• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANJIR BANDANG DESA LAWE SIGALA II

3.3. Penyebab Banjir Bandang Desa Lawe Sigala II

Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan material-material seperti: batu-batu besar maupun kecil, pasir, kayu-kayu, beserta lumpur yang berasal dari hulu sungai. Banjir bandang ini dipicu oleh faktor curah hujan yang tinggi secara berturut-turut sehingga tak kuat menahan debit air yang kencang hingga meluapkan ke permukaan yang rendah, seperti di Aceh Tenggara, Kecamatan Lawe Sigala-gala yang bermukim dibawah lereng yang terjal. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang terus-menerus menebangi pohon-pohon yang kuat, membuang sampah sembarangan, tanpa menyadari dampak buruk bagi mereka kedepanya karena untuk mengejar faktor ekonomi masyarakat. Penyebab banjir bandang di Desa Lawe Sigala

76

IIjuga diakibatkan karena penebangan liar atau illegal login mereka melakukan untuk melangsungkan keadaan ekonomi mereka seperti bercocok tanam jagung, cokelat, sayur-sayuran, buah-buahan, serta juga hingga pencetakan sebuah kolam, beserta pembangunan jalan ke arah pegunungan agar mudah mengakses hasil panen mereka. Bukan hanya itu saja, pembangunan rumah di pegunungan beserta di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) juga salah satu faktor penyebab bencana banjir bandang.

Kodoatie dan Syarief (2006) menjelaskan faktor penyebab banjir bandang adalah (1) perubahan guna lahan. (2) Pembuangan sampah sembaranagn. (3) erosi dan sedimentasi. (4) Pembangunan rumah disepanjang Daerah Aliran Sungai. (5) Curah hujan yang tinggi. Dalam hal ini atau kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, masih banyak masyarakat yang belum atau kurang menyadari bahwa perilaku sehari-hari atau kegiatan yang dilakukannya dapat merugikan sosial, ekonimi, lingkungan dan budaya.

Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung relative lebih mudah diprediksi daripada dampak yang tidak langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi oleh pemukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah perdesaan yang didominasi areal pertanian. Adapun dampak atau kerugian banjir bandang di Desa Lawe Sigala II, yaitu: (1) bisa menelan korban jiwa. (2) kerusakan lingkungan sosial. (3) gagal panen bagi para petani. (4) hilangnya harta benda. (5) kerusakan pemukiman. (6) rusaknya sarana prasarana umum seperti jalan, jembatan rumah ibadah, pelayanan umum dll. (7) menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak, dewasa maupun orang tua.

77

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Surman Simanjuntak (56) tahun mengatakan bahwa penyebab banjir bandang yaitu:

“Dimana hutan kita ini sudah tua apalagi tanahnya juga sudah tak kuat lagi menahan air hujan yang terus, kita ini sudah perlu menanam pepohonan tua seperti pohon jengkol, kemiri, pinus, dan sebagainya, penduduk disini kan kebanyakan menanam pohon muda seperti cokelat, jagung, pisang, tebu, mangga, rambutan maka itu juga bisa mengakibatkan banjir karena akarnya gak terlalu kuat menahan air dan pohonnya jugak tidak lama untuk tumbuh, lagian penyebab lainnya juga di atas masyarakat juga ada yang membangun kolam ikan sehingga kolam tersebut dibersihkan hingga gundul terus semakin banyak orang-orang disini memotong kayu untuk diambil kayu bakar sehingga menanam kembali jagung-jagung dan pisang untuk memenuhi ekonomi tersebut, sehingga gunung tak kuat lagi menahan derasnya hujan dan mengakibatkan banjir bandang”(hasil wawancara 24/02/2019)

Kemiringan lereng pegunungan adalah sudut rerata antara bidang datar dipermukaan bumi terhadap suatu garis atau bidang miring yang ditarik dari titik terendah sampai titik tertinggi di permukaan bumi pada suatu bentuk lahan, yang merupakan satu-kesatuan kemiringan lereng berpengaruh pada jumlah dan kecepatan limpasan permukaan, drainese permukaan, penggunaan lahan dan erosi. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin cepat laju air larian, dan dengan demikian, mempercepat respon DAS tersebut oleh adanya curah hujan. Bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan parit, dan bentuk-bentuk cekungan permukaan tanah lainnya akan mempengaruhi laju dan volume air larian. DAS dengan sebagian besar bentang lahan datar atau pada daerah dengan cekungan-cekungan tanah tanpa saluran pembuangan (outlet) akan menghasilkan air larian yang lebih kecil dibandingkan daerah DAS dengan kemiringan lereng lebih besar serta pola pengairan yang dirancang dengan baik.

