• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Setelah Amandemen UUD 1945

Negara Republik Indonesia mengalami empat kali perubahan atau pergantian konstitusi dalam kurun waktu 15 tahun (1945-1959), dan empat kali perubahan (amandemen) konstitusi selama 2 tahun (1999-2002) yakni perubahan I-IV UUD 1945.42

Miriam Budiardjo menjelaskan bahwa amandemen pertama terjadi pada tahun 1999 yang dilakukan melalui Sidang Umum MPR Oktober 1999; Amandemen kedua terjadi pada tahun 2000 yang dilakukan melalui Sidang Tahunan MPR Agustus 2000; Amandemen ketiga pada tahun 2001 yang dilakukan melalui Sidang Tahunan MPR Oktober 2001; Dan terakhir amandemen keempat pada tahun 2002 yang dilakukan melalui Sidang Tahunan MPR Agustus 2002. UUD 1945 yang telah diamandemen inilah yang berlaku hingga sekarang.43

Meskipun amandemen telah dilakukan dua kali sejak tahun 1999 sampai tahun 2000, namun pada amandemen ketiga, yakni tahun 2001, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut berbeda dengan sebelumnya (sebelum amandemen ketiga), yakni Presiden dan Wakil

41Ibid. 42

Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 22.

43

Presiden dipilih oleh MPR.44 Dengan kata lain, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden sebelum amandemen UUD 1945 (sebelum amandemen ketiga) tidak dipilih langsung oleh rakyat melainkan dipilih oleh MPR.

Tim Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) menjelaskan dalam analisisnya, bahwa terdapat beberapa alasan yang mendasari amandemen UUD 1945, yakni sebagai berikut:45

1. Alasan utama dan terutama yang mendasari perlunya perubahan UUD 1945 adalah karena dalam ketentuan-ketentuan lama (sebelum amandemen), UUD 1945 menciptakan struktur kelembagaan (institusi-institusi) Negara yang tidak memungkinkan terjadinya checks and balances (saling mengontrol dan saling mengawasi antar institusi negara) secara wajar dan memeadai. Adapun beberapa indikasinya antara lain:

a. Pertama, MPR yang ditempatkan pada posisi sebagai lembaga tertinggi negara. Institusi ini dianggap sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan karena itu diposisikan sebagai pemegang sepenuhnya kedaulatan rakyat. b. Kedua, Presiden diberikan kekuasaan yang sangat besar dalam wilayah

kekuasaan dan kewenangan yang seharusnya menjadi domain (wilayah) kekuasaan lembaga negara yang lain.

44

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 204. 45

T.A. Legowo, dkk., Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan Analisis Sebelum

dan Setelah Perubahan UUD 1945(Kritik, Masalah dan Solusi), (Jakarta: FORMAPPI, 2005), h. 40-44.

c. Ketiga, sebagaimana terdapat dalam Pasal 7 UUD 1945 (sebelum

amandemen) yang menyatakan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden

memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih

kembali”, menimbulkan tafsir yang tidak tunggal. Hal tersebut menunjukan

bahwa tidak adanya ketegasan berapa kali lagi Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali pada jabatan yang sama, kiranya membuka peluang bagi dapat dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara terus menerus, bahkan seumur hidup. Suatu ketentuan yang kurang mencerminkan prinsip dan nilai demokrasi, karena dalam demokrasi harus dijamin adanya pergantian penguasa dengan teratur.46

2. Karena sekalipun menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dan penjelasan umum angka Romawi II Pokok-pokok pikiran dalam “pembukuan” butir 3

(sebelum amandemen) terkandung nuansa bahwa Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yaitu kedaulatan berada ditangan rakyat, tetapi beberapa unsur dasar bagi dapat dianggapnya suatu negara menganut prinsip demokrasi, sama sekali belum tercantum dan diatur dalam pasal-pasal UUD 1945. 3. Karena dalam Pasal 37 UUD 1945 (sebelum amandemen) ditegaskan tentang

adanya peluang untuk mengubah UUD dengan persyaratan tertentu, yakni sebagai berikut:

Pasal 37

46

Miriam Budiardjo, Masalah-Masalah Kenegaraan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), h.

(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.

(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir.

Oleh sebab itu, dalam amandemen UUD 1945 (amandemen ketiga) ditegaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut merupakan wujud demokratisasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan hakikat demokrasi, yakni kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan berasal dari rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.47

Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 6A UUD 1945 sebagai berikut: (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapat suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara pemilih dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah propinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

47

Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 50.

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilu dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara terbanyak dilantik sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden.

Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dengan Undang-undang. Peraturan pelaksanaan dari ketentuan mengenai pemilihan umum eksekutif sebagaimana ditegaskan pada Pasal 6A UUD 1945 adalah UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.48

Dengan demikian dapat difahami bahwa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) yang semula dilakukan oleh MPR, kini disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga Pilpres pun dimasukkan ke dalam pemilihan umum.49

Pada pemilihan umum tahun 2004 untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia diadakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung yang sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).50

Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung pada tahun 2004 diselenggarakan dengan sistem dua putaran. Artinya kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan

48

Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 65.

49

Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid, h. 74.

50

diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang calon yang memperoleh suara terbanyak.51

Adapun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat, sebagaimana pada pemilihan umum tahun 2004 masih berlaku hingga saat sekarang ini, namun untuk pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut UU Pilpres.

Adanya UU Pilpres tersebut berdasarkan mandat dari UUD NRI 1945 untuk menjalankan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, sebagaimana terdapat dalam Pasal 6A ayat (5) UUD NRI 1945. Dalam UU Pilpres tersebut terdapat beberapa hal tekhnis yang diatur untuk menyelenggarakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, seperti tekhnis pengusulan bakal Presiden dan Wakil Presiden, penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, dan lain sebagainya.

51Ibid

53