jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk paling banyak
27. Pemisahan adalah pemisahan usaha dari 1 (satu)
Bank menjadi 2 (dua) badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28.
RahasiaBank
adalahinformasi yang
berhubungandengan
keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanan dari Nasabah Penyimpan.29.
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yangindependen yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenangpengaturan,
pengawasan, pemeriksaan,dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalamundang-undang mengenai Otoritas Jasa Keuangan.
2.
Ketentuan.
. .2
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
t23
-Ketentuan Pasal 6 diubah
sehinggaberbunyi
sebagai berikut:Pasal 6
(1)
Kegiatan usaha Bank Umum meliputi:a. menghimpun dana dari masyarakat
dalambentuk Simpanan berupa Tabungan,
Giro,Deposito berjangka, Sertifikat
Deposito,dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan;b. menyalurkan dana dalam bentuk Kredit
atauPembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah;
c. melakukan aktivitas di bidang
sistempembayaran;
d.
menempatkan dana pada Banklain,
meminjamdana dari Bank lain, atau
meminjamkan dana kepadaBank lain, baik
dengan menggunakansurat,
saranatelekomunikasi maupun
denganwesel
unjuk,
cek, atau sarana lainnya;e.
menerbitkandan/atau
melaksanakan transaksiSurat Berharga untuk kepentingan
Bankdan/atau
Nasabah;f.
menyediakan tempatuntuk
menyimpan barang dan Surat Berharga;g.
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;h.
melakukan kegiatan pengalihan piutang;i.
melakukan kegiatan Penitipan barang dan Surat Berharga; danj.
melakukan kegiatan lainnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan
usahaBank Umum
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.Kegiatan usaha Bank Umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang merupakan
kewen€rngan Bank lndonesiadiatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bank Indonesia.(2t
(3)
3. Ketentuan
3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
t24
-Ketentuan Pasal 7 diubah
sehinggaberbunyi
sebagai berikut:Pasal 7
(1) Selain melakukan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Bank Umum dapat:a.
melakukan kegiatan penyertaan modal pada LJKdan/atau perusahaan lain yang
mendukungindustri Perbankan dengan
memenuhiketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas
JasaKeuangan;
b. melakukan kegiatan penyertaan
modalsementara
di luar
LJKuntuk
mengatasi akibatkegagalan Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan
Prinsip
Syariah, dengansyarat harus
menarik kembali penyertaannya;c. bertindak
sebagaipendiri Dana Pensiun
danpengurus Dana Pensiun sesuai
denganketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Dana Pensiun;dan/atau
d. melakukan kerja sama dengan LJK lain
dan kerja sama dengan selainIJK
dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah.(2)
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Perbankan.Di antara
Pasal7
dan Pasal8
disisipl<an2
(dua) pasal,yakni
Pasal7A
dan Pasal 7E} sehinggaberbunyi
sebagai berikut:Pasal 7A
(1) Dalam
melaksanakan kegiatanusaha
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal6 dan
Pasal7, Bank
Umum dapat memanfaatkan teknologi informasi.(21 Dalam rangka mendorong pemanfaatan
teknologi informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BankUmum dapat membuka
aksesdata dan
informasi Nasabahkepada
penyelenggarakeuangan
lainnyatermasuk penyelenggara ITSK
berdasarkan persetujuan danuntuk
kepentingan Nasabah melalui sistem atau aplikasi tertentu.(3) Pelaksanaan. . . 4
(2t (3)
(4)
(1)
(3)
(1)
(2t
FRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
-L25-Pelaksanaan pembukaan akses
data dan
informasiNasabah sebagaimana dimaksud pada ayat
(21dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pemanfaatanteknologi informasi
sebagaimanadimaksud
padaayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas
JasaKeuangan.
Pasal
78
Dalam melakukan kegiatan usaha
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal6 dan
Pasal7, Bank
Umum dapat beroperasi sebagai Bank digital.Bank Umum
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)wajib memiliki 1
(satu)kantor fisik
sebagai kantor pusat.Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank
digitalsebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)diatur
dalamPeraturan Otoritas Jasa Keuangan
setelahdikonsultasikan dengan DPR.
Pasal 8A
Bank Umum wajib melakukan transparansi
sukubunga untuk
mendorongefisiensi
penetapan sukubunga Perbankan guna mendukung
pembiayaan perekonomian.Ketentuan mengenai transparansi suku
bungasebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)diatur
dalamPeraturan Otoritas Jasa Keuangan
setelahdikonsultasikan dengan DPR.