Dengan kata lain, sebagian aliran air ditahan dan diperlambat kecepatannya

78

sebelum mencapai lokasi, sehingga kemungkinan terjadinya genangan atau banjir menjadi besar.

Foto: 3.1 Jembatan Asrama Polisi Mengalami Kerusakan

Sumber: Peneliti (2019)

Pada gambar diatas terlihat suasana sedang mengalami kebanjiran akibat derasnya hujan selama 2 jam pada sore hari, warga langsung segera melihat keadaan tersebut, ada yang pergi ke atas sungai, ada juga yang sedang memantau kayu besar yang dibawakan air banjir bandang, beserta ada juga beberapa warga yang membuat tanggul dari goni yang berisi pasir dan batu untuk disusun rapi dipinggiran rumah maupun sungai agar tidak bisa air masuk kedaerah rumah tersebut. Kemudian warga juga memantau transportasi agar berhati-hati dan berjalan dengan lancar. Dari gambar diatas juga bisa kita lihat bahwa selang-selang air maupun pipa bisa membuat warga resah hal tersebut karena bisa menyumbat kayu-kayu kecil hinggaa air pun sulit untuk mengalir.

Seperti yang terungkap dalam wawancara Ibu Dian (30)

79

“Jika air hujan turun 2 sammpai 3 jam, sungai ini terus-terusan mengalami kebanjiran, sungai ini sangat rentan banjir, sudah beberapa kali melakukan pengorekan beko hingga beko terusan disini dibuat. Terus anak-anak juga berenang di sungai ini akibat pengorekan sungai, kami pun takut akan tiba-tiba datang nya banjir hingga menghanyutkan mereka. Selang-selang ini juga sudah perlu diperbaiki ketempat khusus lainnya agar tidak tersangkut kayu-kayu kecil juga banjir datang,,,”(hasil wawancara 25/02/2019)

Berdasarkan hasil wawancara dari soerang Bapak guru yang bernama Bejo Napitupulu (70) mengatakan bahwa penyebab banjir bandang adalah:

“kalau saya pikir penyebab banjir bandang itu ada juga dari faktor alamnya yaitu hujan yang deras, longsornya tanah ataupun tebing. Kalau dari ulah manusia yaitu penebangan pohon sembarangan, membuang sampah, membangun rumah semakin ke bukit gunung, sehingga kayu-kayu di tebang agar ada tempat pemukiman, tidak mememlihara sungai-sungai dengan baik. Kesadaran dari hati kita untuk menanam pohon kembali dan tidak menebanginya merawat lingkungan pasti desa kita ini terjaga banjir bandang...”(hasil wawancara 26/02/2019)

Bencana banjir bandang serta tanah longsor di Aceh Tenggara, Desa Lawe Sigala II diduga akibat lemahnya mitigasi bencana alam di wilayah itu.

Maraknya pembalakan liar dan pembukaan lahan di wilayah pegunungan juga menjadi salah satu faktor utama terjadinya musibah bencana banjir bandang yang ikut merenggut korban jiwa.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)18 Aceh, Muhammad Nur mengatakan bencana melanda Aceh Tenggara merupakan akumulasi dari enam faktor yang bisa dipetakan secara cepat, diantaranya tingkat curah hujan yang tinggi, topografis, illegal logging, dan pembukaan lahan.Seharusnya pemerintah bersama para pihak strategis aktif memastikan seluruh proses mitigasi bencana yang dilakukan dengan rutin. M Nur menyebut “bencana ekologis tidak akan

18 BNPB Aceh Tenggara Walhi Agara.com

80

berkurang jika pemerintah masih mengabaikan upaya-upaya mitigasi bencana dan membendung laju deforestasi hutan, dan lahan serta patuh terhadap pengendalian ruang baik dalam bentuk lindung, dimanfaatkan serta pelestarian”.