• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Skenario Simulasi Analisis berbasis Program WITS

Dalam dokumen LAPORAN TEKNIS. Program Riset: (Halaman 167-181)

(2) SMART MODEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.2 Pemilihan Skenario Simulasi Analisis berbasis Program WITS

Pemilihan skenario simulasi dalam riset ini pada dasarnya terkait erat dengan suatu perdebatan utama dalam kerjasama perdagangan internasional berkisar pada pertanyaan: ”Apakah suatu negara sebaiknya mengikuti kebijakan perdagangan bebas ataukah proteksionis? Mengingat bahwa yang menjadi fokus riset adalah kerjasama biletaral antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka secara teoritis baik pihak Indonesia atau pun Amerika Serikat dapat memilih kebijakan perdagangan laissez faire sedemikian rupa sehingga tukar-menukar komoditi antara negara sama sekali tidak terhambat. Kondisi ini dikenal dengan perdagangan bebas (free trade). Atau justru yang terjadi sebaliknya, yaitu

baik pihak Indonesia atau Amerika Serikat menciptakan kondisi autarki (autarky) dengan segala macam aturan yang mematikan semua insentif untuk melakukan perdagangan antar negara.

Namun dalam prakteknya, tidak ada negara di dunia yang menempuh kebijakan-kebijakan ekstrem yang bersifat autarkis tersebut. Kecendrungan yang ada adalah bahwa negara-negara tersebut (dalam hal ini Indonesia dan Amerika Serikat) diperkirakan akan mengambil kebijakan yang berada dalam spektrum di antara keduanya. Denga kata lain, dalam spektrum di antara keduanya tersebut, baik Indonesia atau pun Amerika Serikat akan menempuh langkah-langkah menuju kondisi perdagangan bebas atau yang disebut dengan liberalisasi perdagangan. Upaya proteksionis sebaliknya merujuk pada langkah-langkah suatu negara untuk melindungi usaha domestik dari tekanan persaingan internasional, diantaranya melalui penerapan kebijakan tarif impornya.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, analisis mengenai “Konsekuensi dan Prospek Dampak Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat Terkait Perdagangan Perikanan Indonesia” dalam riset ini lebih dimasudkan sebagai ananlisis konsekuensi dan dampaknya yang timbul akaibat pemberlakukan tarif bea masuk (impor). Selanjutnya, agar proses simulasi terhadap konsekuensi dan dampak dari kesepakatan tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan bantuan perangkat lunak yang berbasiskan program WITS, terlebih dahulu diperlukan tersedianya beberapa “skenario pemotongan tarif” dengan variasi pemilihan yang representatif terhadap kemungkinan perubahan konsekuensi dan dampak yang akan terjadi kemudian.

Dalam pelaksanaannya, pemilihan skenario simulasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa hingga saat dilakukannnya analisis belum tersedia acuan kebijakan yang secara valid berkaitan dengan tingkat pemotongan tarif dalam transaksi perdagangan komoditas/ produk dan jasa baik di sektor perikanan dan non perikanan dan lainnya yang secara valid diterapkan dalam kesepakatan ekonomi bilateral antara Indonesia dan Amerika Serika yang tengah digagas (kecuali bahwa terdapat kecenderungan adanya pemotongan tarif sebesar 100% atau tingkat penerapan tarif sebesar 0%), sehingga dalam riset ini perlu dilakukan pemilihan skenario pemotongan tarif yang mungkin diberlakukan dan memberikan desaran dampak yang berarti untuk kedua negara yang bekerjasama (Indonesia dengan Amerika Serikat).

Dengan maksud untuk memperoleh hasil dan pembahasan yang paling tidak mengikuti fenomena pemberlakukan tarif bea masuk yang diberlakukan oleh Indonesia maupun Amerika Serikat dengan simulasi-simulasi dengan skenario pemotongan tarif sebagai shocking yang dilakukan terkait dengan keputusan untuk melakukan kesepakatan tersebut atau tidak, maka terlebih dahulu sebelum dilakukan pemilihan scenario simulasi dipandang perlu untuk mengetahui bagaimana kaitan pemtongan tarif impor perikanan tersebut dengan tarif bea masuk (impor) perikanan yang diberlakukan baik oleh Indonesia maupun Amerika Serikat, seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Daftar Tarif Bea Masuk Perikanan yang Diberlakukan oleh Berbagai Negara di Dunia, Tahun 2007