5
Di antara
Pasal8 dan
Pasal9 disisipkan
1 (satu) pasal, yakni Pasal 8A sehingga berbunyi sebagai berikut:6
Ketentuan Pasal 10 diubah
sehinggaberbunyi
sebagai berikut:Pasal 1O Bank Umum dilarang:
a.
melakukan .a.
b
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
-126-melakukan
penyertaanmodal di luar IJK
kecuali sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1)huruf
a danhuruf
b;melakukan usaha perasuransian,
kecualimemasarkan
produk asuransi dalam rangka
kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal7
ayat (1)huruf
d; danmelakukan usaha lain di luar kegiatan
usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
c
7 Ketentuan Pasal 12A
diubah
sehinggaberbunyl
sebagai berikut:Pasal 12A
(1) Bank Umum dapat
membeli sebagianatau
seluruhAgunan, baik melalui
pelelanganmaupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik Agunanatau
berdasarkan kuasauntuk menjual di luar pelelangan dari pemilik
Agunandalam hal Nasabah Debitur tidak
memenuhikewajiban kepada
Bank,
dengan ketentuan Agunan yang dibeli wajib dicairkan secepatnya.(21
Dalam hal Nasabah Debitur tidak
memenuhikewajibannya sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)dalam jangka waktu tertentu, dan tidak
terdapatpermasalahan terhadap kepemilikan
Agunan,
Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh Agunan, baik melalui pelelangan maupundi luar
pelelangan.Bank Umum harus memperhitungkan
hargapembelian Agunan
sebagaimanadimaksud
padaayat (1) dan ayat (2) dengan kewajiban Nasabah Bank Umum yang bersangkutan.
Dalam hal harga
pembelianAgunan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3) melebihijumlah
kewajibanNasabah kepada Bank Umum, selisih
kelebihanjumlah
tersebut harus dikembalikan kepada Nasabah setelahdikurangi
dengan biaya lelang dan biaya lainyang langsung terkait dengan proses
pembelian Agunan.(5)
Ketentuan...
(3)
(4)
8
PRESIDEN
REPI,IBLIK INDONESIA
-t27-(5)
Ketentuanlebih lanjut
mengenai pembelian Agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai denganayat (4) diatur dalam Peraturan Otoritas
JasaKeuangan.
Di antara Pasal 12A dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni
Pasal 128 sehingga berbunyi sebagai berikut:(1)
Pasal 12B
Bank Umum wajib menyalurkan Kredit
atauPembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah untuk
sektortertentu,
UsahaMikro,
Kecil,dan
Menengah,pembiayaan inklusif,
dan/atau
pembiayaanberkelanjutan.
Otoritas Jasa Keuangan dan Bank
Indonesia berkoordinasiuntuk
mengatur kewajiban penyaluran Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(21
9
Ketentuan Pasal 13 diubah
sehinggaberbunyi
sebagai berikut:Pasal 13
(1)
Kegiatan usaha BPR meliPuti:a. menghimpun dana dari masyarakat
dalambentuk Simpanan berupa Tabungan
danDeposito berjangka dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan;b. menyalurkan dana dalam bentuk Kredit
atauPembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah;
c. melakukan
kegiatantransfer dana baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan Nasabah;d.
menempatkan dana pada Banklain,
meminjamdana dari Bank lain, atau
meminjamkan dana kepada Bank lain;e. melakukan kegiatan usaha penukaran
valutaasing;
f. melakukan penyertaan modal pada
lembagapenunjang BPR sesuai dengan pembatasan yang
diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;g.melakukan...
(2t
PITESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
-t28-g. melakukan kerja sama dengan LJK lain
dan kerja sarna dengan selain LJK dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah;h. melakukan kegiatan pengalihan
piutang;dan/atau
i.
melakukan kegiatan lainnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.Ketentuan lebih
lanjut
mengenai kegiatan usaha BPR sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.Kegiatan
usaha
BPR sebagaimanadimaksud
padaayat (1) yang merupakan kewenangan Bank Indonesia
diatur
lebihlanjut
dalam Peraturan Bank Indonesia.(3)
10.
Di antara Pasal 13 dan Pasal 14disisipkan
1 (satu) pasal,yakni
Pasal 13A sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 13A