• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN PERJANJIAN PINJAM

B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pinjam Meminjam

4. Peminjaman dengan Bunga

Pasal 1765 KUHPerdata menyatakan bahwa adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakain. Bunga yang diperjanjikan atas peminjman beras atau gandum, lajimnya juga berupa beras atau gandum, meskipun tidak dilarang untuk menentukan bunganya berupa uang.95

Pembayaran bunga yang tida telah di perjanjikan tidak mewajibkan si berrutang untuk membayarnya seterusnya, tetapi bunga yang telah di perjanjikan harus dibayar sampai saat pengembalian atau penitipan uang pokonya, biarpun pengembalian atau penitipan ini dilakukan setelah lewatnya waktu utangnya dapat ditagih (Pasal 1766 KUHPerdata). Menurut pasal ini bunga yang terlanjur dibayar meskipun tidak ada perjanjian tentang bunga,dapat diminta kembali sekedar melebihi “bunga menurut Undang-undang”.

Siapa yang telah menerima pinjaman dan membayar bunga yang tidak telah diperjanjikan, tidak boleh menuntutnya kembali maupun kemudian menguranginya dari jumlah pokok, kecuali apabila bunga yang dibayar itu melebihi bunga menurut undang-undang, dalam hal mana uang yang telah dibayar selebihnya boleh dituntut kembali atau dikurangkan dari jumlah pokok.

96

94Subekti,Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,Tahun 1995,hal.128

95Ibid.

96Ibid, hal.129

Jika telah di perjanjikan bunga, maka bunga ini harus dibayar sampai saat pengembalian atau penitipan uang pokoknya. Ada bunga menurut Undang-undang dan ada ditetapkan dalam perjanjian. Bunga menurut Undang-undang ditetapkan dalam Undang-undang.

Bunga yang di perjanjikan boleh melampaui menurut Undang-undang, dalam segala hal yang tidak dilarang oleh Undang-undang. Besarnya bunga yang di perjanjikan dalam perjanjian harus ditetapkan secara tertulis (Pasal 1767 KUHPerdata). Bunga menurut Undang-undang sebesar enam prosen setahun menurut Staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1848. No. 22. Bunga ini juga dinamakan “bunga muratoir”. Sampai berapa besarnya bunga yang di perjanjikan tidak disebutkan, hanyalah dikatakan : asal tidak dilarang oleh Undang-undang.

Juga dalam lingkungan Hukum Adat, dapat kita lihat suatu yurisprudensi tetap dari Mahkamah Agung, yang menetapkan bahwa besarnya suku bunga pinjaman adalah sebagaimana yang telah di perjanjikan bersma (Lihat a.l putusan Mahkamh Agung tanggal 22-27-1972 No, 289 K/Sip/1972). Jika orang yang meminjamkan telah di perjanjikan bunga dengan tidak menetapkan berapa besrnya, maka sipenerima pinjaman diwajibkan membayar bunga menurut Undang-undang (Pasal 1768 KUHPerdata).97

97Ibid, hal.130

BAB III

ASPEK HUKUM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM

A. Perjanjian Pinjam Meminjam Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP)

Pengertian perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Mengenai isi Pasal 1313 KUH perdata tersebut R Subekti menyebutkan

“Suatu perjanjian adalah peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”98

Dari beberapa pengertian perjanjian yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa untuk lahirnya suatu perjanjian haruslah tercapainya kata sepakatnya

Dari pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa perjanjian yang dilakukan itu menimbulkan hubungan hukum yang mengikat antara para pihak yang membuatnya. Pada prinsipnya setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi kewajibannya secara timbal balik yaitu pihak yang pertama berkewajiban memberikan hak terhadap prestasi tersebut. Terhadap hal ini Ahmad Ichsan memberika ulasannya sebagai berikut: “perjanjian adalah suatu hubungan atas dasar hukum kekayaan (vermogenis rechtelijke bertrokhing) antara dua pihak atau lebih atau lebih dalam mana pihak yang satu berkewajiban memberikan suatu prestasi atas mana pihak yang lainnya mempunyai hak terhadap prestasi tersebut”