No Tarif Bea Masuk Produk Perikanan Kisaran Tarif

1. Tarif Bea Masuk Indonesia 2007 0 % - 15 %

2. Tarif Bea Masuk Produk Perikanan di ASEAN (CEPT2007) 0 % - 15 % 3. Tarif Terikat (Bound Tarif) Produk Perikanan dalam WTO 40% 4. Tarif Bea Masuk Produk Perikanan Indonesia – Jepang 0%-15% 5. Indonesia – Iran Comprehensive Trade and Economic

Partnership (CEPT) 4 % - 40 %

6. Indonesia – Pakistan Comprehensive Economic Partnership

(CEP) 5 % - 20 %

7. ASEAN – Korea Free Trade Area 1 % - 55 %

8. ASEAN – India Free Trade Area 15 % - 30 %

9. ASEAN – Cina Free Trade Area 0 % -15 %

10. ASEAN – Australia – New Zealand Free Trade Area

0 % , kecuali untuk Tuna, Skipjack dan Bonito

sebesar 5% 11. Generalized System of Preferences (GSP) Uni Eropa 0 % - 21,5 % 12. Tarif Bea Masuk Produk Perikanan ke Amerika 0 % - 35 %

Secara spesifik pemberlakukan tarif bea masuk perikanan oleh Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 0 – 15%, sedangkan oleh Amerika Serikat tahun 2007 adalah sebesar 0 – 35% seperti tertera pada Tabel 2 (DKP, 2007 dalam Satria et al., 2009), dan dengan pertimbangan bahwa riset ini lebih ditujukan untuk mengetahui konsekuensi dan dampak kesepakatan perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat yang dilihat dalam kaitannya dengan kepentingan sisi Indonesia, maka untuk simulasi terkait dengan kepentingan analisis tersebut digunakan rentang/kisaran tarif impor (bea masuk) perikanan sebesar 0 – 35% yang diberlakukan pihak Amerika Serikat terhadap transaksi ekspor perikanan dari negara lain seperti Indonesia, seperti tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Penyetaraan antara Tarif Bea Masuk Perikanan Amerika Serikat dengan Skenario Pemotongan Tarif Impor Perikanan Amerika Serikat (%)

Urut PTM TBM Urut PTM TBM Urut PTM TBM Urut PTM TBM 1 0.00 35.00 11 15.71 29.50 21 30.00 24.50 31 44.29 19.50 2 1.43 34.50 12 17.14 29.00 22 31.43 24.00 32 45.71 19.00 3 2.86 34.00 13 18.57 28.50 23 32.86 23.50 33 47.14 18.50 4 4.29 33.50 14 20.00 28.00 24 34.29 23.00 34 48.57 18.00 5 5.71 33.00 15 21.43 27.50 25 35.71 22.50 35 50.00 17.50 6 7.14 32.50 16 22.86 27.00 26 37.14 22.00 36 51.43 17.00 7 8.57 32.00 17 24.29 26.50 27 38.57 21.50 37 52.86 16.50 8 10.00 31.50 18 25.71 26.00 28 40.00 21.00 38 54.29 16.00 9 11.43 31.00 19 27.14 25.50 29 41.43 20.50 39 55.71 15.50 10 12.86 30.50 20 28.57 25.00 30 42.86 20.00 40 57.14 15.00 Urut PTM TBM Urut PTM TBM Urut PTM TBM

41 58.57 14.50 51 72.86 9.50 61 87.14 4.50 42 60.00 14.00 52 74.29 9.00 62 88.57 4.00 43 61.43 13.50 53 75.71 8.50 63 90.00 3.50 44 62.86 13.00 54 77.14 8.00 64 91.43 3.00 45 64.29 12.50 55 78.57 7.50 65 92.86 2.50 46 65.71 12.00 56 80.00 7.00 66 94.29 2.00 47 67.14 11.50 57 81.43 6.50 67 95.71 1.50 48 68.57 11.00 58 82.86 6.00 68 97.14 1.00 49 70.00 10.50 59 84.29 5.50 69 98.57 0.50 50 71.43 10.00 60 85.71 5.00 70 100.00 0.00 Keterangan:

