• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut UU No 24 Tahun 2007 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kasus bencana banjir di Indonesia dampaknya sudah sangat parah, setahun terakhir ini kasus bencana banjir terjadi dimana-mana, data BNPB menyebutkan bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2016, 31,3 % adalah bencana banjir.Mitigasi sangat berperan dalam pengurangan resiko bencana banjir, dengan mitigasi dampak bencana banjir dapat diminimalisir dengan baik.

26

pengetahuan dan kemampuan masyarakat maupun stakeholder dapat menigkat dalam penanganan bencana banjir, sehingga korban jiwa, kehilangan harta benda serta dampak dari bencana banjir lainnya dapat ditangani. Mitigasi yang koprehensif perlu adanya peran stakeholder dalam penangannnya, karena tanpa peran stakeholder maka penyelenggaraan mitigasi dalam bencana banjir tidak akan berjalan. Dalam Pembagian Tanggung Jawab Manajemen Bencana pada UU No. 24 Tahun 2007, pemeritah pusat, pemerintah daerah, BNPB (Badan Nasional, Penanggulangan Bencana Nasional) lembaga usaha, dan lembaga international adalah lembagabanjir. Oleh sebab itu mitigasi perlu dilakukan dengan peran dan fungsi masing-masing.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

27

Jenis bencana alam berdasarkan penyebabnya, dibedakan menjadi bencana alam ekstra-terestrial, bencana alam klimatologis, dan bencana alam geologis. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

 Bencana Alam Ekstra-terestrial merupakan bencana yang

disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi, seperti impact atau hantaman atau benda dari angkasa luar.

 Bencana Alam Klimatologis merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca, seperti banjir, banjir bandang, angin puting beliungm kekerugan hutan.

 Bencana Alam Geologis merupakan bencana yang disebabkan

oleh endogen (gaya-gaya dari dalam bumi), seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, longsor, amblessan atau abrasi.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas tiga tahap meliputi, tahap pra-bencana, saat bencana, dan pasca bencana atau disebut dengan siklus bencana.

1. Pra-bencana, tahap ini mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini.

 Pencegahan, merupakan upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman.

 Mitigasi yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

 Kesiapsiagaan, merupakan persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (atau kemungkinan akan terjadi) bencana.

28

Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan diidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memmenuhi kebutuhan tersebut.

Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

2. Saat bencana, tahap ini meliputi kegiatan tanggap darurat.

 Tanggap darurat, saat terjadi bencana yang mencakup

kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat, dan pengungsian.

3. Pasca bencana, tahap ini meliputi kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi

 Pemulihan adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan

pokok teroenuhi. Proses recovery terdiri atas rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi merupakan perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. Sedangkan, rekonstruksi merupakan perbaikan yang sifatnya permanen.

29

Gambar: 1.2Bagan Siklus Bencana Sumber: Studi Literatur 2019

Penelitian yang dilakukan oleh: Gunawan Pratama (2017) yang berjudul:

“Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)”. Penelitian ini mengenai banwa penanggulangan Bencana Banjir oleh BPBD Kota Bengkulu belum berjalan dengan maksimal, masih terdapat permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tersebut. Hal ini ditandai dengan pencegahan bencana banjir, penanganan darurat bencana banjir, Rehabilitasi dan Rekonstruksi bencana banjir masih banyak ditemukan kesalahan.

Mitigasi bencana pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu berupa korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan

30

kegiatan manusia. Selain itu, mitigasi bencana umumnya juga dimaksudkan untuk mengurangi konsekuensi-konsekuensi dampak lainnya akibat bencana, seperti kerusakan infrastruktur, terganggunya kegiatan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Untuk mendefinisikan rencana atau strategi mitigasi yang komprehensif, tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko. Melalui kajian ini, gambaran potensi bahaya yang mungkin terjadi di suatu wilayah tertentu dapat diketahui dengan lebih pasti, prioritas-prioritas bahaya dan kerentanannya pun dapat diidentifikasi serta disusun dengan lebih baik untuk lebih lanjut dimasukkan dalam kerangka langkah tindak mitigasi di wilayah tersebut.

Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang bersifat rutin dan berkelanjutan (sustainable), yang pada akhirnya diharapkan setiap masyarakat dapat beradaptasi dengan resiko potensi bencana yang ada (Sadisun, 2004, 2007). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kejadian bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula. Selain itu, kegiatan mitigasi bencana hendaknya dilakukan melalui pengembangan langkah tindak mitigasi dengan sebanyak mungkin melibatkan masyarakat setempat, sehingga diharapkan mereka mampu mengorganisir diri mereka sendiri (swakelola) dan mampu mandiri dengan sumber daya yang ada (swadaya) secara lebih optimal.

Selain untuk keperluan mitigasi, kajian resiko untuk bahaya dari berbagai jenis potensi bahaya alam lebih lanjut dapat juga digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan rencana tanggap darurat atau emergency operation plan(EOP) yang terjangkau (achievable/workable),sederhana, dan tepat (appropriate).Pada

31

dasarnya EOP merupakan kerangka dasar dalam rencana tanggap darurat yang terkoordinasi dan efektif, karena di dalamnya umumnya telah mendefinisikan peranan dan tanggung jawab seluruh stakeholder seperti pemerintah, organisasi swasta dan sukarelawan, dan badanbadan lain yang terdapat di dalam suatu wilayah negara.

Mitigasi adalah serangkaian upaya atau tindakan yang dilakukan membatasi atau mengurangi resiko yang disebabkan dari bencana alam atau non alam dengan memaksimalkan pembangunan fisik serta penyadaran dalam masyarakat dan pemerintah serta peningkatan kemampuan untuk menghadapi ancaman bencana yang ada maupun yang akan datang. Adapun bencana-bencana yang sering terjadi di Indonesia, yaitu (1) Tsunami (2) Gempa bumi (3) Kebakaran hutan (4) Banjir (5) Gunung merapi (6) Banjir bandang.

Adapun langkah-langkah mitigasi bencan banjir adalah sebagai berikut (1) Sebelum terjadi banjir. Mengetahui apa itu banjir bandang, dengan cara mengetahui ini kita sudah peka dan siap siaga untuk mencari tempat yang aman sebelum terjadinya banjir. Membuat peta rawan banjir. Peringatan dini bagi warga masyarakat. “Menyiapkan tas siap bencana” yang berisikan dokumen-dokumen penting seperti sertifikat, surat-surat rumah/tanah, emas, uang, pakaian siap pakai, senter, jacket, sarung, serta makanan ringan. Mengurangi pemukiman di bantaran sungai, tidak membuang sampah sembarangan, membangun konsep rumah lebih tinggi dari dasar tanah. (2) Terjadinya banjir. Mengajak orang-orang atau kerabat yang ada di sekitar kita untuk melakukan penyelamatan diri mencari tempat yang aman, Janganlah panik, Memilih barang-barang yang masih bisa digunakan, Mendengarkan aba-aba atau informasi dari BNPBD, Mematikan

32

saluran listrik, Memberikan bantuan pertolongan bagi warga yang terkena bencana banjir bandang, mengecek keadaan rumah dan lain sebagainya. (3) Setelah terjadi banjir. Menuju ketempat pengungsian tenda yang didirikan maupun kerumah kerabat, mengecek anggota keluarga, membersihkan tempat tinggal yang terkena bencana banjir bandang, meminta bantuan dari Pemerintah dan lain sebagainya.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (1) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan (a) perbaikan lingkungan daerah bencana; (b) perbaikan prasarana dan sarana umum; (c) pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; (d) pemulihan sosial psikologis; (e) pelayanan kesehatan: (f) rekonsiliasi dan resolusi konflik; (g) pemulihan sosial ekonomi budaya; (h) pemulihan keamanan dan ketertiban; (i) pemulihan fungsi pemerintahan; dan (j) pemulihan fungsi pelayanan publik. Kegiatan rehabilitasi harus memperhatikan pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan, kondisi sosial, adat istiadat, budaya dan ekonomi. Perbaikan lingkungan daerah bencana merupakan kegiatan fisik perbaikan lingkungan untuk memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta ekosistem suatu kawasan.