98Mariam Darus Badrulzaman, Dkk, kompilasi Hukum Perikatan,PT. Citra Aditya Bakti,2016, hal.65

hubungan hukum antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut dan masing-masing pihak terikat satu sama lainnya. Terhadap hal ini, R. Subkti mengataka bahwa ’Dengan sepakat atau yang dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak juga dikehendaki oleh pihak lain mereka mekehendaki sesuatu yang sama secar timbal balik, sepenjuan menginginkan sejumlah uang sedangkan sipembeli menginginkan sesuatu barang dari sipenjual.

Dengan kata sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian, maka kedua pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri bentuk perjanjian. Hal ini sesuai dengan sistem terbuka yang dianut dalam KUH Perdata. Dalam buku ketiga para pihak dapat menyingkirkan pasal-pasal hukum perjanjian jika mereka menghendakinya. Perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu dan pada umumnya suatu perjanjian dibuat dalam bentuk tulisan sehingga dapat diketahui dengan jelas apa yang mereka sepakati. Disamping itu juga berguna untuk pembuktian jika suatu saat terjadi perselisihan antara mereka yang membuat perjanjian.99

Mengenai perjanjian pinjam-meminjam pengaturannya terdapat dalam buku ke III bab XIII KUHPerdata. Pasal 1754 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan mana pohak yang satu memberikan kepada pihak yang lain sesuatu jumlah tentang barang-barang atau uang yang menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang

99I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan,Sinar Grafika, Jakarta Timur,Tahun 2015, hal.43

belakangan ini akan mengembalikan dengan jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”. Ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang meminjamkan sejumlah uang atau barang tertentu kepada pihak lain, ia akan member kembali sejumlah uang yang sama sesuai dengan persetujuan yang disepakati.

Dari pengertian tersebut diatas kiranya dapat dilihat beberapa unsur yang terkandung dalam suatu perjanjian pinjam meminjam diantaranya :

1. Adanya para pihak

Pihak pertama memberikan prestasi kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang dengan syarat bahwa pihak kedua ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula

2. Adanya persetujuan

Dimana pihak pertama dan kedua membuat perjanjian bersama yang menyangkut dengan waktu, kewajiban dan hak-hak masing-masing yang dituangkan dalam bentuk perjanjian

3. Adanya sejumlah barang tertentu

Barang tersebut dipercayakan dari pihak pertama kepada pihak kedua

4. Adanya pengembalian Pinjaman

Bahwa pihak kedua akan mnyerahkan sejumlah tertentu barang-barang kepada pihak yang pertama.

Perjanjian pinjam meminjam tersebut dapat juga dikatakan perjanjian pinjam penganti karena objek pinjaman itu hanya/terdiri dari benda yang habis dalam pemakaian, tetapi dapat pula berupa uang sedangkan pinjaman habis dalam pemakaian terdiri dari benda yang tidak habis dalam pemakaian pinjam meminjam uang merupakan perjanjian kesensuai dan riil.

Dalam hal ini Mariam Darus badrulzaman berpendapat bahwa :

Apabila dua pihak telah mufakat mengenai semua unsur dalam perjanjian pinjam meminjam uang maka tidak beranti bahwa perjanjian tentang pinjam uang itu telah terjadi. Yang hanya baru terjadi adalah perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam uang. Apabila uang yang diserahkan kepada pihak peminjam, lahirlah perjanjian pinjam meminjam uang dalam pengertian undang-undang menurut bab XIII buku ketiga KUHPerdata.