TBM = tarif bea masuk impor perikanan dari Indonesia ke Amerika Serikat

Untuk itu, perlu dilakukan penyetaraan antara rentang/kisaran tarif impor atau bea masuk (sebesar 0 – 35%) dengan rentang/kisaran pemotongan tarif (sebesar 0% - 100%). Dengan perkataan lain, bila digunakan simulasi dengan skenario pemotongan tarif impor perikanan sebesar 0% (tidak ada pemotongan tarif impor) berarti atau sama dengan diberlakukan kondisi tarif impor (bea masuk) perikanan sebesar 35%, dan untuk simulasi dengan skenario pemotongan tarif imnpor perikanan sebesar 100% berarti atau sama dengan diberlakukan kondisi tarif impor (bea masuk) perikanan sebesar 0%. Sementara nilai-nilai yang diperoleh dari kondisi pemberlakukan tarif impor (bea masuk) perikanan di antara nilai 0% hingga 35% akan mengikuti perbandingan (penyetaraan) dengan kondisi nilai-nilai yang diperoleh dari skenario pemotongan tarif di antara 0% hingga 100% (Tabel 12).

Pemilihan skenario pemotongan tarif impor perikanan dalam hal ini dilakukan berdasarkan tingkat kepekaan dari trade effect, market effect, revenue effect dan welfare

effect, yang dalam hal ini diwakili oleh indikator: (1) Nilai perdagangan total (Total Trade), dan (2) Nilai penerimaan perubahan tarif (Old and New Tariff Revenue). Kedua

indikator tersebut dipandang sebagai indicator yang tergolong penting dan menentukan derajat konsekuensi dan dampak yang mungkin ditimbulkan akibat perubahan tarif dalam transaksi perdagangan bilateral berdasarkan analisis program WITS (Bacchetta and Jammes, 2004).

Secara teknis, pemilihan skenario tersebut dilakukan dengan mengambil kemungkinan yang terjadi melalui pemetongan tarif secara bertahap sebanyak 20 kali proses penghitungan (simulasi) mulai dari tingkat 5% hingga 100%. Simulasi (1): “terjadi harmonisasi tarif bagi seluruh komoditas yang diperdagangkan antara Indonesia dan Amerika Serikat berupa penurunan tarif sebesar 5%”; Simulasi (2): “terjadi harmonisasi tarif bagi seluruh komoditas yang diperdagangkan antara Indonesia dan Amerika Serikat berupa penurunan tarif sebesar 10%”; Simulasi (3): “terjadi harmonisasi tarif bagi seluruh komoditas yang diperdagangkan antara Indonesia dan Amerika Serikat berupa penurunan tarif sebesar 15 %. dan seterusnya hingga sampai pada Simulasi (20): “terjadi harmonisasi tarif bagi seluruh komoditas yang diperdagangkan antara Indonesia dan Amerika Serikat berupa penurunan tarif sebesar 100 %. Hasil simulasi dari skenario pemotongan tarif 5 – 100% terhadap nilai perdagangan total dan nilai penerimaan

perubahan tarif, masing-masing dapat dilihat pada tabel-tabel dan gambar-gambar berikut.

- Kepekaan Terhadap Nilai Perdagangan Total

Tabel 13, Tabel 14 dan Tabel 15 memperlihatkan hasil simulasi terhadap perubahan nilai perdagangan total (total trade) melalui Modul Trade Effect, Modul

Revenue Effect dan Modul Welfare Effect dengan skenario pemotongan tarif mulai dari

sebesar 5% hingga 100%.

Tabel 13. Perubahan Nilai Perdagangan Total (Total Trade) dari Modul Trade Effect akibat Simulasi Pemotongan Tarif mulai dari sebesar 5% hingga 100%.

