumber daya air sebagai penampung air seperti waduk, embung dan lain-lain masih sangat terbatas, disamping kondisi prasarana yang ada tersebut banyak yang rusak atau kapasitasnya menurun.
5. Faktor Penegakan Hukum
Kurangnya kesadaran masyarakat/aparat dan belum terlaksananya penegakan hukum secara tegas menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan bencana kekeringan yaitu pencurian air, perusakan sarana dan prasarana sumberdaya air sehingga mengakibatkan kesulitan pembagian air yang akhirnya menimbulkan kerugian serta konflik antar pengguna karena tidak terpenuhinya kebutuhan air.
6. Faktor Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat di sekitar sumber air mempengaruhi tingkat partisipasi dan handarbeni masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya air dan lingkungannya karena tata guna lahan yang tidak serasi (tidak sesuai Master Plan/Tata Ruang Wilayah) serta pemakaian air yang tidak efisien.
Pemahaman Mengenai Teknologi Tampungan Air
Maryono dan Santoso (2006) menyebutkan bahwa di dunia internasional saat ini upaya memanen hujan telah menjadi bagian penting dalam agenda global environmental water resources management dalam rangka penanggulangan ketimpangan air pada musim hujan dan kering (lack of water), kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia, serta penanggulangan banjir dan kekeringan. Teknik pemanenan air hujan atau disebut juga dengan istilah rain water harvesting didefinisikan sebagai suatu cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk selanjutnya digunakan pada waktu air hujan rendah. Dilihat dari ruang lingkup implementasinya,
teknik ini dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :
a. Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting), dan
b. Teknik pemanenan air hujan (dan aliran permukaan) dengan bangunan reservoir, seperti dam parit, embung, kolam, situ, waduk, dan sebagainya.
Sesuai dengan namanya, teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water
harvesting) pada prinsipnya dilakukan dengan memanfaatkan atap bangunan (rumah, gedung
perkantoran, atau industri) sebagai daerah tangkapan airnya (catchment area) dimana air hujan yang jatuh di atas atap kemudian disalurkan melalui talang untuk selanjutnya dikumpulkan dan ditampung ke dalam tangki (Gambar 1) atau bak penampung air hujan (Gambar 2). Selain berbentuk tangki atau bak, tempat penampungan air hujan juga dapat berupa tong air biasa (Gambar 3) ataupun dalam suatu kolam/taman di dalam rumah (Gambar 4). Teknik pemanenan air hujan yang memanfaatkan atap bangunan ini umumnya dilakukan di daerah permukiman / perkotaan.
Al Amin et al (2008) menyebutkan bahwa konstruksi untuk bangunan pemanen air hujan dapat dibuat dengan cepat karena cukup sederhana dan mudah dalam pembuatannya. Komponen-komponen utama konstruksi tampungan air hujan seperti yang digambarkan dalam Gambar 5, terdiri dari : atap rumah, saluran pengumpul (collector channel), filter untuk menyaring daun-daun atau kotoran lainnya yang terangkut oleh air, dan bak penampung air hujan.
Heryani (2009) dalam tulisannya yang berjudul Teknik Panen Hujan : Salah Satu Alternatif Untuk
Memenuhi Kebutuhan Air Domestik menjelaskan bahwa potensi jumlah air yang dapat dipanen (the
water harvesting potential) dari suatu bangunan atap dapat diketahui melalui perhitungan secara
sederhana, sebagai berikut:
Jumlah air yang dapat dipanen = Luas area X curah hujan X koefisien runoff
9 yang ada di alam tetapi ke akuifer buatan, yang disusun dari batuan-batuan yang bersifat unconsolidated dan bisa berfungsi menyerupai akuifer alami. Teknologi ini menggunakan akuifer buatan dalam bentuk suatu susunan lapisan (bisa secara vertikal dan bisa horisontal). Akuifer buatan (kerikil, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, puing bata merah, onggokan batugamping, arang batok atau kayu, ijuk) ini ditempatkan dalam bak akuifer buatan, yang dasar dan dindingnya bersifat kedap air.