Selanjutnya R. Subekti memberikan pendapat, Pada perjanjian ini, barang atau uang yang dipinjamkan itu menjadi milik orang yang menerima pinjaman, penerima pinjam dapat membawa atau mempergunakan barang atau uang tersebut menurut kemauannya, karena sejak uang itu diserahkan kepada kepada peminjam, maka saat itu pula putuslah hubungan hak milik dengan pemiliknya. Karena sipeminjam diberi kekuasaan untuk menghabiskan barang atau uang pinjaman, maka suadah setepatnya ia dijadikan pemilik dari uang itu. Sebagai pemilik ia juga memikul segala barang tersebut dalam hal pinjaman uang dan kemerosotan nilai uang.Titik tolak ketentuan perjanjian tersebut adalah mengenai pengertian perjanjian pinjam meminjam uang yang meliputi unsur-unsur prestasi, imbalan

prestasi, suatu jangka waktu tetentu dan bunga yang masing-masing diatur dengan undang-undang itu.

Sebagaimana halnya perjanjian pada umumnya perjanjian pinjam meminjam yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Kadir Muhammad yang mengatakan bahwa “Perjanjian yang sah adalah perjanjiann yang syarat-syaratnya telah ditentukan dalam undang-undang sehingga dapat diakui oleh hukum (Legally Conchide)”

Perjanjian pinjam meminjam baru dapat dikatakan sah dan meningkat serta mempunyai kekuatan hukum, apabila telah memenuhi unsur sebagaimana yang telah ditegaskan dalam pasal 1320 KUHPertada. Dalam perjanjian pinjam meminjam uang yang dilakukan oleh kreditur salah satu pihak sebagai pemberi pinjaman dan pihak lain yaitu peminjam yaitu penerima pinjaman. Pada saat kreditur memberikan sejumlah pinjaman kepada peminjam maka saat itu pula terjadinya suatu perjanjian pinjam meminjam uang atau suatu transaksi antara kreditur dengan pihak debitur. Dalam memberikan pinjaman kepada debitur, kreditur menetapkan sejumlah bunga yang harus ditanggung oleh peminjam.

Bunga pinjaman tersebut telah ditetapkan secara tertulis oleh kreditur dalam suatu surat perjanjian pinjam meminjam uang.

Mengenai pinjaman uang dengan bunga Pasal 1765 KUHPerdata menyebutkan bahwa “diperbolehkan memperjanjikan bunga atas pinjaman uang atau lain barang yang telah menghabiskan karena pemakaian”. Selanjutnya Pasal 1766 KUHPerdata menegaskan bahwa :

Siapa yang telah menerima pinjaman dan membayar bunga yang telah tidak diperjanjikan tidak dapat menuntutnya kembali maupun menguranginya dari jumlah pokok, kecuali apabila bunga yang dibayar itu melebihi bunga menurut undang-undang,dalam hal mana uang yang telah dibayar dikurangkan dari jumlah pokok.

Pembayaran bunga telah sudah dibayar tidak diwajibkan seberutang untuk membayarnya seterusnya, tetapi bunga yang telah diperjanjikan harus dibayar sampai ada pengembalian atau penetipan uang pokoknya, biarpun pengembalian atau penitipan ini telah dilakukan setelah atau lewatnya waku hutangnya dapat ditagih.

B. Akibat Perjanjian Pinjam Meminjam Uang

Menurut Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akibat dari suatu perjanjian adalah:Perjanjian mengikat para pihak, Maksudnya, perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak akan mengikat para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Miru dan Pati, 2011:78). Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak karena merupakan kesepakatan di antara kedua belah pihak dan alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu (Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata), Maksudnya, perjanjian yang sudah dibuat, tidak bisa dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan dari pihak lain. Hal ini sangat wajar, agar kepentingan pihak lain terlindungi sebab perjanjian itu dibuat atas kesepakatan kedua belah pihak, maka pembatalannya pun harus atas kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu, pembatalan secara sepihak hanya dimungkinkan jika ada alasan yang cukup oleh undang-undang.

Pada prinsipnya, semua bentuk perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.Menurut Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata,perjanjian yang dilaksanakan dengn itikad baik, artinya perjanjian tidak boleh bertentangn dengan kepatutan dan keadilan. Kedua belah pihak yang melakukan perjanjian masing-masing mengkehendaki kedamaiam dan ketaatan terhadap isi yang diperjanjikan.