Skenario Pemotongan

Tarif (%)

Total Trade Effect Trade Diversion Effect Trade Creation Effect 5 1,392.31 0 1,392.31 10 1,836.63 0 1,836.63 15 2,281.52 0 2,281.52 20 2,727.55 0 2,727.55 25 3,173.58 0 3,173.58 30 3,639.92 -0.001 3,639.92 35 4,107.69 0 4,107.69 40 4,581.78 0 4,581.78 45 5,353.21 0 5,353.21 50 6,274.46 -0.001 6,274.46 55 7,837.63 -0.001 7,837.63 60 9,646.34 0 9,646.33 65 12,485.68 -0.001 12,485.68 70 16,134.71 -0.001 16,134.71 75 20,191.36 0 20,191.36 80 27,158.83 0 27,158.83 85 42,235.82 0 42,235.82 90 74,358.91 0 74,358.91 95 125,149.29 0 125,149.29 100 183,108.59 0.001 183,108.59

Tabel 14. Perubahan Nilai Perdagangan Total (Total Trade) dari Modul Revenue Impact akibat Simulasi Pemotongan Tarif mulasi dari sebesar 5% hingga 100%. Skenario Pemotongan Tarif (%) Revenue Effect ($ '000) Trade Total Effect ($ '000) Trade Value ($ '000) Old Weighted Rate (%) New Weighted Rate (%) 5 -2,058.55 1,392.31 6,673,171.22 8.85 8.80 10 -2,848.18 1,836.63 6,673,171.22 8.85 8.77 15 -3,713.22 2,281.52 6,673,706.79 8.86 8.73 20 -4,654.16 2,727.55 6,673,706.79 8.86 8.69 25 -5,670.07 3,173.58 6,690,529.08 8.85 8.65 30 -6,767.29 3,639.92 6,715,427.75 9.15 8.91 35 -7,941.52 4,107.69 6,726,211.56 9.21 8.92 40 -9,194.08 4,581.78 6,788,290.09 9.38 9.05 45 -10,904.69 5,353.21 6,819,657.98 9.4 9.02 50 -12,950.42 6,274.46 6,819,657.98 9.4 8.97 55 -15,309.05 7,837.63 7,829,333.93 9.62 9.26 60 -17,986.00 9,646.34 8,497,015.62 9.46 9.09 65 -21,534.29 12,485.68 11,393,336.25 9.24 8.91 70 -26,117.20 16,134.71 13,064,136.53 8.79 8.43 75 -31,459.30 20,191.36 13,455,962.11 8.75 8.29 80 -39,483.06 27,158.83 17,142,643.96 8.03 7.60 85 -55,287.19 42,235.82 21,301,217.24 7.29 6.82 90 -81,955.61 74,358.91 30,992,305.14 5.81 5.41 95 -120,715.99 125,149.29 37,775,287.57 5.68 5.07 100 -170,610.44 183,108.59 38,347,551.34 5.67 4.82 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Software WITS (2009)

Tabel 15. Perubahan Nilai Perdagangan Total (Total Trade) dari Modul Welfare Effect akibat Simulasi Pemotongan Tarif mulasi dari sebesar 5% hingga 100%. Skenario Pemotongan Tarif (%) Trade Total Effect ($ '000) Welfare ($ '000) Old Weighted Rate (%) New Weighted Rate (%) 5 1,392.31 1,174.43 8.85 8.80 10 1,836.63 1,506.04 8.85 8.77 15 2,281.52 1,834.03 8.86 8.73 20 2,727.55 2,158.17 8.86 8.69 25 3,173.58 2,478.05 8.85 8.65 30 3,639.92 2,796.50 9.15 8.91 35 4,107.69 3,110.37 9.21 8.92 40 4,581.78 3,420.10 9.38 9.05 45 5,353.21 3,828.43 9.40 9.02 50 6,274.46 4,281.77 9.40 8.97 55 7,837.63 4,799.01 9.62 9.26 60 9,646.34 5,326.11 9.46 9.09 65 12,485.68 5,938.16 9.24 8.91 70 16,134.71 6,609.47 8.79 8.43 75 20,191.36 7,293.45 8.75 8.29 80 27,158.83 8,154.96 8.03 7.60 85 42,235.82 9,396.66 7.29 6.82 90 74,358.91 11,257.14 5.81 5.41 95 125,149.29 13,457.01 5.68 5.07 100 183,108.59 15,407.04 5.67 4.82

Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Software WITS (2009)