Bangunan ABSAH selengkapnya terdiri dari bak pemasukan air, bak akuifer buatan, bak reservoir dan bak pemanfaatan air, di mana ruang antar bak dihubungkan oleh suatu rooster dan ijuk. Dengan demikian, semua proses pemasukan air, pergerakan air dalam akuifer buatan, penyimpanan air dan pengambilan air berada dalam bangunan yang terkendali.
Akuifer buatan ini berfungsi selain sebagai filter, juga bertindak sebagai media penambah mineral melalui kontak butir material batuan dengan air, serta menirukan proses fisik, kimia dan biologis seperti yang terjadi dalam akuifer alami. Proses gerakan air di dalamnya diusahakan berjalan lambat (aliran laminer) dan dengan lintasan yang panjang. Untuk menjaga temperatur air konstan, mencegah sinar matahari dan polusi dari luar masuk, serta mencegah pertumbuhan ganggang dalam air, maka hampir seluruh bangunan ini dibuat tertutup rapat dan ditanam sebagian ke dalam tanah.
Gambar 4. Pembuatan akuifer buatan simpanan air hujan
Teknologi ini cocok untuk mengatasi masalah penyediaan air baku misalnya di kota besar dan kota-kota yang sedang berkembang serta sudah ditiru oleh berbagai pihak. Teknologi ABSAH juga bisa dikombinasikan dengan bangunan embung, telaga, kaptering mata air dan lain sebagainya, namun harus melalui prapengolahan ringan terlebih dahulu (tergantung dari kualitas sumber airnya).
Bangunan ABSAH bisa dibuat menyatu dengan bangunan tempat tinggal atau gedung-gedung, dan bisa juga dibuat terpisah. Bangunan ABSAH juga bisa dipakai untuk menyimpan air hujan yang akan diimbuhkan ke sumur dalam atau dangkal secara gravitasi ataupun secara injeksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air bersih Masyarakat
Perkembangan Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi sudah terlihat sewaktu masih berstatus sebagai kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi kian membengkak karena migrasi penduduk dari luar.
10 Dengan jumlah penduduk Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi pada tahun 2012 mencapai 332.040 jiwa yang terdiri dari 164.484 jiwa penduduk laki-laki dan 166.556 jiwa penduduk perempuan.
Tahun 2014 menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi adalah 334.232 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 169.378 dan perempuan 164.854 jiwa mendiami luas wilayah sekitar 1.965 hektar.
Peningkatan jumlah penduduk kota bekasi dari tahun 2012 sampai dengan 2014 mencapai 0,3%. Prediksi pada tahun 2031 atau 17 tahun kemudian jumlah penduduk Kecamatan Bekasi Utara kota bekasi di prediksi mencapai 353.458 jiwa yang mendiami seluas 1.965 hektar
Berdasar Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kota Bekasi Tahun 2011 – 2031, pasal 6 ayat 8 dijelaskan Kebijakan perwujudan ruang terbuka hijau kota sebesar 30% ( 589,5 Ha ) dari luas wilayah di Kota Bekasi.
Berdasar analisa peningkatan jumlah penduduk dan rasio pemenuhan air bersih di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi untuk sampai tahun 2031 yang akan datang akan mengalami krisis yang cukup mengkhawatirkan dengan tingkat penyediaan air bersih rata-rata mencapai 55% dari jumlah populasi dengan tingkat kebocoran 25%.
Oleh karena itu untuk mencukupi pemenuhan akan air bersih untuk masyarakat dengan luas lahan yang terbatas diperlukan beberapa alternatife teknologi yang masih dimungkinkan untuk menanggulangi krisis air bersih.