Menurut Subekti, itikad baik berarti kejujuran atau bersih Dengan kata lain, setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan penuh kejujuran. Subekti juga menjelaskan bahwa dalam Pasal 1339 KUHPerdata dinyatakan,”Suatu perjnjian tidak saja mengikat pada apa yang dicamtumkan semata-mata dalam perjanjian, tetapi juga pada apa yang menurut sifatny perjnjian itu dikehendaki oleh keadilan, kebiasaan atu undang-undang.100

Pada umumnya, suatu perjanjian hanya berlaku diantara orang-orang yang membuatnya atau dapat diktakan dengan asas Kepribadian dalam perjanjian , asas ini diletakkan dalam pasal 1315 KUHPerdata yang menerangkan bahwa pada umumnya, seseorang tidak dapat menerima kewjiban-kewajibanatau memperjanjikan hak-hak atas namanya sendiri, kecuali hanya untuk dirinya sendiri. 101

Maksud mengikatkan diri di sini ditujukan untuk memikul kewajiban atau menyanggupiuntuk melakukan sesuatu. Adapun penetapan suatu janji ditujukan pada unsur memperoleh hak atas sesuatu atau dapat menuntut. Memang sudah

100Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, CV. Mandar Maju, Bandung, 2014, hal.53.

101I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan,Sinar Grafika, jakarta,2016,hal.70.

semestinya suatu perjanjian hanya mengikat orang-orang yang mengadakan perjanjian itu sendiri, bukan mengikat orang lain.102

C. Perjanjian Pinjam Meminjm Uang Dengan Jaminan Dalam KUHPerdata Ruang lingkup hukum jaminan di Indonesia berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yanng mengatur hal-hal yang berkaitan dengan penjaminn utang yang terdapat dalamhukum positif indonesia. Beberapa ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata dan KUH Dagang mengatur sepenuhnya atau berkitan dengan penjaminan utang. Disamping itu terdapat pula undang-undang tersendiri yaitu Undang-Undang No 4 Tahun 1996 dan Undang-Undang No 42 Tahun 1999 yang masing-masing khusus mengatur tentang lembaga jaminan dalam rangka penjaminan utang. 103

Dalam KUHPerata tercantum beberapa ketentuan yang dapat digolongkan sebagai hukum jaminan yang terdapat dalam Buku Kedua. Pasal 1131 KUHPerdata mengatur tentang kedudukan harta peminjam, yaitu bahwa harta pihak peminjam adalah sepenuhnya merupakan jaminan(tanggungan) atas utangnya.104

102Ibid, hal. 70

103Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit, PT RAJAGRAFIND PERSADA,Jakarta,2007 hal.8

104Ibid, hal.9

Dengan memerhatikan kedudukan ketentuan pasal 1131 KUHPerdata bila dikaitkan dengan suatu perjanjian pinjaman uang, akan lebih baik ketentuan tersebut dimasukkan sebagai klausul dalam perjanjian pinjaman uang, termasuk dalam perjanjian kredit. Kedudukan pihak pemebri pinjaman terhadap harta pihak memin jam dapat diperhatian dari ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedan atas dua golongan, yaitu (1) yang

mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang masing-masing, dan (2) yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lainberdasarkan suatu peraturan perundang-undangan. Pasal 1132 KUHPerdata menetapkan bahwa harta pihak peminjam bersama bagi semua pihak pemberi pinjaman.105

Pendapat lain membagi benda bergerak menjadi Berwujud dan Tidak Berwujud.Berwujudartinya sifatnya sendiri menggolongkannya kedalam golongan itu yaitu segala barang yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, misalnya barang-barang inventaris kantor, kendaraan bermotor dan sebagainya. Sedangkan Tidak Berwujud adalah karena Undang-Undang menggolongkannya kedalam golongan itu, misalnya cek, wesel, saham, obligasi dan tagihan.Dalam Hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda bergerak dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya perbedaan penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga jaminan/pengikatan jaminan mana yang dapat dibebankan atas benda jaminan

Pihak pemberi pinjaman dilarang memperjanjiakn akan memiliki objek jaminan utang bila pihak penjamin ingkr janji, ketentuan ini diatur dalam Pasal 1154 KUHPerdata tantang gadai.