Perubahan nilai perdagangan total dari ketiga tabel tersebut (Tabel 13, Tabel 14 dan Tabel 15) yang dikaitkan dengan kemungkinan dampaknya terhadap kesejahteraan (welfare effect) dan dikaitkan pula dengan bobotnya (old weight rate) seperti secara khusus tertera pada Tabel 15 dan dijelaskan melalui Gambar 45, maka secara relatif menunjukkan kecenderungan sebagai berikut: Pertama, perubahan nilai perdagangan total yang termasuk dalam kelompok yang sama (lebih kecil dari 10.000 ribu US dollar). Namun secara relatif pengelompokkan ini dapat dibedakan dalam tiga kelompok nilai, yaitu: (1) kelompok nilai dengan perubahan perdagangan total di bawah 3.000 ribu US dollar untuk simulasi dengan skenario pemotongan tarif 5% hingga 20%; (2) kelompok dengan nilai perubahan perdagangan total di bawah 3.000 – 5.000 ribu US dollar untuk simulasi dengan skenario pemotongan tarif 25% hingga 40%; dan (3) kelompok dengan

nilai perubahan perdagangan total 5.000 - 10.000 ribu US dollar untuk simulasi dengan skenario pemotongan tarif 45% hingga 60%.

Kedua, perubahan nilai perdagangan total yang termasuk dalam kelompok nilai perdagangan total yang relatif berbeda yaitu setelah terjadi pemotongan tarif di atas 60% hingga 100%. Namun, perbedaan nilai perdagangan total tersebut secara relatif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) di antara simulasi dengan skenario pemotongan tarif 65% hingga 80% (dengan nilai perubahan perdagangan total 10.000 – 40.000 ribu US dollar); dan (2) di antara simulasi dengan skenario pemotongan tarif 85% hingga 100% (dengan nilai perubahan perdagangan total 40.000 – 185.000 ribu US dollar).

Gambar 45. Perubahan Nilai Total Trade Effect akibat Pemotongan Tarif sebesar 5% hingga 100% berdarkan Modul Trade Effect, Modul Revenue Impact dan

Welfare Effect

Dengan demikian berdasarkan hasil simulasi dari ketiga modul tersebut (Modul

Trade Effect, Modul Revenue Effect dan Modul Welfare Effect) dan perkiraan besaran

perubahan dampaknya terhadap trade diversion dan trade creation, maka dimungkinkan

Trade Value ($ '000) 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 5 15 25 35 45 55 65 75 85 95

untuk mengambil keputusan penggunaan skenario pemotongan tarif untuk keperluan simulasi dalam “Riset Konsekuensi dan Prospek Dampak Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat Terkait Perdagangan Perikanan Indonesia” dengan lima buah simulasi pemotongan tarif, yaitu dengan skenario 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.

- Kepekaan Terhadap Nilai Penerimaan Tarif

Hasil simulasi terhadap perubahan nilai penerimaan tarif (tariff revenue) melalui Modul Market View dengan skenario pemotongan tarif mulai dari sebesar 5% hingga 100% dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 46. Dari Tabel 16 dan Gambar 46 tersebut diketahui perubahan nilai penerimaan tarif yang secara relatif menunjukkan kecenderungan dengan kelompok perubahan nilai yang berbeda untuk penerimaan tarif lama dan penerimaan tarif baru. Untuk perubahan penerimaan tarif lama terdapat empat kelompok nilai, yaitu: (1) kelompok nilai kurang dari 700.000 ribu US dollar; (2) kelompok nilai antara 700.000 – 1.000.000 ribu US dollar; (3) kelompok nilai antara 1.000.000 – 2.000.000 ribu US dollar; dan (4) kelompok nilai lebih dari 2.000.000 ribu US dollar. Sedangkan untuk perubahan penerimaan tarif baru terdapat tiga kelompok nilai, yaitu: (1) kelompok nilai kurang dari 700.000 ribu US dollar; (2) kelompok nilai antara 700.000 – 1.000.000 ribu US dollar; dan (3) kelompok nilai lebih dari 1.000.000 ribu US dollar.