Permodelan Tampungan Air Hujan
Pengenalan teknologi ABSAH merupakan satu bangunan konservasi dan sekaligus pendayagunaan air, termasuk turunannya dapat menirukan aliran air yang terjadi di alam, yang dapat berupa :
1. Aliran air tanah alami.
2. Aliran air tanah disekitar sumur gali atau sumur bor. 3. Aliran mata air
4. Proses hidrologi dalam daerah aliran sungai (atap bangunan merupakan daerah aliran tangkapan hujan)
5. Proses penyaringan fisik di alam.
6. Proses penambahan mineral di alam, proses fisik, kimia dan biologis.
Bangunan ABSAH bisa disebut sebagai SAWS (Stand Alone Water Supply) atau SSWS (Self Supporting
Water Supply), atau disebut bangunan penyediaan air baku mandiri, yang bisa dibuat terlepas dari sistem
penyediaan air baku yang berlaku umum seperti yang dimiliki perusahaan air minum daerah.
Konsep bangunan ABSAH ini tersusun dari empat bak yang tertutup rapat. Dari keempat bak tersebut, pemasukan air harus didesain sehingga sanggup menyimpan air selama hujan terlebat berlangsung. Oleh karena itu ukuran bak pemasukan air, akan sangat ditentukan baik oleh intensitas hujan maupun luas atap bangunansedemikian, sehingga tidak ada air yang tumpah keluar bangunan. Harus juga diperhitungkan keberadaan air yang ada di Bak ini.
Konsep ABSAH adalah sebagai berikut :
1. Terdiri atas 4 (empat) bak, yaitu bak pemasukan air, bak akuifer buatan, bak penyimpanan air dan bak pengambilan air, antar bak ditempatkan panel rongga.
2. Bangunan ini dibuat tertutup rapat (dengan beberapa pengecualian) dan tertanam sebagian di bawah permukaan tanah, kedap air agar tidak terjadi kebocoran (sebaiknya dibuat dengan konstruksi beton). 3. Air hujan yang jatuh pada atap bangunan rumah, gedung dan lain sebagainya dialirkan ke bak pemasukan air melalui talang bangunan. Pada bak ini dilengkapi dengan lembaran kain atau lembaran bahan penyaring yang ditempatkan secara horisontal dan ditanam dalam lapisan kerikil kasar, namun sewaktu-waktu harus mudah diambil.
11 5. Bak akuifer buatan tersusun dari material kerikil kasar, kerikil sedang, kerikil halus, pasir kasar, pasir sedang, puing bata merah berukuran kerikil halus, arang kayu atau arang batok kelapa, ijuk, dan dibagian tengah disipkan seonggok batu gamping kemudian diakhir dengan ijuk, semua berada dalam sekat-sekat yang antar sekatnya diberi rooster.
6. Air yang keluar dari bak akuifer buatan kemudian mengalir dan berkumpul didalam bak reservoir, yang dengan rooster air mengalir menuju ke bak pemanfaatan air.
7. Bak pemanfaatan air berupa sumuran yang sekelilingnya diselimuti berturut-turut kerikil sedang, kerikil halus dan pasir kasar dan berada dalam bak pemanfaatan air. Ini menirukan konsep sumur gali atau sumur bor.
8.
Pengambilan air sebaiknya digunakan dengan menimba memakai ember, agar pengendalian mengenai pemanfaatannya berlangsung baik. Jika tidak ingin ada pencemaran, maka sumur ditutup dan dibuat pompa tangan diatas tutup tersebut.Hidrologi dan Volume Tampungan
Curah hujan yang diperlukan dalam mendisain kolam tampungan adalah data curah hujan tertinggi dalam setiap bulannya selama satu tahun yang dihimpun dalam kurun waktu minimal 10 tahun periode.