Perbaikan prasarana dan sarana umum merupakan kegiatan perbaikan prasarana

33

dan sarana umum untuk memenuhi kebutuhan transportasi, kelancaran kegiatan ekonomi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat. Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum mencakup: (a) perbaikan infrastuktur dan (b) fasilitas sosial dan fasilitas umum. Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum memenuhi ketentuan mengenai: (a) persyaratan keselamatan; (b) persyaratan sistem sanitasi; (c) persyaratan penggunaan bahan bangunan; dan (d) persyaratan standar teknis konstruksi jalan, jembatan, bangunan gedung dan bangunan air. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakan bantuan Pemerintah sebagai stimulan untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya yang mengalami kerusakan akibat bencana untuk dapat dihuni kembali. Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dapat berupa bahan material, komponen rumah atau uang yang besarnya ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi dan evaluasi tingkat kerusakan rumah yang dialami.

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.

Rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan sebagai acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-bencana, yang memuat informasi gambaran umum daerah pasca bencana meliputi antara lain informasi

34

kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadi bencana, gambaran kejadian dan dampak bencana beserta semua informasi tentang kerusakan yang diakibatkannya, informasi mengenai sumber daya, kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan kegiatan, jadwal implementasi, rencana anggaran, mekanisme/prosedur kelembagaan pelaksanaan.

Dalam (Nugroho, 2012b) Antisipasi merupakan tindakan, pendapat dan pengetahuan yang terbentuk sebelum terjadinya sesuatu. Untuk mengantisipasi bencana banjir bandang, perlu adanya pendapat dan tidakan masyarakat seperti penyediaan lokasi-lokasi maupun bangunan penyelamat di lingkungan masyarkat tersebut, hal ini terkait dengan pengetahuan sebagian besar masyarakat yang memilih pencarian halaman yang luas dan jauh dari lokasi bencana untuk penyelamatan diri pada saat bencana. Menurut Maarif (dalam Nugroho, 2012b) dalam menghadapi banjir masyarakat memerlukan empat kemampuan yaitu: (1) Kemampuan untuk mengantisipasi ancaman bahaya banjir. (2) Kemampuan menghindar atau melawan bahaya banjir. (3) Kemampuan untuk mengadaptasi bencana dan dampak yang ditimbulkan. (4) Kemampuan untuk pulih kembali secara cepat paska kejadian bencana.

Dalam kesimpulannya Nugroho (2012b) menyebutkan bahwa ciri masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana adalah masyarakat yang mampu menghindar, beradaptasi dan melenting kembali, dimana untuk itu diperlukan empat strategi sebagai berikut: (1) menjauhkan masyarakat dari bencana, (2) menjauhkan bencana dari masyarakat, (3) hidup harmoni dengan risiko bencana, (4) menumbuh kembangkan dan mendorong kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan

35

waktu dan pembinaan yang panjang dan yang penting adalah kesadaran yang terinternalisasi dalam sebuah komunitas sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesiapsiagaan dan kapasitas yang tinggi dalam menghadapi bencana banjir.

Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat dalam kegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan penanggungjawab kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakan penanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah.

Sementara beberapa hal yang dilakukan setelah bencana menyangkut rehabilitasi dan rekonstruksi adalah (1) membersihkan rumah dari puing dan lumpur; (2) kerja bakti dalam membersihkan fasilitas umum; (3) Bantuan modal untuk memulihkan ekonomi produktif keluarga; (4) Mendistribusikan bantuan berupa pangan dan sandang, (5) Meningkatkan keswadayaan masyarakat; (6) Sosialisasi peta rawan bencana, waspada bencana serta simulasi.(6) Memperbaiki rumah dan fasilitas umum (jembatan, jalan) yang rusak; (7) Pembangunan dam untuk mengantisipasi datangnya banjir; (8) Pembangunan jembatan dan jalan baru untuk membuka akses ekonomi warga.