• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENASIHAT HUKUM (1) Pendahuluan(1) Pendahuluan

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 133-138)

PENASIHAT HUKUM-ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

1. PENASIHAT HUKUM (1) Pendahuluan(1) Pendahuluan

Dalam negara hukum (rechtsstaat) negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu. Pengakuan negara terhadap hak individu ini tersirat di dalam persamaan kedudukan di hadapan hukum bagi semua orang. Dalam suatu negara hukum semua orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law). Persamaan di hadapan hukum harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment).

Kalau seorang yang mampu (the have) mempunyai masalah hukum, ia dapat menunjuk seorang atau lebih advokat untuk membela kepentingannya. Sebaliknya seorang yang tergolong tidak mampu (the have not) juga dapat meminta pembelaan dari seorang atau lebih pembela umum (public defender) sebagai pekerja di lembaga bantuan hukum (legal aid institute) untuk membela kepentingannya dalam suatu perkara hukum. Tidak adil bilamana orang yang mampu saja yang dibela oleh advokat dalam menghadapi masalah hukum, sedangkan fakir miskin tidak memperoleh pembelaan karena tidak sanggup membayar uang jasa (fee) seorang advokat

.Perolehan pembelaan dari seorang advokat atau pembela umum (access to legal counsel) adalah hak asasi manusia setiap orang dan merupakan salah satu unsur untuk memperoleh keadilan

(access to justice) bagi semua orang (justice for all). Tidak ada seorang pun dalam negara hukum yang boleh diabaikan haknya untuk memperoleh pembelaan dari seorang advokat atau pembela umum dengan tidak memperhatikan latar belakangnya, seperti latar belakang agama, keturunan, ras, etnis, keyakinan politik, strata sosio-ekonomi, warna kulit dan gender.

Setelah lahirnya Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka yang dimaksud penasihat hukum/ pengacara adalah advokat, yaitu ”orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini”. (Pasal 1 angka 1 UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat). Jadi orang yang berprofesi memberikan bantuan hukum dengan pemberian jasa hukum adalah advokat atau penasihat hukum/ pengacara..

Menurut Pasal 54 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (disingkat KUHAP), bahwa ”Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini”.

Lanjut dijelaskan bahwa menurut Pasal 55 KUHAP, bahwa ”Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya”.

Demikian pula menurut Pasal 56 ayat (1) KUHAP, bahwa tersangka atau terdakwa, apabila ”Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”.

Maka berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Bantuan Hukum” adalah suatu pemberian bantuan dalam bentuk hukum, kepada tersangka atau terdakwa oleh seorang atau lebih ahli hukum, guna memperlancar penyelesaian perkara.

Bantuan hukum adalah merupakan asas yang sangat penting, sebab seseorang yang terkena atau tersangkut perkara mempunyai hak untuk memperoleh bantuan hukum, guna memberikan perlindungan sewajarnya kepadanya, dan juga pentingnya Bantuan Hukum ini adalah untuk menjamin perlakuan yang sesuai dengan

martabatnya sebagai manusia, maupun demi dilaksanakannya hukum sebagaimana mestinya.

(2) Pengertian

Di dalam pembahasan ini, beberapa pengertian yang harus dijelaskan, yaitu pengertian penasihat hukum, advokat, bantuan hukum dan jasa hukum dan klien. Untuk lebih jelasnya, sebagai berikut:

1. Menurut Pasal 1 angka 13 KUHAP, bahwa yang dimaksud penasihat hukum adalah ”seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum”.

2. Menurut Pasal 1 huruf b Kode Etik Advokat, bahwa yang dimaksud dengan penasihat hukum adalah advokat yang disebut penasihat hukum

3. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, bahwa yang dimaksud dengan advokat adalah ”orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini”.

4. Menurut Pasal 1 huruf a Kode Etik Advokat, bahwa yang dimaksud dengan advokat adalah seseorang atau mereka yang melakukan pekerjaan jasa bantuan hukum termasuk konsultan hukum yang menjalankan pekerjaannya baik dilakukan di luar pengadilan dan atau di dalam pengadilan bagi klien sebagai mata pencahariannya.

5. Menurut Pasal 1 angka 9 UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, bahwa yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah ”jasa hukum yang diberikan oleh Advokatsecara cuma-cuma kepada Klien yang tidak mampu”, sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang berbunyi ” Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-Cuma kepada Penerima Bantuan Hukum”.

6. menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang berbunyi ” Penerima Bantuan

Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.

7. Pasal 1 angka 3 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang berbunyi ” Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini

8. Menurut Pasal 1 angka 2 UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, bahwa yang dimaksud dengan jasa hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepenting-an hukum klien.

9. Menurut Pasal 1 angka 2 UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, bahwa yang dimaksud dengan Klien adalah ”orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari Advokat”.

10. Menurut Pasal 1 huruf c Kode Etik Advokat, bahwa yang dimaksud dengan klien adalah orang/subyek hukum yang dengan memberikan kuasa diberikan bantuan hukum oleh Advokat/Penasehat Hukum atau oleh mereka yang menjalankan fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum

Selain advokat atau panaishat hukum tersebut di atas, maka menurut Pasal 2 Kode Etik Advokat, dalam pengertian “Advokat” dan “Penasehat Hukum” dimaksud pasal 1 ad.a dan ad. b. diatas, dimaksud termasuk juga mereka yang disebut : “PENGACARA” dan “PENGACARA PRAKTEK” sebagai “Penerima Kuasa dengan izin khusus insidentil” dari pengadilan setempat.

(3) Hak-hak Penasihat Hukum

1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

1) Menurut Pasal 69, bahwa “Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tatacara yang

ditentukan dalam undang-undang ini”.1

2) Menurut Pasal 70 ayat (1), bahwa “Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya”.

3) Menurut Pasal 72, bahwa “Atas permintaan penasihat hukumnya pejabat yang bersangkutan memberikan turunan berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pembelaannya”.

4) Menurut Pasal 73, bahwa “Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka setiap kali dikehendaki olehnya”.

5) Menurut Pasal 115 ayat (1), bahwa “Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta-mendengar pemeriksaan”.

2. Menurut Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

1. Menurut Pasal 14, bahwa ”Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.

2. Menurut Pasal 15, bahwa ”Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”. 3. Menurut Pasal 16, bahwa ”Advokat tidak dapat dituntut

1 Hak-hak ini dibatasi sebagaimana menurut Pasal 20 KUHAP, bahwa: (1) Izin kunjungan bagi penaseliat hukum, keluarga dan lain-lainnya diberikan

oleh pejabat yang bertanggung jawab secara juridis atas tahanan itu, sesuai dengan tingkat pemeriksaan.

(2) Pengaturan mengenai hari, waktu kunjungan, dan persyaratan lainnya, ditetapkan oleh Kepala RUTAN (sesuai dengan setiap jam kerja).

baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan”.

4. Menurut Pasal 17, bahwa “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

5. Menurut Pasal 19 ayat (2) , bahwa “Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat”.

6. Menurut Pasal 21 ayat (1), bahwa ”Advokat berhak menerima Honorarium atas Jasa Hukum yang telah diberikan kepada Kliennya”.

Selain hak-hak penasihat hukum/advokat tersebut di atas, maka beberapa kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, sebagai berikut: 1. Menurut Pasal 19 ayat (1), bahwa “Advokat wajib merahasiakan

segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.

2. Menurut Pasal 22 ayat (1), bahwa “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”.

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 133-138)