Namun mengingat bahwa terdapat perbedaan jumlah kelompok nilai perubahan nilai penerimaan tarif antara tarif lama dengan tarif baru, maka diperlukan bantuan acuan lain yang berkaitan dengan nilai-nilai perubahan penerimaan tarif tersebut, dalam hal ini digunakan perubahan dalam nilai surplus konsumen (consumer surplus). Berdasarkan kelompok nilai dari surplus konsumen tersebut (lihat Tabel 16 dan Gambar 46), maka berdasarkan hasil simulasi dari modul Market View dan perkiraan besaran perubahan dampaknya terhadap surplus konsumen (consumer surplus effect) dan kesejahteraan (welfare effect), maka dimungkinkan untuk mengambil keputusan penggunaan skenario pemotongan tarif untuk keperluan simulasi dalam riset ini dengan lima buah simulasi pemotongan tarif, yaitu dengan skenario 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.

Tabel 16. Perubahan Nilai Penerimaan Tarif dari Modul Market View akibat Simulasi Pemotongan Tarif mulasi dari sebesar 5% hingga 100%.

Simulasi Pemotongan Tarif (%) Imports Before ($000) Imports Change In Tariff Revenue ($000) Tariff New Revenue ($000) Tariff Change In Revenue ($000) Consumer Surplus ($000) 5 6,673,171.22 1,392.31 606,932.54 604,873.99 -2,058.55 1,174.43 10 6,673,171.22 1,836.63 606,932.54 604,084.36 -2,848.18 1,506.04 15 6,673,706.79 2,281.52 606,984.04 603,270.82 -3,713.22 1,834.03 20 6,673,706.79 2,727.55 606,984.04 602,329.88 -4,654.16 2,158.17 25 6,690,529.08 3,173.58 608,346.07 602,676.00 -5,670.07 2,478.05 30 6,715,427.75 3,639.92 614,750.77 607,983.48 -6,767.29 2,796.50 35 6,726,211.56 4,107.69 616,748.63 608,807.11 -7,941.52 3,110.37 40 6,788,290.09 4,581.78 626,212.37 617,018.29 -9,194.08 3,420.10 45 6,819,657.98 5,353.21 630,241.10 619,336.41 -10,904.69 3,828.43 50 6,819,657.98 6,274.46 630,241.10 617,290.68 -12,950.42 4,281.77 55 7,829,333.93 7,837.63 700,966.19 685,657.14 -15,309.05 4,799.01 60 8,497,015.62 9,646.34 755,573.98 737,587.98 -17,986.00 5,326.11 65 11,393,336.25 12,485.68 1,031,375.22 1,009,840.93 -21,534.29 5,938.16 70 13,064,136.53 16,134.71 1,150,852.31 1,124,735.11 -26,117.20 6,609.47 75 13,455,962.11 20,191.36 1,174,868.25 1,143,408.95 -31,459.30 7,293.45 80 17,142,643.96 27,158.83 1,401,241.99 1,361,758.93 -39,483.06 8,154.96 85 21,301,217.24 42,235.82 1,591,701.41 1,536,414.22 -55,287.19 9,396.66 90 30,992,305.14 74,358.91 1,959,978.81 1,878,023.20 -81,955.61 11,257.14 95 37,775,287.57 125,149.29 2,088,864.69 1,968,148.70 -120,715.99 13,457.01 100 38,347,551.34 183,108.59 2,114,841.27 1,944,230.84 -170,610.44 15,407.04

Gambar 46. Perubahan Nilai Penerimaan Tarif akibat Pemotongan Tarif sebesar 5% hingga 100% berdasarkan Modul Market View.

- Keputusan Pemilihan Skenario Simulasi Pendahuluan Pemotongan Tarif

Dari hasil pengolahan data setiap modul seperti terlihat di atas dan dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada indikator nilai perdagangan total (Tabel 13, Tabel 14, dan Tabel 15 serta Gambar 45) dan nilai penerimaan tarif (Tabel 16 dan Gambar 46) yang masing-masing dikaitkan dengan kemungkinan dampaknya terhadap penerimaan tarif dan kesejahteraan, maka untuk keperluan analisis lebih lanjut dipilih simulasi dengan lima skenario pemotongan tarif per 20%-an (20%, 40%, 60%, 80% dan 100%) seperti dijelaskan pada Tabel 17.

