• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Penyidikan

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 167-173)

UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA PIDANA

1. Tingkat Penyidikan

Menurut Pasal 24 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat penyidikan, dapat dilakukan atas: (1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari (20 hari).

(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai9, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh hari10.(40 hari) 2. Tingkat Penuntutan

Menurut Pasal 25 KUHAP, bahwa ”untuk perintah penahanan pada tingkat penuntutan, dapat dilakukan atas: (1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penuntut umum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari. (20 hari)

(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang berwenang untuk paling lama tiga puluh hari. (40 hari) (3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

(4) Setelah waktu enam puluh hari (60 hari) tersebut, penuntut umum harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.

3. Tingkat Pengadilan Negeri (Tingkat I)

Menurut Pasal 26 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di pengadilan negeri, dapat dilakukan atas:

(1) Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara

9 Menurut Pasal 24 ayat (3) KUHAP, bahwa ”tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi”.

10 Menurut Pasal 24 ayat (4) KUHAP, bahwa “ Setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum”.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84, guna kepentingan pemeriksaan berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama tiga puluh hari. (30 hari) (2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila

diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang bersangkutan untuk paling lama enam puluh hari. (60 hari)

(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

(4) Setelah waktu sembilan puluh hari (90 hari) walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

4. Tingkat Banding (Pegadilan Tinggi/Tingkat II)

Menurut Pasal 27 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di tingkat banding (pengadilan tinggi), dapat dilakukan atas:

(1) Hakim pengadilan tinggi yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, guna kepentingan pemeriksaan banding berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama tiga puluh hari. (30 hari)

(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan tinggi yang bersangkutan untuk paling lama enam puluh hari. (60 hari)

(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

5. Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung)

Menurut Pasal 28 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di tingkat kasasi (Mahkamah Agung), dapat dilakukan atas:

(1) Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, guna kepentingan pemeriksaan kasasi berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama lima puluh hari. (50 hari) (2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila

diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung untuk paling lama enam puluh hari. (60 hari)

(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

(4) Setelah waktu seratus sepuluh hari (110 hari) walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Berdasarkan lamanya penahanan mulai dari tingkat penyidikan sampai tingkat kasasi yaitu selama 400 hari (empat ratus hari), maka jumlah tersebut akan segera dikurangi. (lihat bahasan selanjutnya).

(9) Perpanjangan Penahanan Istimewa

Kekecualian dari jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut dalam Pasal 24, 25, 26, 27, dan 28 KUHAP, guna kepentingan pemeriksaan11 penahanan terhadap tersangka/

11 Penjelasan : yang dimaksud dengan “kepentingan pemeriksaan” ialah pemeriksaan yang belum dapat diselesaikan dalam waktu penahanan yang ditentukan. Yang dimaksud dengan “gangguan isik atau mental yang berat” ialah keadaan tersangka atau terdakwa yang tidak memungkinkan untuk diperiksa karena alasan isik atau mental.

terdakwa dapat diperpanjang dengan alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena (Pasal 29 ayat (1) KUHAP):

a. tersangka atau terdakwa menderita gangguan isik atau mental

yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau

b. perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih.

Maka perpanjangan penahanan padsa ayat (1), yaitu paling lama tiga puluh hari (30 hari) dan dalam hal penahanan tersebut masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk paling lama tiga puluh hari. (60 hari) (ayat 2)

Perpanjangan penahanan tersebut pada ayat (2) di atas, atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat :

a. penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri;

a. pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ketua pengadilan tinggi;

b. pemeriksaan banding-diberikan oleh Mahkamah Agung; c. pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung.

Apabila perpanjangan penahanan tersebut pada ayat (2) tersangka atau terdakwa keberatan, maka keberatan dapat diajukan dalam tingkat (ayat (7):

a. penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi; b. pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding

kepada Ketua Mahkamah Agung RI. (10) Prosedur dan Tata Cara Penahanan

Cara penahanan atau penahanan lanjutan, baik yang dilakukan oleh penyidik maupun oleh penuntut umum serta oleh hakim ahíla dengan jalan memenuhi ketentuan Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP, sebagai berikut:

1. Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim.

Pelaksanaan kedua jenis penahanan terdapat perbedaan yaitu perbedaan sebutan:

1) Apabila penyidik atau penuntut umum yang melakukan penahanan, maka penyidik atau penuntut umum segera mengeluarkan atau memberikan “surat perintah penahanan” tersangka, sedangkan

2) Hakim segera mengeluarkan atau mengeluarkan “surat penetapan penahanan” kepada terdakwa.

2. Surat perintah penahanan atau surat penetapan penahanan, harus memuat hal-hal:

identitas tersangka atau terdakwa (nama, umur, pekerjaan,

jenis kelamin dan tempat tingla/alamat).

menyebutkan alasan penahanan yang dipersangkakan atau

yang didakwakan kepadanya, maksudnya sudah jelas, yakni agar yang bersangkutan tahu mempersiapkan diri dalam melakukan pembelaan dan juga untuk kepastian hukum.

tempat ia ditahan, hal inipun memberi kepastian hukum

baik bagi orang ditahan itu sendiri dan juga keluarganya

Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan

lanjutan atau penetapan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan kepada keluarganya. (ayat (3))

(11) Pengalihan Jenis Penahanan, yang Berwenang dan Prosedurnya

Perubahan status tahanan biasanya diajukan bagi tersangka/ terdakwa ditahan di rumah tahanan negara untuk menjadi tahanan kota atau tahanan rumah, maka prosedurnya sebagaimana ditentukan Pasal 23 KUHAP, bahwa untuk pengalihan jenis penahanan, yang berwenang dan prosedurnya, adalah:

(1) Penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.

(2) Pengalihan jenis penahanan dinyatakan secara tersendiri dengan surat perintah dari penyidik atau penuntut umum

atau penetapan hakim yang tembusannya diberikan kepada tersangka atau terdakwa serta keluarganya dan kepada instansi yang berkepentingan.

Dalam pengalihan jenis penahanan tetap dibuatkan perjanjnian sebagaimana dalam penangguhan penahanan, cuma tampa jaminan baik jaminan uang atau orang, dan dalam perjanjian tersebut lazimnya mencamtumkan syarat, bahwa:

1. Tersangka atau terdakwa tidak akan melarikan diri;

2. Tersangka atau terdakwa tidak akan menghilangkan barang bukti;

3. Tersangka atau terdakwa tidak akan mengulangi perbuatannya; 4. Tersangka atau terdakwa bersedia memenuhi panggilan untuk

kepentingan pemeriksaan (dalam semau tingkat pemeriksaan) atau tidak mempersulit jalan pemeriksaan atau persidangan. (12) Penangguhan Penahanan

1. Pihak yang Berhak Mengajukan dan Pihak Yang Berwenang

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 167-173)