Yang dimaksud dengan Jaminan dalam arti luas adalah jaminan yang bersifat materil maupun yang bersifat immateril. Jaminan yang bersifat materil misalnya bangunan, tanah, kendaraan, perhiasan, surat berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril misalnya jaminan perorangan (borgtocht).Dari sifat dan wujudnya benda menurut hukum dapat dibedakan atas benda bergerak (roerende goederen) dan benda tidak bergerak (onroerende goederen).

105Ibid, hal. 10

yang diberikan untuk menjamin pelunasan. Sifat perjanjian jaminan adalah accessoir, yaitu tergantung pada perjanjian pokoknya.

Pemberian jaminan dari Debitur kepada Kreditur menimbulkan 2 (dua) sifat hak jaminan yang dikenal secara umum, yaitu:

1. Hak jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh Debitur kepada Kreditur, tanpa memberikan hak saling mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya.

2. Hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh Debitur kepada Kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur lainnya, sehingga ia berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent).

Pemberian Jaminan oleh Debitur kepada Kreditur semata-mata hanya sebagai jaminan dalam pengembalian fasilitas kredit yang telah dinikmati oleh Debitur apabila Debitur wanprestasi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengambil hasil dari penjualan barang jaminan tersebut.

BAB IV

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN JAMINAN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR

( Studi: PT.Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah)

A. Perjanjian Antara Nasabah Dengan PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah Dalam Hal Pinjam Meminjam Uang Dalam Kaitannya Dengan KUHPerdata

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan pinjaman uang dengan jaminan berupa Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor antara lain106

1. Fotocopy KTP Suami dan Istri

:

2. fotocopy kartu keluarga 3. fotocopy BPKB dan STNK 4. rekening listrik 3 bulan terakhir

5. gesekan nomor rangka dan nomor mesin, 6. kwitansi jual beli kendaraan bermotor

7. sepeda motor minimal thn.2000, mobil minimal thn.1995.

Di PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah secara umum dalam pelaksanaan pengajuan pinjaman uang dengan jaminan berupa Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor dalam pengambilan prosedur perjanjian pinjaman uang adalah nasabah datang sendiri ke PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah dan nasabah harus menyetujui semua persyaratan-persyaratan yang telah diajukan oleh pihak PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance.

Salah satu persyaratan yang harus diajukan oleh calon nasabah adalah perjanjian Pinjam meminjam karena perjanjian ini merupakan perjanjian

106Wawancar dengan Pak Jhon Barus, Kepala Cabang PT. PRS Multi Finance Cab, Medan Petisah

pendahuluan daripada penyerahan uang dan merupakan persetujuan antara kreditur dan debitur (calon nasabah) mengenai hubungan antara keduannya.

Kemudian nasabah harus mengisi formuir permohonan pinjaman dan melengkapi persayaratan yang telah ditentukan pihak kreditur. Hal ini dilakukan pihak kreditur untuk mengetahui secara lengkap identitas calon nasabah serta mengetahui apakah debitur termasuk calon nasabah lama atau baru karena dengan mengetahui hal tersebut maka pihak kreditur akan mempertimbangkan pelayanannya kepada calon nasabah tersebut. Apabila nasabah lama pihak kreditur akan melihat angsuran kredit terdahulunya apakah lancar atau tidak dan apakah masih ada tunggakan yang belum lunas.