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 5 15 25 35 45 55 65 75 85 95

Tariff Old Revenue ($000) Tariff New Revenue ($000)

Tabel 17. Simulasi pada Berbagai Skenario dengan Perlakuan (Shocking) Pemotongan Tarif Impor atau Bea Masuk (Impor) Perikanan yang digunakan dalam Analisis

SIMULASI

Skenario-1: Skenario-2: Skenario-3: Skenario-4: Skenario-5:

Indonesia dan Amerika Serikat melakukan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral merujuk pada arahan WTO “secara bertahap” dengan pemberlakukan tarif bea masuk (impor)

perikanan sebesar 28% *)

Indonesia dan Amerika Serikat melakukan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral merujuk pada arahan WTO “secara bertahap” dengan pemberlakukan tarif bea masuk (impor)

perikanan sebesar 21% *)

Indonesia dan Amerika Serikat melakukan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral merujuk pada arahan WTO ”secara bertahap” dengan

pemberlakukan tarif bea masuk (impor) perikanan

sebesar 14,0% *)

Indonesia dan Amerika Serikat melakukan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral merujuk pada arahan WTO”secara bertahap” dengan pemberlakukan tarif bea masuk (impor)

perikanan sebesar 7,0%*)

Indonesia dan Amerika Serikat melakukan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Bilateral merujuk pada arahan WTO “secara penuh” dengan pemberlakukan tarif bea masuk (impor)

perikanan sebesar 0% *)

Shock: Shock: Shock: Shock: Shock:

Pemotongan Tarif Impor Perikanan sebesar 20% Pemotongan Tarif Impor Perikanan sebesar 40%

Pemotongan Tarif Impor Perikanan sebesar 60% Pemotongan Tarif Impor Perikanan sebesar 80% Pemotongan Tarif Impor Perikanan sebesar 100% Keterangan:

*) Pemberlakuan besaran pemberlakukan tarif bea masuk (impor) perikanan (TBM) yang dihitung berdasarkan Penyetaraannya dengan Besaran Tarif Impor Perikanan (TMP) sesuai dengan nilai yang tertera pada Tabel 2 (Penyetaraan antara Tarif Bea Masuk Perikanan Amerika Serikat dengan Skenario Pemotongan Tarif Impor Perikanan Amerika Serikat)

Selanjutnya simulasi lima buah skenario tersebut, dalam pelaksanaannya dilakukan mengikuti mekanisme dengan alur sebagaimana tertera pada Gambar 47.

Gambar 47. Mekanisme Simulasi dengan Skenario Pemotongan Tarif mulai dari Tahapan Penentuan Bound Tariff dan Applied Tariff hingga diperoleh Bound Tariff Baru dan Applied Tariff Baru

Sumber: Diadopsi dari Bacchetta and Jammes, 2004

Mekanisme simulasi sebagaimana tertera pada Gambar 47 tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, berdasarkan tarif impor yang dijadikan “patokan” atau rujukan, seperti tarif impor yang diarahkan oleh WTO dengan mengikuti prinsip Most Favored Nations (MFN)-nya maka dalam hal ini digunakan dua buah pola penetapan tarif impor sebagai Bound Tariff, yakni bahwa adanya penurunan tarif secara bertahap menuju nol (sesuai arahan WTO) atau secara total mengikuti arahan WTO

Bound Tariff

Formula

New Bound Tariff

New Applied Tariff

Applied Tariff

Tariff Base

If new bound ≤ current applied new applied = new bound If new bound > current applied new applied = current applied

dengan menetapkan tarif impor sebesar nol. Kedua, Disamping digunakan bound tariff dalam simulasi juga dilakukan dengan mempertimbangkan applied tariff . Applied Tariff dalam hal ini digunakan berdasarkan kisaran tarif impor perikanan yang diberlakukan oleh negara mitra kerjasama bilateral Indonesia dalam hal perdagangan ekspor perikanannya (Amerika Serikat) yaitu sebesar 0 – 35%. Ketiga, setelah ditetapkan kisaran besaran bound tariff dan apllied tariff, selanjutnya dilakukan penentuan base

tariff yang sacara operasional bound tarif tersebut diterjemahkan dengan besaran tarif

impor yang dilakukan secara bertahap (sesuai arahan WTO), yang dalam hal ini adalah sebesar 7%, 14%, 21% dan 28%; dan secara total (sesuai arahan WTO) yaitu sebesar 0%.

Dalam dokumen LAPORAN TEKNIS. Program Riset: (Halaman 167-181)