Lokasi stasiun di ambil 4 stasiun yaitu Stasiun Curah Hujan Pebayuran, Cibarusah, Muara dan Cikarang Bekasi. Keempat stasiun tersebut di ambil berdasar catchmant Kota Bekasi. Hasil Dari keempat stasiun curah hujan tersebut kemudian dianalisa untuk didapat Rekap Data Curah Hujan yang berisi rata-rata curah hujan dalam 12 tahun terakhir,
Hasil perhitungan dari data curah hujan didapat kebutuhan tampungan ABSAH untuk kategori sebagai berikut :
1. Untuk luas atap 50 m2 dihasilkan curah hujan maksimum sebesar 1854,84 mm/tahun. Volume hujan
92,74 m3 /tahun, pasok air sebesar 253,91 liter/hari sehingga dihasilkan volume maksimum 29,37 m3
dan volume minimum 0.05 m3. Dari hasil perhitungan di dapat volume tampungan optimal 29,32 m3
atau ukuran kolam 2 x 5 x 3 m3
Tabel 1. Hasil skenario 1
2. Untuk luas atap 75 m2 dihasilkan curah hujan maksimum sebesar 1854,84 mm/tahun. Volume hujan 139,11 m3 /tahun, pasok air sebesar 380,87 liter/hari sehingga dihasilkan volume maksimum 44,55 m3
dan volume minimum 0.57 m3. Dari hasil perhitungan di dapat volume tampungan optimal 43,98 m3
12 Tabel 2. Hasil skenario 2
3. Untuk luas atap 100 m2 dihasilkan curah hujan maksimum sebesar 1854,84 mm/tahun. Volume hujan
185,48 m3 /tahun, pasok air sebesar 507,83 liter/hari sehingga dihasilkan volume maksimum 60,74 m3
dan volume minimum 2.09 m3. Dari hasil perhitungan di dapat volume tampungan optimal 58,64 m3
atau ukuran kolam 4 x 5 x 3 m3
Tabel 3. Hasil skenario 3
4. Untuk luas atap 125 m2 dihasilkan curah hujan maksimum sebesar 1854,84 mm/tahun. Volume hujan
13 dan volume minimum 2.61 m3. Dari hasil perhitungan di dapat volume tampungan optimal 73,31 m3
atau ukuran kolam 5 x 5 x 3 m3
Tabel 4. Hasil skenario 4
DETAIL DESAIN DAN ANGGARAN BIAYA
Detail Desain
Konstruksi bangunan yang digunakan adalah permanen air dari bak pemasukan selanjutnya akan memasuki bak akuifer buatan, yang dibagi dalam banyak partisi, dengan batas partisi berupa panel, sebagian tidak berlubang dan sebagiannya lagi berlubang yang diisi ijuk. Di antara dua batas partisi secara berturutan sengaja diisi misalnya dengan material kerikil, pasir kasar, pasir sedang, puing bata merah, arang batok atau kayu, seonggok batu gamping atau dolomit (untuk di daerah hujan asam namun tidak diperlukan di daerah karst) dan ijuk.
Disyaratkan bak tersebut tidak boleh bocor dan harus tertutup rapat. Secara tipikal bisa berukuran panjang 13 m atau lebih, lebar 5 m dan kedalaman 2,5 m, (1,5 m tertanam didalam tanah, 1 m muncul di permukaan tanah) di mana antar bak berturutan diberi panel berlubang untuk penghantaran aliran air.Konstruksi bisa berupa batu bata yang diperkuat dengan jala-jala tulangan besi dalam plesteran untuk dinding luar dan beton bertulang untuk dasar. Untuk lebih menjamin kekedapan konstruksi beton bertulang.