Jaminan yang diberikan oleh calon nasabah biasanya berupa jaminan kebendaan atau jaminan benda bergerak, hal ini sesuai dalam pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : ”Segala kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

Dalam hal ini perjanjian pemberian kredit dengan jaminan kepemilikan kendaraan bermotor tergolong dalam pemberian kredit konvensional, karena pemberian kredit konvensional tertuju pada nasabah yang ingin mengajukan permohon kredit dengan alasan untuk tambah modal usahanya agar perkembangan usahanya lebih baik lagi. Apabila syarat pengajuan permohonan kredit dengan jaminan berupa Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor dapat dipenuhi oleh calon nasabah untuk kemudian akan diproses oleh bagian administrasi. Setelah syarat pengajuan permohonan pinjaman dinyatakan diterima

atau disetujui oleh keputusan komite kredit, maka selanjutnya diadakan untuk pengikatan barang jaminan yang akan dijadikan jaminan dalam pemberian pinjaman tersebut107

Untuk menyakini keaslian bukti pemilikan barang jaminan untuk memproses permohonan pinjaman calon nasabah, terlebih dahulu Direktur PT.

Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance harus melakukan pengecekan keaslian barang jaminan bukti pemilikan yaitu, surat kendaraan bermotor atau kepemilikan Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor

.

108

Direktur PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah dalam pemberian kredit atau pinjaman tersebut agar aman harus dipastikan sumber pembayaran yang diperoleh dan laba usaha yang di bayarkan bukan dari sumber lain atau penghasilan dari usahanya tersebut. Setelah diketahui bahwa agunannya sah dan bersih, maka langkah selanjutnya sampai pada analisa pengolahan data yang didasarkan atas data-data yang dapat diperoleh langsung

.

Setelah berkas diterima kemudian dipelajari, apabila layak dilanjutkan proses kemudian dilaporkan kepada pimpinan untuk mendapatkan rekomendasi.

Apabila rekomendasi tidak diproses, maka berkas-berkas dikembalikan kepada calon nasabah, apabila bisa diproses langkah selanjutnya melakukan peninjauan ke lokasi rumah calon nasabah melihat barang jaminan yang akan dijaminkan.

Terlebih dahulu pihak kreditur mengecek fisik barang jaminan berupa Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor mengecek fisik, nomor mesin, dan nomor rangka Buku Pemilik Kerdaraan Bermotor tersebut.

107Ibid.

108Wawancara dengan Arius Sihotang, Karyawan PT. PRS Multi Finance Cab. Medan Petisah.

pada saat wawancara dengan calon nasabah maupun informasi lain yang bisa memberikan informasi.

Bentuk jaminan berupa Buku Pemilikan

PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah dalam pemberian kredit atau pinjaman untuk mencapai sasaran, maka Pimpinan atau Direktur PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah memposisikan diri sebagai konsultan keuangan bagi para nasabah yang dikelolanya, juga dapat memberikan alternatif-alternatif apabila berjalannya waktu nasabah dalam mengalami masalah terhadap pembayaran kredit.

Berdasarkan data yang telah dianalisa oleh analisa kredit, kemudian diserahkan kepada kepala bagian kredit untuk diperiksa ulang dan dilihat kembali, apakah analisanya sudah benar-benar sesuai dengan kondisi usaha, selanjutnya dibawa ke komite kredit dan pimpinan.

Sasaran pemberian kredit di PT. Prioritas Rakyat Sejahtera Multi Finance Cab. Medan Petisah antara lain :

1. Menciptakan keuntungan dalam arti meningkatkan citra dan penghasilan nasabah, kreditur dan masyarakat pada umumnya.

2. Penggunaan kredit secara terarah, dalam arti kreditur menerima kembali nilai ekonomi kredit tersebut dengan wajar.

3. Terpeliharanya keamanan pinjaman, dalam arti kreditur menerima kembali nilai ekonomi kredit tersebut dengan wajar.

3. Terpeliharanya keamanan pinjaman, dalam arti kreditur menerima kembali nilai ekonomi kredit tersebut dengan wajar.