Anggaran Biaya
14
Tabel 5. Anggaran biaya bangunan ABSAH
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk hasil perhitungan analisis kebutuhan masyarakat akan air bersih dengan menggunakan ABSAH di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
NO LUAS
ATAP
VOLUME TAMPUNGAN
VOLUME YANG DIHASILKAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT
JUMLAH YANG DAPAT
DIPAKAI
1 50 m2 29,32 m3 253,91 liter/hari 185 liter//0rang/hari 1 orang/hari
2 75 m2 43,98 m3 380,87 liter/hari 185 liter//0rang/hari 2 orang/hari
3 100 m2 58,64 m3 507,83 liter/hari 185 liter//0rang/hari 2 orang/hari
4 125 m2 73,31 m3 634,78 liter/hari 185 liter//0rang/hari 3 orang/hari
2. Biaya Pembangunan Teknologi ABSAH di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi dihasilkan tabel sebagai berikut :
NO LUAS
ATAP
VOLUME TAMPUNGAN
LUAS KOLAM H =
3 M
HARGA PER M2 TOTAL BIAYA
1 50 m2 29,32 m3 2 x 5 m2 Rp. 3.112.922,00 Rp. 31.129.220,00
2 75 m2 43,98 m3 3 x 5 m2 Rp. 3.112.922,00 Rp. 46.693.830,00
3 100 m2 58,64 m3 4 x 5 m2 Rp. 3.112.922,00 Rp. 62.258.440,00
15 3. Perbandingan Bangunan ABSAH terhadap perkiraan harga pasar rumah tahun 2015 sebagai berikut :
NO LUAS ATAP HARGA
4. Aplikasi konsep Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) dapat mengatasi masalah krisis sumberdaya air perkotaan sudah merupakan keharusan sebagai solusi pemecahan terhadap masalah terkait dengan pengelolaan sumberdaya air di daerah perkotaan secara terintegrasi, efektif dan efisien. Tidak hanya bagi Kota Bekasi, tetapi juga bagi kota-kota besar lainnya yang mengalami permasalahan serupa dengan Kota Bekasi, seperti Semarang dan Surabaya. Alternatif upaya konservasi air dengan teknik pemanenan air hujan (rain water harvesting) memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sumberdaya air sesuai dengan prinsip-prinsip dalam konsep ABSAH.
5. Pemanfaatan ABSAH ini tergantung dari mulai dibangunnya konstruksi, jika dibangun pada musim kering, maka ABSAH dapat dimanfaatkan mulai musim hujan.
6. Pengembangan volume tampungan dapat dikembangkan jika luas atap yang ada dapat
dikembangkan/diperluas Pedoman Teknik, Kepmen Kimpraswil. Pd T 05 2003.
Anonim. 2009. Integrated Water Resources Management. Diktat Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Fakultas Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Kebijakan dan Program Terpadu Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Rangka Penanganan Banjir Nasional. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Departemen Pekerjaan Umum. [DPU] 2004. Draf Naskah Akademik Perencanaan Kebijakan Nasional Penanggulangan Banjir. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Heryani, Nani. 2009. Teknik Panen Hujan: Salah Satu Alternatif Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Departemen Pertanian. Jakarta.
Herawan, W., Soenarto, B. dan Rengganis, H.,2004. Sistem Penyediaan Air Wudhu cara bersih ulang dengan model ABSAH. Prosiding Kolokium hasil penelitian dan pengembangan Sumber Daya Air, vol 1, Oktober 2004. ISSN 1829-9644.
Gupta B.L. 1985. Water Resources Engineering and Hidrology. Delhi : Nai Sarak
Isnugroho. 2003. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Daerah Rawan Banjir. Samarinda: PIT XX HATHI
16 Siswoko. 2002. Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya. Jakarta: Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah.
Soenarto, B., 1992. Konstruksi kombinasi akifer-situ atau akifer kolam untuk penyediaan air mandiri bagi permukiman pedesaan yang sulit air, Pertemuan ilmiah tahunan IX HATHI, 8-10 Oktober 1992, Senggigi, Lombok.
Soenarto, B. Dan Hernawan, W., 1997. Perhitungan volume tampungan air hujan optimal melalui atap bangunan guna mengatasi kekurangan air bersih. Buletin Pusair No. 26 Tahun VII, Desember 1997. Pusat Litbang Pengairan. Bandung. ISSN: 0852-5919
Soenarto, B., dan Rengganis, H., 2002. Desain bangunan akuifer buatan dan reservoir air hujan prototip PUSAIR II. Jurnal Pengairan Vol. 16 No. 48 September 2002. Pusat Litbang Sumber Daya Air. Bandung. ISSN: 0215-1111.
Soenarto, B., 2003. Konsep, filosofi dan perhitungan ukuran bangunan akuifer buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH). Buletin Pusair,vol.XII No. 39, Mei 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.Bandung.ISSN: 0215-111
Soenarto, B., 2009. Pengembangan Teknologi Bangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Hidrologi Aplikasi. Badan Penelitian dan Pengembangan PU. Departemen PU. ISBN : 978-979-3197-76-0
Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia.
Subarkah. 1978. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma Bandung.
Sumarto. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.